APRIL 2011 | No. 48 | ENGINEER MONTHLY
ENGINEER MONTHLY Mengintip
Jakarta 2030
Merancang Sebuah Harapan Pro Kontra : Pemindahan Ibukota Rancang Bangun Gedung PII “Engineers Centre”
EDITORIAL
ENGINEER MONTHLY Penanggung Jawab: Direktur Eksekutif, Ir. Rudianto Handojo Redaksi: Biro Media PII
Jalan
Sekretariat: Jl. Halimun 39 Jakarta Selatan 12980 Telp. 021-8352180. Fax. 021-83700663 Website : www.pii.or.id Email :
[email protected]
Ni Yao Caifu Ni Xian Zuo Lu : Bila Ingin Makmur, Bikin Jalan Dulu
P
esan kearifan dari negeri China tersebut di atas, patut untuk kita renungkan. Bayangkan saja, China secara konsisten menjalankan program nasional dengan ”kecepatan penuh” membangun 25 kilometer jalan baru per hari. Sementara Korea Selatan pun tidak setengah-setengah membangun infrastruktur jalan. Tanpa ragu Korea Selatan mensubsidi pendapatan minimum “Jembatan Tol Incheon” hanya supaya pembangunan akses jalan penghubung antara Bandara dan Pelabuhan Incheon menjadi layak secara financial. Sukses China dalam membangun infrastruktur transportasi karena ditopang perundangan yang tegas terkait dengan pengembangan infrastruktur, pemerintah mampu mendatangkan investor dari berbagai penjuru dunia, serta keterlibatan sektor swasta dalam negeri yang komitmen untuk membangun ruas-ruas jalan baru. Bagaimana dengan Indonesia? Menurut Asian Development Bank (ADB), Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki kepadatan jalan (road densities) terendah di antara negara-negara ekonomi utama di Kawasan Asia Tenggara, baik untuk tiap 100 orang dan setiap kilometernya. Panjang jalan yang diaspal per 100 orang juga salah satu yang terpendek di kawasan ini. Dan berdasarkan data Federasi Otomotif Internasional (FIA), Indonesia merupakan negara terburuk di antara negara-negara Asia Pasifik dalam hal keselamatan di jalan. Direktur Bina Program - Ditjen Bina Marga, Purnomo, membantah laporan ADB tersebut. Menurut Purnomo, dari total jalan nasional sepanjang 34 ribu km, 86% dalam kondisi mantap, 52% dalam kondisi baik, 35% dalam kondisi sedang, dan sisanya dalam kondisi rusak ringan. Jadi, mengapa daya saing Indonesia berada di posisi 44 (berdasarkan the Global Competitiveness Index 2010-2011)? Kita Jauh di bawah Malaysia (posisi 26), Brunei (28), Thailand (38). Apalagi dalam konteks infrastruktur, Indonesia terbenam di peringkat ke-69 dalam Logistics Performance Index 2010-2011.
advertorial
SEBAGAI Perusahaan jalan tol pertama di Indonesia, dengan pengalaman lebih dari 30 tahun dalam membangun dan mengoperasikan jalan tol, saat ini Jasa Marga adalah leader dalam industri jalan tol di Indonesia. Saat ini Jasa Marga sedang berkonsentrasi untuk membangun 5 proyek jalan tol baru yang telah dimiliki konsesinya, yaitu Bogor Ring Road, Semarang-Solo, Gempol-Pasuruan, CengkarengKunciran dan Kunciran–Serpong serta 1 proyek yang merupakan penyelesaian dari jalan tol JORR yaitu seksi JORR W 2 Utara (Ulujami-Kebun Jeruk).
Dalam Engineers Monthly edisi kali ini, kita coba untuk mereview berbagai kompleksitas persoalan infrastuktur yang ada, mengurainya, dan berusaha membangun idealisme dan solusi dalam menjawab tantangan itu. Selamat membaca.
Ir. Rudianto Handojo Direktur Eksekutif PII
2 |
ENGINEER MONTHLY | No. 48 | April 2011
www.pii.or.id
Statistik Anggota PII per Provinsi tahun 2010
UPDATE
www.pii.or.id
April 2011 | No. 48 | ENGINEER MONTHLY
| 3
MAINFRAME
Perbandingan 10 Kota Besar Dunia 2008-2010
Sumber data : The A.T. Kearney Global Cities Index 2010. Data diolah dan divisualisasi oleh Biro Media PII. Survei dilakukan dengan melibatkan 5 dimensi utama yaitu (1) Aktivitas Bisnis, (2) Sumber Daya Manusia, (3) Perputaran Informasi, (4) Pengalaman Budaya, (5) Dinamika Politik.
