I 1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia
yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai kedudukan dan peran yang sangat strategis dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Ketaren (2007) menyatakan bahwa peranan koperasi dalam perekonomian secara makro adalah meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat dan lingkungan, pemahaman yang mendalam terhadap asas, prinsip, dan tata kerja koperasi, meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan, meningkatkan pemerataan keadilan, dan meningkatkan kesempatan kerja. Pengembangan koperasi dapat dijadikan sebagai sebuah wahana yang efektif bagi anggota untuk saling bekerjasama, membuka akses pasar, modal, informasi, teknologi dengan mengoptimalkan potensi, dan memanfaatkan peluang usaha yang terbuka Nasution (2008). Peran koperasi di Indonesia diperkirakan akan tetap bahkan semakin penting terutama dalam kaitannya untuk menjadi wahana pengembangan ekonomi rakyat (Krisnamurthi 1998). Koperasi harus tumbuh menjadi badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh, kuat, dan mandiri yang berfungsi sebagai wadah untuk menggalang ekonomi rakyat (Soedjono 1996). Jumlah koperasi yang aktif di Indonesia dari tahun 2004 – 2010 mengalami peningkatan, namun terdapat juga peningkatan koperasi yang tidak aktif. Rata-rata peningkatan koperasi yang tidak aktif lebih besar daripada peningkatan koperasi yang aktif seperti yang terlihat pada Tabel 1. Koperasi yang tidak aktif memiliki kenaikan dengan presentase yang lebih tinggi bahkan dua kali lipatnya dari presentase kenaikan koperasi aktif. Banyaknya koperasi yang tidak aktif dikarenakan koperasi tersebut tidak berhasil melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan rendahnya partisipasi anggota (Jakiyah 2011). Pembentukan koperasi dengan pendekatan top down juga menjadi penyebab banyaknya koperasi tidak aktif dan tidak berjalan pada koridornya (Yusdja 2005; Nasution 2008). Koperasi dengan proses pembentukan top down tidak sesuai dengan asas koperasi yang seharusnya dibentuk oleh anggota dari dan
untuk anggota (bottom up). Peranan anggota sebagai pemilik maupun pengguna jasa belum banyak dirasakan. Masyarakat yang bergabung dengan koperasi bukan atas kesadaran sendiri cenderung tidak bisa menyerap nilai-nilai dasar gerakan koperasi secara utuh. Hal ini akan berdampak terhadap rendahnya tingkat kesediaan anggota untuk berpartisipasi secara penuh pada kegiatan koperasi. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi di Indonesia Tahun 2004 – 2010 Koperasi Aktif Kenaikan Unit (persen) 2004 93.402 2005 94.818 1,5 2006 98.944 4,4 2007 104.999 6,1 2008 108.930 3,7 2009 120.473 10,6 2010 175.102 45,8 Rata-rata Kenaikan 12,0 Tahun
Koperasi Tidak Aktif Kenaikan Unit (persen) 37.328 40.145 7,5 42.382 5,6 44.794 5,7 46.034 2,8 49.938 8,5 123.807 147,0 29,6
Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UKM (2010) diolah
Kendala lain yang menyebabkan tingginya presentase koperasi yang tidak aktif menurut Wijaya (2004) yaitu bersumber pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Koperasi sebaiknya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang digunakan misalnya dengan pendidikan dan pelatihan (Yusdja et al. 2003). Sumberdaya manusia yang dimaksud yaitu pengurus, manajemen, dan anggota koperasi. Kendala tersebut menimbulkan berbagai masalah seperti kekurangmampuan koperasi dalam memanfaatkan peluang usaha, memperluas skala usaha, pangsa pasar, kelemahan dalam bidang organisasi dan manajemen koperasi, keterbatasan koperasi dalam mengakumulasi permodalan dari dalam anggota, dan keterbatasan koperasi dalam menguasai ilmu dan teknologi yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatannya. Perkembangan koperasi di Indonesia tidak hanya dilihat dari jumlah koperasi yang ada, namun dari seluruh indikator yang memperlihatkan perkembangan koperasi yaitu jumlah anggota, modal sendiri, modal dari luar, volume usaha dan Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi. Perkembangan keragaan koperasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anggota koperasi dari tahun 2007 sampai tahun 2011 mengalami rata-rata peningkatan sebesar 1,78 persen.
Pertumbuhan modal sendiri mengalami rata-rata peningkatan sebesar 15,51 persen. Modal dari luar mengalami rata-rata peningkatan sebesar 14,62 persen. Volume usaha koperasi mengalami rata-rata peningkatan sebesar 11,37 persen. SHU koperasi mengalami rata-rata peningkatan sebesar 17,28 persen. Tabel 2. Perkembangan Keragaan Koperasi di Indonesia tahun 2007 – 2011 Indikator
Satuan
2007
2008
2009
2010
Jumlah Juta 28,89 27,31 29,24 29,12 Anggota Orang Modal Rp 20.231,70 22.560,40 28.348,70 30.656,00 Sendiri Triliun Modal Rp 23.324,00 27.271,90 31.503,80 31.409,40 Luar Triliun Total Rp 43.555,70 49.832,30 59.852,50 62.065,40 Modal Triliun Volume Rp 63,08 68,45 82,09 77,514 Usaha Triliun SHU Rp 3,47 5,04 5,31 5,65 Koperasi Triliun Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2011) diolah
2011
Rata-rata Peningkatan (persen)
30,85
1,78
35.794,00
15,51
39.689,95
14,62
75.484,23
14,95
95,06
11,37
6,33
17,28
Penggunaan modal luar memiliki rata-rata peningkatan lebih kecil daripada penggunaan modal sendiri, namun proporsi jumlah modal luar yaitu berjumlah Rp 39.689,95 Triliun, lebih banyak daripada modal sendiri yang berjumlah Rp 35.794 Triliun. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa koperasi Indonesia tidak sesuai dengan jati diri koperasi yang bukan hanya kumpulan modal namun merupakan kumpulan orang-orang yang menghimpun modal bersama untuk kesejahteraan bersama. Baga (2011) menyatakan bahwa koperasi harus mampu membangun modal sendiri yang seimbang antara modal yang bersumber dari anggota dan modal yang berasal dari non-anggota. Keterlibatan anggota dalam membangun permodalan harus ditingkatkan sehingga tingkat ketergantungan koperasi terhadap modal luar dapat dikurangi. Keterlibatan anggota dalam hal permodalan dapat dilakukan dengan melakukan pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib. Organisasi yang efisien perlu dimiliki oleh koperasi agar dapat berkembang dan memberikan manfaat yang maksimal bagi anggotanya. Kinerja koperasi yang baik sangat diperlukan agar dapat menghasilkan output sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Kinerja merupakan faktor penting bagi suatu
organisasi selain mengetahui kinerja koperasi juga untuk mengetahui keefektifan pengembangan koperasi. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dapat mendorong koperasi untuk terus melakukan perbaikan baik pada kegiatan unit usaha, pelayanan maupun manajemennya. Anggota merupakan kekuatan utama yang dimiliki koperasi. Salah satu ciri khas yang dimiliki anggota koperasi adalah identitas ganda (double idendtity). Anggota dalam suatu koperasi berperan sebagai pemilik sekaligus pengguna atau pelanggan. Perbedaan ini terlihat dengan adanya unit usaha ekonomi yang dimiliki dan diawasi bersama secara demokratis dengan tujuan melayani kebutuhan anggota. Anggota akan terus mempertahankan keanggotaannya dan terus mengadakan transaksi dengan perusahaan koperasi apabila mereka memperoleh manfaat. Artinya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, yaitu memperoleh barang dan jasa yang harganya, mutu, dan syarat-syaratnya lebih menguntungkan daripada yang diperoleh dari pihak lain yang bukan koperasi. Yusdja dan Sayuti (2002) menyatakan bahwa anggota merupakan perhatian utama koperasi, semakin banyak jumlah anggota semakin banyak transaksi yang dilakukan dan meningkatnya modal yang dimiliki koperasi. Program yang dijalankan oleh koperasi sepenuhnya membutuhkan dukungan dari anggota. Manajemen memerlukan berbagai informasi yang berasal dari anggota, khususnya informasi tentang kebutuhan dan kepentingan anggota. Informasi ini mungkin hanya diperoleh jika partisipasi dalam koperasi berjalan dengan baik (Hendar & Kusnadi 2005). Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi khususnya koperasi. Melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan lebih mudah direalisasikan. Anggota harus mampu dan mau untuk mengontrol manajemen. Partisipasi sering dipandang baik sebagai suatu jalan ke arah pengembangan koperasi atau suatu akhir dari sebuah koperasi. Tanpa partisipasi anggota, kemungkinan rendah atau menurunnya efisiensi dan efektivitas anggota dalam rangka mencapai kinerja koperasi akan lebih besar (Roepke 2000). Koperasi yang berhasil adalah koperasi yang mampu meningkatkan kesejahteraan para anggotanya, yaitu koperasi yang mampu mengatasi
permasalahan ekonomi yang dihadapi anggotanya dan dituntut untuk mampu memanfaatkan para anggotanya melalui pelayanan yang memuaskan. Kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh manajemen koperasi harus dapat dirasakan secara langsung dan tidak langsung oleh anggota sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota melalui pemberian manfaat sosial dan ekonomi. Manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota koperasi merupakan motivasi bagi anggota untuk terus bergabung menjadi anggota koperasi. Tanpa manfaat sosial dan ekonomi yang diberikan koperasi, maka koperasi akan sama seperti badan usaha lainnya. Bagian dari gerakan koperasi di Indonesia adalah Koperasi Unit Desa (KUD). KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian. Kegiatan KUD dilaksanakan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Pengembangan KUD diarahkan agar dapat memegang peranan utama dalam kegiatan perekonomian masyarakat di pedesaan, khususnya di sektor pertanian, penyaluran bahan kebutuhan pokok masyarakat desa, jasa, industri, dan kerajinan rakyat yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan setempat (Nasution 2008). KUD Puspa Mekar merupakan koperasi single commodity yang terletak di Kabupaten Bandung Barat yang bergerak pada bidang pemasaran susu sapi. Kabupaten Bandung Barat memiliki populasi sapi perah terbanyak dibandingkan kabupaten lainnya di Jawa Barat yaitu berjumlah 40.818 ekor yaitu sebanyak 29,16 persen (Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat 2011). Pengembangan sapi perah dapat dilakukan melalui pengembangan koperasi. Pengembangan peternakan sapi perah secara tidak langsung akan berdampak pada peningkatan produksi susu nasional. Rusdiana dan Sejati (2009) menyatakan bahwa peningkatan pendapatan peternak dapat dilakukan bila didukung oleh penyediaan bibit sapi perah betina, penyediaan pakan yang berkualitas dan pembinaan peternak secara berkelanjutan. Hal tersebut merupakan salah satu peran dan tanggung jawab koperasi susu. Peranan koperasi susu tidak hanya sebatas pada penampungan dan pemasaran susu produksi peternak, tetapi juga memberdayakan peternak agar mampu memperoleh pendapatan yang
memadai. Pembinaan peternak oleh koperasi selama ini telah berjalan namun masih perlu diintensifkan begitu pula dengan KUD Puspa Mekar. Pengembangan peternakan sapi perah melalui pengembangan koperasi yang dilakukan secara efisien dan efektif dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Pengembangan koperasi dapat dilihat dari kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat yang diterima oleh anggota. Mengetahui hubungan antara kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat yang diterima anggota menjadi hal yang penting untuk kemajuan kesejahteraan anggota dan perkembangan koperasi dalam menghadapi persaingan. 1.2.
