1
Formatted: Centered
PENDAHULUAN
Formatted: Font: Book Antiqua, 40 pt, Bold
1.1 Latar Belakang Wilayah geografis Indonesia terletak diantara dua lempeng benua Asia dan Australia juga diapit oleh dua samudra. Terdapat jajaran gunung api dari daratan Sumatera hingga Jawa, bahkan Indonesia termasuk dalam gugusan sirkung pasifik. Keadaan demikian menyebabkan
wilayah di
Indonesia merupakan daerah rawan bencana khususnya gempabumi, bahkan berpotensi tsunami. Fakta ini mendorong berbagai organisasi kemanusiaan terdorong untuk selalu memberi pembelajaran kepada masyarakat tentang cara-cara menyelamatkan diri dan keluarga mereka saat terjadi bencana tersebut. Mengingat luasnya wilayah geografis Indonesia, dan rentannya posisi Indonesia yang berada dalam wilayah cincin api, maka penyampaian pesan tentang pengurangan risiko bencana menjadi hal yang sangat penting. Kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana merupakan indikator untuk mengetahui risiko dan dampak bencana merupakan hal yang penting karena geografis Indonesia memiliki potensi bencana cukup tinggi. Informasi kebencanaan perlu diberikan kepada masyarakat, agar mampu dalam mengidentifikasikan, menempatkan, mengakses, dan mengevaluasi serta mempraktekkan ketika bencana terjadi. Minimnya pengetahuan masyarakat akan tanda dan bahaya bencana antara lain tampak ketika terjadi gempabumi.
PKAPS13‐P
1
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu
kehidupan
dan
penghidupan
masyarakat
yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana). Berdasarkan
Instruksi
Presiden,
BNPB
(Badan
Nasional
Penanggulangan Bencana) saat ini telah menyusun sebuah dokumen perencanaan dalam kesiapsiagaan menghadapi bahaya bencana tsunami (masterplan tsunami). Dokumen masterplan tsunami disusun sebagai upaya pengembangan
kapasitas
dalam
menghadapi
ancaman
bencana
gempabumi dan tsunami dengan tujuan untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat di daerah rawan bencana gempabumi dan tsunami. Dalam penyusunan masterplan tsunami tersebut dilakukan analisis kajian risiko berdasarkan metodologi di Perka BNPB No. 2 Tahun 2012, dengan menggunakan paramater
tingkat ancaman, kerentanan dan
kapasitas. Salah satu unsur penting yang telah dibahas dalam dokumen tersebut adalah tentang kapasitas masyarakat yang terpapar terhadap risiko gempabumi dan tsunami. Pembahasan tentang komponen kapasitas di dalam dokumen masterplan tsunami masih dilakukan secara umum, belum menyentuh pengetahuan, karakteristik, dan tingkah laku masyarakat sebagai bagian dari kapasitas masyarakat didalam komponen kajian risiko bencana. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka BNPB bekerjasama dengan BPS dan bantuan teknis dari UNFPA bermaksud melakukan pilot survei dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku dari PKAPS13‐P
2
masyarakat yang berada di wilayah pesisir dimana wilayah tersebut memiliki tingkat bahaya gempabumi dan tsunami yang tinggi.
Hasil pilot survei
tersebut akan menjadi informasi dasar yang memberikan gambaran mengenai pengetahuan, sikap dan prilaku masyarakat di daerah pesisir dimana dilakukan pilot survei. Pilot survei ini dilakukan sebagai persiapan survei KAP yang akan diselenggarakan di tahun 2014. BNPB telah memutuskan Kota Padang di Provinsi Sumatera Barat sebagai lokasi pilot survei ini.
1.2 Tujuan Pilot Survei KAP 1. Informasi dasar yang memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat di daerah pesisir tersebut. 2. Berguna dalam kegiatan penyusunan baseline data pra bencana di tahun 2014 yang akan datang. 3. Mengembangkan upaya-upaya yang tepat untuk mencegah atau mengurangi terjadinya dampak bencana bagi masyarakat, serta memberikan perlindungan bagi masyarakat di daerah rawan bencana gempabumi dan tsunami. 4. Tertatanya suatu kawasan dengan mempertimbangkan potensi bencana dan secara umum perlu pemahaman terhadap sumber bencana.
PKAPS13‐P
3
1.3 Target dan Lokasi Pilot Survei Target Pilot Survei KAP adalah masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. BNPB memilih Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat sebagai lokasi Pilot Survei ini. Berdasarkan hasil SP2010, jumlah penduduk Kota Padang sebanyak 833.562 orang, terdiri dari 415.315 laki-laki dan 418.247 perempuan. Kota Padang yang terletak di pinggir pantai barat sumatera merupakan pusat perekonomian, pendidikan, pelabuhan dan pariwisata. Kota dengan luas wilayah sekitar 1.414,89 Km² merupakan perpaduan antara wilayah pantai, daerah aliran sungai, dataran, perbukitan dan pegunungan. Wilayah geografis kota yang membentang dari pantai sampai pegunungan ini rawan terhadap ancaman berbagai bencana alam, diantaranya letusan gunung api, tanah longsor dan banjir. Bencana tanah longsor berpotensi terjadi di kawasan Pegunungan Bukit Barisan, tepatnya sebelah timur dari pusat kota. Bentuk perbukitan yang relatif terjal dan tinggi dengan jenis tanah yang sangat labil menyebabkan bencana tanah longsor tidak hanya terjadi pada kawasan perbukitan dan pegunungan, namun juga berpotensi melanda daerah yang terletak di aliran lima sungai besar di Kota Padang. Dengan adanya lima aliran sungai besar tersebut, bencana banjir menjadi musibah yang sering terjadi di Kota Padang dan menyebar di seluruh wilayah pusat kota. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah jumlah penduduk yang tinggal di zona rawan bencana tsunami, yaitu mereka yang bermukim di tepi pantai hingga dataran dengan ketinggian 5 meter di atas permukaan laut. Banyaknya penduduk yang tinggal di lokasi rawan bencana semakin meningkatkan pentingnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana. PKAPS13‐P
4
1.4 Jadwal Kegiatan
No.
Jenis Kegiatan
Jadwal
1
Preparation Meeting
28-29 Februari
2
Workshop Pembahasan Draft Kuesioner dan Pedoman
26-28 April
3
Workshop Pembahasan Metodologi
10-12 Mei
4
Workshop Finalisasi Kuesioner dan Pedoman; Workshop Intama
16-18 Mei
5
Kunjungan Tim Advance ke Padang
19-21 Mei
6
Workshop Innas Pilot Survei
31 Mei-1 Juni
7
Workshop Petugas Lapangan
17-18 Juni
8 9 10
Pelaksanaan Lapangan (Pencacahan, 19-28 Juni Supervisi) Pengolahan (Penyusunan Program, Entry, 6 Juli Validasi dan Tabulasi) Evaluasi Hasil Pencacahan (Kuesioner, 7 Juli-7 Agustus Metodologi, dll)
11
Workshop Penyusunan Draft Laporan
21-23 Agustus
12
Workshop Finalisasi Laporan
3-5 September
13
Launching hasil Pilot Survei
Oktober
PKAPS13‐P
5
PKAPS13‐P
6
2
Formatted: Font: Book Antiqua, 40 pt, Bold, English (U.S.)
METODOLOGI
2.1 Cakupan Wilayah Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Kesiapan Menghadapi Bencana (Knowledge, Attitude, and Practice) dilaksanakan pada tahun 2013 di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Wilayah ini dipilih oleh BNPB berdasarkan pertimbangan adanya potensi bahaya gempa dan tsunami di Pesisir Selatan Pulau Sumatera, khususnya Kota Padang. BNPB yang juga memetakan daerah rawan bencana di Kota Padang telah menentukan 10 desa yang berada di daerah rawan bencana gempabumi dan tsunami sebagai wilayah penelitian. Masing-masing desa dipilih satu blok sensus secara purposive lalu masing-masing blok sensus diambil 25 rumah tangga secara sistematik sebagai responden Pilot Survei KAP. Kerangka sampel yang digunakan untuk pemilihan rumah tangga masing-masing blok sensus terpilih yang dilengkapi dengan informasi jumlah rumah tangga hasil listing Sensus Penduduk 2010. Kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga adalah daftar rumah tangga biasa hasil pemutakhiran rumah tangga Pilot Survei KAP 2013 Daftar PKAPS13-P pada blok sensus terpilih. Daftar rumah tangga biasa ini tidak termasuk panti asuhan, asrama polisi/barak militer, penjara, pesantren, dalam setiap blok sensus
sampel
hasil
pencacahan
lengkap
SP2010
yang
telah
dimutakhirkan.
PKAPS13‐P
7
2.2 Jumlah Sampel Besarnya sampel rumah tangga untuk seluruh blok sensus terpilih telah ditentukan sebanyak 250 rumah tangga. Dengan demikian pada setiap blok sensus terpilih terdapat 25 rumah tangga biasa yang akan dipilih untuk diwawancarai. Apabila terdapat rumah tangga setelah kunjungan ketiga tetap tidak dapat diwawancarai pada waktu pencacahan karena berbagai hal maka dapat dilakukan penggantian sampel terhadap rumah tangga terdekat secara purposive (rumah tangga yang berada di atas atau di bawah rumah tangga terpilih pada Daftar PKAPS13-P). Penggantian sampel dilakukan oleh pengawas.
2.3 Rancangan Sampling Sampel yang dipilih dengan menggunakan metode purposive. Metode ini digunakan pada pilot survei KAP 2013, dengan mempertimbangkan kemudahan operasional di lapangan. Memilih 10 desa secara purposive desa daerah rawan bencana di Kota Padang yang telah ditentukan oleh BNPB.
Memilih sebuah blok sensus secara purposive di setiap desa terpilih tahap pertama.
Memilih 25 rumah tangga untuk setiap blok sensus terpilih Pilot Survei KAP 2013 secara sistematik dari Daftar PKAPS13‐P.
PKAPS13‐P
8
Pemilihan desa dan BS dilakukan oleh BNPB bekerja sama dengan BPS Pusat dan pemilihan rumah tangga dilakukan bersamaan pada saat pelatihan petugas pencacahan oleh instruktur nasional (Innas) setelah daftar sampel telah dimutakhirkan. Pemilihan rumah tangga yang dilakukan secara purposive dipilih sedemikian rupa sehingga jumlah sampel merata atau memiliki yarak yang relatif sama dari kerangka sampel.
PKAPS13‐P
9
PKAPS13‐P
10
3
ORGANISASI LAPANGAN Formatted: Font: Book Antiqua, 40 pt, Bold, English (U.S.)
3.1 Petugas Pemutakhiran Rumah Tangga Salah satu kegiatan dalam pelaksanaan Survei KAP 2013 adalah dilakukannya pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus terpilih sampel. Tujuan pemutakhiran rumah tangga adalah untuk memastikan cakupan rumah pada blok sensus terpilih sesuai dengan keadaan terakhir saat updating. Petugas yang melakukan kegiatan ini adalah Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dari kecamatan dimana lokasi blok sensus terpilih sampel tersebut berada.
Comment [M1]: Comment [M2]: Comment [M3]:
3.2 Koordinator Lapangan (Korlap) Untuk membantu mengkoordinasi pelaksanaan lapangan ditunjuk seorang Korlap, dimana korlap merangkap juga sebagai Instruktur Nasional. Tugas utama Korlap adalah : 1. Mengikuti latihan yang diadakan di BPS Pusat 2. Menjadi Instruktur Nasional 3. Membantu Kepala BPS Provinsi/Kota dalam mengkoordinasikan segala permasalahan hingga tahap pelaksanaan lapangan (pencacahan, pemeriksaan, pengawasan, dan sebagainya) serta saran perbaikan. 4. Bertanggung jawab atas pengambilan sampel rumah tangga. 5. Melakukan pemantauan pelaksanaan lapangan. 6. Mengumpulkan dan memeriksa hasil pencacahan. 7. Mengentri dokumen hasil pencacahan lapangan. 8. Membuat laporan permasalahan dan kendala lapangan serta solusi pemecahannya. PKAPS13‐P
11
3.3 Pewawancara Tugas Pewawancara Survei KAP 2013 adalah: 1. Mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan yang telah ditentukan. 2. Mewawancarai rumah tangga dengan Daftar PKAPS13-S 3. Menyerahkan hasil pencacahan kepada Pengawas dan melakukan kunjungan ulang apabila masih ditemui kesalahan, kekuranglengkapan atau keraguan atas hasil pencacahan.
