1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penerimaan devisa. Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk industri selalu memiliki terms of trade yang tinggi serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat yang tinggi kepada pemakainya (Dumairi, 2000). Kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat dari nilai pendapatan nasional negara tersebut yang dipengarui oleh beberapa sektor usaha yang ada didalamnya. Salah satu indikator ekonomi makro untuk mengetahui peranan dan kontribusi suatu sektor usaha terhadap pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Kondisi perekonomian Indonesia menurut data BPS (2011), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2010 mencapai 6,1 persen. Dengan demikian, target pemerintah bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2010 menembus angka 6 persen atau melebihi target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010 sebesar 5,8 persen tercapai. Badan Pusat Statistik (2011) industri makanan, minuman dan tembakau mempunyai kontribusi terhadap PDB nonmigas pada 2010 mencapai 23,2 persen. Berperan strategis dalam pembangunan sektor industri terutama kontribusinya terhadap PDB nonmigas. Tabel 1.1. industri pengolahan memberikan sumbangan cukup besar terhadap
PDB
Indonesia.
Tahun
2009,
sektor
industri
pengolahan
menyumbangkan sebesar 1.477.541,5 miliar rupiah atau 26,35 persen terhadap PDB. Industri pengolahan dikelompokkan menjadi dua yaitu industri pengolahan minyak dan gas dan industri pengolahan non minyak dan gas. Tahun 2009, sumbangan terbesar industri pengolahan berasal dari subsektor industri pengolahan non migas, yaitu sebesar 1.267.700,4 miliar rupiah atau 22,61 persen
2
dari seluruh pendapatan industri pengolahan. Subsektor non migas sendiri dikelompokkan menjadi beberapa industri tertentu dimana pada tahun 2009 industri makanan, minuman dan tembakau memberikan sumbangan terbesar yaitu 420.363,3 miliar rupiah dari nilai PDB.
Tabel 1.1. Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2009 Lapangan Usaha Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Industri Pengolahan Minyak dan Gas Industri Pengolahan Non Minyak dan Gas Listrik, Gas dan Air minum Konstruksi Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Pengangkutan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
PDB (Miliar Rupiah) 2009 857.196,8 592.060,9 1.477.541,5 209.841,1 1.267.700,4 46.680,0 555.192,5 744.513,5 353.739,7 182.908,2 170.831,5 405.162,0 574.116,5 5.606.203,4
Sumber: BPS (2012)
Makanan dan minuman adalah kebutuhan utama yang dibutuhkan manusia baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Bahan makanan pokok memegang peranan utama dalam memenuhi kebutuhan penduduk. Volume kebutuhan makanan dan minuman di Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya. Kecenderungan kenaikan ini disebabkan oleh faktor peningkatan pendapatan, pertambahan penduduk, dan meningkatnya kesadaran gizi yang seimbang. Perkembangan
teknologi
dan
perekonomian
membuat
pola
hidup
masyarakat dalam berkonsumsi turut berubah. Kepraktisan merupakan hal penting yang menjadi pertimbangan berkonsumsi. Produk-produk yang bersifat siap saji mulai diminati di pasar, salah satunya adalah minuman ringan. Industri minuman ringan adalah industri yang dapat dikelompokan dalam katagori industri pengolahan. Cabang industri ini menjadi penting untuk dikembangkan karena
3
mempunyai nilai strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional karena kontribusinya yang cukup signifikan. Konsumsi minuman ringan yang sedemikian luasnya serta pengeluaran masyarakat untuk minuman ringan yang semakin tinggi menyebabkan produk minuman ringan bukanlah barang mewah melainkan barang biasa. Industri minuman ringan memiliki potensi yang amat besar untuk dikembangkan. Ditinjau dari segi penciptaan kesempatan kerja, industri minuman ringan memiliki efek multiplier yang besar pada tenaga kerja. Rasio sebesar 4,025, industri minuman ringan menduduki pringkat ke - 14 dari 66 sektor industri lainya di seluruh Indonesia. Delapan puluh persen penjualan minuman ringan dilakukan oleh pengecer dan pedagang grosir dimana 90 persen diantaranya termasuk dalam kategori pengusaha kecil. Bagi para pengusaha kecil tersebut, produk minuman ringan merupakan barang dagangan terpenting dengan kontribusi sebesar 35 persen dari total penjualan dan nilai keuntungan sebesar 34 persen. Industriindustri penunjang lainnya yang terkena dampak kegiatan industri minuman ringan meliputi gelas, tutup botol, transportasi dan media. Berdasarkan perkembangannya industri minuman ringan mengalami hambatan seperti tingginya kesadaran terhadap isu lingkungan. Namun, hambatan tersebut dapat diatasi yaitu sejumlah pabrik minuman ringan telah melengkapi dirinya dengan sertifikat ISO 14001, sebagai bukti telah menerapkan sistem manajemen lingkungan, baik pengelolaan lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial dan budaya yang berstandar internasional. Oleh karena itu, industri minuman ringan masih memiliki peluang yang baik dalam pembangunan ekonomi. Tabel 1.2. banyaknya perusahaan baru yang masuk dalam industri minuman ringan membuat industri minuman ringan semakin berkembang. Terjadinya peningkatan jumlah perusahaan serupa yang masuk pasar sehingga persaingan antar industri minuman ringan juga akan meningkat, baik produsen lokal maupun perusahaan multinasional. Setiap perusahaan akan menetapkan strategi tertentu seperti strategi produk, strategi harga, strategi promosi, dan sebaginya dalam memasarkan produknya. Inovasi produk pun bermunculan dalam menghadapi
4
persaingan antar produsen minuman ringan, diantaranya inovasi rasa dan kemasan. Tabel 1.2.
