I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu kota, baik yang menyangkut kuantitas maupun kualitas yang dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan penduduk, sosial budaya dan sosial ekonomi merupakan eksistensi dari kota itu sendiri. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan ruang terus bertambah dan kontribusi terbentuknya aktivitas perkotaan semakin besar.
Kota Jayapura merupakan ibukota Provinsi Papua yang sedang berkembang
dan
mengalami
pertumbuhan.
Dikatakan
demikian
karena
pertumbuhan penduduk yang sekitar 3,6% per tahun dan pertumbuhan perekonomian masyarakat di Kota Jayapura terus berkembang (BPS. Kota Jayapura Dalam Angka, 2012). Perkembangan yang terjadi ini menyebabkan meningkatnya aktivitas penduduk yang kemudian akan menimbulkan mobilitas penduduk yang semakin tinggi. Mobilitas tentu membutuhkan sarana prasarana yang berupa penyediaan jalan dan sarana perangkutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kota Jayapura terdiri dari lima Distrik/Kecamatan yaitu, Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Muara Tami dan Heram dengan kondisi topografi merupakan wilayah pegunungan. Konsentrasi aktivitas kota Jayapura terdapat di tiga distrik yaitu, Jayapura Utara, Jayapura Selatan dan Abepura dimana ruas jalan utama yang menghubungkan ketiga wilayah ini sangat sedikit. Berdasarkan klasifikasi status jalan, ruas jalan di kota jayapura dibedakan menjadi tiga macam, yaitu jalan negara (State road), Jalan provinsi (Province road), dan jalan kota (Municipality road). Hampir semua ruas jalan raya di kota Jayapura masuk kedalam klasifikasi ruas jalan kota (Municipality road). Jalan-jalan tersebut kebanyakkan didesain 2 lajur 2 arah undivived dengan variasi lebar jalan mulai dari 3m – 12m (BPS. Kota Jayapura Dalam Angka 2013)
1
Perkembangan kota Jayapura tentu harus diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasana transportasi yang memadai karena dipengaruhi oleh mobilitas yang semakin tinggi. Tetapi, yang terjadi adalah jumlah penduduk yang terus meningkat dengan cepat menyebabkan ketersediaan ruang semakin terbatas untuk transportasi. Sehingga, terjadilah permasalahan seperti kemacetan.
Kemacetan lalu lintas yang mulai dirasakan oleh pengguna jalan di Kota Jayapura menunjukan karakteristik dari kota yang sedang tumbuh dan berkembang. Tetapi ini merupakan suatu permasalahan yang sebenarnya sedang terjadi dikarenakan seiring dengan pertumbuhan penduduk di Kota Jayapura dan juga pertumbuhan pusat-pusat perekonomian masyarakat yang terus berkembang. Kemacetan lalu lintas ini sungguh membuat warga merasa tidak nyaman.
Permasalahan transportasi khususnya kemacetan lalu lintas saat ini merupakan permasalahan yang menonjol di derah perkotaan. Hampir setiap ruasruas jalan yang ada di Kota Jayapura dipadati oleh kendaraan yang dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat dan tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah jaringan jalan. Berdasarkan hal tersebut diatas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh dari urbanisasi terhadap kemacetan transportasi di Kota Jayapura.
1.2.Rumusan Masalah Kota yang semakin berkembang dengan manajemen yang kurang baik akan menyebabkan timbulnya masalah-masalah perkotaan. Ada berbagai sistem yang perlu di perhatikan dalam suatu perkembangan kota untuk dapat diatur dengan baik. Salah satu sistem yang harus diperhatikan adalah sistem transportasi. Sistem transportasi merupakan salah satu sistem yang dapat menjadi tolok ukur dari suatu daerah yang sedang mengalami perkembangan. Manajemen sistem transportasi yang kurang baik tentu akan menimbulkan berbagai masalah. Banyak permasalahan yang dapat dilihat secara langsung seperti kemacetan dan tingginya kecelakaan lalu lintas. Persoalan lalu lintas timbul
2
apabila volume lalu lintas mendekati kapasitas jaringan jalan sebagai akibat ketidakseimbangan antara ketersediaan berupa kapasitas jaringan jalan dengan permintaan yakni volume lalu lintas terutama kendaraan.
Permasalahan lalu lintas yang terjadi di Kota Jayapura di sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah kepemilikan kendaraan yang semakin meningkat, juga keberadaan pusat perbelanjaan dan pendidikan (sekolah dan universitas) yang akan didatangi menyebabkan perilaku pengemudi kendaraan pribadi dan umum yang tidak disiplin dan terkadang melanggar peraturan lalu lintas serta perilaku masyarakat (anak-anak sekolah) yang sering memadati bahu jalan pada waktu usai belajar sehingga mengurangi kapasitas jalan tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka untuk mempermudah dalam pembahasannya dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian berikut : 1.
Bagaimana perkembangan guna lahan yang menunjukkan tingkat urbanisasi yang terjadi di Kota Jayapura ?
2.
Apakah kapasitas ruas jalan di Kota Jayapura masih mencukupi dan bagaimana tingkat pelayanan ruas jalan tersebut yang menunjukan tingkat kemacetan di Kota Jayapura ?