3.4 Pengawas Tugas Pengawas Survei KAP 2013 adalah: 1. 2. 3. 4.
Mengikuti pelatihan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Koordinasi dengan perangkat/aparat setempat. Membagi tugas pada pewawancara Membimbing pewawancara untuk mendapatkan data dengan mutu yang baik. 5. Melakukan pemantauan atas tugas yang diberikan kepada pewawancara, melakukan pemeriksaan dokumen yang mencakup kelengkapan daftar, tata cara pengisian daftar, kelengkapan serta kebenaran pengisian, dan konsistensi antar isian. 6. Menyelesaikan permasalahan yang ditemui di lapangan.
3.5 Pelatihan Instruktur Nasional Pelatihan ini diikuti oleh semua calon Instruktur Nasional (Innas) untuk melatih petugas lapangan Pilot Survei KAP 2013 selama 3 hari. Pengajar dalam pelatihan ini adalah Instruktur Utama dan Nara Sumber dari BPS dan BNPB. Jumlah Innas terpilih adalah sebanyak 3 orang
(1 orang
dari BNPB dan 2 orang dari BPS). PKAPS13‐P
12
3.6 Pelatihan Petugas Lapangan Pelatihan diikuti oleh semua calon petugas lapangan baik pewawancara maupun pengawas, dan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, yaitu selama 3 hari. Pengajar dalam pelatihan ini adalah Innas Pilot Survei KAP 2013. Calon Pewawancara Pilot Survei KAP 2013 akan dilatih di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.
3.7 Pelaksanaan Lapangan Pengumpulan data Survei KAP 2013 akan dilaksanakan oleh 3 tim yang masing-masing terdiri atas 4 petugas, terdiri dari: satu orang pengawas dan tiga orang pewawancara. Setiap tim akan bertugas pada sejumlah BS (sekitar 3-4 BS untuk setiap tim), sehingga beban antara tim relatif setara dan pelaksanaan pencacahan. Tim ini akan melaksanakan pencacahan dalam suatu blok sensus terpilih hingga selesai sebelum bergerak menuju ke blok sensus terpilih berikutnya. Dalam setiap blok sensus, tim akan mewawancarai 25 rumah tangga dengan Daftar PKAPS13-S. Koordinator Lapangan (Korlap) memantau setiap perkembangan pelaksanaan lapangan. Ketika tim selesai melaksanakan pencacahan pada suatu blok sensus, maka dokumen yang sudah diperiksa isiannya harus diserahkan kepada Korlap untuk diperiksa kembali (konsistensi isian dan kelengkapan) dan selanjutnya mengentri semua dokumen yang sudah terisi dari hasil pencacahan lapangan.
PKAPS13‐P
13
4
Formatted: Font: Book Antiqua, 40 pt, Bold
JENIS DOKUMEN
4.1 Dokumen Jenis dokumen yang digunakan dalam pelaksanaan lapangan Pilot Survei KAP 2013 adalah sebagai berikut:
4.1.1 Buku Pedoman Buku pedoman pewawancara, berisi petunjuk tentang tata cara pengisian daftar, tugas dan kewajiban pewawancara, pengawas dan juga korlap, dengan harapan agar dalam melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan. Petugas juga dapat mempersiapkan diri menghadapi dan mengatasi berbagai situasi yang terjadi di lapangan.
4.1.2 Daftar Isian a) Daftar Pemutakhiran Rumah Tangga (PKAPS13-P) digunakan untuk memutakhirkan semua bangunan dan rumah tangga yang ada di blok sensus (BS) terpilih. Satu set daftar digunakan untuk mencatat satu BS. Daftar ini dikerjakan oleh petugas updating yaitu Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dari kecamatan dimana BS terpilh tersebut berada. b) Daftar Sampel Rumah Tangga (PKAPS13-DSRT) digunakan untuk mencatat identitas rumah tangga yang terpilih sampel. c) Daftar Rumah Tangga (PKAPS13-S) digunakan untuk mencatat keterangan rumah tangga terpilih. Satu set daftar digunakan untuk mencacah satu rumah tangga.
PKAPS13‐P
14
5
TATA CARA BERTANYA, BERWAWANCARA DAN MENGISI DAFTAR PERTANYAAN
Pengumpulan data dengan menggunakan Daftar PKAPS13-S dilakukan dengan wawancara kepada Kepala Rumah Tangga, suami/istri KRT atau ART dewasa lain yang mengetahui karakteristik yang ditanyakan.
5.1 Tata Cara Bertanya Kualitas data yang diperoleh dari survei dipengaruhi oleh cara mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu sangat penting diingat bahwa pengumpulan data dalam kegiatan Pilot Survei KAP 2013 ini harus mengikuti tata cara bertanya yang baku, yaitu dengan mengikuti redaksi pertanyaan. Dalam pelatihan petugas harus melakukan latihan: 1) Sesering mungkin berlatih membaca pertanyaan apa adanya agar terbiasa. 2) Latihan bertanya dimulai kepada teman sesama peserta, atau baca pertanyaan secara bersama di kelas dengan suara jelas (keras). 3) Singkirkan rasa malu berkata-kata persis seperti redaksi pertanyaan. 4) Latih bertanya berulang-ulang agar menemukan irama dan intonasi suara yang pas sehingga susunan bunyi kata-kata itu benar-benar terdengar bertanya. 5) Jika terlatih, maka dengan sendirinya petugas bertanya seperti hafal setiap pertanyaan.
PKAPS13‐P
15
Keadaan pada saat wawancara sering memaksa pertanyaan perlu berubah. Misalnya responden tidak mengerti pertanyaan meskipun sudah diulang sampai 3 kali. Pewawancara dapat menerjemahkan atau mengubah redaksi pertanyaan, akan tetapi harus dipastikan arti/makna terjemahan sama dengan maksud pertanyaan tersebut. Responden yang tidak mengerti bahasa Indonesia juga merupakan alasan yang memaksa redaksi pertanyaan berubah. Penerjemahan pertanyaan hanya mungkin dilakukan
Comment [D4]: Penerjemahan atau Penterjemahan??
pewawancara jika mengerti dan hapal maksud pertanyaan.
5.2 Tata Cara Berwawancara
Agar pendataan lapangan Pilot Survei KAP 2013 ini berjalan dengan baik maka perlu memperhatikan prinsip dan tata cara berwawancara berikut ini: 1) Tata krama dan sopan santun sesuai adat istiadat setempat (kearifan
lokal) harus diperhatikan. Ketika pewawancara melakukan kunjungan ke rumah tangga haruslah: PKAPS13‐P
16
a. Memperhatikan waktu yang tepat untuk berkunjung, b. Meminta ijin dengan mengetuk pintu dan mengucapkan salam, c. Memperkenalkan diri dengan menunjukkan identitas/surat tugas dan menjelaskan maksud serta tujuan kunjungan,. d. Memberikan pengertian yang jelas tentang perlunya kegiatan Pilot Survei KAP 2013. Jawaban responden akan dirahasiakan, dokumen disimpan hanya di BPS dan tidak disebarkan pada pihak-pihak lain manapun.
2) Komunikasi dua arah antara pewawancara dan responden. Agar informasi yang didapat dari responden akurat, maka pewawancara perlu memperhatikan hal-hal berikut: a. Menggunakan bahasa yang sederhana dan dimengerti oleh responden. Jika diperlukan dapat dilakukan penerjemahan dari Bahasa Indonesia menjadi bahasa daerah/lokal, namun sama sekali tidak mengubah arti setiap pertanyaan. b. Pewawancara bersikap simpatik (ramah dan sopan) sehingga menciptakan suasana akrab. c. Pewawancara bersikap sabar ketika menghadapi sikap responden yang tidak diharapkan (misalnya menolak memberikan keterangan) dan bersikap persuasif (berhati-hati dan tidak menyinggung perasaan). Jika usaha persuasif mengalami kegagalan, laporkan pada Kortim.
PKAPS13‐P
Comment [D5]: Penterjemahan atau penerjemahan?
17
3) Fokus pada maksud dan tujuan setiap pertanyaan. Menyadari pentingnya akurasi data dengan adanya keterbatasan waktu maka pewawancara harus memperhatikan: a. Menjaga alur pertanyaan secara runtun sehingga informasi yang diberikan responden juga runtun. Ketika pembicaraan responden dirasakan mulai menyimpang dari alur maka kembalikan pembicaraan secara bijaksana dan simpatik. b. Hindari pembicaraan yang tidak perlu atau tidak ada relevansinya dengan Pilot Survei KAP 2013 ini. c. Pewawancara tidak mengarahkan jawaban sehingga responden tidak subjektif. Biarkan responden menjawab apa adanya dan spontan. Probing dilakukan hanya ketika jawaban responden tidak jelas, tidak wajar, atau tidak sesuai pertanyaan.
4) Apresiasi pada responden selama wawancara berlangsung. a. Pewawancara secara bijak menampung pendapat responden yang tidak terkait langsung dengan pertanyaan. b. Pewawancara dilarang memberi tanggapan/komentar negatif ataupun menunjukkan sikap merendahkan atas jawaban-jawaban responden. c. Ketika wawancara selesai, pewawancara mengucapkan terima kasih dan memberitahukan ke responden akan ada kunjungan lain ketika diperlukan untuk klarifikasi data. PKAPS13‐P
18
5.3 Tata Cara Pengisian Daftar 1) Hasil pencacahan rumah tangga akan diolah dengan data entri oleh Korlap/Innas. Oleh karena itu penulisan angka dan huruf sebagai jawaban harus jelas dan dapat dibaca. 2) Pengisian daftar rumah tangga harus dilakukan pada waktu wawancara dengan responden, tidak boleh ditunda. Setelah wawancara selesai, pengecekan isian harus dilakukan lagi, jika ditemui ketidakwajaran informasi serta isian yang terlewat, petugas dapat langsung menanyakan kembali kepada responden. 3) Bila jawaban di daftar pertandyaan berupa angka, hanya boleh terisi satu jawaban (1, 2, Tetapi bila jawaban berupa huruf (A, B, C, D, dll) jawaban yang dilingkari boleh lebih dari satu.
PKAPS13‐P
19
PKAPS13‐P
20
6
PENCACAHAN RUMAH TANGGA Formatted: Font: Book Antiqua, 40 pt, Bold
6.1 Daftar Pertanyaan PKAPS13-S Daftar pertanyaan digunakan untuk mencatat Keterangan mengenai pengetahuan, sikap dan keterampilan bencana, gempa atau tsunami. Keterangan diperoleh dari kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga dewasa yang mewakili dan mengetahui keadaan anggota rumah tangga tersebut.
6.2 Pengisian Daftar PKAPS13-S Daftar PKAP13S-S terdiri dari 8 blok, yaitu: Blok I. Pengenalan Tempat Blok II. Keterangan Petugas Blok III. Keterangan Anggota Rumah Tangga Blok IV. Sumber Informasi Blok V. Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Bencana Alam Blok VI. Penilaian dan Pengetahuan Tentang Mitigasi Bencana Blok VII. Status Sosial Ekonomi Blok VIII. Catatan
6.2.1 Blok I. Pengenalan Tempat Berisi keterangan mengenai provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, klasifikasi daerah (perkotaan/perdesaan), nomor blok sensus, nomor kode sampel, nomor urut rumah tangga dan nomor urut sampel, nama responden, nomor urut responden dan satuan lingkungan PKAPS13‐P
21
setempat. Keterangan mengenai hal tersebut diatas disalin dari Daftar PKAPS13-DSRT. Nomor urut anggota rumah tangga (disalin dari BLOK III Kolom 1 dan 2) PKAPS13-S. Nama satuan lingkungan setempat diisi sesuai dengan nama SLS di alamat responden.
