I 1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan
alam dan keanekaragaman hayati yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Pertanian merupakan salah satu sektor penting yang menjadi andalan dalam menggerakkan perekonomian Indonesia. Salah satu sub-sektor pertanian yang memiliki peranan penting adalah hortikultura. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang menjadi unggulan Indonesia. Data Badan Pusat Statistika (2010) menunjukkan adanya peningkatan ekspor buah-buahan pada tahun 2009 hingga 2010. Tercatat jumlah ekspor buah-buahan pada tahun 2009 sebesar 101.129 ton, dengan nilai sebesar US$ 49,0 juta. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah ekspor buah-buahan sebesar 105.672 ton, dengan nilai sebesar US$ 59,2 juta. Berdasarkan hal tersebut Indonesia memiliki peluang yang sangat besar dalam memposisikan diri sebagai negara penghasil buah-buahan. Hal ini didukung juga karena Indonesia memiliki kondisi iklim dan geografis yang sedemikian rupa sehingga cocok untuk membudidayakan buah-buahan. Salah satu komoditas buah-buahan yang menguntungkan dan berpotensi untuk dikembangkan adalah jeruk. Jeruk merupakan komoditas buah yang cukup menguntungkan untuk diusahakan saat ini dan mendatang, dapat mulai dipanen pada tahun kedua dengan nilai keuntungan usahataninya yang bervariasi berdasarkan lokasi dan jenis jeruk yang diusahakan. Beberapa jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk Siam (C. Microcarpa L. dan C. Sinesis. L ) yang terdiri atas Siam Pontianak, Siam Garut, Siam Lumajang, jeruk manis (C. Auranticum L. dan C. Sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), dan jeruk besar (C. Maxima Herr.). Beberapa sentra produksi jeruk di Indonesia tersebar meliputi daerah Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat), dan Medan (Sumatera Utara). Salah satu jenis jeruk yang paling banyak diusahakan di Indonesia adalah jeruk siam. Jeruk siam memiliki aroma yang khas, menyegarkan, memiliki rasa
34
yang lezat, manis dengan kombinasi asam yang menyegarkan, warna kulit yang kekuning-kuningan dan daging buah yang mudah terkelupas dari kulit. Tanaman jeruk siam dapat tumbuh dan diusahakan petani di dataran rendah hingga dataran tinggi dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat berpendapatan rendah hingga yang berpenghasilan tinggi. Jeruk siam merupakan komoditas buah yang cukup terkenal dan digemari bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (2010) yang menunjukkan adanya peningkatan konsumsi akan jeruk siam dalam masyarakat. Pada Tabel 1 berikut akan ditampilkan mengenai perkembangan produksi, konsumsi, dan pengeluaran ratarata buah jeruk siam di Indonesia.
Tabel 1. Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Jeruk Siam di Indonesia Tahun 2008-2009 Keterangan Produksi (Ton) Konsumsi (Kg/Kap/Th) Pengeluaran Rata-rata Per Kapita (Rp)
2008
2009
2.391.011
2.025.840
3,58
4,62
18.720
30.888
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009e (Diolah)
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui adanya peningkatan konsumsi akan jeruk siam dalam masyarakat, namun peningkatan konsumsi tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan akan produksi jeruk siam. Hal ini akan memicu pemerintah untuk melakukan impor jeruk siam guna memenuhi kebutuhan konsumsi jeruk siam di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2009), menunjukkan bahwa ekspor jeruk siam pada tahun 2008 sebesar 2,08 ton, sangat jauh jika dibandingkan dengan volume impor jeruk siam Indonesia, yakni sebesar 20.359,7 ton. Pada tahun 2009 ekspor jeruk siam Indonesia mengalami peningkatan menjadi 9,79 ton, namun peningkatan ekspor ini diikuti juga dengan peningkatan volume impor, yakni sebesar 31.859,5 ton. Berikut akan disajikan mengenai perkembangan produksi, ekspor dan impor jeruk siam di Indonesia.
