I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya.
Saat ini, Indonesia
menempati posisi ke-4 dalam hal jumlah penduduk tertinggi.
Dalam hal
pembangunan, Indonesia sedang berada dalam arah peningkatan taraf ekonomi, sosial dan kesehatan. Adanya kemajuan teknologi dan pendidikan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat menyebabkan mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi yang lebih tentang makanan yang sehat. Pada saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai sadar akan pentingnya kebiasaan hidup sehat, pola konsumsi masyarakat saat ini juga dipengaruhi oleh adanya tren pentingnya kesehatan. Pengetahuan akan kesehatan dapat diperoleh masyarakat melalui pendidikan formal, informal dan non formal.
Peningkatan jumlah penduduk maka secara otomatis akan
menambah tingkat kebutuhan konsumsi masyarakat dimana hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Perkembangan pendidikan dan pengetahuan berperan penting terhadap
mengerti pentingnya
konsumsi makanan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan makanan yang berkualitas baik dan bergizi tinggi. Kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan gizi pada umumnya diperoleh dari produk peternakan karena produk peternakan memiliki manfaat sebagai sumber gizi yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan dan mencapai kemajuan yang cukup pesat dengan bukti banyaknya peternakan yang berskala industri. Pembangunan peternakan ini memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seperti daging, telur, susu dan produk olahan (sampingan). Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola pikir yang dipengaruhi oleh perkembangan jaman. Berbagai macam produk peternakan menawarkan segala keunggulan akan pentingnya hidup sehat diantaranya adalah produk peternakan kelinci. Peternakan kelinci memiliki potensi sebagai penyedia daging ternak kelinci memiliki pertumbuhan dan reproduksi yang cepat. Untuk satu siklus reproduksi,
kelinci dapat menghasilkan 4-10 ekor anakan dengan periode kelahiran 5 sampai 6 kali dalam setahun. Berikut adalah jumlah populasi ternak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2008-2010 (ribu ekor) Jenis Spesies 2008 2009 2010 Sapi potong 11.869,16 13.235 14.128 Kerbau 2.191,64 1.933 2.005 16.821 Kambing 15.805,90 15.815 Ayam Ras Pedaging 1.075.884,79 991.281 1.249,95 Kelinci 792,80 999,14 1.258 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2011
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah populasi peternak kelinci masih lebih rendah dibandingkan dengan peternak lainnya karena kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki ternak kelinci.
Untuk itu,
diperlukan adanya penyuluhan dan pelatihan yang efektif dan dibantu oleh pemerintah kepada masyarakat agar budidaya ternak kelinci dapat memberikan manfaat yang maksimal dan menjadikan kelinci sebagai salah satu jawaban untuk pemenuhan gizi yang berasal dari hewani. Kelinci merupakan hewan yang memiliki nilai manfaat yang tinggi karena hampir semua bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan supaya menghasilkan nilai ekonomis.
Kelinci termasuk kedalam hewan herbivora non ruminan yang
menghasilkan daging putih yang memiliki kandungan kolestrol rendah dengan kandungan protein 21 persen, lemak 8 persen dan air 70 persen.
Perincian
kandungan kimia yang terkandung dalam daging kelinci dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Komposisi Kimia Daging Kelinci dan Ternak Lainnya Energi Sodium Lemak jenuh Kadar air Protein Lemak Jenis (kkal/kg) (mg/g) (mg/g) (%) (%) (%) Kelinci 160 40 37 70 21 8 Ayam 200 70 67 19,5 12 Sapi 380 65 41,3 49 15,5 35 Domba 345 75 55,4 53 15 31 Babi 330 70 38,6 54,5 15 29,5 Sumber : Sarwono (2001)
Survey membuktikan lima tahun belakangan ini peningkatan kebutuhan makanan sehat sudah menunjukan angka yang sangat signifikan1. Dari sekian banyak produk peternakan yang memiliki label sehat, ternak kelinci merupakan salah satu hasil peternakan yang memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan. Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi daging kelinci saat ini mulai meningkat disebabkan adanya kesadaran masyarakat akan kesehatan karena daging kelinci memiliki banyak manfaat diantaranya adalah sebagai makanan alternatif yang mampu menurunkan risiko kolesterol dan penyakit jantung walaupun popularitas daging kelinci di mata masyarakat saat ini masih rendah dan belum ditanggapi dengan baik oleh masyarakat. Kurang
popularnya
daging
kelinci
di
masyarakat
menyebabkan
perkembangan populasi peternakan kelinci menjadi terbatas untuk wilayah sentrasentra produksi kelinci di Jawa Barat yang dikenal hanya Lembang Bandung (Jawa Barat). Padahal masih terdapat daerah lain di Jawa Barat yang memiliki potensi dan cocok untuk budidaya ternak kelinci salah satunya adalah desa Ciherang yang berada di kabupaten Cianjur (Cianjur Utara). Selama ini daerah Cianjur utara dikenal dengan daerah agribisnis, sebagian besar mata pencaharian masyarakat bergerak di bidang pertanian. Secara geografis, desa Ciherang merupakan salah satu lokasi yang cocok untuk budidaya kelinci, karena memiliki iklim dan suhu yang baik untuk pertumbuhan kelinci yaitu sekitar 18-25 oC. Selain itu, ketersediaan pakan hijauan yang melimpah memberikan nilai positif sehingga peternak tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak khususnya ternak kelinci.