6.2.2 Blok II. Keterangan Petugas. Blok II terdiri dari dua bagian, yaitu: 1. Keterangan kunjungan petugas 2. Tanda tangan pewawancara, pengawas dan petugas entri data. Blok ini digunakan untuk mencatat informasi mengenai kunjungan petugas, hasil kunjungan, tanggal kunjungan,kode hasil kunjungan, keterangan mengenai pewawancara, pengawas, petugas entri data.
6.2.2.1
Keterangan Kunjungan Petugas
Bagian ini berupa tabel isian, dengan jenis informasi yang dicatat sebagai baris dan nomor urut kunjungan sebagai kolom. Informasi yang dicatat meliputi tanggal dan nama pewawancara, hasil kunjungan, tanggal dan jam kunjungan berikutnya. Tuliskan
tanggal/bulan/jam
dilakukan
wawancara,
nama
pewawancara, hasil kunjungan, tanggal serta kunjungan berikutnya. Untuk kunjungan pertama di kolom(1), kunjungan kedua di kolom(2) dan kunjungan ketiga di kolom(3). Jika kunjungan lebih dari tiga kali, kunjungan ketiga sampai sebelum terakhir catat sedemikian rupa di kolom (2), dan kunjungan terakhir catat di kolom(3). Semua informasi di bagian ini harus dicatat oleh pewawancara. Hasil kunjungan diisikan dengan cara menuliskan
salah satu kode hasil kunjungan. Kode isian untuk hasil
kunjungan adalah Kode 1 s.d 7, yaitu: PKAPS13‐P
22
1. Selesai 2. Responden tidak ada di rumah 3. Ditangguhkan 4. Ditolak 5. Selesai sebagian 6. Responden tidak/kurang mampu menjawab 7. Lainnya.
6.2.2.2 Tanda Tangan Pewawancara, Pengawas dan Petugas Entri Data Pewawancara, pengawas dan petugas entri data diminta untuk mengisikan nama dan tanggal melakukan wawancara atau pemeriksaan. Yakinkan bahwa kuesioner telah diisi serta diperiksa secara benar dan teliti.
PERKENALAN PETUGAS Sebelum melanjutkan wawancara, pewawancara diminta untuk membacakan pernyataan yang ada di dalam kotak 1 di halaman 2. Pernyataan ini menjelaskan tujuan dari survei dan kesediaan responden untuk berpartisipasi serta bekerja sama dalam memberikan jawaban kepada petugas. Setelah membacakan pernyataan tersebut, wawancara dapat dilanjutkan ke bagian berikutnya.
6.2.3 Blok III. Keterangan Anggota Rumah Tangga Untuk mengisi blok ini, pewawancara perlu mewawancarai responden yang tepat, yaitu kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga dewasa yang mengetahui keadaan semua anggota rumah tangga. Jika tidak ada PKAPS13‐P
23
orang dewasa di rumah, jangan mewawancarai anak-anak tetapi lanjutkan kunjungan ke rumah tangga berikutnya, dan kembali lagi ke rumah tangga tersebut di lain waktu. Setelah bertatap muka dengan responden, kenalkan diri, jelaskan maksud kunjungan anda, dan mintalah untuk menyebutkan nama-nama dari anggota rumah tangga yang biasa tinggal di dalam rumah tangga tersebut, mulai dari kepala rumah tangga. Untuk melakukan ini pewawancara harus tahu apa yang dimaksud dengan rumah tangga. Rumah Tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan, dan biasanya tinggal bersama serta pengelolaan makannya dari satu dapur. Rumah tangga tidak sama persis dengan
keluarga. Keluarga mencakup orang-orang yang ada hubungan darah, tetapi rumah tangga mencakup semua orang yang tinggal dan makan bersama meskipun mungkin tidak ada hubungan darah. Sebagai contoh, tiga orang laki-laki yang tidak ada hubungan darah, tinggal bersama dan makan dari satu dapur tidak akan dianggap sebagai satu keluarga, tetapi satu rumah tangga. Kepala rumah tangga (KRT) adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang yang dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT. Anggota Rumah Tangga (ART) adalah setiap orang yang biasanya tinggal, atau yang sudah tinggal di suatu rumah tangga paling tidak enam bulan, atau yang baru pindah ke rumah tangga itu dengan maksud untuk menetap. Sehingga, ART mencakup:
PKAPS13‐P
24
a. Bayi yang baru lahir. b. Tamu yang sudah tinggal 6 bulan atau lebih, meskipun belum berniat untuk menetap. Termasuk tamu menginap yang belum tinggal 6 bulan tetapi sudah meninggalkan rumahnya 6 bulan atau lebih.
c. Orang yang tinggal kurang dari 6 bulan tetapi sudah berniat untuk menetap (pindah masuk). d. Pembantu rumah tangga atau sopir yang tinggal dan makan bergabung dengan rumah tangga majikannya. e. Orang yang mondok dengan makan (indekos) yang jumlahnya kurang dari 10 orang. f. Famili atau orang yang ikut dalam rumah tangga. g. Kepala rumah tangga yang bekerja di tempat lain (luar daerah), pulang secara periodik (kurang dari 6 bulan) seperti pelaut, pilot, pedagang antar pulau, atau pekerja tambang. Sedangkan contoh-contoh berikut ini tidak termasuk ART: a. Anak yang tinggal di tempat lain, misalnya untuk sekolah atau bekerja, meskipun kembali ke rumah orang tuanya secara periodik atau ketika libur, dianggap telah membentuk rumah tangga sendiri atau bergabung dengan rumah tangga lain di tempat tinggalnya sehari-hari. b. Seorang yang sudah bepergian selama 6 bulan atau lebih, meskipun belum jelas akan pindah. c. Orang yang sudah pergi, meskipun belum sampai 6 bulan, tapi berniat untuk pindah. d. Pembantu rumah tangga atau supir yang tidak tinggal di rumah tangga majikannya. PKAPS13‐P
25
e. Orang yang mondok tidak dengan makan, misalnya menyewa kamar atau paviliun. Kadang-kadang tidak mudah menentukan siapa yang harus dicakup dalam suatu rumah tangga. Sebagai contoh, seorang laki-laki yang mempunyai dua orang istri, yang tinggal terpisah. Ia tinggal di rumah kedua istrinya secara bergantian. Orang itu dicatat di salah satu rumah tangga sebagai kepala rumah tangga di tempat ia lebih lama tinggal. Jika kedua istri terpilih sebagai sampel PKAPS13, maka istri lainnya adalah sebagai kepala rumah tangga, sedangkan suami tidak dimasukkan sebagai ART. Kolom (2) dan (3): Nama dan Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga Tanyakan dan tuliskan nama setiap orang pada satu baris di Kolom (2), dan hubungannya dengan kepala rumah tangga di Kolom (3). Mulailah dari kepala rumah tangga, yaitu orang yang bertanggung jawab atau dianggap bertanggung jawab atas kehidupan sehari-hari rumah tangga itu, kemudian istri/suami. Karena ruang yang tersedia tidak cukup luas, tidak mungkin menulis nama lengkap untuk setiap orang. Oleh karena itu kalau nama belakang (keluarga, marga) sama untuk beberapa orang, tuliskan kependekannya saja, misalnya: 01. Diky Panjaitan
3. Setiawan P
02. Angel P
4. Rully P
Hubungan dengan kepala rumah tangga meliputi: 1. Kepala rumah tangga adalah salah seorang anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari di rumah tangga tersebut, atau orang yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala rumah tangga tersebut. 2. Istri/suami adalah istri/suami dari kepala rumah tangga. PKAPS13‐P
26
3. Anak adalah anak dari kepala rumah tangga (termasuk anak tiri, anak angkat/adopsi) 4. Menantu adalah suami/istri dari anak kandung. 5. Cucu adalah anak dari anak kandung. 6. Orang tua/Mertua adalah bapak/ibu kandung dari kepala rumah tangga atau bapak/ibu kandung dari istri/suami kepala rumah tangga. 7. Famili lain adalah mereka yang ada hubungan famili dengan KRT atau dengan isteri/suami KRT, misalnya adik, kakak, bibi, paman, kakek atau nenek. 8. Pembantu rumah tangga (supir, tukang kebun) adalah orang yang bekerja
sebagai
pembantu
(supir,
tukang
kebun)
yang
menginap/tinggal dan makan di rumah tangga responden tersebut dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang 9. Lainnya adalah mereka yang tidak ada hubungan famili dengan KRT atau dengan istri/suami KRT, misalnya mantan menantu, anak kost. Mantan menantu dicatat sebagai lainnya. Jika ada menantu dari KRT yang sudah hidup pisah (cerai mati/hidup) dengan anak dari KRT, dimasukkan pada kategoti ”Lainnya”. Jika ada anak dari ”mantan menantu” tinggal bersama, maka hubungan anak tersebut tetap dikategorikan sebagai ”Cucu” (Kode 5). Pembantu rumah tangga atau sopir yang hanya makan dan tidak tinggal dirumah majikannya bukan ART majikannya. Hubungan seseorang ART dengan KRT perlu sekali ditentukan dengan cermat. Hanya satu pilihan hubungan, meskipun kenyataan memang bisa lebih dari satu hubungan. Misalnya, famili yang dipekerjakan sebagai pembantu (diberi upah/gaji) atau anak pembantu rumah tangga yang ikut tinggal dalam rumah tangga responden dan diperlakukan sebagai pembantu rumah tangga dianggap sebagai pembantu. Hanya ada satu PKAPS13‐P
27
orang KRT dalam satu rumah tangga dan minimal umurnya 10 tahun. Hubungan ART berpusat kepada KRT. Istri/suami boleh saja lebih dari satu dalam satu rumah tangga. Setelah menulis lengkap nama-nama anggota rumah tangga dan hubungannya dengan kepala rumah tangga, mulailah dari orang yang tertulis pada nomor 01, ikuti pertanyaan-pertanyaan di Kolom (4) ke samping sampai Kolom (7) untuk masing-masing anggota rumah tangga. Maksudnya, setelah selesai mencatat keterangan mengenai orang pada baris 01, lanjutkan dengan orang pada nomor 02, dan seterusnya menyelesaikan isian seorang demi seorang sampai semuanya terisi. Kolom (4), (5), (6), (7) ditanyakan sekaligus setelah selesai menanyakan kol (2) dan (3). Jika sudah selesai mencatat semua keterangan anggota rumah tangga di kolom tersebut, barulah pewawancara mengisi kolom (8) s.d. (12) untuk masing-masing anggota rumah tangga. Kolom (4): Jenis Kelamin Tanyakan dan tuliskan jenis kelamin responden. Jangan menebak jenis kelamin responden dari namanya. Isikan Kode (1) bila jenis kelamin responden adalah laki-laki dan Kode (2) bila jenis kelamin responden adalah perempuan. Kolom (5): Umur Tanyakan umur dan tuliskan dengan pembulatan ke bawah atau umur menurut ulang tahun terakhir. Kalau menemukan kesulitan dalam memperoleh umur, usahakan mendapatkan keterangan mengenai umurnya dengan cara sebagai berikut:
PKAPS13‐P
28
1. Tanyakan apakah ada kartu pengenal seperti akta kelahiran, surat keterangan lahir, surat baptis, atau catatan lain yang dibuat orang tuanya. Perhatikan tanggal dikeluarkan surat tersebut bila yang tercatat adalah umurnya, bukan tanggal lahirnya. 2. Jika responden menyebut tanggal bulan dan tahun lahir seseorang, catat di bagian yang kosong pada baris yang sama dan hitung dengan pembulatan ke bawah. 3. Hubungkan umur orang tersebut dengan umur orang lain dalam rumah tangga yang sama, yang umurnya diketahui dengan pasti. Sebagai contoh, seorang ibu mengatakan berumur 19 tahun ketika melahirkan anak pertama, dan anak itu sekarang berumur 13 tahun. Perkiraan umur ibu tersebut adalah (19+13) = 32 tahun. 4. Pewawancara tidak diperkenankan mengisi umur responden dengan T.T. (tidak tahu) atau membiarkannya kosong.
”Bila responden berumur kurang dari 1 tahun tuliskan ’00’ dan jika berumur 95 tahun atau lebih tuliskan ’95’ pada kotak”
Kolom (6): Status Perkawinan Tanyakan dan tuliskan apakah status perkawinan responden dengan membacakan pertanyaan di Kolom (6). Jika belum kawin tuliskan Kode 1, jika kawin tuliskan Kode 2, jika cerai hidup tuliskan Kode 3, dan jika cerai mati tuliskan Kode 4. PKAPS13‐P
29
Penjelasan mengenai status perkawinan adalah sebagai berikut: 1. Belum Kawin adalah status perkawinan bagi mereka yang belum pernah terikat dalam perkawinan sampai pada saat pencacahan. 2. Kawin adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri. 3. Cerai hidup adalah seseorang yang telah berpisah sebagai suami-istri karena bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup. 4. Cerai mati adalah ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan saat wawancara belum kawin lagi. Kolom (7): Agama Tanyakan dan tuliskan agama responden sesuai dengan jawaban responden. Jangan menebak agama responden, dalam hal ini tidak selalu agama yang dianut oleh kepala rumah tangga akan sama dengan agama yang dianut oleh anggota rumah tangga lainnya. Tuliskan Kode yang sesuai dengan jawaban responden.
PKAPS13‐P
30
Kode agama meliputi: 1. Islam 2. Protestan 3. Katholik 4. Hindu 5. Budha 6. Khonghucu 7. Lainnya, contoh : aliran kepercayaan Kolom (8) s. d Kolom (11): Ditanyakan untuk Anggota Rumah Tangga yang Berumur 5 Tahun Ke Atas. Kolom (8): Kepemilikan Ijazah/STTB Tertinggi Tanyakan ijazah/STTB (Surat Tanda Tamat Belajar) tertinggi yang dimiliki ART dan isikan Kode pendidikan sesuai dengan jawaban responden. Ijazah/STTB meliputi: 0. Tidak punya ijazah SD adalah kepala ruta/anggota ruta yang tidak memiliki ijazah suatu jenjang pendidikan atau pernah bersekolah di Sekolah Dasar atau yang sederajat (antara lain Sekolah Luar Biasa tingkat dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Pamong, Sekolah Dasar Kecil, paket A1-A100, Paket A Setara SD) tetapi tidak/belum tamat. Termasuk juga kepala ruta/anggota ruta yang tamat sekolah dasar 3 tahun atau yang sederajat. 1. Tamat SD/MI/sederajat adalah tamat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah atau sekolah yang setara misalnya: Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar, Sekolah Dasar Kecil, Sekolah Dasar Pamong, Paket A
PKAPS13‐P
31
dan memperoleh ijazah persamaan SD, SD Proyek Perintis Sekolah Pembangunan dan SD Indonesia (di Luar Negeri). 2. Tamat SMP/MTs/sederajat adalah tamat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah atau sekolah yang setara misalnya: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, MULO, HBS 3 tahun, Sekolah Luar Biasa Lanjutan Tingkat Pertama (SMPLB), SLTP Proyek Perintis Sekolah Pembangunan, SLTP Indonesia (di Luar Negeri) dan SLTP Olahraga dan Paket B. 3. Tamat
SMU/MA/sederajat
adalah
tamat
Sekolah
Menengah
Umum/Madrasah Aliyah atau sekolah yang setara misalnya: Sekolah Menengah Atas, HBS 5 tahun, Sekolah Luar Biasa Lanjutan Tingkat Atas (SMALB), AMS, Sekolah Lanjutan Persiapan Pembangunan, SLTA Proyek Perintis Sekolah Pembangunan, SLTA Indonesia (di Luar Negeri), Paket C dan SLTA para atlit. 4. Tamat Diploma I/II adalah tamat program DI/DII pada suatu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma I/II pada pendidikan formal. Program Akta I dan II termasuk dalam jenjang pendidikan program DI/DII. 5. Tamat Diploma III/Akademi
adalah tamat program DIII atau
mendapat gelar sarjana muda pada suatu akademi atau perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma atau mengeluarkan gelar sarjana muda, misalnya Akademi Seni Musik Indonesia, Akademi Seni Tari Indonesia, Akademi Bahasa Asing, Akademi Pimpinan Perusahaan, Akademi Kimia Analis, Akademi Meteorologi dan Geofisika.
PKAPS13‐P
32
6. Tamat Diploma IV/S1 adalah tamat program pendidikan Diploma IV atau
Sarjana
pada
suatu
Universitas/Institut/Sekolah
Tinggi,
sedangkan Program Akta IV sejajar dengan jenjang Diploma IV. 7. Tamat S2/S3 adalah
tamat program pendidikan Pasca Sarjana
termasuk Doktor atau Spesialis I dan II pada suatu Universitas atau Perguruan tinggi. Catatan: Bagi siswa SD, SLTP dan SLTA yang baru dinyatakan lulus dari suatu jenjang pendidikan tertentu tetapi belum memiliki ijazah pada saat pencacahan dianggap sudah memiliki ijazah sesuai jenjangnya. Kolom (9): Keikutsertaan dalam Pelatihan/Seminar/Simulasi/Pertemuan Terkait Bencana Tanyakan apakah responden pernah mengikuti pelatihan/seminar/ simulasi/pertemuan yang terkait dengan dengan bencana. Pelatihan/ seminar/simulasi/pertemuan yang dimaksudkan agar masyarakat diberi pemahaman yang benar tentang bencana alam sebagai upaya mitigasi bencana (tindakan-tindakan untuk mengurangi bahaya supaya kerugian dapat diperkecil).
Selain itu, masyarakat juga dapat mengerti tindakan
perlindungan yang dapat diawali dari persiapan sebelum bencana itu berlangsung, menilai bahaya bencana, penanggulangan bencana, berupa penyelamatan, rehabilitasi dan relokasi. Isikan Kode 1, jika responden menjawab pernah mengikuti pelatihan/seminar/simulasi/ pertemuan yang terkait dengan dengan bencana, Kode 2 jika tidak dan Kode 8 jika tidak tahu.
PKAPS13‐P
33
Kolom (10): Jenis Pelatihan/Seminar/Simulasi/Pertemuan Terkait Bencana Pertanyaan ini akan terisi bila responden menjawab: “pernah atau Kode 1” di Kolom (9). Isikan Kode di dalam kotak sesuai dengan jawaban responden. Jenis Pelatihan/Seminar/Simulasi/PertemuanTerkait Bencana meliputi: 1. Simulasi bencana: adalah kegiatan yang diciptakan seolah-olah sebagai suatu kejadian bencana yang nyata dengan maksud untuk menguji sesuatu. Simulasi tanggap bencana merupakan alat atau instrumen untuk menguji tingkat pengetahuan, pemahaman, respon dan tindakan warga ketika akan/saat/dan/atau pasca terjadi bencana. Maksud diadakannya kegiatan simulasi adalah: 1) Memberikan
pengetahuan
dan
pemahaman
mengenai
kesiapsiagaan kebencanaan baik di tingkat masyarakat maupun pemerintahan desa/kelurahan. 2) Mendorong peningkatan kapasitas warga dan pemerintah desa /kelurahan dalam melakukan tindakan antisipatif menghadapi bencana. 3) Memberikan
keterampilan
masyarakat
dan
pemerintahan
desa/kelurahan dalam menghadapi bencana. Tujuan: (1) Masyarakat dan aparat pemerintahan desa/kelurahan mempunyai pengetahuan
dan
pemahaman
mengenai
kesiapsiagaan
kebencanaan (2) Masyarakat
dan
pemerintahan
desa/kelurahan
mempunyai
kapasitas yang lebih memadai dalam menghadapi bencana. PKAPS13‐P
34
(3) Masyarakat
dan
pemerintahan
desa/kelurahan
mempunyai
keterampilan dalam menghadapi bencana. (4) Masyarakat
dan
pemerintahan
desa/kelurahan
mampu
memanfaatkan komponen infrastruktur yang berfungsi sebagai upaya pengurangan risiko bencana. 2. Sosialisasi bencana: dimaksudkan agar masyarakat yang bermukim di kawasan rawan bencana memperoleh wawasan dan pengertian tentang jenis-jenis ancaman bahaya gerakan tanah, dan manajemen penanggulangannya sehingga diharapkan jumlah korban jiwa maupun harta benda akibat bencana tersebut dapat dikurangi. 3. Pelatihan
evakuasi:
Tujuan
simulasi
ini
dimaksudkan
untuk
memberikan gambaran mengenai kesiapan masyarakat khususnya yang berada di kawasan rawan bencana, bagaimana tata cara harus menyelamatkan diri dari ancaman bahaya yang dapat terjadi sewaktuwaktu. Pelatihan evakuasi ini juga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana cara mengungsi, apa yang harus dibawa dan siapa yang harus didahulukan (prioritas) untuk diselamatkan, dan bagaimana mengambil keputusan yang tepat saat dalam kondisi bahaya . 4. Kepramukaan (tali temali, pasang tenda, dll): dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat sebagai fasilitator dan mediator penanggulangan bencana sehingga dapat berperan aktif dalam upaya penanggulangan bencana. Ditinjau dari fungsinya, kepramukaan mendidik kader muda untuk berperan aktif dalam segala bentuk pendidikan dasar bela negara dan dapat membantu pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana.
PKAPS13‐P
35
Sasaran kegiatan diharapkan agar setiap peserta nantinya akan menjadi sukarelawan di daerahnya masing masing. 5. Pengolahan air bersih: Bertujuan untuk mengantisipasi masalah keterbatasan air bersih. 6. Dapur umum:
Dimaksudkan agar masyarakat menjadi tenaga
terampil seperti bersih-bersih alat masak, mencuci beras, menanak nasi, menyiapkan lauk pauk, sayur, dan pembungkusan nasi serta pendistribusiannya kepada pengungsi darurat. 7. Lainnya: termasuk relawan, pelatihan komunikasi, transportasi dan lain-lain Kolom (11): Ditanyakan untuk ART berumur 10 Tahun Ke Atas, Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu Seminggu yang lalu adalah jangka waktu 7 hari berturut-turut yang berakhir sehari sebelum tanggal pencacahan. Contoh: Pencacahan dilakukan tanggal 15 Juni 2013, maka yang dimaksud seminggu yang lalu adalah dari tanggal 8 Juni 2013 sampai dengan 14 Juni 2013. Isikan kode sesuai dengan jawaban responden. Kode kegiatan seminggu yang lalu meliputi: 1. Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh
atau
membantu
memperoleh
penghasilan
atau
keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu terakhir. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus. Penghasilan atau keuntungan mencakup upah/gaji termasuk
semua
tunjangan
dan
bonus
bagi
pekerja/
karyawan/pegawai dan hasil usaha berupa sewa atau keuntungan, baik berupa uang atau barang termasuk bagi pengusaha. PKAPS13‐P
36
Penjelasan: a) Melakukan pekerjaan dalam konsep bekerja adalah melakukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang atau jasa. b) Orang yang melakukan kegiatan budidaya tanaman yang hasilnya hanya untuk dikonsumsi sendiri dianggap tidak bekerja, kecuali budidaya tanaman bahan makanan pokok, yaitu padi, jagung, sagu, dan atau palawija (ubi kayu, ubi jalar, kentang). c) Anggota ruta yang membantu melaksanakan pekerjaan kepala ruta atau anggota ruta yang lain, misal di sawah, ladang, warung/toko dan sebagainya dianggap bekerja walaupun tidak menerima upah/gaji (pekerja tak dibayar). d) Orang yang memanfaatkan profesinya untuk keperluan ruta sendiri dianggap bekerja. Contoh: a) Dokter yang mengobati anggota ruta sendiri, tukang bangunan yang memperbaiki rumah sendiri, dan tukang jahit yang menjahit pakaian sendiri. b) Seseorang yang mengusahakan persewaan mesin/alat pertanian, mesin industri, peralatan pesta, alat pengangkutan dan sebagainya dikategorikan bekerja. c) Pembantu ruta termasuk kategori bekerja, baik sebagai anggota ruta majikannya maupun bukan anggota ruta majikannya. d) Seseorang menyewakan tanah pertanian kepada orang lain secara bagi hasil, dikategorikan bekerja bila ia menanggung risiko (ada keterlibatan biaya produksi) atau turut mengelola atas usaha pertanian itu. PKAPS13‐P
37
e) Pekerja serabutan/bebas baik yang bekerja di sektor pertanian maupun nonpertanian yang sedang menunggu pekerjaan, dianggap tidak bekerja. f) Seorang petinju atau penyanyi profesional yang sedang latihan dalam rangka profesinya, dianggap sebagai bekerja. 2. Sekolah adalah kegiatan bersekolah di sekolah formal maupun sekolah non formal (Paket A/B/C). Tidak termasuk yang sedang libur. 3. Mengurus rumah tangga adalah kegiatan mengurus ruta/membantu mengurus ruta tanpa mendapat upah/gaji. Ibu ruta atau anak-anaknya yang melakukan kegiatan kerumahtanggaan, seperti memasak, mencuci dan sebagainya digolongkan sebagai mengurus ruta. Bagi pembantu ruta yang mengerjakan hal yang sama tetapi mendapat upah/gaji, tidak digolongkan sebagai mengurus ruta, melainkan digolongkan sebagai bekerja. 4. Lainnya adalah kegiatan selain bekerja, sekolah, dan mengurus ruta. Termasuk didalamnya mereka yang menganggur atau tidak mampu melakukan kegiatan, seperti orang lanjut usia, cacat jasmani dan penerima pendapatan/pensiun yang tidak bekerja lagi. Kolom (12): Ditanyakan untuk ART berumur 10 Tahun Ke Atas dan jika Kolom 11 jawabannya berkode 2,3 atau 4 . “Bekerja dalam 12 Bulan Terakhir” Isikan Kode 1 jika responden bekerja dalam 12 bulan terakhir, dan Kode 2 jika responden tidak bekerja dalam 12 bulan terakhir. Contoh 12 bulan terakhir, jika pencacahan pada tanggal 15 Juni 2013, maka 12 bulan terakhir adalah 15 Juni 2012 – 14 Juni 2013.
