PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia pernah berjaya pada Sea Games periode tahun 1977-1999, namun hal ini terus menurun seiring dengan berjalannya waktu. Sungguh ironi ketika nama Indonesia pernah begitu menggema di seluruh wilayah Asia Tenggara. Dari tahun ke tahun, prestasi olahraga Indonesia cenderung menurun. Contohnya di Olimpiade Sydney 2000, Indonesia masih ada di peringkat ke-37 dan unggul atas Thailand di peringkat ke-47, tetapi empat tahun kemudian di Olimpiade Athena 2004, Indonesia hanya berada pada peringkat ke-48. Thailand malah melonjak ke peringkat ke-25 di Olimpiade Athena 2004. Prestasi altet Indonesia kini mengalami penurunan, hal ini terbukti dari Sea Games ke-24 tahun 2007 menempatkan Indonesia di posisi empat besar. Indonesia berada di bawah Thailand dan Vietnam, dimana Thailand yang memperoleh posisi satu sebagai juara umum. Namun pada Sea Games 2009 yang telah usai, tim Merah Putih total mengoleksi 43 emas, 53 perak, dan 74 perunggu dan menduduki peringkat ketiga. Meski Indonesia tertinggal 42 emas dari Thailand, namun catatan ini jauh lebih baik dari SEA Games 2007 lalu karena saat itu Indonesia berada di peringkat keempat. Atlet Indonesia yang diterjunkan ke Sea Games 2007 di Nakhon Ratchasima, Thailand, sebagian besar merupakan kategori senior dengan persentase mencapai 70 persen. Hal ini pula yang menunjukkan faktor penyebab penurunan prestasi atlet Indonesia yang salah satunya disebabkan karena masih didominasi oleh atlet senior yang tentu saja prestasinya sudah tidak segemilang seperti waktu muda. Kondisi ini jelas membuat cemas karena muncul kekhawatiran bahwa generasai penerus atlet Indonesia di masa datang akan habis, yang berarti pula prestasi olahraga nasional akan sulit maju. Oleh karenanya, untuk mengatasi keterbatasan jumlah atlet nasional, tak ada jalan lain kecuali berkonsentrasi pada pembinaan atlet muda. Kemampuan mereka perlu diasah dalam kompetisi nasional maupun internasional yang berkualitas sebelum benarbenar menjadi atlet hebat di level senior. Momen ini harus dimanfaatkan dalam rangka pembinaan atlet muda.
2
Terdapat tiga pilar utama dalam pencapaian prestasi atlet, yaitu faktor fisik, faktor teknik, dan faktor psikologis (Adisasmito 2007). Fisik yang prima merupakan salah satu aset penting yang harus dipertahankan oleh seorang atlet. Jadi untuk menjadi atlet yang unggul harus dapat menjaga kondisi fisiknya dengan baik karena fisik yang baik merupakan salah satu modal untuk berprestasi. Faktor teknik berhubungan erat dengan keterampilan khusus yang dimiliki oleh atlet dan bisa ditingkatkan untuk menghasilkan prestasi yang maksimal. Latihan yang teratur dan intensif dengan baik dan benar dapat mengembangkan keterampilan khusus dan mengoptimalkan keterampilan atlet tersebut. Selain itu, faktor psikologis sangat penting dalam dunia olahraga karena berfungsi sebagai penggerak atau pengarah penampilan atlet. Hal ini dikarenakan 80 persen faktor kemenangan atlet ditentukan oleh faktor psikologis (Adisasmito 2007). Faktor psikologis dari seorang atlet terkait dengan perasaan dan pikiran atet tersebut (Nasution 2008). Lebih lanjut Nasution (2008) mengemukakan aspek-aspek faktor psikologis dari seorang atlet, yaitu pengelolaan emosi, pengembangan diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, dan persiapan mental menghadapi pertandingan. Faktor psikologis tersebut merupakan aspek yang penting dalam menunjang motivasi berprestasi dari seorang atlet. Dalam hal ini, penetapan sasaran dan persiapan mental menghadapi pertandingan akan memacu atlet untuk meningkatkan motivasinya, sehingga mampu meraih prestasi di bidang olahraga. Selain itu, konsep diri yang dimiliki oleh seorang atlet juga akan memberikan hasil pada penampilan atlet di arena pertandingan. Seperti uraian sebelumnya, untuk menempa mental dan daya juang atlet membutuhkan waktu yang cukup panjang. Oleh karena itu, para atlet perlu menerima pembinaan sedini mungkin. Atlet muda yang berada pada usia remaja merupakan potensi yang dimiliki bangsa ini karena mereka masih mempunyai energi yang kuat dan daya juang yang tinggi untuk mengharumkan nama bangsa (Adisasmito 2007). Atlet muda sebagai sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan di bidang olahraga pada suatu negara.
Oleh karenanya,
diperlukan pembinaan
sedini
mungkin untuk
menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam bidang olahraga.
3
Atlet muda berada pada periode remaja pertengahan hingga remaja akhir, di mana atlet muda tersebut memperoleh pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas. Menurut Erikson (Santrock 2003), remaja yang berada pada tahapan usia remaja tersebut berada pada tahapan identity vs identitiy confusion dimana pada saat tersebut individu mencari dan diharapkan menemukan siapa mereka, mereka sebetulnya apa, dan kemana mereka menuju dalam hidupnya. Selain itu, atlet muda usia remaja berada pada masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identitiy). Proses pembentukan seorang individu terbentuk dalam sebuah keluarga karena keluarga merupakan tempat pertama dan utama seorang individu memperoleh pendidikan dan keterampilan untuk bekal hidupnya di masa yang akan datang. Orangtua memberikan pendidikan kepada anaknya melalui proses pengasuhan. Hurlock (1980) menyatakan bahwa peran orangtua terhadap anak merupakan hal yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak. Sunarti (2004) mengemukakan bahwa gaya pengasuhan merupakan pola perilaku orangtua yang paling menonjol atau yang paling dominan dalam menangani anaknya sehari-hari, termasuk pola orangtua dalam mendisiplinkan anak, menanamkan nilai-nilai hidup, mengajarkan keterampilan hidup, dan mengelola emosi. Hasil dari proses pengasuhan ini berkaitan erat dengan pembentukan konsep diri seorang individu. Lingkungan pengasuhan seorang individu dan bagaimana ia dibesarkan akan mempengaruhi pembentukan konsep dirinya. Setiap individu mempunyai konsep diri yang berbeda satu sama lain. Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan terlihat dari keseluruhan perilakunya, yang juga akan mencerminkan konsep diri yang dimilikinya (Desmita 2009). Di sisi lain, McClelland (Garliah & Nasution 2005) menyatakan bahwa bagaimana cara orangtua mengasuh anak mempunyai pengaruh terhadap motivasi berprestasi anak. Lebih lanjut, McClelland (Garliah & Nasution 2005) menyatakan bahwa bagaimana cara orangtua bertindak sebagai orangtua yang
4
melakukan atau menerapkan pola asuh terhadap anak memegang peranan penting dalam menanamkan dan membina dorongan berprestasi pada anak. Sementara itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Rola (2006) menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara konsep diri dan motivasi berprestasi pada anak usia remaja yang berada di lingkungan pesantren, yaitu semakin positif konsep diri seorang remaja, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi akademik. Hasil peneilitian lain yang dilakukan oleh Barker, et al. (2000) menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausal antara konsep diri dengan motivasi berprestasi, khususnya motivasi intrinsik dari seorang remaja. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsep diri memegang peranan penting dalam membentuk motivasi berprestasi anak. Penelitian mengenai remaja sudah banyak dilakukan, namun penelitian tentang atlet muda tidak sebanyak penelitian tentang remaja pada umumnya. Hal inilah yang menarik minta peneliti sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai aspek psikologis atlet muda, seperti konsep diri dan motivasi berprestasi (dalam hal ini motivasi berprestasi olahraga dari atlet muda). Seperti yang telah diuraikan, hasil-hasil penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara gaya pengasuhan, konsep diri, dan motivasi berprestasi. Dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian guna mengetahui keterkaitan gaya pengasuhan orangtua yang dipersepsikan oleh atlet muda, konsep diri, dan motivasi berprestasi olahraga pada altet muda yang berada pada rentang usia remaja (adolescence).
Perumusan Masalah Pencapaian prestasi di bidang olahraga sangat penting bagi seorang atlet muda. Pencapaian prestasi tersebut tidak terlepas dari motivasi untuk berprestasi sebagai seorang atlet. Hal ini dikarenakan motivasi berprestasi merupakan aspek psikologis yang mempunyai peranan penting dalam pencapain prestasi dari seorang atlet. Motivasi berprestasi itu sendiri diduga terkait dengan gaya pengasuhan dari orangtua dan konsep diri atlet muda itu sendiri. Atlet muda dalam penelitian ini adalah siswa di SMA Negeri Ragunan Jakarta yang berasal
5
dari berbagai wilayah di Indonesia, yang dibina secara khusus dalam bidang olahraga untuk mencapai prestasi guna mengharumkan nama bangsa. Pengalaman sebagai seorang remaja yang dituntut untuk berprestasi sebagai atlet muda dan hidup mandiri jauh dari orangtua, memunculkan berbagai pertanyaan tentang individu atlet muda itu sendiri. Sementara itu, pada saat peneliti melakukan observasi, terlihat bahwa pembinaan kepada atlet muda lebih menitikberatkan pada pembinaan secara fisik dan teknis, sehingga peneliti merasa perlu untuk melihat aspek psikolgis dari atlet muda itu sendiri. Berdasarkan paparan tersebut, maka pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik atlet muda dan keluarga atlet muda? 2. Bagaimana persepsi gaya pengasuhan orangtua, konsep diri, dan motivasi berprestasi atlet muda? 3. Bagaimana hubungan karakteristik keluarga dan karakteristik atlet muda dengan persepsi gaya pengasuhan orangtua? 4. Bagaimana hubungan karakteristik atlet muda, karakteristik keluarga, dan persepsi gaya pengasuhan dengan konsep diri dan motivasi berprestasi atlet muda? 5. Bagaimana pengaruh persepsi gaya pengasuhan orangtua dan konsep diri terhadap motivasi berprestasi atlet muda?
Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi gaya pengasuhan orangtua dan konsep diri terhadap motivasi berprestasi altet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis karakteristik contoh dan karekteristik keluarga contoh. 2. Menganalisis persepsi gaya pengasuhan orangtua, konsep diri, dan motivasi berprestasi contoh. 3. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga dan karakteristik contoh dengan persepsi gaya pengasuhan orangtua.
6
4. Menganalisis hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan persepsi gaya pengasuhan orangtua dengan konsep diri dan motivasi berprestasi olahraga contoh. 5. Menganalisis pengaruh persepsi gaya pengasuhan orangtua dan konsep diri terhadap motivasi berprestasi olahraga contoh.
Kegunaan Penelitian Beberapa kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi orangtua, penelitian ini berguna untuk menerapkan gaya pengasuhan yang dapat mendukung konsep diri dan motivasi berprestasi khususnya pada atlet muda. 2. Bagi SMA Negeri Ragunan Jakarta, penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan gambaran mengenai konsep diri dan motivasi berprestasi atlet muda yang bersekolah di SMA Negeri Ragunan Jakarta serta faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri dan motivasi berprestasi atlet muda, hal ini dikarenakan faktor psikologis juga sangat penting bagi seorang atlet, bukan hanya faktor fisik dan teknis saja. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu dan menjadi landasan bagi pengembangan penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang.