I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor utama yang mampu menyediakan dan memenuhi kebutuhan akan pangan secara langsung bagi sebuah negara. Kemajuan dan perkembangan pada sektor pertanian akan sangat mempengaruhi kesejahteraan penduduk, terutama dalam hal akses, ketersediaan, dan kualitas pangan. Namun, sektor pertanian di Indonesia saat ini masih dihadapkan pada berbagai masalah, diantaranya semakin meningkatkan angka konversi lahan pertanian, permintaan akan pangan yang semakin meningkat sebagai dampak peningkatan populasi penduduk, kurangnya akses petani untuk mendapatkan sarana produksi pertanian, kerusakan lingkungan, kurang berkembangnya kelembagaan pertanian (koperasi dan lembaga keuangan pertanian), dan kurangnya pengembangan teknologi atau inovasi di dalam bidang pertanian. Indonesia tidak hanya dihadapkan pada kendala-kendala tersebut, namun juga salah satunya kendala atau tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia dalam menghadapi MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community). Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah di dalam menghadapi MEA atau AEC adalah dengan menetapkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan pada komoditas padi, jagung, dan kedelai. Swasembada padi, jagung, dan kedelai pada tahun 2017 merupakan salah satu program utama yang diusung oleh Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hal ini ditindaklanjuti melalui Kabinet Kerja yang berfokus dalam kemandirian pangan dan energi untuk menjamin ketahanan dan juga kemandirian pangan. Salah satu bentuk nyata realisasi program swasembada padi, jagung, dan kedelai tersebut yaitu melalui upaya khusus (UPSUS) yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian. Pencapaian target produksi yang harus dicapai untuk padi adalah sebesar 73,40 juta ton, jagung sebesar 20,33 juta ton, dan kedelai sebesar 1,27 juta ton. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian untuk mewujudkan target tersebut adalah melalui perbaikan atau pembangunan jaringan irigasi teriser atau PJIT, pengoptimalan lahan dan air, pemberian bantuan benih dan pupuk, Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT),
1
serta pengawalan dan pendampingan terpadu oleh penyuluh, mahasiswa (perguruan tinggi) dan TNI-AD (Babinsa) (Anonim, 2015). Penyuluh adalah salah satu unsur utama yang menentukan keberhasilan dari kegiatan atau program UPSUS. Hal ini disebabkan karena penyuluh memiliki peran menjadi penghubung antara pemerintah sebagai pihak yang merumuskan kebijakan terkait UPSUS, dengan mahasiswa dan Babinsa yang merupakan tokoh yang secara langsung terjun ke lapangan untuk mengawal dan mendampingi petani di dalam melaksanakan kegiatan UPSUS agar pelaksanaan kegiatan UPSUS sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh pengambil kebijakan (dalam hal ini pemerintah). Selain itu, penyuluh juga merupakan “wakil” dari pihak pemerintah yang lebih mengetahui tentang praktik pertanian dan lebih dekat dengan petani apabila dibandingkan dengan mahasiswa dan Babinsa. Hal ini dikarenakan penyuluh telah mendampingi petani secara langsung melalui wadah kelompok tani. Penyuluh pertanian juga merupakan salah satu tokoh yang penting di dalam menggerakkan petani selaku pelaku utama agar dapat menerapkan inovasi atau teknologi demi terlaksananya dan demi keberhasilan kegiatan upaya khusus peningkatan padi, jagung dan kedelai. Jumlah penyuluh yang ikut serta di dalam kegiatan UPSUS padi, jagung kedelai ini adalah sebanyak 47.955 orang yang berada di 24.000 desa atau WKPP di lokasi sentra padi, jagung dan kedelai, baik lokasi GP-PTT, optimasi lahan dan air, PJIT maupun lokasi potensial lainnya. Berdasarkan jumlah penyuluh tersebut, sebanyak 27.476 orang diantaranya adalah penyuluh PNS dan 20.479 orang lainnya adalah penyuluh THL-TBPP. Pelaksanaan kegiatan pengawalan dan juga pendampingan oleh penyuluh di lokasi sentra padi, jagung dan kedelai merupakan suatu bentuk penerapan teknologi rekomendasi oleh Badan Litbang atau BPTP yang secara teknis mudah diterapkan, menguntungkan secara ekonomi, secara sosial budaya dapat diterima masyarakat, serta telah teruji keberhasilannya (Anonim, 2015). Salah satu wilayah koordinasi UPSUS yang melaksanakan UPSUS dengan intensif adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah menjadi wilayah koordinasi III. Luas lahan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi wilayah pendampingan dan pengawalan UPSUS adalah seluas 10.800 Ha
2
dengan potensi 161.947 Ha. Daerah Istimewa Yogyakarta dipilih menjadi lokasi penelitian karena daerah ini merupakan salah satu daerah yang masih menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu fokus utama dalam pengembangan daerah. Selain itu, lembaga BPTP di DIY juga merupakan salah satu lembaga yang selalu aktif untuk mengembangkan teknologi inovasi di dalam bidang pertanian. Selain itu, wilayah pendampingan DIY didukung oleh perguruan tinggi UGM sehingga mampu mengakomodasi dan memfasilitasi penyediaan serta pengembangan teknologi pertanian karena didukung oleh sarana laboratorium yang lebih lengkap. Salah satu wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luas sawah terluas adalah Kabupaten Sleman, dengan luas sawah 22.675 Ha dan telah mencapai 61,16% dalam hal realisasi tanam sampai dengan minggu pertama di bulan Juni. Sebagai sebuah program baru nasional yang salah satunya dilaksanakan di Kabupaten Sleman, UPSUS PAJALE mendapatkan banyak sorotan, terutama terkait dengan proses pelaksanaan oleh penyuluh, petani, mahasiswa dan babinsa, selain itu juga terkait dengan perkembangan dan hasil yang telah dicapai. Selayaknya program baru, salah satu komponen yang menjadi fokus penilaian masyarakat dan juga pemerintah adalah tanggapan pelaksana program terhadap program tersebut, tanggapan tersebut dapat berupa tanggapan terhadap tujuan program, proses pelaksanaan program, maupun peraturan yang mendasari pelaksanaan program. Oleh karena itu, tanggapan pelaksana program terhadap program yang tergolong baru, yaitu dalam hal ini program UPSUS PAJALE, perlu dikaji tingkat serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Apabila dapat diketahui tingkat serta faktor yang mempengaruhi respons, akan dapat ditentukan langkah maupun kebijakan untuk memperbaiki maupun meningkatkan kualitas program serta kualitas kerja pelaksana demi pelaksanaan program yang lebih baik di masa yang akan datang.
