November 2011 | No. 52 | www.pii.or.id
ENGINEER MONTHLY Menakar Kapasitas Insinyur untuk
Program MP3EI
Peta Jalan menuju Insinyur Profesional Menghadapi Ancaman Global melalui Standarisasi Deforestasi Konvensi BK Mesin PII
editorial
Proyeksi Keinsinyuran
T
antangan yang menunggu PII di masa mendatang akan semakin berat. Tidak hanya dalam penyiapan jumlah atau kuantitas kebutuhan insinyur untuk tujuan MP3EI dan pembangunan nasional, namun juga harus mempersiapkan mutu atau kualitas para insinyur yang dihasilkan.
ENGINEER MONTHLY Pemimpin Umum Ir. Rudianto Handojo Pemimpin Redaksi Ir. Aries R. Prima Editor Ir. Aries R. Prima Ir. Aditya Warman Ir. Mahmudi Kontributor Biro Media PII Koordinator Promosi Ir. Erpandi Dalimunthe Desain Grafis & Layout Elmoudy Freez Sekretariat PII Jl. Halimun 39 Jakarta 12980 Telp. 021-8352180 Fax. 021-83700663
Dari diskusi dengan Kemendikbud, perguruan tinggi, dan pihak-pihak terkait lainnya, terasa berat untuk meningkatkan jumlah lulusan perguruan tinggi di bidang teknik dan teknik /teknologi pertanian, walaupun hanya sebesar 30 persen saja. Hal ini disebabkan karena terbatasnya jumlah perguruan tinggi/program studi teknik dan teknik pertanian, terbatasnya jumlah mahasiswa yang bisa diterima, dan rendahnya minta pelajar untuk memasuki bidang keteknikan di perguruan tinggi. Hal lain yang juga memengaruhi adalah jumlah pengajar atau dosen dan remunerasi yang diterima para insinyur. Imbalan untuk para insinyur profesional masih dianggap, relatif, lebih rendah dari profesi lainnya di Indonesia, sehingga para pelajar lebih meminati bidang lainnya yang dianggap mempunyai tingkat penghasilan yang tinggi ketika sudah bekerja. Padahal negara ini membutuhkan banyak sekali sarjana teknik dan teknik pertanian untuk kemudian menjadi insinyur profesional yang bertaraf internasional. PII berkepentingan untuk membantu dan mendorong perguruan tinggi untuk menyiapkan sarjana teknik dan teknik pertanian. Tanpa “pasokan” sarjana-sarjana ini, mustahil PII dapat menghasilkan insinyur. Dan, jika, berbicara mengenai kualitas, PII mendukung pembentukan sebuah lembaga akreditasi untuk program studi teknik dan teknik pertanian di Indonesia, agar sarjana teknik ini dapat setara secara internasional. Jika kita tidak siap dengan jumlah dan kualitas insinyur yang dibutuhkan untuk melaksanakan berbagai proyek pembangunan, maka pada tahun 2015, ketika telah dilaksanakannya liberalisasi mobilitas tenaga kerja insinyur di negara-negara ASEAN, kesempatan ini akan diisi oleh para insinyur asing. Masalahnya apakah kita siap dengan berbagai aturan untuk melindungi insinyur Indonesia dalam melakukan pekerjaannya. Untuk itu, keberadaan Undang-undang Profesi Insinyur mutlak diperlukan, sebelum semuanya terlambat.
Website : www.pii.or.id Email :
[email protected]
2 |
ENGINEER MONTHLY | No. 52 | November 2011
www.pii.or.id
update
www.pii.or.id
November 2011 | No. 52 | ENGINEER MONTHLY
| 3
mainframe
Menakar Kapasitas Insinyur untuk
Program MP3EI
Program MP3EI yang sudah dimulai dan akan terus bergulir, setidaknya hingga 2025 akan melibatkan ratusan ribu insinyur.