JAKARTA: Merancang Sebuah Harapan
P
erkembangan dan laju pertumbuhan yang pesat di ibu kota, membuat Pemprov DKI Jakarta harus bekerja keras dalam memberikan pelayanan terbaik bagi warganya. Termasuk, dalam hal penyediaan infrastruktur yang baik tentunya. Sebab, infrastruktur menjadi salah satu faktor vital dalam membangun kota Jakarta untuk menjadi lebih baik. Persatuan Insinyur Indonesia (PII) pun siap membantu Pemprov DKI Jakarta dalam membangun tujuh sektor infrastruktur di Jakarta. “Ketujuh sektor infrastruktur itu adalah di bidang jalan, perhubungan, air-tanah, pemukiman, saluran air, 4 |
ENGINEER MONTHLY | No. 48 | April 2011
transportasi kota dan telekomunikasi,” ujar Ir. Bobby Ghafur Umar, Wakil Ketua PII, di sela-sela diskusi panel dengan tema, “Membangun Infrastruktur dan Menata Ruang Kota Untuk Mewujudkan Jakarta Yang Lebih Kompetitif” yang berlangsung di salah satu hotel di bilangan Jakarta Pusat, Kamis (7/4). Menurutnya, begitu banyak permasalahan di Jakarta yang perlu segera diatasi, terutama mengenai masalah kemacetan. Berdasarkan indentifikasi, ketujuh sektor tadi menjadi hal yang cukup mendesak untuk segera ditangani menjadi lebih baik. “PII berkomitmen membangun kota Jakarta yang lebih maju dan lebih baik,” jelasnya. www.pii.or.id
MAINFRAME
Jakarta Saat Ini
www.pii.or.id
Sumber : Bappeda DKI Jakarta, BPS. Tahun 2010
April 2011 | No. 48 | ENGINEER MONTHLY
| 5
MAINFRAME
Jakarta Esok Hari : 2030
Muatan Strategis RTRW Jakarta 2030
B
appeda DKI Jakarta telah menetapkan Rencana Tata Ruang Jakarta 2030. Terdapat 5 (lima) muatan strategis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta tahun 2030, antara lain : (1) Mengembangkan sistem angkutan umum massal sebagai back bone transportasi yang didukung dengan pengembangan sistem TOD dengan target road ratio 10%. (2) Mengembangkan prasarana dan sarana pengendalian banjir dengan target water body ratio 5%. (3) Menyiapkan luasan Ruang Terbuka Hijau sebesar 30% bagi keseimbangan ekologi kota. (4) Mengantisipasi dampak perubahan iklim dengan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 30%. (5) Pengembangan kawasan permukiman diarahkan tercapai satu unit rumah yang layak untuk setiap keluarga. Lalu bagaimanakah strategi yang akan dilakukan dalam mencapai harapan tersebut? Secara prinsip, adalah pengendalian penggunaan kendaraan pribadi dan 6 |
ENGINEER MONTHLY | No. 48 | April 2011
menjadikan angkutan umum massal sebagai tulang punggun transportasi kota Jakarta. Beberapa strateginya adalah pengembangan angkutan umum massal, manajemen lalu lintas, dan peningkatan kapasitas jaringan. Angkutan umum massal yang saat ini sedang disiapkan adalah Mass Rapid Transit (MRT) dan Kereta Api Dalam Kota pada jalur koridor Selatan-Utara sepanjang 23,3 km (Kota-Lebakbulus), dan jalur koridor Timur-Barat sepanjang 87 km (Balaraja-Cikarang). Proyek Monorail atau Light Rapid Transit (LRT) yang sempat terhenti sekian lamanya tetap menjadi prioritas pengembangan di tahun 2011 ini - melalui pendefinisian ulang, review partnership, dan pola pendanaan. Sedangkan Busway atau Bus Rapid Transit (BRT) sebagai salah satu program yang telah berjalan akan terus dikembangkan sistemnya, baik itu manajemen pemeliharaan armada, jalur transportasi, dan kenyamanan layanan publik. (Dedy)
www.pii.or.id
www.pii.or.id
April 2011 | No. 48 | ENGINEER MONTHLY
| 7
MAINFRAME
