No. 63 | www.pii.or.id
ENGINEER MONTHLY
login
Ir. Rudianto Handojo Direktur Eksekutif PII
Inovasi untuk Pangan ENGINEER MONTHLY Pemimpin Umum Ir. Rudianto Handojo Pemimpin Redaksi Ir. Aries R. Prima Editor Ir. Aries R. Prima Ir. Aditya Warman Ir. Mahmudi Kontributor Biro Media PII Koordinator Promosi Ir. Erpandi Dalimunthe, MT Desain Grafis & Layout Elmoudy Freez Sekretariat PII Jl. Bandung No. 1, Menteng Jakarta Pusat 10310 Telp : (021) 31904251-52 Fax : (021) 31904657 Website : www.pii.or.id :
[email protected] Email
Fakta bahwa sebagian besar lulusan baru PT bidang teknik ternyata berkarir bukan sebagai insinyur. Banyak dari mereka lebih memilih berkarir sebagai analis di perbankan dan industri keuangan, atau konsultan manajemen atau pemasaran. Pilihan mereka didasarkan para tawaran insentif/renumerasi dan prospek karier yang dianggap jauh lebih baik dan menantang. Sebagian besar, meski ingin, terpaksa tidak menjadi insinyur karena terbatasnya lapangan kerja. Tentulah, hal ini memberi dampak serius adanya defisit insinyur. Dua pertanyaan kemudian, bagaimana dengan masa depan teknologi? Akankah kita sanggup mengembangkan inovasi untuk menjawab tantangan masa kini dan masa depan, jika semakin lama insinyur kita makin sedikit? Defisit insinyur akhirnya memberi efek domino yang begitu nyata. Tak hanya menyebabkan daya saing bangsa Indonesia mengalami penurunan yang cukup drastis, tetapi juga berbagai persoalan bangsa semakin berat dan tak terbendung. Karena hanya dengan inovasi, maka tantangan-tantangan yang ada itu akan bisa dihadapi dengan penuh optimis. Melonjaknya berbagai harga bahan baku seperti bawang merah, bawang putih, daging sapi, kedelai, cabai, dan lain-lain - yang menghantam pondasi perekonomian masyarakat secara terus-menerus belakangan ini, bisa menjadi sinyal yang cukup membahayakan bagi ketahanan pangan nasional. Seolah pemerintah terkejut dan gagap dalam merespons lonjakan tersebut, dan tak ada satu pun pihak yang berani bertanggung jawab atas ketidakmenentuan tata niaga pangan itu. Hal yang patut direview adalah, bagaimanakah roadmap tata niaga pangan Indonesia? Seberapa serius pemerintah dalam menyusun kebijakan dan kemudian diimplementasikan secara konsisten dan profesional? Dan dimanakah peran strategis para insinyur khususnya insinyur pangan (teknologi pertanian) dalam memberi kontribusi atas karya-karya inovatifnya dalam mengejar pasokan pangan nasional? Di edisi Engineer Monthly kali ini, akan mengupas bagaimana pemetaan problematika pangan nasional, perbandingan indek swasembada pangan dengan beberapa negara, inovasi teknologi karya anak bangsa, dan berbagai pandangan untuk membangkitkan potensi pangan yang relevan dengan kondisi sosio-ekonomi Indonesia. Selamat membaca. Salam Redaksi.
2 |
ENGINEER MONTHLY | No. 63
www.pii.or.id
update
INDEKS SWASEMBADA PANGAN 2011-2012 INDEKS swasembada kedelai pada 2012 sebesar (34,84) atau turun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2011 (40,10). Angka indeks 34,84 menunjukkan bahwa produksi kedelai Indonesia baru bisa mencukupi sekitar 35% kebutuhan. Penurunan ini diperkirakan karena lahan untuk memproduksi kedelai yang terus berkurang, karena terjadi konversi ke tanaman lain atau menjadi lahan nonpertanian. Selain itu petani enggan untuk menanam, karena harga kedelai yang terus merosot. Berbeda dengan kedelai, indeks swasembada beras dan jagung menunjukkan nilai yang baik. Produksi mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri. Tingkat konsumsi per kapita jagung, bahkan, masih bisa ditingkatkan sebagai alternatif bahan pangan pengganti beras. Infografis ini juga memperlihatkan bahwa konsumsi beras per kapita Indonesia masih termasuk tinggi, 137 kilogram per kapita per tahun atau lebih tinggi dibandingkan China, Malaysia, dan India.