Perumusan Masalah KUD Puspa Mekar terletak di Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat. Bisnis utama (core business) yang dimiliki KUD Puspa Mekar adalah pengembangan usaha ternak sapi perah. KUD Puspa Mekar pernah mengalami masa kebangkrutan pada tahun 2006 untuk mengatasi hal tersebut pada tahun yang sama KUD Puspa Mekar berasosiasi dengan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU). Kebangkrutan yang dialami KUD Puspa Mekar disebabkan karena berbagai faktor. Faktor yang menjadi penyebab kebangkrutan berdasarkan identifikasi dan wawancara dengan pengurus, manajemen, dan anggota adalah adanya pengumpul susu yang mengambil manfaat ekonomi yang diterima anggota, kinerja yang belum baik, adanya kecurangan yang dilakukan oleh anggota, munculnya banyak pesaing, dan rendahnya loyalitas anggota. Pengumpul susu memiliki anggota 5 – 30 peternak. Pengumpul susu tidak langsung ditunjuk oleh koperasi. Anggota yang memiliki akses lebih mudah ke koperasi misalnya memiliki kendaraan bisa menjadi pengumpul susu. Keberadaan pengumpul susu tersebut sangat merugikan peternak. Pengumpul susu memotong jumlah pembayaran susu yang dibayar koperasi kepada anggota dengan alasan biaya operasional. Keberadaan pengumpul susu tersebut menjadi salah satu faktor penghambat keberlangsungan koperasi karena ketika pengumpul tersebut keluar dari keanggotaan maka jumlah anggota KUD Puspa Mekar berkurang sebanyak anggota pengumpul tersebut.
Kinerja KUD Puspa Mekar yang belum baik dalam hal manajemen merupakan faktor yang menyebabkan kebangkrutan. Hal ini dapat terlihat dari lebih besarnya modal dari luar koperasi dibandingkan modal dari dalam koperasi, manajemen kepengurusan yang belum baik dilihat dari pemilihan kepengurusan tidak berdasarkan RAT, namun sesuai jumlah modal terbanyak yang dimiliki. Hal tersebut tidak sejalan dengan ciri-ciri koperasi yakni one man one vote bukan one share one vote. Artinya partisipasi anggota baik dalam kepengurusan maupun dalam pelaksanaan program kerja koperasi tidak didasarkan pada besarnya modal namun semua anggota koperasi memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi. Anggota KUD Puspa Mekar banyak melakukan tindakan kecurangan seperti mencampurkan air kedalam susu yang dihasilkan, hal ini sangat merugikan KUD Puspa Mekar. Susu yang dijual oleh KUD Puspa Mekar ke Industri Pengolahan Susu (IPS) menjadi tidak murni setelah ada pencampuran susu. Hal ini menghilangkan kepercayaan IPS terhadap susu yang disetorkan oleh KUD Puspa Mekar. Pencampuran susu yang dilakukan oleh anggota disebabkan kurangnya kesejahteraan anggota. Penyebab lainnya yaitu moral hazard yang dimiliki anggota koperasi karena kurang dibekalinya anggota dengan pelatihan atau penyuluhan. Jumlah anggota yang banyak tidak diimbangi dengan kemampuan
manajemen
sehingga
rendahnya
kontrol
koperasi
terhadap
anggotanya. Pesatnya perkembangan usaha non koperasi dilihat dari munculnya perusahaan swasta yang bergerak di bidang sapi perah di wilayah Parongpong yaitu Agropurna Mitra Mandiri, KPPC, dan Barokah. Harga yang ditawarkan oleh perusahaan non koperasi tersebut umumnya lebih tinggi dari harga yang ditetapkan koperasi. Harga yang ditetapkan oleh non koperasi yaitu sebesar Rp 3.100,00, sedangkan harga yang diberikan oleh KUD Puspa Mekar adalah Rp 2.900,00 – Rp 3.100,00. Perusahaan swasta ini mampu memberikan harga tinggi karena memiliki akses yang lebih mudah dengan IPS karena pembayaran susu tanpa melihat kualitas. Hal ini sangat merugikan koperasi karena harga susu yang diterima koperasi dari IPS harus berdasarkan kualitas susunya. Munculnya unit usaha non koperasi tersebut dengan menawarkan harga yang lebih baik untuk kualitas yang hampir sama meningkatkan persaingan yang