3.
Bagaimana pengaruh tingkat urbanisasi terhadap tingkat kemacetan lalu lintas di Kota Jayapura ?
1.3. Tujuan Penelitian
3
Berdasarkan rumusan masalah yang ada diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui perkembangan
guna lahan
yang menunjukkan
terjadinya tingkat urbanisasi di Kota Jayapura, 2. Mengetahui kapasitas ruas jalan di Kota Jayapura pada tingkat pelayanan jalan dan tingkat kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Jayapura, 3. Mengetahui
pengaruh
tingkat
urbanisasi
terhadaptingkat
kemacetan yang terjadi di ruas jalan Kota Jayapura.
I.4. Kegunaan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dibahas, kegunaan dari penelitian ini, yaitu: 1. Kegunaan teoritis, yaitu berguna sebagai upaya pengembangan wawasan pemahaman di bidang pengembangan wilayah perkotaan khususnya mengenai urbanisasi dan di bidang transportasi perkotaan
khususnya
kemacetan
perkotaan
dan
pengaruh
urbanisasi terhadap terjadinya kemacetan. 2. Kegunaan praktis, yaitu penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan kepada pemerintah Kota Jayapura khususnya BAPPEDA Kota Jayapura dan Dinas Perhubungan Kota Jayapura mengenai pengaruh dari urbanisasi terhadap kemacetan di Kota Jayapura dan informasi tentang kapasitas ruas jalan, dan tingkat pelayanan jalan di Kota Jayapura, serta sebagai informasi bagi rekan-rekan mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian yang sama dalam bidang yang sama.
1.5. Batasan Masalah
4
Agar tidak terjadi penyimpangan dalam pembahasan masalah nantinya, maka perlu dibuat batasan sebagai berikut : 1. Wilayah yang masuk dalam penelitian ini adalah Kota Jayapura yang terdiri dari lima distrik yaitu Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, Distrik Heram dan Distrik Muara Tami. 2. Data-data yang digunakan adalah data primer yang didapat dari hasil observasi lapangan dan data sekunder yang didapatkan dari pihak atau instansi terkait. 3. Membahas perkembangan pemanfaatan lahan dan perubahan fungsi kawasan yang menunjukkan tingkat urbanisasi. 4. Membahas kapasitas jalan sebagai penunjuk tingkat pelayanan jalan dan tingkat kemacetan lalu lintas di Kota Jayapura. 5. Membahas pengaruh tingkat urbanisasiterhadap tingkat kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Jayapura.
1.6. Tinjauan Pustaka 1.6.1. Ilmu Geografi Perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
pada
umumnya
mempengaruhi juga perkembangan analisa dalam geografi. Dalam geografi terpadu (integrated geography) untuk mendekati atau menghampiri masalah dalam geografi digunakan bermacam-macam pendekatan atau hampiran (approach) yaitu pendekatan analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi (ecological analysis) dan analisis kompleks wilayah (regional complexanalysis). Pendekatan yang digunakan dalam geografi terpadu tidak membedakan antara elemen fisikal dan non fisikal (Bintarto, 1979).
Ada tiga pendekatan utama dalam perkembangan studi geografi yaitu pendekatan
keruangan
(spasial),
ekologis
(lingkungan),
dan
kompleks
kewilayahan. Secara rinci, Yunus (2005) menjelaskan ketiga pendekatan ini: a. Pendekatan Keruangan (Spasial)
5
Pendekatan keruangan lebih mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifatsifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pendekatan keruangan adalah suatu pendekatan yang mempelajari fenomena permukaan bumi dengan menggunakan ruang sebagai media untuk analisis. Dimensi keruangan yang dimunculkan lebih menonjolkan sebaran, pola, struktur, organisasi, proses, tendensi, asosiasi, interaksi elemen-elemem geosfer dalam suatu hamparan bidang permukaan bumi, sehingga penekanan analisis adalah perbandingan kekhasan variasi lokasional ruang. Dimensi keruangan ini juga merupakan tema analisis keruangan yang dapat berdiri sendiri maupun dapat merupakan gabungan dari beberapa tema analisis. Contohnya analisis kecendrungan keruangan maka dapat dimulai dari identifikasi pola sebaran atau struktur tentang fenomena geosfera yang akan diteliti dan kemudian dilanjutkan dengan analisis proses keruangan. Selain itu, cara lain untuk melihat kecendrungan keruangan dapat menggunakan analisis interaksi dan asosiasi keruangannya yang terjadi berdasarkan fakta empirisnya.
b. Pendekatan ekologis (Lingkungan) Pendekatan
ekologi
lebih
menekankan
kepada
interaksi
dan
interdependensi antar manusia dan antar manusia dengan lingkungan hidupnya. Penekanan ini lebih fokus tentang keterkaitan elemen-elemen lingkungan dengan makhluk hidup atau aspek-aspek kehidupannya. Interaksi dan Interdependensi adalah fungsi-fungsi dalam sistem, yang disebut juga sebagai eko-geografi. Eko-geografi bersifat antroposentris, dimana lingkungan alam sudah dimasukkan didalam kehidupan budidaya manusia dan sebaliknya manusia merupakan bagian dari lingkungan hidup. Hubungan manusia dengan lingkungan merupakan hubungan dua arah, karena masingmasing saling pengaruh mempengaruhi. Oleh karena itu untuk mempelajari ekologi seseorang harus mempelajari organisme hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungannya seperti litosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Adapun 3 tema pendekatan ekologi yang
6
dikembangkan yaitu (1) keterkaitan antara manusia (behavior, perception) dengan elemen lingkungan;(2) keterkaitan antara kegiatan manusia dengan elemen lingkungan;(3) keterkaitan antara physic-artifical feactures dengan elemen lingkungan.
c. Pendekatan Kompleks Kewilayahan Pendekatan kompleks kewilayahan merupakan kombinasi/gabungandari pendekatan keruangan dan ekologi. Pendekatan ini terfokus pada unitwilayah dapat diidentifikasi dari perbedaan dan persamaan areal sesuai dengantujuan penelitian (deferensi areal melalui teknik klasifikasi). Pendekatan inididasarkan pada pemahaman mendalam mengenai adanya suatu wilayahsebagai suatu sistem dan akan terdapat banyak sekali subsistem didalamnyaserta terdapat elemen-elemen wilayah yang saling terkait.
Fokus kajian penelitian ini yaitu mengidentifikasi pengaruh antara tingkat urbanisasi dengan kemacetan yangberkaitan dengan analisis keruangan juga ekologi baik pola sebaran dan struktur pembentuk akan adanya kegiatan yang dapat menimbulkan kemacetan. Sehingga, dalam penelitian ini sangat sesuai digunakan pendekatan kompleks kewilayahan.
1.6.2. Transportasi
7
(Haryono Sukarto, 2006) menyatakan bahwa transportasi atau perangkutan adalah perpindahandari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakanalat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenagamanusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan(trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalahproses perpindahan dari satu tempat ke tempat yanglain dan komunikasi antara tempat asal dan tempat tujuan.Untuk itu dikembangkan sistem transportasi dankomunikasi, dalam wujud sarana (kendaraan) danprasarana (jalan).
Transportasi dan tata guna lahan merupakan dua halyang tidak dapat dipisahkan.Kegiatan transportasi yang diwujudkan dalam bentuklalu lintas kendaraan, pada dasarnya merupakan kegiatanyang menghubungkan dua lokasi dari tata gunalahan yang mungkin sama atau berbeda.
1.6.3. Struktur Keruangan Kota Kota merupakan salah satu kenampakan di permukaan bumi sebagai tempat permukiman penduduk dengan beraneka ragam kegiatan. Berikut merupakan beberapa pengertian kota: 1. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa, pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 2. Menurut Ilhami (1988) sebagian besar terjadinya kota adalah berawal dari desa yang mengalami perkembangan yang pasti. Faktor yang mendorong perkembangan desa menjadi kota adalah karena desa berhasil menjadi pusat kegiatan tertentu, misal menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pertambangan, pergantian transportasi, pelabuhan, pusat persilangan atau pemberhentian kereta api, terminal bus dan sebagainya.
8
Menurut Bintarto, terdapatbeberapa istilah yang sering digunakan dalam membahas pengertian kota, antara lain: 1) City adalah pusat kota 2) Urban adalah suatu bentuk yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan yang modern atau dapat disebut daerah perkotaan 3) Suburban atau Faubourgh adalah suatu area yang lokasinya dekat pusat kota atau inti kota dengan luas mencakup daerah penglaju dan commuter, 4) Urban Fringe adalah suatu daerah peralihan antara kota dan lokasinya mengelilingi suburban, 5) Rural Urban Fringe adalah jalur daerah yang terletak antara daerah kota dengan desa, yang ditandai dengan penggunaan tanah campuran, 6) Town adalah suatu kota kabupaten, 7) Township adalah kota kecamatan.
Menurut Kamus Tata Ruang, Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
Kota sebagai tata ruang harus merupakan lingkungan yang dinamis sehingga membutuhkan daya dukung bagi kehidupan penghuninya. Oleh karena itulah timbul beberapa sifat kota. Secara fisik, kota menyediakan berbagai macam fasilitas yang lengkap, seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, pusat bisnis, rekreasi, dan olahraga.Ciri fisik tersebut berdampak pada sifat-sifat kehidupan masyarakat kota. Struktur ruang kota keadaannya lebih kompleks dan teratur. Struktur ruang kota mengatur pemanfaatan ruang atau lahan untuk keperluan tertentu sehingga tidak terjadi pemanfaatan yang tumpang tindih (Yunus, 1999).
9
1.6.4. Urbanisasi Bintarto (1983) dan Johston (1981) (dalam Rachmawati dkk., 2004), mengemukakan bahwa urbanisasi dapat dipandang sebagai suatu proses dalam artian; 1) meningkatkan proporsi penduduk kota, 2) perubahan sosial ekonomi penduduk pedesaan, dan 3) berubahnya kehidupan atau suasana desa menjadi suasana kehidupan kota.
Menurut Mc Gee, 1971 (dalam Renggaprawita, 2009), urbanisasi dapat dilihat berdasarkan aspek demografi, ekonomi, dan sosial. Berkaitan dengan aspek demografi, pertumbuhan penduduk di perkotaan ini disebabkan oleh pertumbuhan alami penduduk maupun migrasi penduduk. Selain itu, perkembangan tersebut juga disebabkan oleh adanya perubahan ekonomi yang dapat dilihat dari adanya pergeseran lapangan pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, seperti perdagangan dan industri. Sedangkan berdasarkan aspek sosial, perkembangan wilayah perkotaan dapat dilihat dari adanya perubahan pola pikir dan gaya hidup masyarakatnya.
Urbanisasi menghasilkan perubahan, baik konstruktif maupun deskriptif yang bergantung pada berbagai faktor, diantaranya daya dukung kota, terutama daya dukung fisik dan ekonomi, kualitas para urbanit, terutama dalam segi pendidikan dan keterampilan berwiraswasta, serta kebijakan pemerintah setempat dan kebijakan nasional mengenai tata kota dan tatanan pedesaan (Bintarto, 1984).
Penelitian ini mengenai pengaruh tingkat urbanisasi terhadap tingkat kemacetan sehingga, fokus urbanisasi dalam penelitian ini lebih kepada urbanisasi yang seperti dikemukakan oleh Bintarto dan Johston sebagai suatu proses berubahnya kehidupan atau suasana desa menjadi suasana kehidupan kota, dimana fasilitas pelayanan semakin bertambah untuk memenuhi kebutuhan penduduk sehingga, penggunaan lahan juga bertambah dan membuat wilayah semakin berkembang.
10
1.6.5. Jaringan Jalan 1.6.5.1.Klasifikasi Jalan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No: 34 tahun 2006 tentangjalan, klasifikasi jalan menurut fungsinya terbagi menjadi empat jalan yaitu: 1. Jalan Arteri. Jalan Arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutanutama dengan ciri perjalanannya jarak jauh, dengan kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk ke jalan ini sangat dibatasi secara berdayaguna. 2. Jalan Kolektor. Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutandengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang danjumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan Lokal. Jalan Lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutansetempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-ratarendah, dan jalan masuk tidak dibatasi. 4. Jalan Lingkungan. Jalan
Lingkungan
merupakan
jalan
umum
yang
berfungsi
melayaniangkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatanrata-rata rendah, dan jalan masuk dibatasi.
11
1.6.5.2.Karakteristik Jalan Perkotaan Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu : a. Jalan satu arah ( 1 - 3 / 1 ) b. Jalan dua lajur – dua arah ( 2 / 2 ) c. Jalan empat lajur – dua arah ( 4 / 2 ), yang terbagi menjadi : 1) Tanpa median (undivided) 2) Dengan median (divided) d. Jalan enam lajur – dua arah terbagi ( 6 / 2 D ) Karakteristik
dari
masing-masing
tipe
jalan
perkotaan
tersebut
diatasadalah sebagai berikut : 1. Jalan satu arah ( 1 – 3 / 1 ) Tipe jalan ini meliputi semua jalan satu arah dengan lebar jalur lalu lintas dari 5,0 meter sampai dengan 10,5 meter. Kondisi dasar tipe jalan ini dari mana kecepatan arus bebas dasar dan kapasitas ditentukan didefinisikan sebagai berikut: 1) lebar jalan 7 meter 2) memakai kerb, terbebas minimal 2 meter dari rintangan jalan 3) tanpa median 4) hambatan samping rendah 5) ukuran kota 1,0 – 3,0 juta juwa penduduk. 6) tipe alinyemen datar 2. Jalan dua lajur – dua arah ( 2 / 2 ) Tipe jalan ini meliputi semua jalan perkotaan dua lajur – dua arah dengan lebar jalur lalu lintas ≤ 10,5 meter. Untuk jalan dua-arah yang lebih lebar dari 11 meter, jalan sesugguhnya selama beroperasi pada kondisi arus tinggi sebaiknya diamati sebagai dasar pemilihan prosedur perhitungan jalan perkotaan dua-lajur atau empat-lajur tak terbagi. Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai berikut :
12
1) lebar 7 meter 2) lebar efektif bahu jalan paling sedikit 2 meter pada tiap sisi 3) tanpa median 4) pemisahan arus lalu lintas adalah 50 – 50 5) hambatan samping rendah 6) ukuran kota 1,0 – 3,0 juta jiwa penduduk 7) tipe alinyemen datar 3. Jalan empat lajur – dua arah ( 4 / 2 ) Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua arah dengan lebar jalur lalu lintas lebih dari 10,5 meter dan kurang dari 16,0 meter. Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai berikut : 1) lebar jalan 14 meter 2) memakai kerb, terbebas minimal 2 meter dari rintangan jalan 3) tanpa median untuk jalan yang tidak terbagi (undivided) dan dengan median untuk jalan yang terbagi (divided). 4) pemisahan arus lalu lintas adalah 50 – 50 5) hambatan samping rendah 6) ukuran kota 1,0 – 3,0 juta jiwa penduduk 7) tipe alinyemen datar 4. Jalan enam lajur – dua arah terbagi ( 6 / 2 D ) Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua arah dengan lebar jalur lalu lintas lebih dari 18 meter dan kurang dari 24 meter. Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai berikut: 1) lebar lajur 3,5 meter ( lebar jalur lalu lintas total 21 meter ) 2) kerb ( tanpa bahu ) 3) jarak anatar kerb dan penghalang terdekat pada trotoar ≥ 2 meter 4) menggunakan median 5) pemisahan arus lalu lintas 50 – 50 6) hambatan samping rendah 7) ukuran kota 1,0 – 3,0 juta jiwa penduduk 8) tipe alinyemen data.