Jakarta dan Solusi yang Berani Dr. Ir. Fauzi Bowo optimis dengan menggandeng PII tentu dapat membangun dan menyediakan infrastruktur yang lebih baik bagi masyarakat Jakarta
G
ubernur DKI Jakarta, Dr. Ir. Fauzi Bowo, mengatakan, penyediaan infrastruktur memang perlu mendapat perhatian serius, karena kota Jakarta tumbuh dan berkembang dengan sangat cepat. “Infrastruktur ibarat pembuluh darah. Jika hal ini terhambat, maka akan terkunci dan terjadi hal yang tidak diinginkan,” katanya. Namun, dirinya optimis dengan menggandeng PII tentu dapat membangun dan menyediakan infrastruktur yang lebih baik bagi masyarakat Jakarta. Pada kesempatan itu, Bang Fauzi, sapaan akrabnya juga mengingatkan,
8 |
ENGINEER MONTHLY | No. 48 | April 2011
kepada para pengusaha, selain mempunyai kewajiban membayar pajak, juga ada kewajiban lain yang diemban yaitu tanggung jawab moral dalam membangun kota Jakarta. Diungkapkannya, telah banyak upaya yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dalam upaya pembangunan dan penyediaan infrastruktur yang lebih baik semisal TransJakarta. Hingga saat ini, keberadaan Transjakarta terus dikembangkan dan manfaatnya sangat dirasakan oleh warga ibu kota. Selain itu, Pemprov DKI pun terus bekerja keras mengatasi masalah tersebut. Salah satunya, dengan adanya rencana pengadaan Mass Rapid Transit (MRT). Namun,
tambahnya, pengadaan MRT ini tidak bisa dilakukan dalam waktu yang cepat karena membutuhkan biaya yang sangat besar. Diharapkan pembiayaan MRT yang menelan biaya sebesar Rp 33 triliun ini dapat dipenuhi dalam bentuk sharing dana antara Pemprov DKI dengan pemerintah pusat. Sistem pembiayaan tersebut juga sesuai dengan pendanaan MRT tahap I senilai Rp 144 miliar yen yang diperoleh dari pinjaman Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dengan tanggung jawab sharing antara Pemprov DKI dan Kementerian Keuangan. (Disampaikan saat Keynote Speech dalam acara Diskusi Panel tanggal 7 Maret 2011, di Hotel Borobudur Jakarta)
www.pii.or.id
MINDSET
Menata Kembali Infrastuktur Oleh : Dr. Ir. Muhammad Said Didu, Ketua Umum PII
Perbandingan Infrastruktur : Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, India, China, Korea Selatan
Dr. Ir. Muhammad Said Didu Kondisi Infrastruktur Indonesia berada satu level dengan negara Vietnam. Dan selisih 50 level jauh di bawah Malaysia. Kenapa?
J
angkauan dan efisiensi infrastruktur sangat penting untuk menjamin fungsi perekomonian suatu negara agar berjalan secara normal. Infrastuktur menentukan lokasi aktivitas ekonomi dan jenis kegiatan usaha yang dapat berkembang dalam suatu kawasan. Dengan infrastruktur akan mampu mengurangi efek jarak antar daerah, integrasi pasar nasional, menghubungkan dinamika pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain itu, kualitas jaringan infrastruktur memberi dampak secara signifikan atas produktivitas masyarakat. Tingkat efektif moda transportasi termasuk kualitas jalan, kereta api, pelabuhan, dan transportasi udara memungkinkan pelaku ekonomi untuk mendapatkan barang dan jasa tepat waktu. Ekonomi juga tergantung pada pasokan listrik yang bebas dari
www.pii.or.id
rank
rank
rank
rank
rank
rank
rank
82
83
30
35
86
50
19
Sumber Data : Global Competitiveness Index 2010-2011 © 2010 World Economic Forum. Data divisualisasi oleh Biro Media PII
interupsi sehingga bisnis dan pabrik dapat bekerja tanpa hambatan.
memperhatikan pola kemitraan antara pemerintah - swasta.