terjadi dalam unit pemasaran susu. Hal ini berdampak pada rendahnya loyalitas anggota yang dengan mudah berpindah keanggotaan karena terpengaruh dengan harga dan kredit sapi yang diberikan oleh perusahaan swasta. Kredit sapi yang diberikan oleh perusahaan swasta merupakan peluang bagi peternak untuk meningkatkan jumlah populasi ternak yang dimiliki. Kontrol tidak hanya dilakukan oleh manajemen KUD Puspa Mekar, anggota juga memiliki kewajiban untuk mengontrol dan mengawasi manajemen. Anggota KUD Puspa Mekar hanya sebagian kecil menjalankan kewajiban tersebut. Status anggota hanya berfungsi pada saat menjual susu dan membayar iuran wajib serta simpanan pokok. Banyak anggota yang merasa enggan untuk mengontrol manajemen dan sudah mempercayakan seluruh kegiatan usaha pada manajemen KUD Puspa Mekar. Hal ini dapat berdampak positif maupun negatif. Dampak positifnya yaitu tingginya tingkat kepercayaan anggota kepada koperasi. Dampak negatif yang timbul yaitu kurangnya kontrol dari anggota terhadap manajemen (bergaining position anggota rendah), sehingga anggota kurang memiliki peran dalam proses pengambilan keputusan dan koperasi cenderung mengatur anggota. Pembentukan Asosiasi KPSBU dan KUD Puspa Mekar menyebabkan beberapa perubahan dalam pengelolaan manajemen Puspa Mekar. Usaha yang dimiliki KUD Puspa Mekar yaitu usaha pemasaran susu. KUD Puspa Mekar belum mempunyai unit usaha warung serba ada (waserda) maupun makanan ternak secara mandiri seperti koperasi susu lainnya. Kebutuhan di waserda dan makanan ternak anggota di suplai dari KPSBU. Semakin banyak usaha diversifikasi yang dikelola secara mandiri oleh KUD Puspa Mekar maka akan semakin besar manfaat yang akan diperoleh anggota dan meningkatkan kesejahteraan anggota. Baswir (2000) menyatakan bahwa semakin banyak hubungan ekonomis antara anggota dengan koperasi, semakin besar kemungkinan berkembangnya
koperasi,
sehingga
koperasi
mampu
meningkatkan
kemampuannya dalam memberikan pelayanan pada anggota. Pada tahun 2006 sampai 2011, perkembangan kinerja KUD Puspa Mekar terlihat cukup baik, jika diukur dari adanya peningkatan jumlah anggota, SHU, volume penjualan, modal usaha dan unit usaha. Peningkatan tersebut belum sesuai
dengan target koperasi agar menjadi mandiri tanpa bantuan dari KPSBU. Peningkatan bisnis atau unit usaha koperasi merupakan indikator keberhasilan koperasi untuk meningkatkan aset anggota seperti yang disampaikan oleh Rusdiana & Sejati (2009). Keberhasilan koperasi secara langsung merupakan keberhasilan para anggota, sebaliknya jika terjadi kesalahan manajemen dalam pengurusan koperasi akan merugikan perkembangan anggota koperasi (Yusdja & Sayuti 2002). Perkembangan usaha dalam koperasi juga dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia yang rendah dalam kewirausahaan dan pengetahuan perkoperasian serta penguasaan teknologi (Himpuni 2009). Manfaat dan pelayanan yang diberikan koperasi harus terus meningkat dan sesuai dengan kebutuhan dan harapan anggota. Peningkatan manfaat dan pelayanan dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan kinerja koperasi secara maksimal. Peningkatan manfaat yang diterima anggota akan berpengaruh pada tingkat partisipasi anggota. Partisipasi anggota KUD dapat meningkatkan