PKAPS13‐P
38
6.2.4 Blok IV: Sumber Informasi Berisi keterangan mengenai sumber informasi tentang penyelamatan dari bencana alam, baik dari berbagai surat kabar, televisi, media internet, media sosial/social media (Facebook, twitter) dan lain-lain. Blok IV ini terdiri dari P401 s.d. P407. Pertanyaan 401: Kegiatan yang Biasa Dilakukan Responden dan Waktu Melakukan Kegiatan tersebut Lingkari setiap jawaban (A, B, C, D, E, F, X) yang disebutkan oleh responden. Bila responden menjawab “Lainnya” tuliskan jawaban responden pada tempat yang disediakan, kemudian lingkari Kode X. Jawaban boleh lebih dari satu.Kemudian beri tanda cek (√) pada keterangan waktu sesuai dengan jawaban yang dilingkari (boleh lebih dari satu tanda cek). Melakukan kegiatan di P401 yang dimaksud adalah melakukan kegiatan secara sengaja
dan tidak terbatas lamanya waktu. Contoh kegiatan “Lainnya”
adalah adanya kebiasaan berkumpul di kedai kopi (di Aceh). Pertanyaan 402 dan 403: Pengetahuan Responden Tentang Mitigasi Bencana, Penanggulangan Bencana dan Kesiapsiagaan Bencana Lingkari salah satu Kode yang sesuai dengan jawaban responden, Kode 1 bila responden menjawab ya dan Kode 2 bila responden menjawab tidak. Bila di P403 responden menjawab tidak atau Kode 2 lanjutkan ke P406. Pertanyaan 404: Waktu Terakhir Menerima Informasi Lingkari salah satu Kode yang sesuai dengan jawaban responden. Hanya ada satu Kode yang boleh dilingkari di P404.
PKAPS13‐P
39
Pertanyaan 405 dan 406: Pemberi Informasi Lingkari kode yang sesuai dengan jawaban responden. Bila responden menjawab “Lainnya” tuliskan jawaban responden, kemudian lingkari Kode X. Jawaban boleh lebih dari satu di P405. Untuk P406, pewawancara melingkari kode dari dua jawaban yang menurut responden merupakan metode paling baik dan terpercaya dalam memberikan informasi bagaimana menyelamatkan diri dari bencana alam. Pilihan jawaban dibacakan oleh pewawancara. Contoh jawaban “Lainnya” misalnya arisan, paguyuban, dll.
6.2.5 Blok V: Pengetahuan dan Sikap Terhadap Bencana Alam Berisi keterangan mengenai pengetahuan dan sikap responden terhadap kejadian bencana alam. Terdiri dari P501 s.d. P530. Konsep dan Definisi: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam (misal faktor manusia) sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1). Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. (UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 1 angka 2).
PKAPS13‐P
40
Gempabumi adalah goncangan yang mengguncang suatu daerah mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi yang membahayakan. Gempa dengan skala tinggi dapat membuat luluhlantak apa-apa yang ada di permukaan bumi. Rumah, gedung, menara, jalan, jembatan, taman, landmark, dan lain sebagainya bisa hancur rata dengan tanah jika terkena gempabumi yang besar. Gejala Gempabumi (Tektonik): Awan yang berbentuk seperti angin tornado atau pohon/batang berdiri Lampu neon menyala redup/remang-remang walaupun tidak ada arusnya Hasil cetakan faximile berantakan (tidak jelas dan tidak terbaca) Siaran televisi terganggu Hewan-hewan berperilaku aneh/gelisah, menghilang, dan berlarian Letusan Gunungapi adalah keluarnya magma, gas atau material cairan lainnya dari dalam bumi ke permukaan bumi. Material yang
keluar ke
permukaan bumi membentuk kerucut raksasa seperti terpancung yang terlihat sebagai sebuah gunungapi. Pada umumnya di bagian puncak berbentuk kubah atau bukit atau lubang besar yang disebut kawah dan kadang-kadang terisi air dan membentuk sebuah danau. Gunung meletus biasanya bisa diprediksi waktunya sehingga korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir. Gejala Letusan Gunungapi: Hewan-hewan yang berada di dalam hutan keluar dari hutan menuju wilayah yang lebih rendah. Ular, tikus dan kecoa keluar sangat banyak dari dalam got.
PKAPS13‐P
41
Suhu udara terasa sangat panas di malam hari dan meningkat drastis dibanding hari-hari biasa. Tsunami adalah gelombang pasang yang timbul akibat terjadinya gempabumi di laut, letusan gunungapi bawah laut atau longsoran di laut. Gelombang tsunami bergerak sangat cepat, mencapai 600-800 km per jam, dengan tinggi gelombang dapat mencapai 20 m. Terdapat empat faktor pada gempabumi yang dapat menimbulkan tsunami, yaitu: 1). pusat gempabumi terjadi di Iaut, 2). Gempabumi memiliki magnitude besar, 3). kedalaman gempabumi dangkal, dan 4). terjadi deformasi vertikal pada lantai dasar laut. Deformasi adalah perubahan bentuk yang berupa pengangkatan atau penurunan blok batuan yang terjadi secara tiba-tiba dalam skala yang luas di bawah laut. Pada sub bab ini agar disebutkan/diterangkan sejarah kejadian tsunami yang pernah terjadi di daerah ini, dan lokasi-lokasi pantai yang rawan tsunami. Gejala Tsunami: Hewan-hewan laut keluar dari persembunyiannya kepermukaan Terdapat gempa dengan kekuatan besar Air laut tiba-tiba surut hingga beberapa ratus meter, sehingga banyak ikan terdampar di pantai Burung-burung laut terbang dengan kecepatan tinggi ke arah daratan Udara berbau asin (air garam) Angin berhembus tiba-tiba dan terasa dingin menyengat Suara dentuman seperti meriam di dasar laut atau mendengar suara drum band yang sangat banyak dengan irama cepat.
PKAPS13‐P
42
Tanah Longsor adalah salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Gejala Tanah Longsor: Hujan yang intensitasnya tinggi (3 hari berturut-turut >300 mm) Tanah yang bergerak (creep) Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga merendam wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang ada di sana. Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang ada sehingga daerah yang rendah terkena dampak banjir. Gejala Banjir: Hujan yang intensitasnya tinggi (3 hari berturut-turut >300 mm) Naiknya permukaan air sungai Daerah hulu dengan hutan yang rusak (gundul) Air sungai berwarna keruh dan penuh lumpur Aliran sedimen dasar sungai bergerak sangat cepat ke arah hilir Awan hitam di arah hulu sungai Suara riuh-rendah bagaikan dentuman dari arah hulu sungai Hewan (orang utan) menunjukkan tingkah laku yang sangat gelisah dan berteriak-teriak Kekeringan diartikan sebagai berkurangnya persediaan air di bawah normal bersifat sementara baik di atmosfer dan di permukaan. Penyebab terjadinya kekeringan adalah menurunnya curah hujan pada periode yang lama disebabkan oleh interaksi atmosfer dan laut serta akibat ketidakteraturan PKAPS13‐P
43
suhu permukaan laut seperti akibat yang ditimbulkan oleh fenomena el nino. Kekeringan dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang bersifat alamiah di mana intervensi manusia atas penyebab bencana kekeringan sangat minimal. El niño merupakan fenomena alam global yang ditandai dengan memanasnya suhu permukaan laut di perairan wilayah sirkum Pasific atau anomali suhu permukaan laut di wilayah tersebut bernilai positif. Gejala Kekeringan: Bulan kering berkepanjangan Temperatur udara tinggi dan kering Hewan-hewan tanah muncul kepermukaan tanah Daun tanaman keras meranggas Bunyi “garangpong” (Jawa) tanpa henti Kebakaran Lahan dan hutan adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang menyebabkan kurang berfungsinya hutan atau lahan dalam menunjang kehidupan yang berkelanjutan sebagai akibat dari penggunaan api yang tidak terkendali maupun faktor alam yang dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan. Kebakaran hutan (termaduk lahan gambut) merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan (misalnya: serasah, pepohonan, semak, dll), kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (ground fire), membakar bahan organik melalui pori-pori gambut dan melalui akar semak
belukar/pohon
yang
bagian
atasnya
terbakar.
Dalam
perkembangannya, api menjalar secara vertikal dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering)
PKAPS13‐P
44
sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang tampak diatas permukaan. Angin puting beliung adalah adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 60-90 kilometer per jam. Puting beliung yang berlangsung antara 5-30 menit ini terjadi akibat adanya perbedaan tekanan sangat besar dalam area skala sangat lokal yang terjadi di bawah atau di sekitar awan Cumulonimbus. Gejala angin puting beliung: Udara panas dan gerah Di langit tampak ada pertumbuhan awan Cumulus (awan putih bergerombol berlapis-lapis). Di antara awan tersebut ada satu jenis awan mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi yang secara visual seperti bunga kol. Awan tiba-tiba berubah warna dari putih menjadi hitam pekat (awan Cumulonimbus) Ranting pohon dan daun bergoyang cepat karena tertiup angin yang terasa sangat dingin. Durasi fase pembentukan awan, hingga fase awan punah berlangsung sekitar 1 jam. Jika fenomena ini terjadi, kemungkinan besar hujan disertai angin kencang akan datang. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras. PKAPS13‐P
45
Manajemen Penanggulangan Bencana
adalah upaya menangani dan
mengurangi risiko bencana, kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana (pro-aktif) dan respon bencana serta mendukung dan membangun kembali masyarakat setelah bencana terjadi. Kesiapsiagaan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana serta melalui langkah yang tepat guna berdaya guna. Peringatan Dini
adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Pemberian peringatan dini harus menjangkau masyarakat (accessible), segera (immediate), tegas tidak membingungkan (cohorent), bersifat resmi (official). Mitigasi Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. (UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 1 angka 17) PKAPS13‐P
46
Korban bencana adalah orang/sekelompok orang yang mengalami dampak buruk akibat bencana, seperti kerusakan dan atau kerugian harta benda, penderitaan dan atau kehilangan jiwa. Korban dapat dipilah berdasarkan klasifikasi korban meninggal, hilang, luka/sakit, menderita, dan mengungsi.