Infrastruktur Indonesia telah berada pada titik yang cukup mengkhawatirkan. Jakarta, sebagai satu barometer infrastruktur di wilayah Indonesia, menunjukkan “titik jenuh” atas pembangunan infrastruktur. World Economic Forum memberikan penilaian di tahun 2010-2011, dimana peringkat Indonesia dalam sektor infrastruktur berada di urutan ke-82 dari 139 negara. Beberapa parameter infrastruktur yang diukur meliputi kondisi jaringan transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara, jaringan telekomunikasi, dan pasokan energi listrik.
Bahwa investasi infrastuktur menyedot anggaran yang sangat besar dan butuh durasi waktu yang lama, sehingga pembiayaan pembangunan dan pengelolaan infrastuktur haruslah jelas siapa yang bertanggung jawab. Apakah pemerintah, swasta, atau ada mekanisme lain yang disepakati?
Ada pokok persoalan yang selayaknya itu menjadi fokus kebijakan bagi pemerintah pusat khususnya, yaitu menata ulang strategi pembangunan infrastruktur yang lebih terintegrasi dan
Setidaknya ada 4 pola kemitraan yang bisa dipetakan. (1) Basic Infrastructure, dimana seluruh pembiayaannya dari pemerintah. (2) Economic Infrastructure, dimana pembiayaannya dari kedua belah pihak (pemerintah-swasta), (3) Semi-Economic Infrastructure, dimana pembiayaannya dari swasta sedangkan pemerintah memberi insentif, dan (4) Commercial Infrastructure, dimana seluruh pembiayaannya dari swasta. []
April 2011 | No. 48 | ENGINEER MONTHLY
| 9
GLOBALVIEW SUARA KONTRA
Pemindahan Ibukota : Terlalu Berisiko!
P
emerintah melontarkan wacana untuk memindahkan Ibukota Negara Republik Indonesia ke luar Jawa. Sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan gagasan pemindahan ibukota dalam Rakernas Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Palangkaraya, penghujung tahun silam.
n
Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah, Velix Wanggai, mengatakan wacana perpindahan Ibukota dari Jakarta adalah upaya strategis memeratakan pembangunan ke seluruh Indonesia."
n
Kemudian pada 3/3/11, Velix mengorganize diskusi dengan Bappenas, Kemendagri, PU, dan para pakar pengembangan wilayah; menganalisa wacana perpindahan ibukota negara dari berbagai perspektif. Menurut Sekjen PII Heru Dewanto, Jakarta memang punya setumpuk problem, di antaranya: n Over populasi. 15% Populasi menumpuk di 1% wilayah.
10 |
ENGINEER MONTHLY | No. 48 | April 2011
n n n n n n
n
Kerugian 5.5 Triliun dari inefisiensi transportasi dan 2.8 Triliun dari polusi. Dari total travel time hanya 40% bergerak. 80% B to B trip, aktivitas pemerintahan 20%. Spending on transport 20-30% income. Av speed turun 26kph ke 20 kph dalam 7 tahun. Pertambahan kendaraan Jakarta 2,026/hari Jumlah sepeda motor naik 3 X; accident pada 2010: 5,798 kasus (745 died, 2,660 fatal) Luas jalan vs Luas kendaraan mencapai total grid lock pada 40 juta m2 di 2011 Issue banjir, kesehatan, lingkungan, keamanan dst.
“Dan semua itu adalah problem hari ini,” tukas Heru dalam paparannya. Jakarta butuh solusi hari ini, pembenahan hari ini, tidak bisa menunggu 20-30 tahun hingga ibukota dipindahkan. Jangan sampai menyelesaikan masalah tanpa masalahnya diselesaikan. Tantangan terbesar untuk memindahkan ibukota adalah masalah leadership. Leadership negeri ini haruslah kuat, visioner, dan tidak mudah terganggu dengan persoalan politik maupun sentimen pribadi.
Perlu waktu bagi Indonesia untuk memiliki pemimpin yang seperti itu. Jakarta adalah pusat segala macam: pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pariwisata, budaya, keuangan, fashion, shopping, olah raga, dst. Dan kompleksitas persoalan Jakarta adalah pathological behavior. Jika pemindahan dilakukan pun, akan mengalami pathological yang sama dengan Jakarta jika tidak diubah behaviornya. Senada Heru, Direktur RuJak Center for Urban Studies, Ir. Marco Kusumawijaya berpendapat, pemindahan Ibukota dari Jakarta tidak perlu. "Masalah-masalah Jakarta dapat diperbaiki dengan biaya lebih kecil, dibanding ongkos memindahkan ibukota, jika tujuannya adalah untuk membikin pemerintahan nasional berfungsi lebih baik," tulis arsitek itu di akun Twitternya. Ir. Marco mengatakan, Jakarta tidak lebih padat dari Tokyo, namun Tokyo mengelola lalu lintasnya tidak seruwet Jakarta. Jepang yang juga sangat padat itu justru juga punya persentase tutupan hutan paling besar di dunia. (Dedy)
www.pii.or.id
GLOBALVIEW SUARA PRO
Pemindahan Ibukota : Sudah Saatnya!
D
ukungan pemindahan ibukota negara dari Jakarta tak kalah marak dibanding yang menolak. Tak terhitung forum diskusi mengangkat tema tersebut, termasuk di jejaring sosial facebook, twitter, dan berbagai group yang menggalang dukungan. Sebenarnya wacana pemindahan ibukota negara bukan barang baru. Brazil memindahkan ibukotanya begitu jauh dari Rio de Janeiro ke Brasilia. Amerika Serikat dari New York ke Washington DC; Jepang dari Kyoto ke Tokyo; Australia dari Sidney ke Canberra; atau Jerman yang memindah ibukota dari dari Bonn ke Berlin. Presiden RI pertama, Soekarno, menggagas Palangkaraya sebagai ibu kota yang dianggapnya paling ideal. (“Soekarno & Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangkaraya”, Wijanarka). Meski yang terjadi adalah kepindahan ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta. Kemudian Presiden Soeharto, yang menyebut Jonggol sebagai kota yang tepat untuk memindahkan ibukota negara. Sayangnya
www.pii.or.id
presiden kedua itu tidak mengemukakan alasan memilih Jonggol. Pakar demografi FEUI Sonny Harry B. Harmadi mendukung pemindahan Ibukota ke luar Jawa. Sebab, katanya, andai kemacetan di Jabodetabek bisa ditanggulangi, Jakarta bisa menghemat sekitar Rp 9,34 miliar per menitnya. Maka Sonny mempertanyakan resistensi terhadap gagasan pemindahan Ibukota. “25 Juta penduduk Indonesia tinggal di Jabodetabek, setara dengan total penduduk Malaysia dan Australia," katanya. Maka solusi apapun untuk mengurangi beban Jakarta tak akan berhasil dalam jangka panjang.
Menurut Jehansyah Siregar, peneliti di Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB yang juga doktor di bidang perencanaan kota dari Universitas Tokyo, kebijakan pemindahan Ibukota harus segera dilaksanakan agar Indonesia tidak tertinggal dari negara lain. Ia memprediksi, Myanmar akan segera menyalip posisi Indonesia karena negeri itu telah lebih dahulu memindahkan ibukota negara pada 2005. (Dedy)
Sonny mengakui bahwa dalam jangka pendek, pemindahan ibukota akan menimbulkan kerugian karena membutuhkan biaya tinggi. Namun dalam jangka panjang, manfaatnya sangat besar. Bila Soekarno “mewariskan” national character building, dan Soeharto “mewariskan” pembangunan, maka pemindahan Ibukota bisa menjadi “warisan” SBY yang paling monumental.
April 2011 | No. 48 | ENGINEER MONTHLY
| 11
PROFILE
PII Cabang Bandung
P
II Cabang Bandung berkantor di Jl. Ganesha 10, Kota Bandung-Jawa Barat. Diketuai oleh Ir. Harijono A. Tjokronegoro, IPM, Wakil Ketua Ir. Farida I Muchtadi, IPP, Sekretaris I Ir. Budy Listyawan, IPM, Sekretaris II Ir. Tulus Martua, dan Bendahara Dr. Ir. Endang Juliastuti, MS. Aspek dan potensi keinsinyuran di kota Bandung cukup siginifikan sebagai penyangga berbagai keinsinyuran di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta. Sebagai pusat pendidikan keinsinyuran pada berbagai disiplin keinsinyuran, serta potensi SDM dan kreativitas dalam bidang rekayasa keteknikan. Beberapa kegiatan dan program PII Cabang Bandung antara lain:
- Kursus Pembinaan Profesi dan Workshop Sertifikasi Insinyur Profesional - Aktif menertibkan berbagai program sertifikasi keinsinyuran di daerah - Pendelegasian proses sertifikasi - Paradigma baru IPU PII - Pelatihan Manajemen Proyek Masukan kepada PII Pusat agar memiliki kompetensi dalam penyelenggaraan program manajemen proyek yang tersertifikasi nasional - Kerjasana Infokom Potensi budaya Jawa Barat dalam infokom meningkatkan industri wisata daerah, menumbuhkan potensi usaha kreativitas dan inovasi. Peran serta aktif institusi PII Bandung sangat diperlukan dalam bidang Infokom.
Keanggotaan & Sertifikasi Insinyur PII Cabang Bandung 2010 Keanggotaan : Anggota = 273 orang IPP = 81 orang IPM = 8 orang
Sertifikasi : SKA yang diterbitkan = 262 SKA SKA Pemula yang diterbitkan = 11 SKA Pemula
IPU = 5 orang
Distribusi Anggota Berdasarkan Disiplin Kejuruan Teknik
12 |
ENGINEER MONTHLY | No. 48 | April 2011
Distribusi Anggota Berdasarkan Kejuruan
www.pii.or.id
DESIGNS
Rancang Bangun Gedung PII “Engineers Centre” PII telah berkantor di Jl. Halimun 39 Jakarta sejak 10 Agustus 1995 dengan tanah seluas 1170 m2 dan berdiri bangunan seluas 408 m2 yang semula berstatus sewa kini telah dimiliki PII, dan direncanakan untuk membangun kembali gedung baru PII "Engineers Centre". Rencananya, akan berdiri bangunan setinggi 5 lantai dengan luas total 3000 m2, dilengkapi Basement 1 & 2 seluas 1600 m2. Lantai 1 untuk penggunaan umum seperti ATM Center, kantin, dan lainnya. Lantai 2 dan 3 untuk ruang meeting, ruang training, dan ruang kantor yang disewakan. Lantai 4 untuk ruang kerja Birobiro dan Ruang PP PII. Lantai 5 untuk ruang kerja BKBKS PII dan FAMPII. Sedangkan bagian pelataran atap difungsikan untuk instalasi mesin lift, panel surya, dll.
Perspektif 1 : Sketsa Depan
Pada pertengahan tahun 2011 ini project direncanakan akan dimulai, dan ditargetkan pada tahun 2013 bisa selesai.
Perspektif 2 : Potongan Memanjang
www.pii.or.id
Perspektif 3 : Potongan Melintang
April 2011 | No. 48 | ENGINEER MONTHLY
| 13
PICTURES
Rapat Majelis Kehormatan Insinyur 25 Maret 2011. Di Bakrie Tower - Rasuna Epicentrum. Agenda yang dibahas mengenai Kode Etik Insinyur meliputi pedoman tata cara Majelis Kehormatan Insinyur dalam penanganan pelanggaran kode etik dan tata laku keprofesian insinyur Indonesia. Hasil bahasan ini akan disempurnakan dan disosialisasi kepada seluruh pengurus wilayah/cabang saat Rapimnas PII 2011.
Seminar Infrastruktur 7 April 2011. Di Hotel Borobudur Jakarta. Mengenai topik infrastruktur Jakarta, problem dan solusinya. Dihadiri Gubernur DKI Jakarta dan para narasumber diantaranya Direktur PT. Jakarta Monorail, Kepala Bappeda DKI Jakarta, Direktur Bahana Investment Management, dan para pemerhati infrastruktur Jakarta. Acara dimoderatori oleh Sekjend PII.
PII Futsal Club Setiap Sabtu Sore. Di Kick Sport, Kuningan Jakarta. Komunitas insinyur yang muda dan berbakat ini secara rutin mengadakan futsal setiap hari sabtu sore. Tentu saja ini merupakan inisiatif swadaya dalam memajukan profesionalisme futsal di lingkungan PII. Diharapkan kelak tim yang terbentuk ini sanggup menjuarai berbagai turnamen futsal, setidaknya antar asosiasi profesi.
14 |
ENGINEER MONTHLY | No. 48 | April 2011
www.pii.or.id
AGENDA
Menuju Rapimnas PII 2011. Jakarta, 20-21 Juli 2011 tema : Mengatasi Kendala Infrastruktur dan Energi dengan Penerapan Kode Etik Insinyur
Sertifikasi Insinyur : Menelaah kembali prosedur sertifikasi insinyur, salah satu masukannya adalah Sistem Rekomendasi Bidang Konstruksi guna memperoleh Sertifikat Keahlian (SKA) untuk Insinyur Profesional Pratama, Madya, dan Utama. Topik ini akan menjadi salah satu pokok bahasan nanti pada saat Rapimnas PII bulan Juli 2001 mendatang. Di bawah ini digambarkan skema prosedur sertifikasi Insinyur PII.
