I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perekonomian dunia mengalami gejolak kembali di akhir tahun 2007 setelah guncangan moneter pada tahun 1997. Hal ini mulai dari subprime mortgage(1) dan melemahnya nilai tukar Amerika, telah menimbulkan naiknya harga minyak dunia yang kemudian juga berimbas terhadap naiknya harga komoditas pangan. Pada situasi harga minyak yang kurang menentu ini diperparah dengan adanya permasalahan pasokan minyak di beberapa negara (Nigeria, Laut Utara dan Teluk Mexico) kenaikan harga minyak dunia telah mencapai rekor terbaru hingga sempat menembus US$ 140/barel di awal Juli tahun 2008 (Lampiran 1). Situasi global tersebut juga turut mempengaruhi perekonomian Indonesia sebagai salah satu pemasok sekaligus pengimport minyak bumi dalam jumlah cukup besar di dunia. Mulai tahun 1998 produksi minyak Indonesia turun secara terus menerus, sementara konsumsi terus meningkat. Gambar 1 di bawah ini menunjukkan produksi versus konsumsi minyak bumi Indonesia dalam kurun waktu 1965-2007.
Gambar 1. Produksi dan Konsumsi Minyak Indonesia Tahun 1965-2007 (1) Subprime mortgage : kredit perumahan yang diberikan oleh perusahaan mortgage broker Amerika Serikat dengan bunga yang rendah di awalnya (2-5 tahun), namun tahun berikutnya bisa naik sampai 1,5 kali lipat, dan akhirnya banyak yang macet. Setelah macet kredit ini dijual ke bank untuk membereskan kredit tersebut sehingga mempengaruhi perekonomian negara tersebut.
2
Kegiatan industri perminyakan dimulai dari kegiatan eksplorasi, diikuti pemboran dan komplesi, konstruksi fasilitas produksi, tahap produksi, dan penyaluran minyak ke titik jual. Dahulu kita melihat perusahaan minyak yang beroperasi di Indonesia sebagai perusahaan raksasa, baik Pertamina maupun perusahaan minyak asing. Kecederungan setelah tahun 2000, perusahaan kecil mulai banyak tumbuh, beberapa di antaranya semakin besar (Lampiran 2). Kenyataan bahwa harga minyak dua tahun terakhir ini meningkat tajam menyebabkan semangat perusahaan baru untuk bangkit berkiprah semakin menggebu. PT. “X” merupakan salah satu perusahaan nasional yang bergerak di bidang pelayanan jasa pengeboran minyak dan gas (drilling services) terutama pada jasa pengeboran berarah (directional drilling), yang bersaing ketat melawan perusahaan asing seperti halnya PT. Elnusa dan PT. Schlumberger yang tentunya memiliki modal lebih besar dalam memperebutkan kepercayaan pelanggan. Sehingga perusahaan memerlukan perumusan strategi yang tepat untuk mencapai tujuannya tersebut. Salah satu strategi dalam pengelolaan dana yang baik untuk kelancaran kegiatan operasinya dengan tingkat efisiensi yang optimal adalah memperhatikan pengelolaan cashflow dan likuiditas perusahaan. Cashflow perusahaan akan mengalami perubahan serta mengakibatkan kinerja perusahaan berpotensi menurun jika kondisi ekonomi serta nilai tukar rupiah terhadap US$ tidak menentu, mengingat transaksi yang dilakukan perusahaan sebagian besar menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat. Kinerja perusahaan yang menurun tersebut akan mengakibatkan pada daya saing yang lemah terhadap perusahaan – perusahaan lain terutama perusahaan asing yang modalnya dan skala usahanya lebih besar. Likuiditas dalam hal ini berkaitan dengan kewajiban yang harus diselesaikan perusahaan. Perusahaan harus menyelesaikan kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjangnya. Kewajiban jangka pendeknya antara lain sewa alat dan biaya pengiriman alat. Sedang kewajiban jangka panjangnya merupakan hutang bank atas pembelian alat. Perusahaan akan mengusahakan
(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain
3
pembayaran hutangnya sebelum jatuh tempo dengan mempersiapkan sejumlah dana yang dibutuhkan sebelumnya tanpa mengganggu dana untuk operasional harian. Manajemen piutang yang baik disini sangat diperlukan guna menjaga ketersediaan
dana
yang
cukup
dan
menjaga
likuiditas
perusahaan,
meminimumkan jumlah piutang yang terlambat tertagih serta mengantisipasi piutang tak tertagih. Manajemen piutang dalam hal ini adalah meliputi proses pembuatan tagihan, proses penagihan kepada pemberi kerja, proses kontrol tagihan sampai dengan pencairan tagihan dan masuk dalam rekening perusahaan. 1.2.
