PANDUAN PEMBUATAN BUSINESS PLAN
PANDUAN PEMBUATAN BUSINESS PLAN Business Plan adalah dokumen yang berisi narasi mengenai hal yang ingin dicapai sebuah perusahaan dan cara mencapainya. Secara umum, terdapat 3 jenis business plan: 1. Summary Business Plan 10-15 Halaman Business plan ini digunakan untuk bisnis-bisnis yang masih berupa konsep dasar dengan keterbatasan data. Biasa digunakan untuk pengajuan seed funding. 2. Full Business Plan 25-35 Halaman Perencanaan mendetail dari operasional perusahaan. Pada fase ini perusahaan telah melakukan kegiatan dan memiliki data aktual dari hasil kegiatan yang telah dilakukan. Jenis proposal ini yang biasanya digunakan untuk lebih meyakinkan pihak eksternal seperti investor. 3. Operational Business Plan 40-100 Halaman Proposal ini biasa digunakan sebagai blueprint atau panduan untuk pihak internal. Operational Business Plan berisi detail yang sangat dalam mengenai kegiatan dan selukbeluk operasional perusahaan yang mampu menjadi panduan bagi karyawan perusahaan. Format penulisan dari proposal bisnis dapat berbeda satu sama lain, sesuai dengan strategi dari masing-masing bisnis. Namun secara umum, proposal ini harus mengandung beberapa poin yaitu: 1. Ringkasan eksekutif (executive summary) dan Pernyataan yang menyatakan tujuan dari pembuatan proposal dengan JELAS (Posisi dari pernyataan ini bisa berada di awal proposal, di bagian keuangan, maupun bagian penutup proposal)
2. Analisis yang memperlihatkan potensi pasar. Analisis ini terdiri dari beberapa analisis yang bertujuan untuk memperlihatkan bahwa pasar yang digeluti dapat memberikan profitabilitas yang layak dan peluang pengembangan yang menjanjikan. Beberapa analisis yang lazim ditemui adalah analisis mengenai besar permintaan terhadap produk atau jasa, tingkat resiko dari industri yang digeluti, profil konsumen, perputaran uang dalam pasar yang dipilih, sifat dasar dari industri tersebut. 3. Penjelasan dan deskripsi bisnis Terdiri dari penjelasan singkat mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan (visi-misi, produk/jasa yang ditawarkan, dan sebagainya), dan penjelasan dari kegiatan yang sudah dilakukan. Beberapa proposal juga menambahkan struktur bisnis dan SDM unggulan yang dimiliki sebagai salah satu kelebihan dari perusahaan tersebut.
4. Proyeksi bisnis di masa depan Penjelasan mengenai rencana di masa depan, penggunaan dana yang didapatkan, dan model pengembalian. Proyeksi ini biasanya didukung dengan analisis keuangan seperti nilai ROI, NPV, IRR, dsb (biasanya interest yang digunakan adalah WACC Perusahaan).
5. Exit Strategy Exit strategy adalah penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan perusahaan apabila aktualisasi dari proyeksi tidak berjalan sesuai rencana dan perusahaan mengalami kerugian hingga di ambang kebangkrutan. Secara sederhana exit strategy adalah jaminan bagi pemberi dana (khususnya jika dana yang diberikan berbentuk pinjaman). Contoh dari exit strategy adalah; “penjualan aset perusahaan dengan nilai …. Untuk mengembalikan investasi yang dilakukan.” Atau “gedung perusahaan akan diserahkan pada investor”
6. Kontak dan Lampiran Terdiri dari data-data pendukung seperti laporan keuangan lengkap selama perusahaan berjalan, foto kegiatan, bukti sales atau penjualan, dan sebagainya. Selain poin-poin diatas, ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan: 1. Usahakan Proposal bisnis sepadat dan sejelas mungkin. Hindari kesalahan pengetikan maupun kesalahan analisis. 2. Gunakan kalimat yang persuasif namun tetap deskriptif. Investor ingin mengetahui 3 hal penting: apakah bisnis kalian dapat sustain, apakah bisnis kalian layak dari segi keuntungan, dan sejauh apa bisnis ini dapat dikembangkan. 3. Gunakan desain yang menarik dan tidak membosankan agar calon investor tertarik untuk membaca proposal bisnis yang ditawarkan. 4. Pilih font yang mudah dibaca. Pertimbangkan kenyamanan pembaca proposal. Jangan gunakan font yang sulit dibaca atau berukuran sangat kecil. Berikut adalah Outline Business Plan yang dapat digunakan: 1. Judul 2. Halaman Judul Berisi detail kontak dan data perusahaan seperti email, nomor telepon, tanggal, contact person, kerahasiaan dokumen (dapat disebarluaskan atau tidak), dan sebagainya 3. Daftar Isi 4. Ringkasan Eksekutif Penjelasan singkat mengenai pembahasan yang ada di dalam Business plan. Tujuan utama dari ringkasan eksekutif adalah memberikan informasi-informasi penting yang disampaikan dalam proposal tersebut. Jumlah ringkasan eksekutif disarankan tidak melebihi 2 halaman dengan spasi-tunggal 5. Analisis Industri Menjelaskan mengenai seberapa besar industri yang dipilih, termasuk potensi pengembangan, dan proyeksi penjualan dalam industri tersebut. Selain itu analisis mengenai struktur industri (apakah sudah jenuh atau masih ada peluang untuk masuk
kedalamnya), sifat dari perusahaan yang masuk ke dalam industri ini, kunci sukses, dan tren industri juga menjadi bagian yang biasa dilampirkan dalam bagian ini. 6. Deskripsi Perusahaan Termasuk sejarah pembuatan, visi-misi, produk dan jasa yang ditawarkan (berikut pembeda atau faktor yang menjadi poin lebih), status legal (CV, PT, UKM) dan kepemilikan perusahaan, dan rekan perusahaan 7. Analisis Pasar Penjelasan mengenai segmentasi dan target pasar, kebiasaan pembeli (buyer behavior), analisis competitor, dan perkiraan market share tahunan. 8. Kondisi Ekonomi Perusahaan Berisi mengenai bagaimana perusahaan mendapatkan pemasukan dibandingkan dengan bebannya, besar profit margin, perbandingan antara beban variabel dan beban tetap (operating leverage) dan implikasinya, biaya start-up, dan Bagan break-even 9. Perencanaan Pemasaran Bagian ini menjelaskan secara umum bagaimana perusahaan dapat menjual produk atau jasanya ke konsumen sesuai dengan positioning dan diferensiasi yang dimiliki. Biasanya diikuti dengan analisis 4P (place, price, promotion, product) atau yang biasa dikenal dengan marketing mix, proses atau siklus sales, dan perencanaan sales. 10. Desain Produk/ Jasa dan Rencana Pengembangan Menjelasakan mengenai proses pengembangan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Seberapa jauh kesiapan produk atau jasa yang ingin ditawarkan perusahaan ke pasar (tampilkan prototype atau hasil akhir dari rancangan produk atau jasa). Pada bagian ini disertakan juga penjelasan terhadap timeline dan tenggat waktu pengembangan, tantangan dan resiko yang mungkin muncul selama pengembangan dan pengenalan ke pasar, perkiraan biaya pengembangan, dan status paten dari produk atau jasa tersebut. 11. Rencana Operasional Bagian ini harus memberikan gambaran jelas mengenai bagaimana perusahaan dapat berjalan dan memproduksi produk atau jasa yang ditawarkan tanpa memberikan terlalu
banyak penjelasan dan detail yang tidak perlu diketahui oleh pembaca. Sangat disarankan untuk membuat bagian ini sesingkat mungkin. Beberapa informasi yang penting untuk disampaikan adalah mengenai lokasi perusahaan, dan fasilitas dan perlengkapan oapa saja yang dimiliki perusahaan untuk menyokong kegiatan operasional perusahaan. 12. Struktur Perusahaan Pada bagian ini perusahaan memiliki kesempatan untuk menjelaskan siapa saja pemain kunci yang berperan dalam kegiatan perusahaan (semakin ahli dan terdiversifikasi semakin baik), hirarki apa yang digunakan, serta Board of Director, dan Board of Advisers dari perusahaan (jika ada). 13. Jadwal Produksi/ Pelaksanaan Jasa 14. Proyeksi Finansial Bagian proyeksi finansial menjelaskan seberapa besar potensi perusahaan dilihat dari perspektif keuangan. Penjelasan ini dimulai dari darimana perusahaan mendapatkan dana dan peruntukkan dana tersebut, asumsi-asumsi yang digunakan dalam memproyeksikan keuangan, pembuatan laporan keuangan pro forma (proyeksi laporan keuangan di masa depan), dan terakhir menghitung dan menganalisis rasio dari hasil laporan keuangan tsb. Analisis rasio yang biasa digunakan adalah ROA (return on Assets) atau jumlah proporsi pemasukan bersih dibandingkan dengan jumlah asset, ROI (return on Investment) atau perbandingan antara pemasukan bersih dengan investasi yang dilakukan, profit margin, debt-to-equity ratio atau perbandingan antara hutang dengan saham dan sebagainya. 15. Lampiran
Skema Pendanaan dan Pengembalian Berikut adalah beberapa skema pendanaan yang biasa ditawarkan: 1. Saham Penjualan saham adalah salah satu alternatif permintaan dana dimana pemberi dana mendapatkan seluruh atau sebagian hak kepemilikan atas perusahaan sesuai dengan jumlah dana yang diberikan. Keuntungannya adalah tidak ada tekanan dalam mengembalikan akan tetapi tingkat kompleksitas manajemen meningkat dengan adanya tambahan pembuat keputusan. Biasanya ada 2 jenis pemberi dana untuk start-ups yang tertarik dengan model pengembalian saham; Angel Investor, dan Venture Capital. Angel investor adalah seorang atau sekumpulan individu yang mengalokasikan dananya untuk membantu permodalan start-ups. Jumlah dana yang disediakan bervariasi hingga lebih dari USD 200.000 untuk satu start-ups. Venture Capital, dilain pihak, adalah sebuah perusahaan yang memang mendedikasikan perusahaannya untuk mencari bisnis yang berpotensi dan membantunya berkembang. Pada umumnya, terdapat keterlibatan VC dalam manajemen perusahaan yang dibantu oleh VC tersebut untuk berkembang sehingga perusahaan VC tersebut bisa mendapatkan pengembalian yang lebih besar. Model pengembalian Pendanaan dengan saham biasanya menggunakan dividen sebagai timbal balik untuk investor. Pemberian dividen ini dilakukan hingga saham dibeli kembali oleh perusahaan . Perlu digarisbawahi bahwa pembayaran dividen tidak harus dilakukan secara berkala. Pembayaran dividen adalah kebijakan perusahaan yang disepakati oleh seluruh BOD dari perusahaan dengan alasan yang jelas. Biasanya kebijakan untuk tidak membayar dividen ini karena perusahaan ingin melakukan pengembangan untuk menangkap peluang yang lebih besar lagi dan membutuhkan cadangan dana.
2. Pinjaman Berbeda dengan saham, pendanaan menggunakan pinjaman tidak membutuhkan perpindahan kepemilikan perusahaan. Hanya saja, skema ini mewajibkan perusahaan membayar sejumlah dana secara berkala dengan bunga hingga pinjaman berakhir. Kesulitan lain dari penggunaan pinjaman sebagai modal adalah perlunya jaminan untuk meminjam (untuk pinjaman dari institusi resmi), biasanya berbentuk asset, yang jarang dimiliki oleh start-ups. Model Pengembalian Premi ditambah dengan bunga yang disepakati. Premi dan bunga ini bisa saja dalam bentuk progresif (seperti pembayaran cicilan dengan model amortisasi), dalam bentuk lump sum di akhir periode peminjaman, atau bentuk pengembalian lain yang disepakati oleh perusahaan dan pemberi dana.
3. Donasi dan Sponsor Pemberian dana murni untuk mendukung perusahaan. Benefit yang ditawarkan perusahaan bukan dalam bentuk pengembalian dana atau uang namun lebih kepada peningkatan brand awareness maupun reputation donor atau bahkan dana dapat diberikan dengan sia-sia. Biasanya yang mendapatkan donasi atau sponsor adalah perusahaan di bidang riset dan pengembangan, atau perusahaan sosial yang tidak berorientasi terhadap profit. Tugas dari perusahaan adalah memastikan skema yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan dan memberikan keuntungan bagi pihak pemberi dana maupun perusahaan. Beberapa kombinasi skema yang dapat dilakukan adalah: 1. Saham dengan opsi beli-kembali setelah periode waktu tertentu Melalui skema ini, perusahaan memiliki hak untuk membeli saham yang telah dijual kepada pemberi dana sehingga kepemilikan sepenuhnya kembali ke tangan Pribadi tanpa campur tangan orang luar. Biasanya skema ini harus diikuti dengan kepastian
penerimaan dana dan jumlah saham yang lebih besar dibandingkan dengan jika pemberi dana mendapatkan saham saja tanpa opsi dibeli kembali.
2. Kepemilikan saham progresif Nilai dari saham berubah seiring dengan penambahan waktu. Sebagai contoh Perusahaan A menawarkan sang pemberi dana untuk mendapatkan saham sebesar 30% yang kemudian akan turun menjadi 15% setelah tahun ke empat.
3. Pinjaman dengan opsi konversi menjadi Saham Melalui skema ini, pemberi pinjaman dapat mengkonversikan sisa pinjaman yang belum dibayarkan menjadi saham kepemilikan atas perusahaan. Keuntungannya adalah karena biasanya konversi dari pinjaman menjadi saham tidak akan sebesar apabila ada yang langsung membeli saham tersebut sehingga selain pinjaman dianggap lunas, saham yang diserahkan pun secara proporsi lebih kecil.
Selain skema diatas, masih banyak kombinasi skema investasi lain yang dapat dilakukan disesuaikan dengan kebijakan masing-masing perusahaan.