M
eski sekilas terdengar drastis, sebenarnya peningkatan kebutuhan akan insinyur terjadi berangsur-angsur dan realistis. Di mancanegara, peningkatan paling tinggi diperlihatkan oleh China dan India. Berdasarkan perhitungan sementara yang dilakukan PII , hingga 2015 dibutuhkan total 211.124 insinyur dari semua jurusan. Para insinyur itu diperlukan untuk mengisi kebutuhan implementasi proyek Koridor Ekonomi, Konektivitas, dan peningkatan kapasitas SDM dan iptek. Jumlah itu akan meningkat pada periode berikutnya, yakni periode 20112020, menjadi 336.878 insinyur. Angka tertinggi adalah pada periode 20212025, yang membutuhkan 546.075 insinyur. 4 |
ENGINEER MONTHLY | No. 52 | November 2011
Peningkatan Nilai Tambah Untuk menciptakan nilai tambah dari bahan mentah yang dihasilk an, diperlukan keahlian seorang insinyur. Komoditi SDA Indonesia yang perlu pendayagunaan pengetahuan, engineering dan teknologi salah satunya adalah kelapa sawit, dengan produksi 465.000 ton, yang merupakan penghasil terbesar nomor satu di dunia. Indonesia juga merupakan penghasil panas bumi terbesar di dunia yang merupakan 40 % sumber daya dunia. Timah, dengan kapasitas produksi 102.000 ton dan menjadikan Indonesia sebagai penghasil timah terbesar kedua di dunia.
satu penghasil terbesar untuk komoditas bauksit, emas, batubara, tembaga, kopi, kacang, dan hasil pertanian lainnya. Pengembangan potensi ekonomi membutuhkan tambahan 319.500 insinyur, dengan rincian 38% untuk pengembangan koridor 1-6 ; 22% untuk pengembangan konektivitas; 10% untuk penguatan iptek ; dan 30% untuk penguatan birokrasi. Pengembangan potensi ekonomi melalui Koridor 1- 6 mencakup 22 kegiatan ekonomi utama; pengembangan konektivitas melalui darat, laut, udara, dan telekomunikasi; penguatan SDM dan iptek melalui pendidikan tinggi dan riset.
D e n g a n p ro d u k s i 2 2 9 . 0 0 0 t o n , menjadikan Indonesia sebagai penghasil Nikel terbesar ketiga di dunia. Demikian juga dengan karet, Beras dan Kakao. Selain itu Indonesia juga salah www.pii.or.id
mainframe
Proyeksi Kapasitas Insinyur untuk MP3EI hingga tahun 2025
Proyeksi Optimis Untuk Koridor Ekonomi khususnya di bidang pangan, hingga 2015 MP3EI membutuhkan 5.703 insinyur pertanian; 4.438 insinyur teknologi pangan, 4.438 insinyur teknologi industri pertanian, 3.804 insinyur teknologi hasil pertanian. Di bidang lain, MP3EI membutuhkan 11.413 insinyur sipil, 17.782 insinyur mesin, 12.047 insinyur elektro, 11.413 insinyur teknik kimia, 2.826 insinyur perminyakan, 4.438 insinyur pertambangan, 11.413 insinyur teknik lingkungan, 1.268 insinyur penerbangan, dan 1.608 insinyur kelautan. Untuk konektivitas antar koridor, hingga 2015 MP3EI membutuhkan 20.198 insinyur sipil, 13.771 insinyur mesin, 14.690 insinyur elektro, 1.836 insinyur teknik kimia, 3.672 insinyur teknik fisika, www.pii.or.id
1.359 insinyur perminyakan, 3.672 insinyur pertambangan, 8.263 insinyur teknik lingkungan, 1.836 insinyur penerbangan, 2.856 insinyur kelautan, 8.263 insinyur geodesi, 4.590 insinyur geologi, 9.181 insinyur komputer; dan 4.590 insinyur TI. Sedangkan untuk Pendidikan Tinggi dan Penelitian - hingga 2015 MP3EI membutuhkan 784 insinyur pertanian, 588 insinyur teknologi pangan, 588 insinyur teknologi industri pertanian, 588 insinyur teknologi hasil pertanian 1.764 insinyur sipil, 2.940 insinyur mesin, 2.352 insinyur elektro, 1.568 insinyur teknik kimia, 980 insinyur teknik fisika, 588 insinyur perminyakan, 588 insinyur pertambangan, 1.372 insinyur teknik lingkungan, 980 insinyur penerbangan, 1.568 insinyur kelautan, 1.568 insinyur teknik industri, dan 1.568 insinyur dari berbagai jurusan lainnya.