Data diolah dan divisualisasi oleh Biro Media PII
No. 63 | ENGINEER MONTHLY
| 3
coreview
p
hel
KETAHANAN PANGAN
BERBASIS TEKNOLOGI
Strategi kebijakan pembangunan ekonomi pemerintah dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dinilai banyak kalangan sudah tepat. Namun di sektor pertanian, Indonesia tampaknya perlu tancap gas memacu inovasi teknologi pangannya kalau tak rela hanya menjadi penonton di era kebangkitan Asia.
S
aat membuka seminar dan pameran pangan nasional yang mengangkat tema Jakarta Food Security Summit: Feed Indonesia Feed The World 2012, Presiden SBY menegaskan bahwa teknologi pangan harus dikedepankan karena kita tidak mungkin terus membuka lahan baru guna meningkatkan produksi pangan dan produktivitas akibat iklim yang kurang bersahabat. SBY menegaskan bahwa inovasi sumber pangan berbasis teknologi akan membuahkan hasil yang lebih optimal dan Indonesia akan mencapai kemandirian pangan jika teknologi pangan bisa dikembangkan dalam rentang waktu 5-10 tahun ke depan. Namun di tengah perubahan iklim global yang membuat cuaca ekstrim musim kemarau yang sangat panjang atau curah hujan yang mengakibatkan banjir, juga mengancam lahan-lahan pertanian di Indonesia dimana petani seringkali mengalami gagal panen (puso). Lantas, pertanyaannya, sejauh mana Indonesia telah melakukan inovasi dalam teknologi pangan? 4 |
ENGINEER MONTHLY | No. 63 62
www.pii.or.id
coreview
INOVASI MENSYARATKAN SINERGI P akar teknologi pangan dari IPB, Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya. M.Agr., mengatakan inovasi teknologi pangan sudah banyak dilakukan. Dari sisi ilmu pengetahuan, Indonesia tak kalah dengan negara lain. “Yang jadi persoalan adalah implementasinya. Tidak ada keterpaduan atau sinergi antarpihak yang terkait dengan inovasi teknologi pangan,” ujarnya kepada Inspirasi.Ir.
dilakukan perguruan tinggi bersifat akademis dan butuh waktu untuk bisa diaplikasikan sesuai kebutuhan industri. “Jadi nggak heran kalau industri makanan multinasional memilih mengadopsi teknologi pangan yang dikembangkan perusahaan induknya di luar negeri,” tuturnya.
Pemerintah, lanjut dia, harusnya peka menyinergikan pihak-pihak yang terkait dari hulu sampai hilir. “Sekarang ini kita jalan sendiri-sendiri. Peneliti jalan sendiri, kalangan industri jalan sendiri, pemerintah juga jalan sendiri sehingga tak sedikit inovasi teknologi pertanian yang dihasilkan institusi pendidikan mubazir,” tambah Hanny.
Secara tegas pasal 1 ayat 17 UU No.7/1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ini sejalan dengan food security ala Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang menggaris tebal bahwa “Food security exists when all people, at all times, have access to sufficient, safe and nutritious food to meet their dietary needs for an active and healthy life”.
Hal itu diamini pula oleh pakar ilmu pangan dan gizi dari IPB, Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi MS, yang mengatakan penguasaan teknologi pangan yang kita miliki tak ketinggalan dibandingkan negara lain. “Secara akademis penguasaan teknologi pangan Indonesia sudah advance, seperti teknik pengalengan makanan atau pengemasan makanan dalam plastik,” katanya. Bahkan teknologi itu sudah disebarluaskan kepada industri kecil dan menengah dengan program inkubator. Tapi yang menjadi problem adalah mental pengusaha skala UKM ini yang cepat puas dengan keuntungan yang diraih dan tidak mau meng-update teknologi karena dianggap costly. Sinergi antara industri pengolah makanan skala besar dengan pihak perguruan tinggi, dalam hemat Deddy, juga tak berjalan harmonis. A l a s a n ny a , k a l a n g a n i n d u s t r i menginginkan cepat dapat mengaplikasikan teknologi, sementara penelitian atau riset yang www.pii.or.id
BISKU NEO: Pangan Darurat Berkhasiat Imunomodulator
Ketahanan Pangan
UU Pangan maupun ketahanan pangan menurut ‘kamus’ PBB samasama mensyaratkan ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup —baik kualitas maupun kuantitas—yang berlaku sepanjang masa. Di sini, tentu saja teknologi pangan, seperti pengawetan pangan, akan mampu mendukung ketahanan pangan. Mengenai ketahanan pangan Indonesia, pakar teknologi pangan yang juga guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. FG Winarno mengatakan hingga saat ini masih rendah, terutama dalam hal menghasilkan produk pangan secara mandiri. Hingga kini, kata dia, produksi makanan domestik hanya mampu memenuhi sekitar 27% kebutuhan pangan dalam negeri. Sedangkan sebagian besar lainnya, 73% diperoleh dari bahan impor.
Bisku NEO dibuat dari tepung ubi kayu, ubi jalar, jagung, tempe dan gula. Penggunaan bahan lokal meningkatkan nilai guna masing-masing komoditas serta mendorong diversifikasi pangan. Tahun 2010, telah dilakukan uji kepastian khasiat imunostimulan dengan menggunakan hewan coba pada produk pangan darurat yang telah melalui uji keamanan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pangan darurat berkhasiat menjaga kekebalan tubuh dengan meningkatnya kadar IgG spesifik melawan infeksi. Produk ini dapat digunakan dalam pemberian bantuan bencana alam di Indonesia maupun di luar negeri melalui lembaga-lembaga nasional maupun internasional terkait dengan penanganan bencana, seperti: Basarnas, PMI, TNI dan World Food Program (WFP). Bisku NEO mengandung ±500Kkal/100g atau ± 25% dari kebutuhan konsumsi harian bagi para pengungsi korban bencana alam.
Data diolah dan divisualisasi oleh Biro Media PII, 2012
No. 63 62 | ENGINEER MONTHLY
| 5
coreview
Prioritas ke arah
MARINE BASED FOOD
W
inarno, seorang ahli teknologi gizi tepat guna, pemerintah perlu mendorong upaya diversifikasi pangan. “Termasuk menggeser fokus dari land based food menuju marine based food. Indonesia punya potensi kekayaan laut yang lebih besar dibandingkan dengan potensi pangan daratan.” Mengenai perlunya Indonesia menggeser fokus dari land based food ke marine based food, Franciscus Welirang, direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur, setuju dengan usulan itu. Menurut dia, 70% lebih wilayah Indonesia adalah lautan dan sudah sewajarnya bila marine based food dijadikan sasaran pemerintah untuk menuju ketahanan pangan. “Land based food sudah tidak bisa lagi diandalkan. Indonesia harus fokus pada marine based food, karena kita negara maritim,” tuturnya.
6 |
ENGINEER MONTHLY | No. 63
www.pii.or.id
coreview Kementerian Kelautan dan Perik anan sebenarnya sudah meneropong marine based food sebagai sesuatu yang potensial dikembangkan di masa mendatang dengan menggadang-gadang konsepsi blue economy untuk mendukung ketahanan pangan. Konsep blue economy ini terfokus pada pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perik anan untuk mendorong k e t a h a n a n p a n g a n n a s i o n a l. Konsep blue economy baru akan dilaksanakan mulai tahun ini. Selain menggeser fokus ketahanan pangan dari lahan ke potensi kelautan, pakar teknologi pangan IPB Purwiyatno Hariyadi memandang pentingnya diversifikasi pangan dalam menopang ketahanan pangan. Dengan diversifikasi pangan, maka masyarakat Indonesia tidak melulu bergantung pada nasi sebagai makanan pokok. Produk makanan olahan dari ubi jalar atau singkong bisa menjadi alternatif makanan pokok selain beras.
swasembada bisa terealisasi. Khusus untuk daging sapi, kalau toh harus impor pun jumlahnya cenderung menurun. Yang jadi persoalan adalah kedelai dengan indeks swasembada pada 2011 sebesar 40,10% dan diperkirakan melorot pada tahun lalu menjadi 34,84%, kemungkinan besar sulit bagi Indonesia mengejar swasembada kedelai di 2014.
peneliti, sebut saja varietas Dering yang merupakan hasil persilangan varietas unggul Davros dengan genotipe toleran kekeringan MLG 2984 atau Mitani, Rajabasa dan Mutiara I yang dihasilkan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), 60% kebutuhan kedelai masih harus diimpor dengan nilai mendekati Rp5 triliun per semester.
Pada 2014 Indonesia diharapkan bisa surplus beras 10 juta ton dan swasembada jagung, kedelai, gula dan daging sapi. Untuk beras, Badan Pusat Statistik (BPS) tahun lalu memprediksi produksi meningkat menjadi 38,7 juta ton dari 36,9 juta ton. Artinya, tak terlalu sulit bagi Indonesia untuk mencapai target surplus 10 juta ton beras pada 2014.
Masih segar dalam ingatan kita pada Juli 2012 ketika perajin tempe di sejumlah daerah teriak karena harga kedelai melonjak menjadi Rp8.000 per kg. Menaikkan harga tempe di tingkat konsumen mustahil, karena tempe identik dengan makanan wong cilik. Tak ada pilihan bagi perajin tempe selain menutup sementara usahanya sampai harga kedelai normal. Usut punya usut, yang membuat harga kedelai sebagai bahan baku tempe naik adalah kekeringan yang terjadi di Amerika Serikat sehingga suplai terbatas dan harga otomatis meroket.
Sebenarnya, bila kita mau setuju dengan pendapat futurolog bahwa Indonesia perlu sekuat tenaga memacu inovasi teknologi pangannya agar bisa berperan dalam era kebangk itan Asia, persoalan swasembada pangan ini bukan lagi masalah utama yang perlu dipikirkan susah payah.
Untuk daging sapi dan tebu, dengan masing-masing indeks swasembada 82,49% dan 93,33%, kemungkinan
Di negeri yang konon memiliki banyak sekali varietas kedelai unggul yang dihasilkan para
“Sebab di dalam ilmu gizi tidak ada satu jenis makanan yang dapat memenuhi semua kebutuhan nutrisi manusia. Jadi, nasi bisa diganti dengan bahan pangan lain sehingga kita tidak ketergantungan dengan beras,” katanya.
Swasembada Pangan?
www.pii.or.id
Ke depan, inovasi teknologi pangan demi ketahanan pangan agaknya akan menjadi urgent dan mutlak perlu menjadi perhatian pemerintah, seperti dikatakan para futurolog dunia, bila Indonesia tidak mau hanya menjadi penonton di era kebangkitan Asia.
No. 63 | ENGINEER MONTHLY
| 7
outlook
m
omentum
Peraturan Menteri Pertanian No.60/2012 dan Peraturan Menteri Perdagangan No.60/2012 menghentikan sementara impor hortikultura dari Januari-Juni 2013.
8 |
ENGINEER MONTHLY | No. 63
bangkitnya buah lokal
Adapun jenis buah yang dilarang diimpor meliputi durian, nanas, melon, pisang, mangga dan pepaya. Sedangkan produk hortikultura yang juga dilarang masuk ke Indonesia masing-masing kentang, kubis, wortel, cabe, bunga krisan, anggrek dan heliconia. Langkah kebijakan yang diambil pemerintah tersebut demi memproteksi produksi dalam negeri. Apalagi tahun lalu neraca perdagangan Indonesia defisit dan ini pertama kali terjadi dalam 50 tahun terakhir.
www.pii.or.id
outlook
PASOKAN DAGING SAPI DI INDONESIA, 2012
Lembaga Nutrisi Jerman (DGE) mengkampanyekan bahwa jumlah daging yang disarankan untuk dikonsumsi per orang per minggu adalah 300-600 gram atau 14,4 kg-28,8 kg per kapita per tahunnya. Sementara itu, Laporan Agraria Dunia mengungkapkan kebutuhan dunia akan daging semakin meningkat. Pada 50 tahun terakhir, konsum daging secara global mengalami lonjakan empat kali lipat atau mencapai 283 juta ton per tahun. Sebuah angka konsumsi Underground Section MRT Jakarta yang mengerikan, apalagi bila dikaitkan dengan isu kesehatan dan lingkungan global. www.pii.or.id
No. 63 | ENGINEER MONTHLY
| 9
outlook
10 |
ENGINEER MONTHLY | No. 63
www.pii.or.id
piiactive
12 |
ENGINEER MONTHLY | No. 63
www.pii.or.id
BERSAMA ASPAL PERTAMINA MEMBANGUN INFRASTRUKTUR INDONESIA ....
BNA (Buton Natural Asphalt) Blend Pertamina merupakan produk Aspal Modifikasi (Modified Asphalt) hasil blending antara Aspal Minyak (Petroleum Asphalt) dan Aspal Alam Buton (Buton Natural Asphalt) yang memenuhi standar kualitas internasional dan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan Aspal nasional yang berkualitas tinggi sesuai standar spesifikasi dari Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum RI untuk digunakan/diaplikasikan pada pembangunan infrastruktur di Indonesia yang meliputi pembangunan jalan tol, jalan negara, jalan provinsi, jembatan, bandara, dan sirkuit.
Parameter Penetrasi @ 25 °C (mm)
Hasil Uji
Spesifikasi Bina Marga
Metode Pengujian
54
Min 40, Max 55
SNI 06-2456-1991 SNI 06-2432-1991
Daktilitas @ 25 °C (cm)
150
Min 100
Indeks Penetrasi
-0.25
Min -0.5
Kadar Aspal (%)
90.16
Min 90
SNI 06-2432-1991
Titik Nyala (°C)
301.5
Min 232
SNI 06-2433-1991
Berat Jenis
1.0445
Min 1
SNI 06-2441-1991
Kehilangan Berat setelah TFOT (%)
0.189
Max 0.8
SNI 06-2440-1991
Penetrasi setelah TFOT (%)
79.29
Min 54
SNI 06-2456-1991
Daktilitas setelah T FOT (%)
93.93
Min 50
SNI 06-2434-1991
Indeks Penetrasi setelah T FOT
0.04
Min 0
-
Stabilitas Penyimpanan (°C)
0.05
Max 2.2 Min 385, Max 2000
ASTM D 5976-87
Viskositas @ 135 °C (cst)
1826
SNI 06-6721-2002
PROGRAM PELATIHAN KEINSINYURAN BERJENJANG INSINYUR PROFESIONAL MADYA OPEN HOUSE: 28 Februari 2013, pukul 15.30 – 18.00 WIB 02 Maret 2013, pukul 09.00 – 11.00 WIB Program Madya angkatan III : Tanggal : 8 Maret - 20 April 2013 Hari : Jumat dan Sabtu Program Madya angkatan IV : Tanggal : 30 Agustus - 11 Oktober 2013 Hari : Jumat dan Sabtu
Informasi dan Pendaftaran: Sekretariat Program Pelatihan Keinsinyuran Berjenjang Jl. Bandung No. 1, Menteng Jakarta Pusat 10310 Telp : (021) 31904251-52. Fax : (021) 31904657. Email :
[email protected]. Website : www.pii.or.id. PPM Manajemen Jl. Menteng Raya No.9-19 Telp : (021) 2300313 ext 1950-54. Email :
[email protected],
[email protected]. Website : www.ppm-manajemen.ac.id
iframe
Ir. H. Djuanda
16 |
ENGINEER MONTHLY | No. 63
www.pii.or.id