dan menumbuhkan swadaya KUD agar mampu mandiri terlepas dari bantuan KPSBU. Pembangunan kinerja koperasi mutlak diperlukan agar dapat memberikan manfaat serta pelayanan yang maksimal sesuai dengan kebutuhan anggota. Pembangunan koperasi dilihat dari dua sisi. Pertama, pembangunan koperasi dilihat dari pembangunan pemahaman yang sama mengenai tujuan dan sasaran koperasi. Kedua, kinerja koperasi tergantung pada partisipasi aktif anggota koperasi. Kinerja koperasi dinilai dari visi koperasi, kapasitas, jaringan kerja, dan sumberdaya. Visi merupakan hal yang penting bagi organisasi termasuk koperasi karena divdalam visi terkandung target yang ingin dicapai koperasi sehingga mempengaruhi kinerja koperasi. Kapasitas dilihat dari kemampuan organisasi untuk membangun sebuah kinerja koperasi. Jaringan kerja penting untuk meningkatkan kinerja koperasi karena akan membantu KUD Puspa Mekar untuk terus berkembang. Sumberdaya keuangan juga faktor yang penting karena dengan manajemen sumberdaya yang baik kinerja koperasi akan semakin baik. Kinerja koperasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya partisipasi anggota terhadap seluruh kegiatan koperasi baik dari segi bisnis maupun organisasinya. Peningkatan kinerja koperasi juga akan berdampak pada manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota koperasi. Mengetahui hubungan antara kinerja,
partisipasi dan manfaat akan memudahkan KUD Puspa Mekar untuk membuat kebijakan yang dapat menyejahterakan anggota dan pengembangan koperasi. Berdasarkan uraian tersebut permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah kinerja KUD Puspa Mekar dan tingkat partisipasi anggota dalam mewujudkan kesejateraan para anggota baik secara ekonomi maupun sosial?” 1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang dapat dikaji adalah
1.
Mengidentifikasi keragaan KUD Puspa Mekar.
2.
Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota KUD Puspa Mekar.
3.
Menganalisis hubungan kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota KUD Puspa Mekar.
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian bagi koperasi dapat mengetahui hubungan kinerja
koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota KUD Puspa Mekar. Hal ini dibutuhkan agar koperasi dapat melakukan upaya untuk meningkatkan kinerja, partisipasi dan manfaat bagi anggota yang merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan pengembangan koperasi. Bagi perguruan tinggi kajian analisis hubungan kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota KUD Puspa Mekar dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. Bagi penulis kajian hubungan kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan dan manfaat bagi anggota KUD Puspa Mekar merupakan tambahan pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diterima sejak kuliah dalam mengamati gejala yang terjadi dalam masyarakat melalui suatu penelitian ilmiah. 1.5.
Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan pada KUD Puspa Mekar untuk mengidentifikasi
perilaku anggota dan menganalisis hubungan antara kinerja, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota. Model yang dibangun dalam skripsi ini adalah terkait kinerja, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota. Kinerja koperasi
dipengaruhi oleh visi, kapasitas, jaringan kerja, sumberdaya, dan partisipasi anggota. Partisipasi anggota dipengaruhi oleh manfaat sosial dan manfaat ekonomi. Kinerja koperasi mempengaruhi manfaat sosial dan manfaat ekonomi.