13
Sebuah ruas jalan didefinisikan sebagai jalan yang panjang antara simpang bersinyal atau simpang tak bersinyal utama dan tidak terpengaruh karena adanya simpang tersebut dan merupakan jalan yang mempunyai karakteristik yang sama sepanjang jalan tersebut. Kinerja suatu ruas jalan akan tergantung pada karakteristik utama suatu jalan yaitu kapasitas, kecepatan perjalanan rata-rata, dan tingkat pelayanannya ketika dibebani lalu lintas. Hal-hal yang mempengaruhi kapasitas, kecepatan perjalanan rata-rata, dan tingkat pelayanan suatu ruas jalan adalah : a. Geometri 1) Tipe jalan, seperti jalan tol atau bukan akan memberikan beban lalu lintas yang berbeda. 2) Lebar jalan akan berpengaruh terhadap kapasitas. 3) Bahu jalan atau kerb akan memperngaruhi kapasitas dan kecepatan arus lalu lintas. 4) Jalan
yang terpisah
atau tidak terpisah
oleh
median
akan
mempengaruhi kapasitas jalan. b. Lingkungan 1) Lingkungan dan aktifitas di sekitar jalan sering mengakibatkan konflik arus lalu lintas yang disebut hambatan samping. Hambatan samping yang mempengaruhi lalu lintas dan sangat sering terjadi pada jalan raya dua arah adalah : a) pejalan kaki yang berjalan atau menyeberang b) kendaraan yang berhenti atau parkir c) kendaraan bermotor yang masuk dan keluar ke atau dari jalan samping jalan dan jalan sisi d) arus kendaraan yang bergerak lambat, yaitu arus total (kend/jam) dari sepeda, becak, delman, dan sebagainya. 2) Angka pertumbahan kendaraan bermotor mempengaruhi kapasitas dan kecepatan arus lalu lintas.
14
1.6.5.3.Sistem Jaringan Jalan Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006Bab II pasal 5 tentang jalan, sesuai dengan peruntukannya jalan terdiri dari JalanUmum dan Jalan Khusus. Untuk jalan umum dikelompokkan menurut sistem,fungsi, status dan kelas; sedangkan jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalulintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan, danketentuan-ketentuan tentang jalan khusus diatur dalam peraturan pemerintah. Dalam hal ini peranan pelayanan distribusi barang dan jasa, jaringan jalandiklasifikasikan dalam 2 (dua) sistem, yaitu : sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
1.6.6. Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas menunjukan data mengenai jumlah kendaraan yang melalui ruas jalan. Data volume lalu lintas merupakan data mentah hasil survei yang harus dianalisa dan diubah dengan cara mengalikan data tersebut dengan Satuan Mobil Penumpang (SMP) dari masing-masing jenis kendaraan. (MKJI,1997)
1.6.7. Kapasitas Jalan Dalam pengendalian arus lalu lintas, salah satu aspek yang penting adalahkapasitas jalan serta hubungannya dengan kecepatan dan kepadatan. Kapasitasdidefinisikan sebagai tingkat arus maksimum dimana kendaraan dapat diharapkan untukmelalui suatu potongan jalan pada periode waktu tertentu untuk kondisi lajur/jalan,pengendalian lalu lintas dan kondisi cuaca yang berlaku.Nilai kapasitas dihasilkan dari pengumpulan data arus lalu lintas dan datageometrik jalan yang dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp). Untuk jalandua lajur – dua arah penentuan kapasitas berdasarkan arus lalu lintas total, sedangkanuntuk jalan dengan banyak lajur perhitungan dipisahkan secara per lajur. (MKJI, 1997)
15
1.6.7.1.Kapasitas Dasar Kapasitas dasar jalan tergantung pada tipe jalan, jumlah lajur, dan apakah jalan dipisahkan dengan pemisah fisik atau tidak.
1.6.7.2.Faktor Koreksi Kapasitas untuk Lebar Lajur Lalu Lintas Penyesuaian lebar lajur lalu lintas berpengaruh kepada kapasitas jalan jarena semakin lebar lajur jalan maka semakin tinggi kapasitas demikian sebaliknya semakin sempit lajur maka kapasitas akan semakin rendah, karena pengemudi harus waspada melewati lajur sempit sehingga kecepatan kendaraanpun akan dikurangi.