35
Tabel 2. Perkembangan Produksi, Ekspor, dan Impor Jeruk Siam di Indonesia Tahun 2007-2010
2007
Produksi (Ton) 2.551.635
2008
Tahun
Ekspor (Ton)
Impor (Ton) -
-
2.391.011
2,08
20.359,71)
2009
2.025.840
9,79
31.859,52)
2010
1.939.727
-
-
Sumber :
1) 2)
per Mei 2008 per Januari 2009 Badan Pusat Statistika, 2009c,d
Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa neraca ekspor impor jeruk siam di Indonesia negatif, hal ini menunjukkan jumlah impor yang lebih besar dari pada ekspor. Tingginya angka impor ini menimbulkan kekhawatiran bagi petani jeruk siam karena akan terjadi persaingan dengan produk-produk jeruk siam impor. Selain itu dikhawatirkan juga bahwa produk impor bisa menguasai pasar jeruk di Indonesia, sehingga akan mengancam produksi jeruk siam di Indonesia dan petani sebagai produsen jeruk siam akan merasakan dampak yang hebat akibat adanya impor ini. Hal ini dapat menjadi peluang bagi Kabupaten Garut sebagai salah satu sentra produksi jeruk siam di Jawa Barat pada khususnya dan Indonesia pada umumnya untuk memenuhi dan mensubstitusi jeruk impor tersebut. Pada era perdagangan bebas saat ini produsen jeruk siam di dalam negeri dituntut untuk meningkatkan daya saing produk jeruk siamnya agar mampu bertahan menghadapi persaingan dengan jeruk siam impor lainnya. Meskipun angka impor jeruk di Indonesia besar, namun tidak menutup kemungkinan Indonesia menjadi negara pengekspor jeruk.
1.2.
Perumusan Masalah Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra produksi jeruk siam yang
berada di propinsi Jawa Barat. Jumlah produksi jeruk siam Kabupaten Garut pada tahun 2010 sebesar 9.180,4 ton atau 38,68 persen dari total produksi jeruk keprok Jawa Barat sebesar 23.732 ton. Tanaman jeruk telah diproduksi sejak lama di
36
Kabupaten Garut, sebelum tahun 1964 Kabupaten Garut merupakan sentra produksi jeruk terbesar di Jawa Barat dan sejak itu pula Garut merupakan daerah endemis CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang mengakibatkan produksi jeruk dari tahun ke tahun terus menurun. Berdasarkan data pada tahun 1987 populasi jeruk di Kabupaten Garut tercatat sebanyak 1.300.000 pohon dengan areal seluas 2.600 ha, namun akibat adanya serangan CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) dalam kurun waktu 5 tahun terjadi penurunan yang sangat tajam, tercatat pada tahun 1992 populasinya hanya tinggal 52.000 pohon. Pemerintah menerapkan kebijakan penanaman kembali tanaman jeruk dengan target 1.000.000 pohon pada tahun 2014. Berikut perkembangan produksi tanaman jeruk siam di Kabupaten Garut.
Tabel 3. Perkembangan Produksi, Jumlah Tanaman dan Tanaman yang menghasilkan Jeruk Siam di Kabupaten Garut Tahun 2006-2010 Tahun
Jumlah Tanaman (Pohon)
Tanaman yang Menghasilkan (Pohon)
Produksi (Kw)
2006
-
162.374
81.190
2007
-
191.201
96.170
2008
-
215.555
109.729
2009
621.453
208.305
107.581
2010
662.593
200.922
91.804
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut, 2010
Berdasarkan Tabel 3 mengenai perkembangan produksi dapat diketahui bahwa jumlah tanaman yang menghasilkan dan jumlah produksi jeruk siam di Kabupaten Garut mengalami peningkatan dari tahun 2006 hingga tahun 2008. Tercatat peningkatan jumlah tanaman yang menghasilkan dari tahun 2006 hingga 2008 meningkat sebesar 32,75 persen menjadi 215.555 pohon tanaman yang menghasilkan. Meningkatnya jumlah tanaman yang menghasilkan diikuti pula dengan meningkatnya jumlah produksi jeruk siam dari tahun 2006 hingga tahun 2008 yaitu sebesar 35,15 persen. Namun pada tahun 2009 hingga tahun 2010 produksi jeruk siam mengalami penurunan. Hal ini disebabkan penurunan jumlah
37
tanaman yang menghasilkan sebesar 7,28 persen yang mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah produksi sebesar 19,52 persen, yakni menjadi 91.804 kw. Kecamatan Samarang merupakan salah satu sentra produksi dan penghasil jeruk siam terbesar di Kabupaten Garut. Pada tahun 2010 produksi jeruk siam di Kecamatan Samarang adalah sebesar 3.314 ton. Tercatat peningkatan jumlah tanaman jeruk siam dari tahun 2006 hingga 2010 meningkat menjadi 148.977 pohon. Sedangkan tanaman yang menghasilkan mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 35.096 pohon dan meningkat hingga tahun 2010 sebesar 87,17 persen menjadi 65.689 pohon tanaman yang menghasilkan. Meningkatnya jumlah tanaman yang menghasilkan diikuti pula dengan meningkatnya jumlah produksi jeruk siam dari tahun 2007 hingga tahun 2009 yaitu sebesar 90,02 persen menjadi 33.502 kw. Namun pada tahun 2009 hingga tahun 2010 produksi jeruk siam mengalami penurunan sebesar 1,08 persen menjadi 33.140 kw. Berikut perkembangan produksi jeruk siam di Kecamatan Samarang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Produksi, Jumlah Tanaman dan Tanaman yang menghasilkan Jeruk Siam di Kecamatan Samarang Tahun 2006-2010 Tahun
Jumlah Tanaman (Pohon)
Tanaman yang Menghasilkan (Pohon)
Produksi (Kw)
2006
65.747
47.797
23.990
2007
86.047
35.096
17.630
2008
124.247
63.742
33.350
2009
134.797
-
33.502
2010
148.977
65.689
33.140
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut, 2010
Pemerintah memiliki peran yang strategis dalam rangka mengembangkan pengusahaan jeruk siam di Kabupaten Garut. Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah demi memajukan pengusahaan jeruk siam di Kabupaten Garut, seperti bantuan input, pembimbingan, dan penyuluhan. Kebijakan tersebut akan berpengaruh terhadapa input maupun output pengusahaan komoditas jeruk siam di Kabupaten Garut. Daya saing komoditas jeruk siam akan meningkat jika
38
kebijakan yang ada mengakibatkan biaya input menurun dan menambah nilai guna output. Begitu juga sebaliknya, apabila kebijakan pemerintah yang berlaku mengakibatkan biaya input naik dan menurunkan nilai guna output, maka akan menurunkan daya saing. Pemerintah Kabupaten Garut secara tidak langsung menganjurkan bagi produsen jeruk siam untuk menggunakan bibit jeruk siam yang berasal dari penangkar dengan tujuan untuk meningkatkan produksi, kualitas dan daya tahan terhadap penyakit. Namun, pada kenyataannya masih terdapat beberapa petani jeruk siam yang menggunakan bibit dengan batang bawah hasil tebasan tanaman jeruk siam yang tidak produktif lagi. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan teknologi dalam bentuk penggunaan bibit pada pengusahaan jeruk siam di Kabupaten Garut. Teknologi
modern dimana pengusahaan jeruk
siam
menggunakan bibit penangkaran dan teknologi tradisional dimana pengusahaan jeruk siam menggunakan bibit batang bawah sendiri. Maka menjadi pertanyaan jenis teknologi pengusahaan jeruk siam mana yang unggul secara komparatif dan kompetitif. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa potensi jeruk siam perlu mendapatkan perhatian serius dalam upaya pengusahaanya. Oleh karena itulah dalam rangka pengembangan jeruk siam di Kabupaten Garut, maka diperlukan suatu penelitian mengenai daya saing sekaligus dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan jeruk siam di Kabupaten Garut, sehingga peranannya dalam perekonomian nasional dapat diandalkan. Maka masalah yang akan dikaji sehubungan dengan penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana pengaruh teknologi terhadap keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif Jeruk Siam di Kabupaten Garut?
2.
Bagaimana
dampak
kebijakan
pemerintah
terhadap
daya
saing
pengusahaan Jeruk Siam di Kabupaten Garut? 3.
Bagaimana keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif Jeruk Siam apabila terdapat perubahan nilai tukar rupiah, harga jeruk siam domestik dan kenaikan harga pupuk di Kabupaten Garut?
39
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1)
Menganalisis pengaruh teknologi terhadap keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif Jeruk Siam di Kabupaten Garut.
2)
Menganalisis
dampak
kebijakan
pemerintah
terhadap
daya
saing
pengusahaan Jeruk Siam di Kabupaten Garut. 3)
Menganalisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif Jeruk Siam apabila terdapat perubahan nilai tukar rupiah, harga jeruk siam domestik dan kenaikan harga pupuk di Kabupaten Garut.
1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, informasi, atau
masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu antara lain: 1)
Bagi petani jeruk siam, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui pendapatannya dengan cara memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan produktivitas jeruk siam, serta melestarikan komoditas kebanggaan mereka ini.
2)
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mendukung kegiatan usahatani jeruk siam sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Garut.
3)
Bagi pemerintah diharapkan penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan atau rujukan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan pengusahaan Jeruk Siam.
4)
Bagi kalangan mahasiswa dan perguruan tinggi, penelitian ini dapat bermanfaaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan yang berguna sehingga dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.
5)
Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan segala ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan, serta dapat melatih dan mengembangkan
kemampuan
dalam
berpikir
dan
menganalisis
permasalahan yang ada di lapangan.
40
1.5.
Ruang Lingkup Mengacu pada permasalahan dan tujuan penelitian serta mengingat adanya
keterbatasan sumberdaya, maka ruang lingkup pada penelitian ini diantaranya yakni, analisis dilakukan pada tingkat usahatani, responden utama dalam penelitian ini adalah petani jeruk siam di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut dan studi terbatas pada data yang tersedia dari berbagai aspek ekonomi pada usahatani jeruk siam yang ada di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Selain itu diberikannya batasan-batasan berupa asumsi dimaksudkan untuk memudahkan proses analisis dan diharapkan dengan batasan ini tidak merubah ataupun mengurangi esensi yang hendak disampaikan.
41