1 Make diet & exercise always as a hobby, not a responsibility http://www.wrp-diet.com/ pola hidup sehat [15 November 2011].
Pada saat ini peternakan masyarakat masih bersandar kepada sistem tradisional masyarakat tidak melakukan penerapan yang baik terhadap manajemen salah satunya tidak melakukan pencatatan secara akuntabilitas. Terdapat banyak peternak kelinci yang berada di kabupaten Cianjur salah satu nya adalah Jaji’s Farm.
Jaji’s Farm merupakan salah satu peternakan yang melakukan usaha
budidaya kelinci dengan komoditas utama yaitu kelinci pedaging. Jaji’s Farm dianggap sebagai sentra informasi peternakan kelinci oleh peternak lain, karena Jaji’s Farm memiliki pengalaman dalam teknis budidaya sehingga para peternak kelinci bisa sedikit terbantu. 1.2. Perumusan Masalah Jaji’s Farm merupakan salah satu peternakan kelinci yang menjadikan kelinci pedaging sebagai produk utamanya. Jaji’s Farm telah berdiri lebih dari 20 tahun dan telah bekerjasama dengan peternakan kelinci lain yang berada di daerah sekitar dalam memenuhi permintaan kelinci. Populasi kelinci indukan di Jaji’s Farm pada saat ini adalah 170 ekor dengan jumlah indukan betina sebanyak 150 ekor dan jantan 20 ekor. Jenis kelinci yang dibudidayakan oleh Jaji’s Farm adalah kelinci jenis Vlaamse Reus yang mampu menghasilkan bobot hidup ± 3 kilogram pada umur tiga bulan. Produk yang dijual oleh Jaji’s Farm ada dua jenis yaitu penjualan kelinci pedaging yang merupakan komoditas utama dalam peternakan kelinci dan penjualan kelinci anakan yang merupakan produk kedua. Kapasitas produksi kelinci rata-rata di Jaji’s Farm sebanyak 750 ekor tiap periode kelahiran. Jumlah produksi kelinci di Jaji’s Farm dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Produksi Kelinci di Peternakan Jaji’s Farm Tahun 2009 - 2011. Jumlah Indukan Jumlah Produksi Tahun (ekor) (ekor) 2009 120 2400 2010 150 3750 2011 150 3750 Sumber : Jaji’s Farm, 2011
Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan produksi kelinci pada tahun 2010 sebesar 56 persen yang dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini
disebabkan adanya penambahan jumlah indukan kelinci di Jaji’s Farm pada tahun 2010.
Pada tahun 2011 Jaji’s Farm belum melakukan penambahan jumlah
indukan sehingga jumlah produksi yang dihasilkan masih tetap sama dengan tahun 2010. Jaji’s Farm memiliki konsumen yang berada di beberapa wilayah Jabodetabek, seperti restoran-restoran yang membutuhkan suplai kelinci pedaging dan tengkulak yang membutuhkan suplai kelinci anakan secara terus menerus. Pada saat ini permintaan daging kelinci ke Jaji’s Farm mencapai 25 kwintal per minggu sedangkan permintaan kelinci anakan mencapai 60 ekor per minggu. Namun karena keterbatasan Jaji’s Farm dalam memproduksi, permintaan pasar yang diajukan masih belum mampu memenuhi permintaan karena produksi yang dihasilkan sebesar 45-50 kilogram per minggu daging kelinci dan 25-30 ekor kelinci anakan per minggu. Berikut Tabel 4 permintaan kelinci di Jaji’s Farm. Tabel 4. Permintaan Kelinci pada Peternakan Jaji’s Farm di Tahun 2009-2011. Permintaan Komoditas Kelinci Tahun Anakan (ekor) Pedaging (ekor) 2009 1300 25000 2010 1500 48000 2011 2880 120000 Sumber : Jaji’s Farm, 2011
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa dalam memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan pendapatan, Jaji’s Farm perlu melakukan pengembangan dengan menambah investasi berupa penambahan bangunan kandang yang baru dan populasi ternak kelinci.
Dengan adanya pengembangan usaha ini diharapkan
dapat memenuhi permintaan yang belum terpenuhi. Pengembangan usaha ini akan dilakukan dengan beberapa strategi yaitu ditinjau dari penggunaan modal yang terdiri dari modal sendiri dan pinjaman. Penambahan investasi ini memerlukan biaya yang cukup besar, sedangkan modal merupakan sumberdaya terbatas sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan pengembangan usaha. Ada kecenderungan peternakan ini kurang mampu melakukan respon terhadap informasi sistem agribisnis secara lengkap karena terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki. Dalam menjalankan usaha ini diperlukan adanya
suatu perencanaan yang matang agar Jaji’s Farm dapat melakukan strategi dalam pengembangannya sehingga usaha ini layak atau tidak untuk dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan menganalisis kelayakan usaha yang dilihat dari aspek finansial dan aspek non finansial. Analisis aspek finansial akan dilakukan dengan menggunakan dua kondisi yaitu kondisi peternakan sebelum pengembangan (kondisi aktual) dan kondisi setelah pengembangan dengan adanya penambahan jumlah ternak dan pembangunan kandang baru. Dalam menjalankan usaha peternakan kelinci, biaya investasi awal yang dikeluarkan seperti pembangunan kandang (luar dan batre), pengadaan indukan kelinci yang berkualitas dan pengeluaran untuk biaya produksi membutuhkan modal yang relatif besar. Selain itu ada juga terdapat banyak resiko yang harus dihadapi dalam usaha peternakan tersebut diantaranya adalah tingginya harga bahan baku pakan, ketersediaan bahan baku pakan dan tingkat kematian ternak akibat penyakit atau salah penanganan budidaya. Hal tersebut didasarkan pada kejadian sebelumnya yang pernah terjadi di lingkup peternakan. Aspek-aspek yang akan dikaji adalah aspek non finansial meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek pasar. Kemudian dilakukan analisis finansial untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan Jaji’s Farm sehingga hasil dari analisis finansial bisa dilakukan analisis switching value untuk mengetahui tingkat sensitifitas usaha tersebut apabila terjadi perubahan didalam peternakan seperti adanya perubahan harga pakan (input) dan harga daging (output). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan kelinci dilihat dari
aspek non
finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan? 2. Bagaimana kelayakan usaha di peternakan dari tiap kondisi yang dilakukan dilihat dari aspek finansial? 3. Bagaimana tingkat kepekaan usaha peternakan dari tiap kondisi yang dilakukan, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?
1.3. Tujuan 1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan kelinci dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. 2. Menganalisis kelayakan usaha di peternakan kelinci dari tiap kondisi yang dilakukan dilihat dari aspek finansial. 3. Menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci pada tiap kondisi yang dilakukan. 1.4. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran yang bermanfaat bagi peternak kelinci dalam mengidentifikasi faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kemajuan usaha, merencanakan, menetapkan strategi dan kebijakan, dan juga mampu mempertimbangkan langkah-langkah terbaik dalam meningkatkan kinerja peternakan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi penulis untuk dapat mengaplikasikan konsep-konsep atau teori yang diperoleh diperkuliahan dengan keadaan dilapangan, dan juga diharapkan akan memberikan manfaat informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai bahan perbandingan atau acuan untuk penelitian selanjutnya dengan cakupan yang lebih luas. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini mentitikberatkan pada analisis kelayakan usaha yang mengkaji berbagai aspek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan, serta aspek finansial dalam usaha peternakan kelinci di Jaji’s Farm yang terletak di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur.