1
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kuda Sumba atau lebih dikenal Sandal memiliki keistimewaan memiliki daya
tahan tinggi terhadap iklim tropis dan juga memiliki kecepatan lari yang baik dengan warna bulu yang bervariasi yaitu hitam, putih, merah, jragem (cokelat-salak/bay), dan chesnut (cokelat-salak lebih muda).
Sifat kuantitatif yang dimiliki kuda Sumba
diantaranya Berat Badan, Panjang Badan, Tinggi Pundak, Lingkar Dada dan Lingkar Pinggang. Sifat kualitatif kuda Sumba diantaranya warna bulu, warna ekor, bentuk tubuh, temperamen, daya adaptasi. Salah satu penilaian untuk kuda pacu Sumba (Sandelwood) yang baik adalah dengan melihat kecepatan kuda pada jarak lari yang ditempuh. Kecepatan berlari seekor kuda dipengaruhi oleh penampilan fisik yang diturunkan secara genetik dan latihan yang dilakukan secara intensif. Penilaian terhadap seekor kuda relative sulit dibandingkan dengan penilaian hewan ternak selain kuda. Dari penilaian bentuk luar atau konformasi tubuh dapat menjadi dasar seleksi untuk mendapatkan kuda pacu yang sesuai dengan keinginan. Penilaian fisik merupakan penilaian seleksi yang mudah karena kita dapat menilai suatu hewan dan dipertimbangkan secara kasat mata. Penampilan fisik sangat berpengaruh lansung terhadap stamina kuda, kecepatan lari kuda dan harga jual kuda. Stamina kuda dapat di pengaruhi dari beberapa faktor seperti tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, dan latihan sedangkan untuk factor yang mempengaruhi kecepatan lari kuda yaitu kemampuan otot-otot badan yang di kombinasikan dengan langkah – langkah kuda. Untuk mengetahui kecepatan lari kuda kita dapat mengukur dengan perhitungan dari tinggi pundak dan panjang badan karena dua factor ini sangat berpengaruh terhadap langkah kuda itu sendiri. Pada langkah kuda
2
trot dan canter tinggi pundak dan panjang badan sangat berpengaruh karena dua langkah ini mempunyai pergerakan 2 dan 3 ketukan yang akan berpenaruh terhadap kecepatan dikarenakan secara umum ketukan pada langkah dihasilkan dari tinggi pundak yang ideal dan panjang badan optimal. Semakin panjang badan dan semakin tinggi pundak kuda semakin cepat kuda itu berlari dikarenakan langkah yang dihasilkan akan panjang yang menyusuaikan dengan jarak langkah yang dihasilkan seusuai panjang badan dan tinggi kuda tersebut diakibatkan banyak nya ruang untuk belari antar kaki kuda sedangkan bila kuda tersebut tidak memiliki panjang badan yang panjang dan tinggi pundak yang tinggi lari kuda ini tidak akan secepat dengan kuda yang memiliki panjang badan yang panjang dan tinggi pundak yang ideal karena untuk ruang langkah antar kaki kuda terbatas dan jarak langkah pun akan pendek. Akan tetapi ada beberapa faktor selain dari panjang badan dan tinggi pundak yaitu keterampilan joki dan banyak nya latihan berlari untuk kuda. Terutama pada joki – joki kuda Sumba (Sandelwood) yang memiliki keterampilan menunggang kuda dari kecil. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat “Hubungan Tinggi Pundak dan Panjang Bandan Dengan Kecepatan Lari Kuda Sumba” sebagai judul untuk dijadikan usulan penelitian.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik identifikasi masalah yaitu
Bagaimana hubungan tinggi pundak dan panjang badan dengan kecepatan lari kuda Sumba di pacuan kuda tradisional Lapangan Rihi Eti, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
1.3
Maksud dan Tujuan
3
Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah Mengetahui hubungan tinggi pundak dan panjang badan dengan kecepatan lari kuda Sumba di pacuan kuda tradisional Lapangan Rihi Eti, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
1.4
Kegunaan penelitian Kegunaan dari penelitian “Hubungan Tinggi Pundak dan Panjang Bandan
Dengan Kecepatan Lari Kuda Sumba” yaitu memberikan informasi terutama kepada peneliti sendiri dan para peneliti lain yang akan mengembangkan dan mengkaji aspek lain dari kuda Sumba (Sandelwood). Adapun kegunaan dari penelitian ini untuk menlestarikan budaya pacuan tradisional dan untuk pedoman program seleksi dalam memilih kuda Sumba (Sandelwood) yang memiliki kualitas dan kuantitas baik dalam rangka perbaikan mutu genetik kuda pacu Indonesia.
1.5
Kerangka pemikiran Kuda Sumba (Sandelwood) adalah mesomorphic, dengan tinggi 12 - 13 hands
(1.23-1.33m) terdapat pada daerah beriklim tropis.
Kuda ini memiliki kepala
proporsional, berbentuk bukan persegi dengan profil lurus, memiliki jambul yang penuh pada di atas dahinya, dan memiliki telinga kecil dengan mata ekspresif. Pada bagian belakang kuda ini memiliki badan yang panjang dan lurus sedangkan pada kaki yang memiliki struktur yang keras (SimondanSchuster’s , 1988). Kuda lokal yang paling banyak disilangkan dengan kuda Thouroughbred adalah kuda Sumba (Sandelwood) yang memiliki daya tahan terhadap iklim tropis, kaki yang cukup kuat, intelegensia yang tinggi, dan kecepatan lari yang baik. Warna rambut kuda Sumba (Sandelwood) sangatlah bervariasi yaitu hitam, putih, merah, dragem, hitam maid
4
(brownish black), bopong (krem), abu-abu (dawuk), atau juga belang (plongko) (Soehardjono, 1990). Saat ini populasi kuda Sumba (Sandelwood) setiap tahunnya semakin menurun, hal itu dibuktikan dengan evaluasi data populasi kuda Sumba setiap tahunnya yang dilakukan oleh dinas peternakan kabupaten Sumba Timur. Populasi ternak kuda ditahun 2012 sebesar 31.486 ekor menurun menjadi 27.831 ekor ditahun 2013 dari data populasi yang didapat kuda Sumba (Sandelwood) di NTT terjadi penurunan sebesar 11,6% selang waktu satu tahun. Kuda Sumba (Sandelwood) merupakan sebagai tanda kekayaan dari seorang bangsawan diSumba. Oleh masyarakat setempat kuda ini sering dijadikan sebagai mahar, ternak kerja, Alat transportasi dan kuda pacu untuk pacuan kuda tradisional. Kuda ini memiliki kemiripan sangat dekat dengan kuda – kuda yang ada di Cina dan Mongolia. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kemungkinan asal-usul yang sama (Simon dan Schuster’s , 1988) (Soehardjono, 1990). Kecepatan berlari kuda dapat diukur dengan cara membagi jarak tempuh dengan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Dengan jarak yang gunakan berupa lintasan pacuan kuda dengan berbagai kategori panjang lintasan mulai dari jarak 600 m sampai dengan 1800 m. Faktor pembatas dari performa berlari kuda tergantung dari panjang lintasan yang ditempuh kuda (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Performa dapat digolongkan kedalam dua kategori yaitu sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif yaitu suatu sifat yang dapat dikelompokan dengan jelas, tidak dapat diukur, dikendalikan oleh satu pasang gena, dan tidak atau sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan sedangkan untuk sifat kuantitatif adalah sifat yang dikendalikan oleh banyak pasang gen (polygen), dan dalam menifestasinya sifat ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berperan besar. Faktor
indivudu
(performace) kuda pacu sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik diturunkan oleh tetua pada generasi selanjutnya dan bersifat kekal
5
terkecuali terjadi mutasi gen penyusunnya contoh dari faktor ini adalah darah persilangan grading-up kuda lokal dengan kuda impor. Faktor lingkungan tidak diturunkan kepada keturunannya dan bersifat temporer (tidak tetap), bergantung kepada lingkungan individu tersebut berada contoh dari faktor ini adalah latihan, panjang lintasan (Hardjosubroto, 1994) (Warwick, dkk, 1995). Kecepatan berlari seekor kuda dipengaruhi oleh penampilan fisik kuda itu sendiri dan latihan. Penampilan fisik kuda yang meliputi bobot badan, panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada serta lebar dada. Penampilan tersebut berhubungan dengan panjang melangkah dan frekuensi melangkah serta didukung oleh fungsi kerja otot yang terlatih akan menghasilkan ketangguhan kuda dalam berlari (Hickman, 1987). Kecepatan belari seekor kuda di adapun pengaruhi dari kinematika kuda yang menggambarkan pergerakan tungkai dan sendi termasuk dengan latihan kuda itu sendiri ( Johnston et al. 1995). Kecepatan lari kuda rata – rata 4 m/s untuk kuda normal sedangkan untuk kecepatan lari kuda trot dan center kuda dapat berlari dengan kecepatan (6-9 m/s) dikarenakan pergerakan tungkai dan sendi – sendi berkerja optimal pada langkah ini ruang gerak kuda sangat berpengaruhi kinerja kuda (Back et al. 1995c) ( Van Weeren et al. 1993). Kecepatan suatu kuda banyak parameter yang mempengaruhi salah satu parameter adalah kinematik yang berubah lurus dengan kecepatan, tetapi tidak termasuk analisis statistik rinci dari parameter dikarenkan yang berubah secara tidak signifikan. Seperti hal nya kaki manusia semakin panjang semaikin mempengaruhi kecepatan (Nilsson et al. 1985). Hal ini dikarenakan panjang langkah ( jarak yang ditempuh oleh tubuh saat kaki di tanah ) akan memanjang yang akan meningkatkan fungsi dari kecepatan perpindahan suatu benda (Hoyt et al. 2000). Salah satu penampilan fisik yang diyakini berpengaruh terhadap kecepatan berlari seekor kuda adalah tinggi pundak dan panjang badan. Tinggi pundak dan
6
panjang badan akan berpengatuh langsung kepada langkah langkah kuda seperti langkah trot, pace dan canter. Pada langkah trot merupakan pergerakan 2 ketukan, langkah trot secara umum dipahami sebagai langkah setengah berlari. Satu fase trot dimulai dari kaki belakang kuda. Pergerakannya adalah kaki kanan belakang, kaki kiri depan – kaki kiri belakang, kaki kanan depan. Pernyataan di atas di perkuat oleh Simon and Schuster’s , 1988 pada trot merupakan pergantian langkah 2 ketukan dengan kuda bergerak secara sinkron dengan sepasang kaki yang bergerak secara diagonal yang diawalin dengan kaki kanan depan, kaki kiri belakang, kaki kiri depan dan kaki kanan belakang secara bergantian. Langkah canter adalah pergerakan cepat dengan 3 ketukan yaitu pergerakan yang di awali oleh salah satu kaki belakang lalu kaki belakang lain nya secara bersamaan melakukan hentakan yang di ikuti oleh kaki depan diagonal yang berlawanan dan terakhir kaki depan lainnya untuk langkah canter tidak seperti langkah lain nya karena langka ini masih kaku (Simon dan Schuster’s , 1988). Pada langkah pace hampir sama dengan langkah trot yaitu dua ketukan akan tetapi langkah ini di awali dari sisi tubuh yaitu kaki kuda di sisi kanan akan berlangkah secara bersamaan lalu bergantian dengan sisi sebelah kiri (Simon dan Schuster’s , 1988).
1.6
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada saat acara pacuan kuda di lapangan Rihi Eti, Kota
Waingapu, Kecamatan Prailu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Lama penelitian adalah dua minggu, yaitu terhitung dari 20 Oktober sampai dengan 7 November 2015.