Estimasi di atas adalah prediksi minimal. N a m u n b a hw a I n d o n e s i a a k a n mengalami defisit 15.000 insinyur pertahun adalah ‘anomali’ yang hampir pasti terjadi. Sudah tentu kekosongan tersebut akan diisi oleh para insinyur asing. Dan tak sulit mengkalkulasi berapa triliun rupiah yang harus dibayar kepada insinyur asing. Di sinilah setidak nya Indonesia memerlukan adanya Undang-Undang K e i n s i n y u r a n . Te r u t a m a u n t u k mengatur kesetaraan insinyur asing dan perlindungan terhadap insinyur Indonesia. Serta, kesiapan Perguruan Tinggi dan pihak industri untuk menampung dan mengembangkan profesionalisme insinyur dalam negeri. E
November 2011 | No. 52 | ENGINEER MONTHLY
| 5
Jasa Marga memfokuskan untuk mempercepat penyelesaian pembangunan jalan tol baru dan menambah panjang jalan tol yang dikelolanya. www.jasamarga.com
www.jasamargalive.com
MAINFRAME mainframe
Peta Jalan menuju Insinyur Profesional
I
nsinyur adalah sebutan profesi sebagaimana pengacara, notaris, jaksa, hakim, atau apoteker. Yaitu sebutan bagi para penyandang gelar akademis yang mempraktekkan hasil pendidikan akademisnya itu sebagai profesinya sehari-hari. Sebagaimana lazimnya, sebutan profesi diperoleh setelah yang bersangkutan memenuhi persyaratan kemampuan dan pengalaman profesional yang ditambahkan atas pendidikan akademisnya. Demikian dinyatakan dalam ”Petunjuk Pelaksanaan Program Sertifikasi IP - Biro Sertifikasi Insinyur Profesional PII”.
www.pii.or.id
Ketentuan Pemerintah menyebutkan bahwa penetapan sebutan profesi dilakukan oleh Menteri Pendidikan cq. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, berdasarkan rekomendasi Organisasi Profesi yang bersangkutan. Menurut PII, insinyur didefinisikan sebagai orang yang melakuk an rekayasa teknik dengan menggunakan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan nilai tambah atau daya guna atau pelestarian demi kesejahteraan umat manusia. Insinyur, selama ini, berasal dari sarjana (S1) teknik atau pertanian yang telah mengikuti program profesi.
Program profesi tidak diberikan dibangku kuliah. Kompetensi profesi Insinyur diperoleh seseorang dengan menarik pelajaran dari pengalaman melaksanakan tugas-tugas keinsinyuran selama kurun waktu tertentu. Maka sewaktu mengajukan aplikasi untuk menjadi Insinyur Profesional (IP), si calon harus menyusun suatu Laporan Praktek Keinsinyuran (LPK). LPK ini harus menguraikan pengalaman si calon mengerjakan tugas-tugas keinsinyurannya yang terstruktur itu, dikaitkan dengan pemenuhan persyaratan Bakuan Kompetensi.
November 2011 | No. 52 | ENGINEER MONTHLY
| 7
MAINFRAME mainframe
Tahapan Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan (CPD)
CPD
Sertifikasi Insinyur Profesional (IP) mempunyai tiga jenjang, yakni Insinyur Profesional Pratama (IPP), Insinyur Profesional Madya (IPM), dan Insinyur Profesional Utama (IPU). Waktu yang diperlukan seseorang untuk dapat mengumpulkan pengalaman praktek keinsinyuran yang cukup bagi memenuhi persyaratan Bakuan Kompetensi adalah sekurangkurangnya lima tahun. Namun bila seseorang bekerja di dalam lingkungan yang sangat kondusif untuk memberikan pengalaman yang terstruktur, maka waktu yang diperlukan dapat dipercepat menjadi tiga tahun. Insinyur Profesional dengan pengalaman lebih dari delapan tahun mendapat pengakuan kesetaraan APEC.