Pertanyaan 501: Responden Mengetahui Apa itu Bencana Alam Lingkari kode yang sesuai dengan jawaban responden di P501. Bila responden tahu apa yang dimaksud dengan bencana alam, lingkari Kode 1 dan bila tidak lingkari Kode 2. Pertanyaan
502
dan
503:
Pengetahuan
Responden
tentang
Kebencanaan Isikan kode yang sesuai dengan jawaban responden di P502 dan di P503 ke dalam kotak yang tersedia. Kode 1 bila responden menjawab ya, Kode 2 bila responden menjawab tidak, dan Kode 8 bila tidak tahu di P502 dan P503. Pertanyaan 504 dan 505: Jenis Bencana yang Pernah Dialami dan Jumlah Kejadian Isikan Kode yang sesuai dengan jawaban responden di P504. Kode 1 bila responden menjawab ya dan Kode 2 bila responden menjawab tidak. Untuk P505 isikan jumlah kejadian bencana yang pernah dialami responden sesuai dengan jawaban responden pada masing-masing jenis bencana (A
PKAPS13‐P
47
s.d. I). Yang dimaksud di P505 waktunya adalah selama responden hidup, tidak ada batasan waktu. Pertanyaan 506: Kemungkinan Bencana Alam Dapat Menimpa Lingkungan Responden Lingkari Kode yang sesuai dengan jawaban responden. Kode 1 bila tidak mungkin, Kode 2 bila kemungkinan kecil, Kode 3 bila kemungkinan besar dan Kode 4 bila responden menjawab kemungkinan sangat besar. Pertanyaan 507 s.d. 510: Pengetahuan Tentang Terjadinya Bencana Alam Pada pertanyaan ini diharapkan responden dapat memberikan jawaban apakah responden memiliki orang tua atau kerabat lainnya yang pernah membicarakan dengan responden tentang bencana alam baik tentang bagaimana mengenalinya atau langkah-langkah apa saja yang harus diambil untuk mempertahankan hidup respoden, pengetahuan atau kebiasaan lokal yang berkaitan dengan bencana alam, kejadian bencana alam yang pernah terjadi di wilayah responden, dan korban jiwa atau kerugian material yang disebabkan bencana. Lingkari kode yang sesuai dengan jawaban responden. Kode 1 bila responden menjawab ya dan Kode 2 bila responden menjawab tidak. P508 berisi pertanyaan tentang adanya kearifan/kebiasaan
lokal
yang
berkaitan
dengan
bencana
alam.
Kearifan/kebiasaan lokal adalah adat istiadat yang bersumber dari masyarakat setempat tentang kebaikan yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat. Contoh kearifan lokal misalnya adanya daerah/wilayah yang tidak boleh diganggu sebagai sumber air. Lingkari salah satu Kode yang sesuai dengan jawaban responden. Kode 1 bila responden menjawab ya, lalu tuliskan PKAPS13‐P
48
jawaban responden, Kode 2 bila responden menjawab tidak. Batasan kerugian material di P510 tergantung dari jawaban responden. Pertanyaan 511 s.d. 514: Upaya Pengurangan Risiko, Penyelamatan Diri, dan Peralatan/Fasilitas Kesiapsiagaan Lingkari kode yang sesuai dengan jawaban responden, Kode 1 bila responden menjawab ya dan Kode 2 bila responden menjawab tidak di P511 sampai P514. Kode 8 bila responden menjawab tidak tahu di P511. Untuk P512 isikan jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia pada masing-masing rincian (A, B, C, D, E). Untuk P514, bila responden menjawab ya atau Kode 1, lanjutkan ke pertanyaan berikutnya. Bila responden menjawab tidak atau Kode 2 lanjutkan ke P516. Pertanyaan 515: Ketersediaan Fasilitas Jika Terjadi Bencana Lingkari kode yang sesuai dengan jawaban responden. Bila responden menjawab “lainnya”, tuliskan jawaban responden kemudian lingkari Kode X pada baris yang sesuai. Jawaban boleh lebih dari satu. Pertanyaan 516 s.d. 521: Peringatan Dini dan Cara Penyelamatan Diri dari Bencana Isikan kode yang sesuai dengan jawaban responden di P516, P521. Lingkari Kode jawaban yang disebutkan oleh responden di P517, P518, P519, P520. Kode 1 bila responden menjawab ya, Kode 2 bila responden menjawab tidak, dan Kode 8 jika responden menjawab tidak tahu. Contoh dokumen penting yang dimaksud di P520 adalah Ijazah, surat nikah, sertifikat tanah, polis asuransi, buku tabungan, akte kelahiran, KTP dll).
PKAPS13‐P
49
Pertanyaan 522: Kepemilikan Aset Tanyakan kepada responden apakah memiiki aset yang sewaktuwaktu dapat digunakan bila terjadi bencana (tabungan, asuransi jiwa/properti/benda, tanah/rumah lain
yang aman dari bencana). Isikan
Kode 1 bila responden menjawab ya dan Kode 2 bila responden menjawab tidak. Bila responden menjawab “Lainnya” tuliskan jawaban responden dan isikan kodenya ke dalam kotak yang tersedia. Pertanyaan 523: Upaya-upaya Peningkatan Kewaspadaan Bencana Tanyakan kepada responden, apakah upaya-upaya peningkatan kewaspadaan
bencana
yang
telah
dilakukan
selama
ini
di
desa/kelurahan/daerah responden sudah mencukupi. Lingkari Kode 1 bila responden menjawab ya dan Kode 2 bila responden menjawab tidak atau Kode 8 jika menjawab tidak tahu. Pertanyaan 524 s.d. 526: Keikutsertaan dalam Pelatihan, Seminar, Simulasi dan Pertemuan Kebencanaan Lingkari kode yang sesuai dengan jawaban responden, Kode 1 bila responden menjawab ya dan Kode 2 bila responden menjawab tidak di P524. Bila responden menjawab tidak atau Kode 2 lanjutkan ke P528. Untuk P525 dan P526 isikan kode yang sesuai dengan jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia untuk masing-masing rincian A s.d. I di P525 dan A s.d. F di P526. Kode 1 bila responden menjawab ya, Kode 2 bila responden menjawab tidak, dan Kode 8 bila responden menjawab tidak tahu.
PKAPS13‐P
50
Pertanyaan 527A: Waktu Pelaksanaan Pelatihan, Seminar, Simulasi dan Pertemuan Kebencanaan P527A merujuk dari P526 tentang waktu pelaksanaan pelatihan, seminar, simulasi dan pertemuan bencana alam di wilayah tempat tinggal responden. Isikan bulan dan tahun kejadian pada kotak yang tersedia. Pertanyaan 527B: Penyelenggara Pelatihan, Seminar, Simulasi dan Pertemuan Kebencanaan P527B merujuk kepada P527A. Lingkari siapa yang menjadi penyelenggara pelatihan pada masing-masing jenis pelatihan, seminar, simulasi dan pertemuan bencana alam. Kode A bila diselenggarakan oleh Pemerintah (BNPB, BPBD, dan lain-lain), Kode B bila diselenggarakan oleh masyarakat, Kode C bila diselenggarakan oleh LSM dan lembaga internasional, Kode X bila responden menjawab lainnya (tuliskan), dan kode Z bila responden menjawab tidak tahu. Jawaban boleh lebih dari satu. Contoh lainnya di P527: Perusahaan swasta (CSR), dll. Pertanyaan 527C: Manfaat Pelatihan, Seminar, Simulasi dan Pertemuan Kebencanaan P527C merujuk kepada P527A. Lingkari setiap jawaban yang disebutkan oleh responden. Kode 1 bila sangat tidak bermanfaat, Kode 2 bila tidak bermanfaat, Kode 3 bila cukup bermanfaat, Kode 4 bila bermanfaat, dan Kode 5 bila responden menjawab sangat bermanfaat. Pertanyaan 527D: Peserta Pelatihan, Seminar, Simulasi dan Pertemuan Kebencanaan P527D merujuk kepada P527A. Lingkari setiap jawaban yang disebutkan oleh responden. Kode A bila yang menjadi peserta adalah PKAPS13‐P
51
kepala rumah tangga, Kode B bila istri/suami kepala rumah tangga, Kode C bila anak-anak responden, Kode X bila
responden menjawab lainnya,
kemudian tuliskan jawaban lainnya tersebut. Jawaban boleh lebih dari satu. Pertanyaan 527E: Berbagi Informasi Mengenai Pelatihan, Seminar, Simulasi dan Pertemuan Kebencanaan Lingkari jawaban yang disebutkan oleh responden, Kode 1 bila responden menjawab ya dan Kode 2 bila responden menjawab tidak. Lanjutkan ke P529. Catatan: P527B, P527C, P527D, P527E akan terisi bila P527A ada isian untuk masing-masing jawaban (A, B, C, X, Z). Pertanyaan 528: Kendala Tidak Ikut Serta dalam Pelatihan, Seminar, Simulasi dan Pertemuan Kebencanaan Lingkari setiap jawaban yang disebutkan oleh responden. Bila responden menjawab “lainnya” tuliskan jawaban responden, kemudian lingkari Kode “X”. Jawaban boleh lebih dari satu. Contoh lainnya: sedang bepergian. Pertanyaan 529: Kesiapan Rumah Tangga Bila Terjadi Bencana Bacakan pengantar yang ada di dalam kotak kepada responden. Beri tanda cek (V) di kotak yang sesuai untuk setiap pertanyaan (A s.d. X). Kode 1 bila responden menjawab tidak dapat dilakukan, Kode 2 bila belum dilakukan, Kode 3 bila akan dilakukan dan Kode 4 bila telah dilakukan. Pengertian cadangan baterai di P529: cadangan baterai telepon seluler, baterai radio, baterai senter, baterai aki, dll. Baterai radio yang dimaksud adalah radio komunikasi (HT).
PKAPS13‐P
52
Membangun rumah yang kokoh: rumah yang konstruksi bangunannya mengacu pada konsep rumah permanen. Memiliki rencana yang bisa digunakan jika terjadi kondisi darurat: tanpa harus kembali ke rumah, setiap anggota rumah tangga mengetahui tempat dimana mereka berkumpul jika terjadi bencana. Membuat rencana evakuasi bencana: evakuasi mandiri (personal), responden sudah mengetahui harus menuju kemana bila terjadi bencana untuk menyelamatkan diri. Membuat/mengembangkan rencana komunikasi darurat: responden mengetahui harus menghubungi siapa bila terjadi bencana. Pertanyaan 530: Penanggung Jawab dalam Menghadapi Bencana Lingkari salah satu kode (1 s.d. 6) yang sesuai dengan jawaban responden. Bila responden menjawab lainnya, tuliskan jawaban responden pada baris yang sesuai kemudian lingkari Kode 6.
6.2.6 Blok VI: Penilaian dan Pengetahuan Tentang Mitigasi Bencana Bagian ini berisi keterangan mengenai penilaian dan pengetahuan responden tentang mitigasi bencana, terdiri dari P601 s.d 608. Pewawancara membacakan pernyataan untuk P601-P604 mengenai penilaian terhadap pengetahuan mitigasi bencana dengan memberikan skor 1 s.d. 5, Skor 1 berarti sangat buruk, Skor 2 berarti buruk, Skor 3 berarti cukup, Skor 4 berarti baik dan Skor 5 berarti sangat baik. Pertanyaan 601: Penilaian Terhadap Pengetahuan Mitigasi Bencana Sebaiknya pewawancara memahami terlebih dahulu konsep mitigasi bencana dan contohnya, seperti membangun rumah yang kokoh, PKAPS13‐P
53
meninggikan lantai sehingga anti banjir, sikap masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai, termasuk rencana ketika menghadapi bencana seperti komunikasi dan evakuasi. Sebelum membacakan P601, pewawancara perlu memberi pemahaman kepada responden tentang apa yang dimaksud dengan mitigasi bencana. Untuk masing-masing rincian di P601A dan P601B, lingkari salah satu kode yang sesuai dengan jawaban responden. Pertanyaan 602 s.d. 604: Penilaian Terhadap Upaya Penyadaran Bencana dan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana. Pewawancara diminta untuk membacakan pernyataan terkait upaya menyebarkan informasi tentang kesadaran bencana di Indonesia. Lingkari salah satu Kode yang sesuai dengan jawaban responden dengan memberikan penilaian berupa skor dari 1 s.d 5. Pertanyaan 605: Pendekatan Manajemen Bencana Lingkari salah satu Kode yang sesuai dengan jawaban responden. Kode 1 bila responden menjawab Pro-aktif, Kode 2 bila responden menjawab Re-aktif dan Kode 8 bila responden menjawab tidak tahu. Kecuali pilihan jawaban tidak tahu, pilihan jawaban dibacakan kepada responden. Pro-aktif (sebelum bencana: pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan). Reaktif (setelah bencana: tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi). Pertanyaan 606: Mitigasi Bencana Lingkari salah satu Kode yang sesuai dengan jawaban responden. Kode 1 bila responden menjawab ya, Kode 2 bila responden menjawab tidak, dan Kode 8 bila responden menjawab tidak tahu. Yang dimaksud
PKAPS13‐P
54
masalah yang mendesak dalam pertanyaan ini adalah masalah yang prioritas atau penting yang harus segera dilakukan. Pertanyaan 607: Penyederhanaan Kalimat Untuk P608 selain membacakan pertanyaan, pewawancara diminta untuk membacakan pilihan jawaban kepada responden. Lingkari salah satu Kode (1 s.d. 4) yang sesuai dengan jawaban responden.
6.2.7 Blok VII: Status Sosial Ekonomi Bagian ini memuat pertanyaan tentang status sosial ekonomi rumah tangga, baik mengenai lokasi fisik rumah, jenis rumah, kepemilikan barangbarang di rumah tangga, pekerjaan pencari nafkah utama, terdiri dari P701 s.d. P705. Pertanyaan 701 s.d. 703: Lokasi Fisik Rumah, Jenis Rumah dan Lama Tinggal Lingkari Kode (1 s.d. 5) yang sesuai dengan lokasi fisik rumah responden di P701. Untuk P702 jenis rumah tidak perlu ditanyakan kepada responden, pewawancara dapat langsung melingkari Kode yang sesuai dengan jenis rumah responden. Tanyakan lamanya responden tinggal ditempat atau di rumah sekarang pada P703, lingkari Kode yang sesuai dengan jawaban responden. Kualitas rumah dibagi menjadi tiga, yaitu: permanen, semi permanen, dan tidak permanen. Kriteria permanen suatu bangunan ditentukan oleh dinding, atap dan lantai. Rumah permanen adalah rumah yang dindingnya terbuat dari tembok/kayu (kualitas tinggi), lantainya terbuat dari ubin/keramik/kayu berkualitas tinggi dan atapnya terbuat dari seng/genteng/ sirap/asbes. PKAPS13‐P
55
Rumah semi permanen adalah rumah yang dindingnya setengah tembok/bata
tanpa
ubin/semen/kayu
plester/kayu berkualitas
(kualitas
rendah),
rendah,
lantainya
dan
dari
atapnya
seng/genteng/sirap/asbes. Rumah tidak permanen adalah rumah yang dindingnya sangat sederhana (bambu/papan/daun), lantainya dari tanah, dan atapnya dari daun-daunan atau atap campuran genteng/seng bekas dan sejenisnya.
Kriteria Rumah Berdasar Konstruksi Kriteria Pondasi
Permanen Ada
Dinding
Batu-bata/ batak
Atap Lantai
Genteng Plester/keramik
Semi Permanen Tidak Permane Ada Tidak Setengah tembok & seten Bambu/ kayu kayu/bambu Genteng Genteng/ selain ge Plester/keramik Tanah
Pertanyaan 704: Kepemilikan Barang-Barang Rumah Tangga Tanyakan kepada responden mengenai kepemilikan barang-barang rumah tangga dan masih dapat berfungsi dengan baik. Lingkari Kode setiap jawaban yang disebutkan oleh responden, jawaban boleh lebih dari satu. Pertanyaan 705: Pekerjaan Pencari Nafkah Utama Pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui pekerjaan pencari nafkah utama di dalam rumah tangga. Pewawancara diminta untuk menulis selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya, kemudian pengawas akan melingkari salah satu kode yang sesuai dengan jawaban responden.
6.2.8 Blok VIII. Catatan Blok catatan ini berguna untuk mencatat permasalahan lapangan. Tulis selengkap mungkin dan cara pemecahannya di lapangan. Tulis PKAPS13‐P
56
selengkap mungkin nomor telepon (bila ada), baik telepon rumah maupun telepon seluler responden pada kotak isian yang telah disediakan. Lingkari kode X bila responden tidak memiliki telepon rumah dan seluler, atau kode Z bila tidak tahu.Kepemilikan nomor telepon yang dimaksud adalah kepemilikan oleh salah satu anggota rumah tangga. Disamping itu juga pewawancara diminta untuk mengisikan nilai longitude dan latitude pada tempat yang telah disediakan. Longitude adalah garis mendatar (horizontal) yang sejajar dengan garis khatulistiwa, disebut juga garis bujur.
Latitude adalah adalah garis dari atas ke bawah (vertikal) yang menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan bumi, disebut juga garis lintang.
PKAPS13‐P
57
7
PEMUTAKHIRAN RUMAH TANGGA Formatted: Font: Book Antiqua, 40 pt, Bold, English (U.S.)
7.1 Pemutakhiran Rumah Tangga Salah satu kegiatan awal dalam Survei KAP adalah pemutakhiran rumah tangga yang bertujuannya untuk memperoleh daftar nama dan alamat rumah tangga yang lengkap dan mutakhir. Sumber data yang digunakan untuk melakukan pemutakhiran rumah tangga adalah daftar nama dan alamat rumah tangga hasil pencacahan lengkap SP2010 dari Daftar SP2010-C1. Penggunaan daftar rumah tangga hasil SP2010 dimaksudkan agar cakupan listing rumah tangga dapat dioptimalkan. Secara garis besar, pemutakhiran rumah tangga berdasarkan hasil suatu pendataan pada suatu wilayah (blok sensus) akan terdapat tiga kejadian, yaitu: 1) Rumah tangga yang tetap (nonmover), 2) Rumah tangga pindah keluar atau ke dalam blok sensus (in mover dan out mover), 3) Rumah tangga mekar (spread up). Dalam operasionalisasi lapangan, konsep tersebut dikembangkan menjadi: ditemukan, ganti kepala rumah tangga, pendatang baru, pindah ke luar blok sensus, tidak diketemukan.
7.1.1 Instrumen Pemutakhiran Rumah Tangga Instrumen yang digunakan dalam pemutakhiran rumah tangga adalah: a. Daftar PKAPS13-P Daftar PKAPS13-P adalah daftar yang memuat nama-nama kepala rumah tangga beserta alamat (SLS, nama jalan, dsb) dalam suatu PKAPS13‐P
58
blok sensus yang digunakan sebagai dasar pemutakhiran. Daftar PKAPS13-P terdapat pada Lampiran. b. Peta SP2010-WB Peta SP2010-WB yang dibuat pada persiapan SP2010. Peta ini dalam Survei KAP digunakan sebagai dasar untuk mengenali wilayah kerja petugas.
7.1.2 Struktur Daftar PKAPS13-P Blok I. Pengenalan Tempat, berisi Kode dan nama wilayah administrasi
(Provinsi,
Desa/Kelurahan),
Kabupaten/Kota,
klasifikasi
desa/kelurahan
Kecamatan, (perkotaan
dan dan
perdesaan), nomor blok sensus, Nama SLS dan Nomor Kode Sampel. Blok II. Rekapitulasi, berisi hasil rekapitulasi jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran. Blok III. Keterangan Petugas, berisi identitas petugas dan waktu pelaksanaan pemutakhiran pada blok sensus yang bersangkutan. Blok IV. Catatan, digunakan untuk mengisi segala informasi terkait pemutakhiran rumah tangga yang dirasa perlu untuk dicantumkan. Blok V. Pemutakhiran Rumah Tangga, terdiri atas 8 kolom, dengan uraian pada masing-masing kolom adalah sebagai berikut: o Kolom (1). Satuan Lingkungan Setempat. Nama dan nomor yang tercantum pada kolom ini adalah nama dan nomor Satuan Lingkungan Setempat (SLS) hasil pencacahan lengkap SP2010. o Kolom (2). Nomor BF. Nomor Bangunan Fisik (BF) yang tercantum pada kolom ini adalah nomor bangunan fisik hasil pencacahan PKAPS13‐P
59
lengkap SP2010. Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini kemungkinan tidak berurutan. o Kolom (3). Nomor BS. Nomor Bangunan Sensus (BS) yang tercantum pada kolom ini adalah nomor bangunan sensus hasil pencacahan lengkap SP2010. Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini kemungkinan tidak berurutan. o Kolom (4). Nomor Ruta. Nomor urut rumah tangga (Ruta) yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut rumah tangga hasil pencacahan lengkap SP2010. Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini berurutan. o Kolom (5). Nama Kepala Rumah Tangga. Nama-nama yang tercantum pada kolom ini adalah nama kepala rumah tangga pada saat pencacahan lengkap SP2010. o Kolom (6). Alamat. Alamat yang tercantum pada kolom ini adalah alamat tempat tinggal kepala rumah tangga beserta anggotanya pada saat pencacahan lengkap SP2010. o Kolom (7). Identifikasi keberadaan Ruta Kode 1: Ditemukan, adalah kondisi dimana nama kepala rumah tangga dan alamat pada saat pemutakhiran sama dengan nama kepala rumah tangga dan alamat pada saat pencacahan SP2010. Termasuk dalam kondisi ini adalah bila nama kepala rumah tangga berbeda yang diakibatkan karena nama yang tercantum adalah nama panggilan atau alias dan kesalahan dalam penulisan dalam pencacahan SP2010, dan perbedaan alamat akibat kesalahan penulisan pada saat pencacahan SP2010.
PKAPS13‐P
60
Kode 2: Ganti Kepala Rumah Tangga, adalah kondisi dimana alamat pada saat pemutakhiran rumah tangga sama dengan alamat pada saat pencacahan SP2010 tetapi terjadi pergantian kepala rumah tangga yang diakibatkan nama kepala rumah tangga yang tercantum pada daftar ini telah pindah, meninggal, atau sebab lain misalnya bercerai. Termasuk dalam kondisi ini adalah terjadinya kesalahan pengklasifikasian yang dilakukan oleh petugas SP2010. Kode 3: Pindah Dalam Blok Sensus, adalah kondisi dimana alamat pada saat pemutakhiran rumah tangga berbeda dengan alamat rumah tangga pada saat pencacahan SP2010 sedangkan nama kepala rumah tangga tetap sama. Tidak termasuk perbedaan alamat rumah tangga karena terjadi kesalahan penulisan alamat pada saat pencacahan SP2010. Kode 4: Rumah Tangga Baru adalah kondisi dimana rumah tangga ditemukan pada saat pemutakhiran tetapi tidak tercantum dalam Daftar SP2010-C1, pada umumnya adalah pada saat pencacahan SP2010 rumah tangga tersebut dicacah oleh petugas SP2010 di blok sensus lain tetapi pada saat pemutakhiran rumah tangga tersebut telah pindah ke blok sensus tersebut. Termasuk dalam kondisi ini adalah rumah tangga yang terlewat cacah pada saat pencacahan SP2010 dan juga rumah tangga baru yang ditemukan di blok sensus tersebut yang merupakan pecahan rumah tangga yang tercatat dalam SP2010. Kode 5: Pindah luar Blok Sensus adalah kondisi dimana rumah tangga PKAPS13‐P
yang
tercatat
pada
saat
SP2010
pada
saat 61
pemutakhiran tidak ditemukan, dan setelah dikonfirmasikan dengan tetangga disekitarnya diperoleh informasi bahwa rumah tangga tersebut telah pindah tempat tinggal diluar blok sensus yang sedang dilakukan pemutakhiran. Termasuk pula rumah tangga yang bukan merupakan cakupan dari BS tersebut, ataupun rumah tangga tunggal yang telah meninggal dunia pada saat pemutakhiran. Kode 6: Tidak Ditemukan adalah kondisi dimana kepala rumah tangga pada saat pemutakhiran tidak dapat ditemukan dan setelah dikonfirmasikan dengan tetangga disekitarnya memang tidak ada yang mengenalnya. o Kolom (8). Nomor Urut eligible Ruta Hasil Pemutakhiran. Pada kolom ini berisi informasi identifikasi eligibility rumah tangga untuk dijadikan sampel dalam pencacahan rumah tangga. Eligible rumah tangga adalah rumah tangga yang pada saat pemutahiran ditemukan atau ganti kepala rumah tangga atau pindah tetapi masih dalam blok sensus atau rumah tangga baru sehingga memiliki
peluang
untuk
terpilih
sebagai
sampel
dalam
pengumpulan data yang lebih rinci. Bila rumah tangga memenuhi salah satu kondisi tersebut maka pada kolom (8) berisi nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran, sedangkan apabila rumah tangga tidak memenuhi kondisi tersebut (pindah keluar blok sensus atau tidak ditemukan), maka kolom (8) berisi tanda strip (-), non-eligible rumah tangga. Oleh karena itu, kolom ini berisi nomor urut rumah tangga bila identifikasi keberadaan ruta pada Kolom (7) berkode 1, 2, 3, atau 4.
PKAPS13‐P
62
Petugas pemutakhiran rumah tangga adalah Koordinator Statistik Kecamatan/KSK
Secara diagram, keenam kondisi/keberadaan rumah tangga pada saat pemutakhiran dibandingkan dengan kondisi pada saat pencacahan lengkap SP2010 disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Keadaan rumah tangga pada saat pencacahan lapangan SP2010 dibandingkan dengan saat pemutakhiran rumah tangga Survei KAP 2013 Keterangan gambar: Nomor 1. Rumah tangga ditemukan Nomor 2. Rumah tangga ganti kepala rumah tangga Nomor 3. Rumah tangga pindah dalam blok sensus Nomor 4. Rumah tangga baru Nomor 5. Rumah tangga pindah ke luar blok sensus Nomor 6. Rumah tangga tidak ditemukan
7.2 Tahapan Pemutakhiran Rumah Tangga a. Berbekal Peta SP2010-WB yang menjadi wilayah kerjanya, KSK mengelilingi batas luar blok sensus dan batas SLS dalam blok sensus serta mengenali legenda dan land mark yang ada dalam blok sensus. PKAPS13‐P
63
Pada tahapan ini, KSK boleh didampingi Ketua/Pengurus SLS yang wilayahnya merupakan lokasi tugas tim. Perhatikan dengan seksama batas terluar blok sensus tersebut, karena hal ini berkaitan dengan rumah tangga yang menjadi cakupan dalam blok sensus tersebut. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara peta SP2010-WB dengan rumah tangga yang tercakup dalam Daftar SP2010-C1, KSK memastikan batas terluar blok sensus tersebut, sehingga dilakukan perbaikan dan tidak akan terjadi salah cakup pada tahapan pencacahan selanjutnya. b. Dimulai dari nomor urut rumah tangga terkecil, KSK mengunjungi secara door to door seluruh rumah tangga yang tercantum dalam Daftar SP2010-C1 untuk mengetahui keberadaan rumah tangga pada saat pemutakhiran dengan berbagai kondisi (ditemukan, ganti kepala rumah tangga, dsb). Kunjungan door to door harus dilakukan per SLS, berpindah ke SLS lain bila telah selesai memutakhirkan rumah tangga pada SLS tersebut. c. Pada saat KSK mengunjungi rumah tangga, KSK mencatat keberadaan rumah tangga, mencantumkan rumah tangga pada Peta SP2010-WB, dan membubuhkannomor urut. Setiap rumah tangga dalam peta digambarkan/dilambangkan dengan “titik besar” ( ). Nomor urut rumah tangga yang dicantumkan diatas lambang rumah tangga sama dengan nomor urut yang tercantum pada Kolom (8) Daftar PKAPS13-P. d. Apabila pada saat pemutakhiran ditemukan rumah tangga baru maka tuliskan keterangan untuk rumah tangga yang bersangkutan pada baris setelah baris terakhir yang terisi. Pengisian nomor bangunan fisik dan bangunan sensus mengikuti bangunan fisik dan sensus PKAPS13‐P
64
terdekat sebelumnya dengan pemberian indeks berupa abjad A, B, C, dan seterusnya, jika tidak ada stiker SP2010 di tempat tinggalnya. Jika ada gunakan no BF dan BS dari striker SP2010 tersebut untuk mengisi nomor BF dan BS pada Daftar PKAPS13-P. e. Apabila pada saat pemutakhiran ditemukan rumah tangga baru yang
menempati bangunan fisik/bangunan sensus baru maka tuliskan nomor bangunan fisiknya mengikuti nomor bangunan fisik terdekat sebelumnya.
7.3 Tatacara Pengisian Daftar PKAPS13-P Blok I. Pengenalan Tempat Blok ini isiannya telah tercetak mulai dari nama provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, klasifikasi desa/kelurahan dan nomor blok sensus. Petugas pemutakhiran hanya melengkapi hal-hal sebagai berikut: 1. Coret yang tidak perlu sesuai dengan petunjuk yang diberi tanda bintang (*) yang terdapat di daftar PKAPS13-P, yaitu untuk isian KABUPATEN/KOTA dan DESA/KELURAHAN. 2. Lingkari
Kode
1
atau
2
yang
sesuai
dengan
klasifikasi
Desa/Kelurahan. Blok II. Rekapitulasi Tujuannya adalah untuk mengetahui jumlah rumah tangga terkini hasil pemutakhiran. Blok III. Keterangan Petugas Tujuannya adalah untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab melakukan pendaftaran dan pemeriksaan daftar PKAPS13-P, serta keterangan waktu pelaksanaan pemutakhiran dan pemeriksaan. PKAPS13‐P
65
1. Nama Petugas Tuliskan nama Petugas pemutakhiran pada kolom yang tersedia. 2. NIP Petugas pemutakhiran Tuliskan NIP petugas pemutakhiran pada kotak yang tersedia. 3. Tanggal Pemutakhiran Tuliskan tanggal pelaksanaan pemutakhiran pada kotak
yang
tersedia. 4. Tanda Tangan Sebelum membubuhkan tanda tangannya petugas pemutakhiran. Bubuhkan tanda tangan pada tempat yang disediakan sebagai bentuk tanggung jawab pemutakhiran. Penandatanganan adalah orang yang benar-benar telah melakukan tugasnya. Blok IV. Catatan Isikan catatan mengenai segala informasi terkait pemutakhiran rumah tanggayang dirasa perlu untuk dicantumkan pada blok ini. Blok V. Keterangan Hasil Pemutakhiran Rumah Tangga Blok ini digunakan untuk melakukan pemutakhiran seluruh bangunan dan rumah tangga pada suatu blok sensus. Pada sudut kiri atas setiap lembar Blok V tertera identitas blok sensus lengkap dari provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa, dan nomor blok sensus, sedangkan pada sudut kanan atas tertera nomor urut halaman. Halaman ini mengacu pada nomor urut khusus untuk Blok V (tidak termasuk halaman cover).
PKAPS13‐P
66
Kolom (1) sampai dengan Kolom (6) Blok V telah tercetak. Petugas harus melakukan pemutakhiran isian Blok V ini sebagai berikut: 1) Apabila rumah tangga ditemukan maka petugas menuliskan Kode “1” pada Kolom (7) dan memberikan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (8). 2) Apabila rumah tangga ganti kepala rumah tangga, coret isian Kolom (5) yaitu nama kepala rumah tangga dan tuliskan nama kepala rumah tangga yang baru. Selanjutnya petugas menuliskan Kode “2” pada Kolom (7) dan memberikan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (8). 3) Apabila rumah tangga pindah dalam blok sensus, petugas harus menuliskan Kode “3” pada Kolom (7) dan memberikan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (8). Apabila pada tempat yang baru masih ada stiker SP2010, perbaiki nomor BF dan BS seperti yang tertera pada stiker tersebut. Jika tidak ada, ikuti mekanisme bangunan fisik baru. 4) Apabila rumah tangga baru, tuliskan keterangan untuk rumah tangga yang bersangkutan pada baris setelah baris terakhir yang terisi. Pengisian nomor bangunan fisik (Kolom (2)) dan bangunan sensus (Kolom (3)) mengikuti bangunan fisik dan bangunan sensus terdekat sebelumnya dengan pemberian indeks berupa abjad A, B, C, dst jika tidak ada stiker SP2010 yang tertempel pada bangunan dimana rumah tangga ini tinggal. Jika tidak ada stiker maka ikuti makanisme BF baru. Selanjutnya petugas menuliskan Kode “4” pada Kolom (7) dan memberikan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (8).
PKAPS13‐P
67
5) Apabila rumah tangga pindah keluar blok sensus, petugas menuliskan Kode “5” pada Kolom (7) dan menuliskan tanda strip (-) pada Kolom (8). 6) Apabila rumah tangga tidak ditemukan, petugas menuliskan Kode “6” pada Kolom (7) dan menuliskan tanda strip (-) pada Kolom (8). Contoh: Pemutakhiran rumah tangga. Misalkan pemutakhiran rumah tangga dilakukan di Provinsi Sumatera Barat, Kota Padang, Kecamatan Nanggalo, Nagari Surau Gadang, blok sensus 001B. Dari hasil pemutakhiran rumah tangga diperoleh informasi bahwa dari 59 rumah tangga, sebagian besar dapat ditemui, dan terdapat 4 rumah tangga baru. Pada blok sensus tersebut juga terdapat rumah tangga yang pindah dan rumah tangga baru. Informasi selengkapnya mengenai hasil pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus tersebut sebagai berikut: 1. Rumah tangga nomor 12 (Jamal) telah meninggal dunia. Saat pemutakhiran, bangunan sensus tersebut masih ditempati oleh keluarganya, dan yang menjadi kepala rumah tangga adalah menantunya yaitu Ahmadi. 2. Di bangunan fisik nomor 023, bangunan sensus nomor 025, Rumah tangga nomor 15 (Syaiful) pindah tempat tinggal ke Jl. SMA 3 GG Cemerlang, bangunan fisik 022 dan bangunan sensus 22. Bangunan sensus tersebut sekarang ditempati oleh penghuni baru yaitu Sulistiyo. 3. Ketika mencari rumah tangga nomor 030 (Dartim), ternyata diperoleh informasi bahwa rumah tangga tersebut pindah keluar blok sensus. 4. Hasil penelusuran atas rumah tangga nomor 039 (Zulfahmi) tidak membuahkan hasil. Warga di sekeliling rumah tersebut tidak ada yang mengetahui keberadaan Pak Zulfahmi. PKAPS13‐P
68
5. Bangunan sensus nomor 075 merupakan bangunan kosong. Hasil penelusuran diketahui bahwa bangunan itu dahulunya tempat tinggal Riswan (rumah tangga nomor 055). Saat ini rumah tangga tersebut telah pindah keluar blok sensus. 6. Bangunan sensus nomor 079, yang menurut Daftar PKAPS13-P adalah tempat tinggal rumah tangga nomor 057 (Sariman), ternyata merupakan bangunan
kosong.
Keberadaan
Sariman
tidak
diketahui.
Hasil
wawancara dengan ketua RT setempat, ternyata memang tidak ada warganya yang bernama Sariman. 7. Bangunan sensus nomor 083 kosong, penghuninya keluarga Yusneli (rumah tangga nomor 060) beserta keluarga pindah entah kemana. 8. Rumah tangga nomor 019, 025, dan 034 ternyata tidak pernah ada di lingkungan tersebut. 9. Di RW 02 ada 3 warga baru, yaitu Wilem Iskandar yang bertempat
tinggal di sebelah rumahnya Tedi, serta rumah tangga Sujarwo dan Margaretha Cabui yang bertempat diantara tempat tinggalnya Irwan Hasibuan dan Kusharyanto.
PKAPS13‐P
69