1.6.7.3.Faktor koreksi kapasitas untuk pembagian arah (tidak berlaku untuk jalan satu arah) Jalan tanpa pemisah lajur akan menambah kehati-hatian pengemudi sehingga hal ini dapat menyebabkan menurunnya kapasitas jalan.
1.6.7.4.Faktor Koreksi Kapasitas akibat Gangguan Samping (FCSF) Faktor koreksi akibat hambatan samping (FCSF) digunakan untuk jalan yang mempunyai bahu jalan, dilihat dari tipe jalan, dan juga jenis hambatan samping.
1.6.7.5.Faktor Koreksi Kapasitas akibat Gangguan Ukuran Kota Faktor koreksi ukuran kota (FCCS) merupakan faktor koreksi kapasitas akibat gangguan dari ukuran kota diidentifikasi dari jumlah penduduk yang ada di suatu kota.
16
1.6.8. Derajat Kejenuhan/Degree of Saturation (DS) Derajat
kejenuhan
adalah
rasio
arus
terhadap
kapasitas
jalan.
Biasanyadigunakan sebagai faktor kunci dalam penentuan perilaku lalu lintas pada suatusegmen jalan dan simpang. Dari nilai derajat kejenuhan ini, dapat diketahuiapakah segmen jalan tersebut akan memiliki kapasitas yang cukup atau tidak. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, persamaan untukmencari besarnya kejenuhan adalah sebagai berikut : (Persamaan 1). Menghitung Derajat Kejenuhan: DS = Q / C Keterangan : DS = derajat kejenuhan Q = volume kendaraan (smp / jam) C = kapasitas jalan (smp / jam)
Jika nilai DS < 0.75, maka jalan tersebut masih layak, tetapi jika DS >0.75 maka diperlukan penanganan pada jalan tersebut untuk mengurangikepadatan atau kemacetan. Kemacetan lalu lintas pada suatu ruas jalan disebabkanoleh volume lalu lintas yang melebihi kapasitas yang ada. Solusi yang dapatdilakukan adalah dengan menaikkan kapasitas atau mengurangi volume lalulintas. Biasanya kapasitas dapat diperbaiki dengan jalan mengurangi penyebabganguan, misalnya dengan memindahkan tempat parkir, mengontrol pejalan kakiatau dengan memindahkan lalu lintas ke rute yang lainnya atau mungkin dengan cara pengaturan yang lain seperti membuat jalan satu arah.
17
1.6.9. Kemacetan Kemacetan adalah keadaan di mana kendaraan mengalami berbagai jeniskendala yang mengakibatkan turunnya kecepatan kendaraan di bawah keadaannormal. Kemacetan akan sangat merugikan bagi para pengguna jalan, karenaakan menghambat waktu perjalanan mereka. Menurut Administration (2005),terdapat 7 penyebab kemacetan, yaitu physical bottlenecks, kecelakaan lalu lintas(traffic incident), area pekerjaan (work zone), cuaca buruk (bad weather), alatpengatur lalu lintas yang kurang memadai (poor signal timing), acara khusus(special event), dan fluktuasi pada arus normal (fluctuations in normal traffic).
1.7. Penelitian sebelumnya Ada beberapa penelitian sebelumnya yang juga mengaji tentang kemacetan, seperti penelitian-penelitian yang ada pada tabel berikut ini:
18
Tabel 1.1 Penelitian Sebelumnya Judul
Nama
Tujuan
Metode
Hasil Penelitian
Studi Kamacetan
Margareth Melisa,
Mengetahui faktor
Metode analisis
Pusat
Lalu Lintas di
Franklin Papia,
penyebab kemacetan
deskriptif,
Kelurahan Tosuraya menjadi lokasi
Pusat Kota
J.C.,Warouw Fela.
yang terjadi di pusat
Metode analisis
studi sebab dikawasan inilah yang
Ratahan
(2013)
kota Ratahan dari segi
kualitatif dan
menjadi pusat aktivitas kota, dengan
fungsi kawasan di
Studi pustaka
adanya pasar tradisional, pertokoan,
Kota
Ratahan,
tepatnya
di
lokasi dan kajian
bank dan sekolah. Kelurahan Tosuraya
wilayah.
ini juga menjadi akses menuju kawasan pusat pemerintahan yang berada di Kelurahan Wawali Pasan. Sehingga Kelurahan Tosuraya ini selalu ramai karena dapat menciptakan pergerakan orang, barang, dan kendaraan yang tinggi yang dapat menyebabkan arus lalu lintas yang juga padat di kawasan ini.
19
Analisa Kapasitas
Palin Ardi,
Menganalisa kapasitas
Survei langsung
Secara umum kapasitas jalan di ruas
dan Tingkat
Rumayar,A.L.E.,Li
dan tingkat pelayanan
di lapangan,
jalan Wolter Monginsidi sudah jenuh
Pelayanan Pada
ntong, E. (2013)
pada ruas jalan Wolter
Metode MKJI
karena sudah berada pada LOS E yang
Ruas Jalan Wolter
Monginsidi di Manado
1997, dan
sangat membutuhkan perhatian dari
Monginsidi Kota
pada kondisi eksisting
Analisa Regresi
pemerintah khususnya Dinas Lalu lintas
Manado.
dang pada masa yang
dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR).
akan datang.