Jumlah Perusahaan Industri Minuman Ringan di Indonesia Tahun 1995-2009
Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: BPS (2012)
Jumlah Perusahaan 215
236 242 236 223 223 218 222 212 240 263 332 340 302 303
Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat menandakan semakin nyata adanya akibat dari persaingan itu sendiri, baik persaingan yang bersifat sehat maupun yang bersifat kurang sehat. Hal ini secara langsung akan memengaruhi struktur, perilaku dan kinerja dari suatu industri. Tingkat keefisienan suatu industri pada teorinya akan meningkat seiring dengan terjadinya peningkatan dalam persaingan antar perusahaan dalam industri tersebut. Variabel keuntungan perusahaan merupakan salah satu indikator dari tingkat keefisienan suatu usaha, dimana setiap perusahaan akan meningkatkan keuntungannya agar bertahan dalam industri tersebut.
1.2. Perumusan Masalah Pertumbuhan sektor industri minuman ringan yang pesat memungkinkan bermunculan perusahaan-perusahaan besar yang memiliki modal kuat dan berskala besar serta menimbulkan ketatnya persaingan antar perusahaan dalam industri. Dalam kenyataanya, persainagan tersebut bisa dalam bentuk persaingan sehat atau kurang sehat yang dapat menjatuhkan pihak lain. Persaingan yang
5
kurang sehat dapat berupa praktek monopoli atau hambatan untuk masuk ke pasar (barrier to entry). Perusahaan-perusahaan besar yang bermodal kuat akan memiliki kekuatan yang besar di dalam pasar. Kekuatan ini bisa diperoleh karena perusahaan-perusahaan mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan kebijakan proteksi dan penanaman modal asing. Fenomena selanjutnya yang akan terjadi yaitu mengarah pada terbentuknya konsentrasi dalam pasar. Kekuatan ini akan memengaruhi struktur pasar didalam industri. Terbentuknya struktur pasar maka akan mengarah pada monopoli atau oligopoli. Selanjutnya struktur pasar tersebut akan memengaruhi perilaku-perilaku perusahaan pada industri ini sehingga selanjutnya akan memengaruhi kinerja dari perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas mengenai perkembangan dan kendala bisnis minuman ringan saat ini maka muncul beberapa permasalah yang akan dianalisis, sebagai berikut: 1.
Bagimana struktur, perilaku dan kinerja
industri minuman ringan di
Indonesia? 2.
Faktor-faktor apa yang memengaruhi kinerja dari industri minuman ringan di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dijelaskan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini antara lain: 1.
Menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri minuman ringan di Indonesia
2.
Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kinerja dari industri minuman ringan di Indonesia?
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri minuman ringan di Indonesia, penulis meneliti industri minuman ringan dengan kode ISIC 15540 yaitu semua minuman ringan kecuali yang mengandung alkohol. Data yang digunakan merupakan data time series tahunan dari tahun1995 sampai tahun 2009.
6
Selain itu untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kinerja industri minuman ringan di Indonesia dibatasi oleh variabel-variabel tertentu. Kinerja industri minuman ringan di Indonesia diwakili oleh variabel Price Cost Margin (PCM) dan variabel-variabel yang digunakan dalam mewakili faktor-faktor yang memengaruhi kinerja adalah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), efisiensi internal (X-Eff), pertumbuhan output (Growth) dan produktivitas tenaga kerja.
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, antara lain: 1.
Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai industri minuman ringan di Indonesia.
2.
Bagi pemerintah maupun lembaga atau instansi terkait, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk pengembangan industri minuman ringan di Indonesia.
3.
Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.