Perumusan Masalah PT. “X” dimana sebagian besar pekerjaannya didapatkan dari kontrak
dengan PT. Pertamina Eksplorasi, tentunya akan mengikuti aturan dan prosedur yang ditentukan oleh PT. Pertamina Eksplorasi sesuai dengan kontrak perjanjian yang disepakati. Mekanisme pembayaran tagihan tersebut antara lain meliputi proses pembuatan draf invoice, proses pembuatan invoce, proses verifikasi keuangan, proses pembuatan SA dan SP3 serta terakhir adalah proses pembayaran invoice oleh keuangan pusat (Lampiran 3). PT. “X” akan mencatat tagihan tersebut sebagai pendapatan perusahaan dalam laporan keuangan perusahaan adalah pada saat invoice tagihan tersebut mendapat persetujuan dari pihak yang akan membayar, sedang sebelumnya tercatat sebagai piutang dari sejak tanggal selesai pekerjaan dan invoice masuk ke pemberi kerja. Proses pembuatan invoce sampai dengan persetujuan invoice yang akan dibayar disini bisa memakan waktu 2-4 bulan, sedangkan dalam kesepakatannya invoice akan dibayar dalam waktu satu bulan setelah pekerjaan tersebut selesai dilakukan. Hal ini menyebabkan invoice tagihan semakin lama semakin menumpuk dan jumlah piutang menjadi semakin besar padahal biaya operasional pekerjaan tersebut sudah banyak dikeluarkan, hal ini bisa terlihat pada Tabel 1.
(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain
4
Tabel 1. Piutang pada PT Pertamina EP per 31 Juli 2009
No
No Invoice
Tgl masuk invoice
Jumlah ($)
1 2
043/QH-INV/RCD-C3/V/09 044/QH-INV/MBU-1.4/V/09
2-May-09 8-Apr-09
136,800.35 251,986.79
3
045/QH-INV/B-904/V/09
5-May-09
254,379.89
4
046/QH-INV/RNT-SZ7/V/09 047/QH-INV/PTB-GC6 LIH/V/09 048/QH-INV/PTB-GC6/V/09 049/QH-INV/MBU-1.4RW/VII/09 050/QH-INV/ B-906/VII/09
16-May-09 19-May-09 18-May-09 5-May-09 13-Jun-09
97,307.10 115,068.34 149,090.07 216,986.50 168,485.28
051/QH-INV/ PTB-GC7/VII/09
10-Juli-09
127,778.07
052/QH-INV/ PTB-GC7 LIH/VII/09 053/QH-INV/ B-902/VII/09
10-Juli-09 13-Juni-09
17,836.00 179,414.38
054/QH-INV/ PTB-GC7 ST/VII/09
27-Juli-09
62,399.69
5 6 7 8 9 10 11 12
Total jumlah tagihan
1,777,532.45
Sumber : Data sekunder PT. ”X”
Proses tagihan yang relatif panjang dengan birokrasi yang cukup rumit menambah lamanya proses pencairan dana yang akan masuk perusahaan. Belum lagi masalah pada operasional di lapang seperti perbedaan persepsi antara engineer perusahaan dan pengawas lapangan oleh pemberi pekerjaan dalam hal waktu kerja, jumlah alat, lost in hole(2) dan lainnya. Kondisi yang dihadapi PT. “X” membuktikan bahwa suatu perusahaan memerlukan sebuah strategi yang tepat untuk menghadapi sistem birokrasi yang ada. Strategi bisnis yang dapat dilakukan berupa pengelolaan piutang secara efektif agar bisnis dapat berjalan dengan lancar. Sehingga walaupun perusahaan harus mengikuti birokrasi yang panjang namun perusahaan tetap bisa memperhitungkan kapan piutang akan tertagih. Setiap
perusahaan
dalam
menjalankan
kegiatan
usahanya
selalu
membutuhkan kas. Kas memiliki suatu siklus untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu perusahaan melakukan pengeluaran kas dan penerimaan kas. Siklus itu biasa disebut dengan Cash Cycle atau Cash Conversion Cycle (CCC). Cash
(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain
5
Conversion Cycle (CCC) dapat digunakan untuk mengetahui likuiditas riil yang berbeda dengan rasio likuiditas. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain : 1. Bagaimana gambaran praktek manajemen piutang pada PT. “X”? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya piutang PT. “X” ? 3. Bagaimana pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” (secara partial)? 4. Bagaimana pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” (secara simultan)? 1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian
ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui gambaran praktek manajemen piutang pada PT. “X”. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya piutang PT. “X”. 3. Menganalisis pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” (secara partial). 4. Menganalisis pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” (secara simultan). 1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi
beberapa pihak yang berkepentingan antara lain : 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
dalam
penetapan
kebijaksanaan,
pertimbangan
dalam
penyusunan perencanaan dan strategi dalam pengambilan keputusan yang kaitannya dengan kebijakan manajemen atau pengelolaan piutang
(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain
6
2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut yang kaitannya dengan topik yang sama. 1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini diarahkan pada bagaimana perusahaan melakukan
pengelolaan piutang perusahaan khususnya pada pemberi kerja PT. Pertamina Eksplorasi yang dapat mempengaruhi stabilitas arus kas dan likuiditas keuangan perusahaan.
(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain