POLA PERSEBARAN KERUANGAN PROSES EROSI PERMUKAAN SEBAGAI RESPON LAHAN TERHADAP HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SECANG, KABUPATEN KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh: Suprapto Dibyosaputro
Seminar Nasional "Restorasi DAS: Mencari Keterpaduan di Tengah lsu Perubahan lklim” Kerjasama BPTKPDAS, UNS dan UMS Surakarta 25 Agustus 2015
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Geografi mempelajari hubungan sebab akibat, gejala, dan peristiwa yang terjadi di muka Bumi baik secara fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi dan kompleks kewilayahan
Geomorfologi mendeskripsikan (secara genetik) bentuklahan dan proses-proses yang mengakibatkan terbentuknya bentuklahan oleh tenaga-tenaga geomorfologi, diantaranya berupa limpasan permukaan (Overland flow)dan aliran permukaan (Run off) yang menyebabkan terjadinya erosi (erosi permukaan dan linier)
Bentuklahan dicirikan oleh oleh relief, lereng, batuan penyusun, dan proses geomorfologi. Sejalan dengan pergantian waktu, batuan mengalami lapuk, terjadi perkembangan tanah, tumbuhnya vegetasi alami maupun budidaya tanaman oleh manusia, dan akhirnyaberbagai unit lahan,
Lanjutan: Latar Belakang • Hujan yang jatuh pada lahan dinamika pergerakan air, mengisi pori-pori tanah tanah menjadi jenuh, limpasan permukaan (overland flow) aliran permukaan (run off). • Perbedaan karakeristik lahan menyebabkan respon lahan terhadap hujan yang jatuh padanya perbedaan limpasan permukaan dan aliran permukaan terjadi erosi permukaan, • Respon lahan terjadi akibat adanya interaksi antar parameter lahan (internal dan eksternal), dan akan berpengaruh terhadap jarak awal terjadinya limpasan permukan (JLP) dan erosi permukaan (JEP) dari puncak /igir lereng lahan. Demikian pula terhadap waktu awal terjadinya limpasan permukaan (WLP) dan erosi permukaan (WEP) dari waktu mulainya hujan berlangsung.
Lanjutan: LATAR BELAKANG (DAS Secang) • DAS Secang di atas Waduk Sermo tersusun atas beberapa formasi geologi meliputi Formasi Nanggulan, Formasi Andesit Tua, Formasi Andesit, dan Formasi Jonggrangan. • Akibat proses eksogen (hujan, temperatur) proses geomorfologi variasi relief, kemiringan lereng, morfologi berbeda (dataran, perbukitan dan pegunungan) bentuklahan • Adanya interaksi antar parameter fisik bentuklahan (relief, batuan, tanah, iklim, air permukaan dan bawah permukaan) dan parameter non fisik (vegetasi baik hasil campur tangan manusia (budidaya) dalam memanfaatkan lahan maupun vegetasi non budidaya terbentuklah unit-unit lahan
Lanjutan: Latar Belakang (DAS Secang) • DAS Secang mempunyai luas sekitar 2.092,05 ha, denbgan macam tanah yang telah berkembang adalah Latosol Coklat Kemerahan dan Kompleks Litosol dan Latosol. • Jenis dan luas masing-masing penggunaan lahan : hutan (36,31 ha), semak belukar (15,64 ha), kebun campuran (1.643,32 ha), lahan tegalan (182,65 ha), permukiman (57,25 ha), padang rumput (3,13 ha), dan genangan air waduk (134,46 ha). • Kebun campuran dan tegalan (seluas 1,825,97 Ha) pada berbagai kemiringan lereng mempunyai tingkat bahaya erosi yang besar sekitar 85,7 ton/ha/tahun. • Tetapi dimana JLP dan JEP terjadi, serta kapan WLP dan WEP terjadi, tidak diketahui.
Catatan: Ho : Limpasan permukaan Horton (Horton overlandflow) So : Limpasan permukaan pada tanah jenuh (Saturated overland flow) F : Infiltrasi (infiltration) Tu : Aliran bawah permukaan tanah pada tanah tak jenuh (Unsaturated throughflow) Ts : Aliran bawah permukaan tanah pada tanah jenuh (Saturated throughflow) Dp : Perkolasi yang dalam (deep percolation) A, B, C : Lapisan tanah atas, tengah dan bawah (horison). m.a.t : muka air tanah : Lapisan tanah
hujan
H
A B C Tu
aliran pipa
Dp
So
s
DINAMIKA GERAKAN AIR DI TANAH
Alasan DAS Secang dipilih sebagai daerah penelitian: 1) Luas Latosol Coklat Kemerahan mendominasi tanah yang ada di dalam DAS Secang, 2) Latosol Coklat Kemerahan merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik (Andesit) sebagai bahan induknya, 3) Sebaran batuan vulkanik (Andesit) mendominasi dalam DAS Secang sebgai bahan induk tanah Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol. 4) Secara umum di Indonesia tanah tersebut sangat luas, mencapai luas ± 17.856.000 ha (9,36% luas Indonesia), 5) Solum tanah tebal hingga sangat tebal, 6) Kepekaan tanah terhadap erosi sedang hingga tinggi, 7) Pada umumnya tanah berkembang di daerah berbukit hingga bergunung dengan kemiringan lereng bervariasi dari miring hingga terjal, dan 8) Tanah berkembang di daerah beriklim tropik basah dengan curah hujan 2000-5000 mm/tahun.
HUJAN (durasi, tebal dan intensitas hujan) 1. Bentuklahan: kesan topografi (relief), ekspresi topografi (lereng), material (batuan dan tanah) dan proses geomorfologi 2 Tanah (macam tanah, tekstur, permeabilitas, kelembapan, tebal solum, kandungan bahan organik tanah) 3 Vegetasi (vegetasi penutup alami/budidaya dan penggunaan lahan)
Tipe lahan (lahan dengan lereng yang mempunyai puncak berupa igir sebagai pemisah arah aliran air/wataer devide)
Tetes hujan langsung jatuh ke permukaan tanah
Tetes hujan tidak lansung jatuh ke permukaan tanah(dari tajuk pohon)
Erosi percik
Intersepsi oleh daun pohon, semak
Tetes hujan dari dedaunan pohon
Sebagian air meresap dan mengisi poripori tanah
Mengisi ledokan di permukaan terisi air
Tanah menjadi jenuh air
Aliran batang
(stem flow)
Erosi permu kaan
Tipe erosi, tebal erosi, kenampakan hasil proses erosi
Limpasan: (JLP dan JEP pada bidang lereng suatu lahan)
Variasi Tipe Lahan
Pola keruangan persebaran JLP dan JEP serta fenomena hasil proses erosi permukaan pada lereng suatu lahan
Dasar teori
II. PERMASALAHAN PENELITIAN (dirumuskan dalam tiga pertanyaan penelitian 1. Parameter-parameter lahan apa saja yang menjadi faktor pengontrol dan mempengaruhi perbedaan JLP dan JEP, serta WLP dan WEP sebagai respon lahan yang mempunyai karakteristik tertentu terhadap hujan, 2. Parameter lahan apa yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap terjadinya perbedaan JLP dan JEP, serta WLP dan WEP diantara parameter lahan lainnya sebagai respon lahan terhadap hujan, 3. Bagaimana pola persebaran keruangan JLP dan JEP, dan kenampakan-kenampakan hasil erosi serta jaraknya dari puncak lereng suatu lahan (water devide) sebagai respon lahan terhadap hujan.
III. TUJUAN PENELITIAN 1. Mempelajari parameter-parameter lahan dan hujan yang relevan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi terhadap perbedaan JLP dan JEP, serta WLP dan WEP, 2. Menentukan parameter lahan dan hujan yang paling berpengaruh terhadap perbedaan JLP dan JEP, serta WLP dan WEP pada lahan sebagai respon lahan terhadap hujan, 3. Menganalisis pola persebaran keruangan JLP dan JEP, pada lahan sebagai respon lahan terhadap hujan,
IV. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survai Tiga tahapan dalam penelitian - tahap persiapan, - tahap kerja lapangan, - tahap pasca kerja lapangan
Kegiatan setiap tahapan 1.Tahap persiapan: 1). Pemilihan daerah penelitian dan lokasi sampel, 2). Penetapan variabel penelitian, 3). Penyiapan bahan dan materi penelitian, 4). Interpretasi foto/citra untuk pembuatan bentuklahan, 5). Pembuatan peta-peta tentati (bentuk lahan, lereng, dan satuan lahan), 6). Penyiapan alat-alat untuk pengukuran dan pengumpulan data di lapangan.
Lanjutan: Tahapan penelitian 2.Tahap kerja lapangan: Pengumpulan (observasi, pengukuran dan pencatatan) data primer & data sekunder di lapangan.
3.Tahap pasca kerja lapangan:
1) Interpretasi ulang foto udara, citra, peta, dan penggambaran kembali peta-peta bentuk lahan, lereng, dan satuan lahan, 2) Analisis data di laboratorium, 3) Analisis data primer dan sekunder, dan 4) Penulisan laporan penelitian
PETA ADMINSTRASI DAN LOKASI TIPE LAHAN PEWAKIL
Sayarat Lahan yang ditetapkan sebagai daerah sampel observasi (Tipe Lahan) 1)
2)
3)
4)
Hanya lahan yang berada pada tanah yang sama yaitu Latosol Coklat Kemerahan, Lahan mempunyai puncak lereng berupa igir memanjang alami, atau berupa gundukan tanah baik alami maupun buatan manusia, dengan lebar minimal 0,5 meter; Igir tersebut berfungsi sebagai batas/garis pemisah limpasan permukaan (water devide) saat hujan jatuh pada igir dan gundukan; masing-masing lahan mempunyai nilai parameter-parameter lahan yang berbeda satu sama lain.
Variabel Penelitian
Variabel tergantung (V.T) 1. 2. 3. 4.
Jarak awal kejadian limpasan permukaan (JLP) Waktu awal kejadian limpasan permukaan (WLP) Jarak awal kejadian erosi permukaan (JEP) Waktu awal kejadian erosi permukaan (WEP)
Variabel bebas (V.B) 1. 2.
3.
Intensitas hujan (Ih); Komponen fisik lahan (kemiringan lereng (Kl), tebal solum tanah (St), permeabilitas tanah (Pt), kelembapan tanah (Kt), kandungan bahan organik tanah (Bo) komponen non fisik lahan terdiri dari variabel kerapatan penuutp lahan (gabungan kerapatan tajuk/kanopi pohon/tumbuhan dan tumpukan daundaun/seresah (Kt), tinggi tanaman /pohon (Tp);
Persamaan Umum Regresi Linier Ganda Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6V6+ b7X7+ b8X8 + b9X9
Catatan: Y = Dapat berupa: YJLP, YJEP, YWLP, atau YWEP X1 = Intensitas hujan (Ih) (mm/jam) X2 = Kemiringan lereng (Kl) (...o) X3 = Kelembapan tanah (Kt) (%) X4 = Ketebalan solum tanah (St) (cm) X5 = Permeabilitas tanah (Pt) (cm/jam) X6 = Kandungan bahan organik tanah (Bo) (%) X7 = Tekstur tanah (Tt) X8 = Kerapatan penutupan lahan oleh tajuk /kanopi, seresah dan rumput (Pl) (%) X9 = Tinggi pohon (Tp) (m) b1 .. b9 = Koefisien regresi masing-masing variabel bebas ( V.B) a = Konstante yang diperoleh dari perhitungan regresi.
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Persamaan Regresi Linier Ganda 1). 4 (empat) variabel tergantung (V.T) masing-masing: JLP, JEP, WLP, WEP) 2). 9 (semblan) variabel bebas (V.B.) yang diusulkan yaitu: intensitas hujan (Ih); kemiringan lereng (Kl), tebal solum tanah (St), permeabilitas tanah (Pt), kelembapan tanah (Kt), kandungan bahan organik tanah (Bo), tekstur tanah (Tt), permeabilitas tanah (Pt); kerapatan penutupan lahan (Pl), dAn tinggi pohon (Tp).
Tabel. Ringkasan hasil observasi parameter-parameter lahan masing-masing tipe lahan di DAS Secang, Kabupaten Kulonprogo Tipe Lahan Unsur
1 (Sungapan 1)
2 (Hargorejo)
3 (Sermo 3)
Jenis batuan
Andesit
Andesit
Andesit
Pelapukan batuan
Tebal solum (cm)
Sudah lanjut Latosol coklat kemerahan 85
Sudah lanjut Latosol coklat kemerahan 80
Sudah lanjut Latosol coklat kemerahan 65
Tekstur
Geluh
Geluh
Geluh pasiran
Struktur
Gumpal
Gumpal
Bahan organik (%) Permeabilitas (cm/jam)
1,41
0.36
Gumpal agak menyudut 1,48
0,058
1,62
Perkebunan campuran
Jenis tanaman
Tinggi pohon rerata (m)
Tanah
Pengguaan lahan
Kerapatan penutup lahan (tajuk pohon/ semak/ perdu/ rumput)
4 (Klepu) Andesit, Breksi Andesit Sudah lanjut Latosol coklat kemerahan 75 Geluh lempung
5 (Hargowilis) Andesit, Breksi Andesit Sudah lanjut Latosol coklat kemerahan 85 Geluh pasiran
6 (Sungapan 2)
7 (Tegalrejo)
8 (Nganti)
Andesit
Andesit
Andesit
Sudah lanjut Latosol coklat kemerahan 110
Sudah lanjut Latosol coklat kemerahan 120
Sudah lanjut Latosol coklat kemerahan 130
Lempung
Geluh
Geluh
Gumpal-masif
Gumpal
Gumpal
0,36
0,704
0,21
14,00
Gumpal agak menyudut 0,343
11,19
21,23
15,19
2,92
1,42
1.99
Perkebunan campuran
Perkebunan campuran
Hutan (budidaya)
Perkebunan campuran dan tegalan
Perkebunan campuran
Perkebunan campuran
Perkebunan campuran
Durian, kelapa, petai, cengkih,
Mangga, kelapa, sengon laut, belinjo, petai , ubi kayu
Dominan kayu putih dan rumput
Dominan pohon mahoni
Sengon laut, mahoni , ubi kayu
Kelapa, sengon tahun, semak, garut, mahoni
Kelapa, petai, sengon tahun, ubi kayu
Kelapa, mahoni, petai, sengon laut, durian, dan garut
20
15
7,5 .
25
Pohon 20 Semak 2,5
10
20
25
Tajuk pohon kayu putih =30%, rumput 10-15 cm dengan kerapatan 90%)
Tajuk pohon =75%, dan seresah sampah dengan tebal 15-20 cm dengan kerapatan penutupan ±90%
75% (75% tajuk pohon dan perdu, 20% ketela, 40% tumpukan seresah)
90% (garut dan semak 90%,tajuk pohon 15%)
85% (tajuk pohon 85%, semak dan ketela 20%)
Rerata 90% (Tajuk pohon 85%, perdu/ semak 15%, tumpukan seresah 30%)
Tajuk pohon = 60%, daun perdu dan ketela 15% rumput dan seresah 50%
Sumber: Observasi lapangan, 2009
Tajuk pohon =40%, tajuk daun ketela= 25%), sampah dan rumput 40%
Gumpal
Tabel. Ringkasan data intensitas hujan, kelembapan tanah , JLP, JEP, WLP, WEP dan fenomena proses dan hasil proses erosi masing-masing tipe lahan di DAS Secang, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo No 1 2
Fenomena Intensitas rata-2 (mm/jam) Kelembapan tanah rerata (%)
Sungapan 1
Hargorejo
SD Sermo 3
Klepu
Tegalrejo
Nganti
21,81
14,43
13,53
14,79
14,00
17,96
16,30
59.4
60,38
68,00
59,28
63,00
63,19
68,52
62,93
1,37
1,64
1,80
2,10
22,73 2,31 25,19
24,74 3,52 28,21
19,24 2,49 21,03
8,0-9,0;
8,0;
6,0; 10,011,0
14,07 2.79 16,21 6,15-8,5; 13,0-14,0; 19,0-20,0
4,0-5,50; 8,0-9,0 (material kasar dan seresah)
3,0-5,0 (material kasar)
8.0-90; 11,0; 6,25-8,15; 4; 10 (material da n seresah)
12,0-13,0; 20,0-21,0 (material dan seresah)
4,0-4,5
4,0-5,15;
tidak dijumpai armour
tidak ada akar muncul
tidak ada akar muncul
4; 11
sekitar ujung profil (16,0; 15,5 )
tidak ada limpasan permukaan tidak terjadi 15,0-21,0 ke arah bawah lereng 0 - ujung profil (seresah dari daun setebal 1520 cm) 13,0-14,0; 19,0-20,0; 22,0; 29,0.
JLP rerata (m)
2,68
2,31
1,96
4 5 6
WLP rerata (menit) JEP rerata (m) WEP rerata (menit)
26,66 3,14 30,46
23,29 2,82 25,30
20,68 2,63 22,29
7
Erosi Alur (meter dari igir)
6,75; 10,0; 15,25-18,0
3,0; 10,15
15,25; 16,15
8
3,0-4,0; 5,0Deposisi material 9,0; 15-16. (hasil erosi, seresah material dll) kasar dan seresah
4,0-5,25; 3,0-6,0; 4,011,0; 11-15; (mate rial kasar & seresah)
11,0-15,0;
9
Armour (meter dari igir)
1,0; 3,5; 6;
7,0-7,5 bercampura n seresah
tidak dijumpai armour
Akar muncul (meter dari igir)
11
6,5
tidak ada akar 10, 15, 19, muncul ujung profil
27,0; 28,0
6,0; 8,0
-
Pedestal (meter dari 11 igir)
Sungapan 2
13,12
3
10
Hargowoilis
sekitar ujung profil lereng (135,5; 136,0)
8,0-9,0; 6,0 tidak ada akar muncul 3,25; 4,15;
tidak ada akar muncul 2,0; 3,0; 90.
Tabel. Hasil analisis statistik Persamaan Regresi Linier Ganda Untuk JLP, JEP, WLP daan WEP Variabel Bebas (V.B) = X
No
1.
2.
Var. Tgt (Y)
JLP
JEP
Persamaan Regresi Linier Ganda
YJLP = 6,16-0,07 Kt+0,03 Kl+ +0,002Tt+0,02Tp-0,39 Bo+ -0,03 Pt-0,01 Ih YJEP = 6,89-0,07 Kt+0,001 Pl + +0,06 tP+0,02 St–0,02 Ih
3.
WLP
Jmlh V.B diterima sbg predi k-tor
Paling besar Perannya (koef. regresi / (b)
Paling besar pengaruhnya (koef. terbakukan/
Beta (ß =) V,B
Nilai
V.B
Bobot Penga ruh V.B (%)
Nilai
ß
7
Bo
–0,37
Kp
–74
74
5
Tp
+0,06
Kp
–52
59
8
Bo
–4,72
St
0,89
79
8
Bo
–4,91
St
0,78
78
YWLP = 74,72-0,62 Kt+ 0,28 St +
–0,95 Pt+ 0,21Pl+0,19Kl+ –0,08 Ih+3,30 Tt–4,72 Bo 4.
WEP
YWEP = 85,87-0,76 Kt+0,29 St+ –1,01 Pt+0,22 Pl+0,21Kl+ –0,10 Ih–3,68 Tt–4,91 Bo.
Tabel . Variabel bebas yang diterima dan tidak diterima dalam persamaan regresi linier ganda Variabel Bebas Variabel tergantung (V.T)
Entrance
Diterima
1
Jarak kejadian JLP (m)
Kl, St, Pt, Kt, Bo, Tt, Pl, Tp, Ih
2
Waktu kejadian WLP (menit)
Remo ved
Nilai toleran minimal kolinieritas statistik
Kt, Kl, Tt, Tp, Bo, Pt, Ih
Pt St
0,367 0,349
Kl, St, Pt, Kt, Bo, Tt, Pl, Tp, Ih
Kt, Pl, Tp, St, Ih,
Kl Pt Tp Bo
0,422 0,488 0,398 0,352
Kl, St, Pt, Kt, Bo, Tt, Pl, Tp, Ih
Kt, St, Pt, Pl, Kl, Ih, Tt, Bo
Kt
0,396
3
Jarak kejadian JEP (m)
Kl, St, Pt, Kt, Bo, Tt, Pl, Tp, Ih
Kt, St, Pt, Pl, Kl, Ih, Tt, Bo
Kt
0,398
4
Waktu kejadian WEP (menit)
No
Tabel. Perbedaan jarak awal kejadian antara JLP dengan JEP, dan perbedaan waktu awal kejadian antara WLP dengan WEP masing-masing tipe lahan pewakil
Beda jarak rerata kejadian JLP dan JEP No
Tipe lahan
JLP (m)
JEP (m)
Beda jarak (m)
Beda waktu rerata kejadian WLP dan WEP WLP WEP (menit) (menit)
Beda waktu (menit)
1
Sungapan 1
2,68
3,14
0,46
26,64
30,46
3,82
2
Hargorejo
2,31
2,82
0,51
23,29
25,90
2,01
3
S.D.N. Sermo 3
1,96
2,63
0,67
20,68
22,29
1,61
4
Klepu*)
tidak terjadi
tidak terjadi
tidak terjadi
tidak terjadi
5
Hargowilis
1,37
2,31
0,94
22,73
25,19
2,46
6
Sungapan 2
1,64
3,52
1,88
24,74
28,21
3,47
7
Tegalrejo
1,80
2,49
0,69
19,24
21,03
1,79
8
Nganti
2,10
2,79
0,69
14,07
16,21
2,14
Rerata
1,73
2,46
0,90
18,92
21,16
2,25
tidak tidak terjadi terjadi
Catatan: *) Tidak terjadi limpasan permukaan maupun erosi permukaan
Hasil Analisis Data 1. Tidk semua dari 9 (sembilan) variabel yang diusul kan sebagai V.B, diterima sebagai V.B. dalam per-samaan regresi linier ganda dengan JLP, JEP, WLP dan WEP sebagai VT. 2. Hasil uji asumsi klasik statistik terhadap keempat persamaan regresi linier ganda tersebut dinyatakan layak dan valid digunakan dalam penelitian ini dengan derajat kepercayaan tinggi yakni sebesar 95%c.
3. Beda Nilai (residual value) antara data lapangan dan data hasil prediksi menggunakan persamaan regresi linier ganda adalah sangat kecil (JLP lap & regresi =-0,02 m, JEP lap & regresi =-0,05 m, WLP lap & regrresi=-0,17 mnt, dan WEP lap & regresi=-0,15 mnt)
Lanjutan: Persamaan Regresi Linier Berganda 4. Variabel bebas yang paling besar berpengaruh terhadap variabel tergantung: a. JLP adalah kelembapan tanah (nilai koefisien terbakukan/standardized coefficient (Beta) = -0,74) , b. JEP adalah kelembapan tanah (nilai koefisien terbakukan /standardized coefficient (Beta) = -0,52), c. WLP adalah ketebalan solum tanah (nilai koefisien terbakukan /standardized coefficient (Beta) = +0,89), d. WEP adalah ketebalan solum tanah (nilai koefisien terbakukan /standardized coefficient (Beta) = +0,78). 3. Pola persebaran keruangan JLP dan JEP: a. Pola mengelompok b. Pola memencar
Perbedaan nilai rerata JLP, JEP, WLP, dan WEP hasil pengukuran lapangan dengan prediksi menggunakan regresi linier ganda Tipe lahan
Selisih nilai rerata V.T. Hasil Pengukuranb Lapangan dan Prediksi V.T. JLP (meter)
No
JEP (meter)
WLP (menit)
WEP (menit)
Lokasi Lap
Pre d
Slh.
Lap
Pred.
Slh.
Lap
Pred.
Slh.
Lap
Pred.
Slh.
1
Sungapan 1
1,69
1,74
0,05
2,30
2,33
0,03
22,48
23,24
0,76
29,20
30,25
0,31
2
Hargorejo
2,30
2,25
0,05
2,82
2,96
0,15
22,57
23,63
1,06
25,90
26,62
0,72
3
SD. Sermo 3
1,93
1,88
0,05
2,83
2,56
0,07
20,68
20,27
0,41
21,94
21,67
0,27
4
Klepu
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
5
Hargowilis
1,37
1,41
0,05
2,13
2,32
0,29
22,83
2240
0,43
25,13
24,88
0,03
6
Sungapan 2
1,64
1,75
0,11
3,25
3,34
0,09
25,67
25,63
0,04
28,21
28,25
0,04
7
Tegalrejo
1,80
1,82
0,02
2,49
2,44
0,05
19,44
19,44
0,20
21,03
21,04
0,01
8
Nganti
2,10
2,11
0,01
2,79
2,80
0,01
21,43
21,00
0,43
16,21
16,65
0,44
IV. KESIMPULAN 1. Tidk semua dari 9 (sembilan) variabel yang diusulkan sebagai V.B, diterima sebagai V.B. dalam persamaan regresi linier ganda dengan JLP, JEP, WLP dan WEP sebagai VT. a. Persamaan regresi linier berganda: YJLP = 6,16-0,07Kt+0,03Kl+0,002Tt+0,02Tp–0,37Bo-0,03Pt+ -0,01Ih YJEP = 6,89-0,07Kt+0,001Pl+0,06Tp+0,02St-0,02Ih, YWEP = 74,72-0,62Kt+0,28St-0,95Pt+0,21Pl+0,19Kl-0,08Ih+ +3,30Tt-4,72Bo
YWEP = 85,80-0,76Kt+0,29St-1,01Pt+0,22Pl+0,21Kl- 0,10Ih+ -3,68Tt-4,91Bo b. Hasil uji asumsi klasik statistik terhadap keempat persamaan regresi linier ganda tersebut dinyatakan layak dan valid digunakan dalam penelitian ini dengan derajat kepercayaan tinggi yakni sebesar 95%c. c. Beda Nilai (residual value= Rv) antara data lapangan dan data hasil prediksi dengan persamaan regresi linier ganda adalah sangat kecil (RV. JLP lap & regresi =-0,02 m, Rv. JEP lap & regresi =-0,05 m, Rv. WLP lap & regrresi=-0,17 mnt, dan Rv. WEP lap & regresi=-0,15 mnt)
Lanjutan: Kesimpulan
2. Variabel bebas yang paling besar berpengaruh terhadap variabel tergantung: a. JLP adalah kelembapan tanah (nilai koefisien terbakukan (Beta) = -0,74) , b. JEP adalah kelembapan tanah (nilai koefisien terbakukan (Beta) = -0,52), c. WLP adalah ketebalan solum tanah (nilai koefisien terbakukan (Beta) = +0,89), d. WEP adalah ketebalan solum tanah (nilai koefisien terbakukan (Beta) = +0,78). 3. Pola persebaran keruangan JLP dan JEP adalah: a. Pola mengelompok b. Pola memencar
Gambar Peta Pola Persebaran JLP dan JEP Setiap Tipe Lahan Pewakil di DAS Secang,Kecamatan Kokap, Kabaputen Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta
Seresah/sampah (15-20 cm) Pasir kasar, kerikil, kerakal. Rembesan (seepage)
Tanah