Sedangkan Tingkat Pelayanan Jalan sudah 1 untuk tahun selanjutnya, maka jalan tersebut sudah tidak mampu untuk menampung jumlah kendaraan yang lewat pada jalur tersebut.
Analisa terhadap
Yessy Shinta Dewi
Untuk mengetahui
Kemacetan Lalu
(2006)
variasi kemacetan lalu
Kudus terutama disebabkan adanya
Lintas dan faktor-
lintas berkaitan dengan
letak atau keberadaan fasilitas sosial-
faktor penyebaran
distribusi kegiatan
ekonomi yang memusat dipinggiran
dikecamatan Kota
sosial-ekonomi
satu ruas jalan
Kudus Tahun 2006
20
Survei
Kemacetan lalu lintas di kecamatan kota
Kajian Geografi
Jepry Firmansyah
Untuk mengetahui
Survei
Kemacetan lalu lintas di kota Surakarta
terhadap
(2008)
lokasi dan tingkat
terutama di sebabkan oleh volume
Kemacetan Lalu
kemacetan lalu lintas di
kendaraan lebih besar dari pada kondisi
lintas diKota
kota Surakarta
optimum kapasitas jalan.
Surakarta Pengaruh
Faidiban, Stevani I.
Mengetahui
Observasi
Urbanisasi yang terjadi di Kota
Urbanisasi Spasial
A. (2015)
perkembangan
lapangan,
Jayapura disebabkan oleh bertambahnya
terhadap
pemanfaatan ruang dan
Analisis Peta,
jumlah penduduk yang menyebabkan
Kemacetan di Kota
perubahan fungsi
Perhitungan
meningkatnnya kebutuhan lahan dan
Jayapura
kawasan yang
Nilai skala
meningkatnya jumlah sarana-prasarana
menunjukkan terjadinya (Scalling) dan
fasilitas pelayanan. Urbanisasi
urbanisasi spasial di
mengakibatkan perkembangan wilayah
Kota Jayapura,
Tabulasi Silang.
sehingga, terjadilah mobilitas penduduk. Fungsi pelayanan
Mengetahui berada di
mempengaruhi tarikan transportasi
posisi manakah
sehingga, volume kendaraan semakin
kapasitas ruas jalan di
bertambah setiap tahunnya. Hal tersebut
Kota Jayapura pada
menyebabkan pelayanan jalan di kota
tingkat pelayanan jalan.
Jayapura semakin jenuhdan timbulah
21
permasalan kota yaitu, kemacetan. Mengetahui pengaruh
Fungsi fasilitas pelayanan menjadi salah
urbanisasi spasial
satu faktor hambatan samping yang
terhadap tingkat
memicu terjadinya kemacetan karena
kemacetan lalu lintas
kapasitas jalan berkurang. Selain itu,
yang terjadi di Kota
ada beberapa faktor lain yang
Jayapura.
menyebabkan kemacetan terjadi di kota Jayapura. Hal ini ditunjukkan oleh adanya hubungan positif dan negatif dari pengaruh urbanisasi terhadap kemacetan transportasi di Kota Jayapura.
Sumber: Analisis Studio, 2014
22
1.8. Landasan Teori Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan serta meningkatnya tuntutan kebutuhan kehidupan dalam berbagai aspek-aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi telah mengakibatkan meningkatnya kegiatan penduduk perkotaan. Oleh karena ketersediaan ruang didalam kota tetap dan terbatas, maka meningkatnya kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota. Gejala pengambilan alihan lahan non urban di daerah pinggiran kota disebut sebagai “invasion”. Proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar disebut “urban sprawl” (Yunus, 1999).
Menurut Lee dalam Yunus (2005), mengemukakan bahwa terdapat 6 (enam) faktor yang mempunyai pengaruh kuat yang menyebabkan perkembangan ruang secara sentrifugal kearah luar (urban sprawling) dan sekaligus akan mencerminkan variasi intensitas perkembangan ruang didaerah pinggiran kota. Keenam faktor-faktor tersebut adalah : 1. Faktor Aksesibilitas Faktor aksesibilitas mempunyai peranan yang besar terhadap perubahan pemanfaatan lahan. Aksesibilas yang di maksud dalam hal ini adalah aksesibilitas fisikal yaitu tingkat kemudahan suatu lokasi dapat dijangkau oleh berbagai lokasi lain 2. Faktor Pelayanan Umum Faktor pelayanan umum merupakan faktor penarik terhadap penduduk dan fungsi-fungsi kekotaan untuk datang kearahnya. 3. Faktor Karakteristik Lahan Lahan-lahan yang terbebas dari banjir, stabilitas tanahnya tinggi, topografi relatif datar atau mempunyai kemiringan yang kecil, air tanah relatif dangkal, relief mikronya tidak menyulitkan untuk pembangunan, drainasenya baik, terbebas dari polusi air, udara, maupun tanah, akan mempunyai daya tarik yang lebih besar.
4. Faktor Kepemilikan Lahan Pada daerah yang didominasi oleh pemilik lahan yang berstatus ekonomi lemah, transaksi jual-beli lahan akan lebih intensif dibanding dengan daerah yang didominasi oleh pemilik lahan berekonomi kuat. 5. Faktor keberadaan peraturan yang mengatur tata ruang. Faktor ini berperan sebagai pedoman dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan yang difungsikan atau sesuai dengan pola ruang yang ada pada RTRW tiap wilayah. 6. Faktor prakasa pengembangan Faktor
ini
mempunyai
peranan
kuat
pula
dalam
mengarahkan
pengembangan spasial sesuatu kota.
Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata gunalahan
secara
geografis
dengan
sistem
jaringan
transportasi
yangmenghubungkannya.Aksesibilitasadalah
suatu
ukuran
kenyamanan
ataukemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain danmudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi(Black dalam Tamin, 2000:32). Pola penyebaran tata guna lahan dapat diprediksikan sebagai berikut: -
Intensitas (tingkat penggunaan) lahan: semakin berkurang/rendah, dengansemakin jauh jaraknya dari pusat kota. Pola penyebaran tata guna lahan dapat diprediksikan sebagai berikut: Gambar 1.1 Bagan Pola Penyebaran Tata Guna Lahan
1.9. Kerangka Pemikiran Berdasarkan teori pertumbuhan dan perkembangan kota menunjukkan bahwa kota pada prosesnya akan selalu tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan kota akan membawa implikasi negatif dan positif (Hendarto, 1997). Melalui kajian teori yang ada, diketahui bahwa laju pertumbuhan dan perkembangan kota dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi dan perkembangan jumlah penduduknya. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan terjadinya perkembangan kegiatan, perkembangan kegiatan ini menyebabkan kebutuhan ruang meningkat karena tentunya kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ruang sebagai tempat kegiatan tersebut akan berlangsung dan juga membutuhkan fasilitas dan layanan umum. Kebutuhan akan ruang terus meningkat sehingga terjadilah peralihan fungsi kawasan, yang mulanya mungkin bukan merupakan lahan terbangun menjadi lahan terbangun karena tuntutan akan ruang aktivitas yang tinggi. Selain itu, karena adanya daya tarik dari beberapa aktivitas pelayanan menyebabkan pusat kegiatan baru bermunculan
dan
mulai
ada
pergerakan
penduduk.
Pergerakan
penduduk
menimbulkan aktivitas yang tinggi dan memicu mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk ini tentunya membutuhkan sarana prasarana transportasi yang memadai agar
dapat
menunjang
kebutuhan
penduduk.
Hal
tersebut
menyebabkan
meningkatnya aktivitas kota yang berimplikasi terhadap meningkatnya jumlah perjalanan yang pada akhirnya menimbulkan masalah transportasi berupa kemacetan lalulintas atau menurunnya kapasitas jalan dan tingkat pelayanan jalan.
Penelitian ini akan menganalisis tentang bagaimana pengaruh urbanisasi terhadap kemacetan lalu lintas yang dikarenakan kapasitas jalan dan tingkat pelayanan jalan yang semakin menurun yang terjadi di Kota Jayapura.
Gambar1.2. Kerangka Pemikiran
URBANISASI
Peningkatan Jumlah Penduduk
Mobilitas atau Perpindahan Penduduk
Berkembangnya Aktivitas
Kebutuhan Sarana dan Prasarana Transportasi
Kebutuhan Ruang Meningkat Perkembangan Lalu lintas
Perubahan Lahan Meningkatnya Jumlah Perjalanan Bertambahnya Jumlah Fasilitas Pelayanan
Terjadinya Tarikan Transportasi dan Bertambahnya Volume Lalu Lintas
Tingkat Pelayanan Jalan Menurun
Kemacetan Lalu Lintas
1.10. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian dan landasan teori tersebut, dapat dirumuskan serangkaian pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi tingkat urbanisasi yang terjadi di Kota Jayapura? 1.1 Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya tingkat urbanisasi di Kota Jayapura? 1.2 Bagaimanakah perkembanganguna lahanyang menunjukkan tingkat urbanisasi di Kota Jayapura ? 2. Bagaimanakah penentuan tingkat kemacetan lalu lintas berdasarkan kapasitas jalan di Kota Jayapura? 2.1 Bagaimanakahkapasitas ruas jalan di Kota Jayapura? 2.2 Bagaimanakah cara mengidentifikasi tingkat pelayanan jalan ditinjau dari volume jalan, dan kapasitas jalan? 2.3 Bagaimanakah tingkat kemacetan lalu lintas yang terjadi ditinjau dari tingkat pelayanan jalan? 2.4 Selain urbanisasi Faktorapa saja yang menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas di Kota Jayapura? 3. Bagaimanakah pengaruhtingkat urbanisasi terhadap tingkat kemacetan yang terjadi di Kota Jayapura? 3.1 Bagaimanakah hubungan antar faktor-faktor penyebab terjadinya urbanisasi dengan tingkat kemacetan? 3.2 Apakah tingkat urbanisasi berpengaruh terhadap tingkat kemacetan lalu lintas di Kota Jayapura?