1.2. Perumusan Masalah Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan pada komoditas padi, jagung dan kedelai, tidak terlepas dari partisipasi dan peran dari stakeholder yang menjadi tokoh utama dalam pelaksanaan kegiatan UPSUS padi, jagung dan kedelai
3
(pajale). Salah satu tokoh utama yang menentukan keberhasilan kegiatan UPSUS adalah penyuluh. Penyuluh menyediakan akses informasi bagi petani, mahasiswa dan Babinsa, terutama terkait dalam hal kebijakan yang berasal dari pusat. Kemudahan dan ketersediaan akses komunikasi inilah yang akan mendukung dan melancarkan pelaksanaan kegiatan UPSUS padi, jagung dan kedelai. Penelitian ini mengambil tujuan untuk mengetahui respons penyuluh pertanian terhadap kegiatan UPSUS padi, jagung dan kedelai, dengan studi kasus di wilayah Kabupaten Sleman, DIY. Respons penyuluh pertanian terhadap program UPSUS PAJALE menjadi salah satu komponen yang menarik untuk dikaji. Hal ini disebabkan karena sebagai program baru yang terlaksana pada tahun 2015, program UPSUS PAJALE membutuhkan koordinasi dan kerjasama yang baik antara penyuluh, petani, mahasiswa dan babinsa. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2015 dengan salah satu dosen penanggung jawab pelaksana program UPSUS PAJALE di Kabupaten Sleman, dapat diketahui bahwa beberapa penyuluh mengeluh terhadap keberadaan mahasiswa dan babinsa di dalam pelaksanaan program UPSUS PAJALE karena dianggap bahwa mahasiswa dan babinsa mengambil tugas serta pekerjaan penyuluh dan membuat beban kerja penyuluh semakin berat. Namun, terdapat beberapa penyuluh yang memberikan apresiasi positif terhadap keberadaan mahasiswa dan babinsa karena dapat membantu dan mempermudah penyuluh dalam menyelesaikan tugas. Kerjasama dan hubungan antar ketiga komponen (penyuluh, babinsa dan mahasiswa) mampu mempengaruhi kualitas dan produktivitas kerja serta tanggapan penyuluh terhadap pelaksanaan program UPSUS PAJALE. Oleh karena itu perlu dilakukan tinjauan dan kajian terhadap tingkat respons penyuluh pertanian terhadap pelaksanaan program UPSUS PAJALE. Apabila penyuluh memiliki tingkat respons yang tinggi (responsif) terhadap kegiatan UPSUS, program UPSUS akan terlaksana dengan baik, sebab penyuluh memiliki motivasi kerja yang tinggi di dalam melaksanakan kegiatan UPSUS (dalam hal ini melakukan pendampingan dan pengawasan kegiatan UPSUS). Berdasarkan hal tersebut, maka beberapa permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini yaitu :
4
1. Bagaimana pelaksanaan program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (UPSUS PAJALE) di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Bagaimana respons penyuluh pertanian lapangan terhadap program Upaya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai (UPSUS PAJALE) di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respons penyuluh pertanian lapangan terhadap program Upaya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai (UPSUS PAJALE) di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pelaksanaan program Upaya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai (UPSUS PAJALE) di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Mengetahui tingkat respons penyuluh pertanian lapangan terhadap program Upaya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai (UPSUS PAJALE) di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respons penyuluh pertanian lapangan terhadap program Upaya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai (UPSUS PAJALE) di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.4. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diharapkan penelitian ini dapat membantu serta memberikan manfaat : 1. Peneliti, sebagai salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan S1 (Strata Satu) di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. 2. Pemerintah, dapat digunakan sebagai salah satu masukan atau input untuk memperbaiki kebijakan dalam pelaksanaan program Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
5
3. Ilmuwan dan mahasiswa, dapat digunakan sebagai salah satu bahan untuk mengkaji mengenai respons penyuluh pertanian dalam pelaksanakan program Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai.
6