Agenda PII : Mei-Juni 2011 Mei 4-6 Mei : International Congress “Ocean Energy” 18 Mei : Seminar Nasional “Visi dan Nilai Tambah Industri Berbasis Alumina 23 Mei : Ulang Tahun PII ke-59 25 Mei : Diskusi Rutin PII “Membangun Profesionalisme Konstruksi Indonesia”
www.pii.or.id
Juni 2-3 Juni 8 Juni 8 Juni 13-17 Juni
: FEIAP di Taipei : Diskusi Profesi “Daya Serap Insinyur” : Mid Term Cafeo di Hanoi : IEA APEC Engineers di Taipei
April 2011 | No. 48 | ENGINEER MONTHLY
| 15
CHARISMA
Prof. Dr. Ir. Wiratman Wangsadinata
P
rof. Dr. Ir. Wiratman Wangsadinata lahir di Jakarta pada tahun 1935 dan lulus sebagai Insinyur Sipil dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1960. Karir akademiknya dimulai tepat setelah lulus dengan tetap mempertahankan posisi akademisnya di Jurusan Teknik Sipil ITB. Di sini ia menerima gelar Doktor dalam bidang Rekayasa Struktural pada tahun 1992 dan menjadi Guru Besar Rekayasa Struktural pada tahun 1995 sampai pensiun pada tahun 2000. Sekarang dia adalah Profesor Emeritus di Universitas Tarumanagara, Jakarta. Seiring dengan karir akademisnya, Wiratman Wangsadinata mengembangkan keterlibatan profesional rekayasa dalam industri konstruksi. Beliau mulai sebagai Design Engineer dengan Divisi Jembatan dan Jalan Departemen Pekerjaan Umum (1960 - 1965), menjadi Direktur Kantor Konsultan Milik Negara INDAH KARYA (1965 - 1970), diangkat sebagai Supervisor Pemerintah untuk desain dan konstruksi pertama bangunan bertingkat tinggi di Indonesia, Wisma Nusantara (1970 - 1973) dan ditugaskan untuk memberikan jasa konsultasi kepada UNESCO disponsori Restorasi Borobudur Proyek (1973 1983). Prof. Dr. Ir. Wiratman Wangsadinata adalah pendiri dan Direktur Utama PT. Wiratman & Associates yang dibangun sejak tahun 1976 dan sampai sekarang terlibat dalam berbagai kegiatan perencanaan dan supervisi ratusan bahkan ribuan proyek konstruksi seperti jembatan, dam, jalan dan gedung-gedung tinggi. Beberapa karya bidang struktur diantaranya adalah gedung 46 BNI Jakarta, Niaga Tower I Jakarta, Holiday Inn Jakarta, Four Season Apartment, dan baru-baru ini adalah Bakrie Tower Rasuna Epicentrum Jakarta.
“
Satu hal yang selalu diingatnya adalah pesan ibundanya: Jangan khawatir jika miskin harta, asal jangan sampai miskin ilmu.
”
Atas kegigihan dan dedikasinya pada keilmuan bidang konstruksi dan struktur, beliau dipandang sebagai salah satu pendorong ilmu Sipil Indonesia yang paling terkemuka. Karya-karyanya dari bangunan tinggi sampai waduk inilah yang mencetuskan peraturan gempa Indonesia. Ia juga telah diberikan penghargaan dari ASEAN untuk pencapaiannya di bidang teknik. Saat ini beliau sedang gencar mendesain dan mendorong pembangunan Jembatan Selat Sunda. Pada tahun 2010, Persatuan Insinyur Indonesia menganugerahi penghargaan untuk kategori Lifetime Achievement Award kepadanya sebagai bentuk apresiasi atas prestasi insinyur terbaik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Redaksi menerima saran, masukan, kritik, serta kiriman artikel maupun berita seputar keinsinyuran, sains dan teknologi. Kirimkan ke email kami :
[email protected].
16 |
ENGINEER MONTHLY | No. 48 | April 2011
www.pii.or.id