ABET inilah yang sudah dicobaterapkan pada Insinyur Profesional PII. Pemenuhan Pengembangan Keinsinyuran Berkelanjutan (CPD) juga sudah diterapkan PII sejak tingkatan Insinyur Profesional Pratama. Sedangkan untuk level IPM ke IPU dibek ali dengan Pemenuhan Kompleksitas Pengembangan Industri. Kompetensi Keinsinyuran PII (W1-W4) mencakup kode etik, kertampilan kerja keinsinyuran, perancangan / perencanaan, dan pengelolaan. Sedangkan kompetensi (P7-P11) terdiri dari konsultasi rekayasa, konstruksi, dan instalasi; produksi/manufaktur, material dankomponen, manajemen usaha dan pemasaran teknik, serta manajemen pembangunan dan pemeliharaan aset.
Kompetensi Insinyur Profesional Mengacu pada apa yang dilakukan di lingkup internasional, pemenuhan akreditasi pendidikan keinsinyuran b e r s t a n d a r Wa s h i n g t o n A c c o r d seharusnya sudah dilakukan sejak di level kampus. S e d a n g k a n p a ra s a r j a n a te k n i k memenuhi kompetensi rekam jejak keinsinyuran berstandar ABET. Standar
Nilai 600 untuk IPP dengan pengalaman kerja 3-5 tahun; dan nilai 3000 untuk IPM dengan masa kerja 8-10 tahun. IPM Diakui setara oleh APEC Engineer. Kemudian Continuing Professionalism Development (CPD), yang menjadi syarat utama untuk menjagai tingkat pembaruan ilmu pengetahuan keinsinyuran, yang dilakukan setiap tahun.
pembaruan pengetahuan terusmenerus, sur vei PII tahun 2000 menunjukkan kesenjangan antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri. Terutama dalam 4 parameter ABET, yang perlu perbaikan terus-menerus. M enurut ABE T , selain mampu menangani masalah keinsinyuran, seorang insinyur harus mampu bekerjasama, mentaati kode etik dan tata-laku profesional, berkomunikasi dan interaksi, memahami dampak sosial, lingkungan, dan global. Karena kompleksitas industri mengharuskan kemampuan keinsinyuran modern, meliputi produk yang kompleks, multisource; kerjasama multi disiplin dan multi level spesialis; lingkungan dan keberlanjutan; sistem yang lebih luas; penelolaan resiko dan akuntabilitas; pemanfaatan pengetahuan baru, pemanfaatan peralatan/teknologi baru, dan pemanfaatan model matematika. mutakhir. E
Sementara dunia industri menuntut 8 |
ENGINEER MONTHLY | No. 52 | November 2011
www.pii.or.id
events Dr. Ir. Bambang Setiadi (Kepala Badan Standarisasi Nasional)
Menghadapi Ancaman Global melalui Standarisasi Deforestasi iklim menyebabkan rusaknya keanekaragaman hayati hutan tropis sehingga dapat merusak hutan. Indonesia sebagai salah satu pemilik hutan tropis yang terluas di dunia, perlu juga memperhatikan isu-isu deforestasi dalam kaitannya dengan perubahan iklim.
B
adan Kejuruan (BK) Teknologi Pertanian PII bekerjasama dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN) menyelenggarakan Seminar “Deforestasi dan Perubahan Iklim, Dampaknya Terhadap Ketahanan Pertanian di Indonesia”, di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta (09/11). Hadir dalam acara tersebut Ketua BSN Dr. Ir. Bambang Setiadi, Ketua Umum PII Dr. Ir. M Said Didu, Direktur Eksekutif PII Ir. Rudianto Handojo, dan para undangan. "Pihak asing kerap mengarahkan Indonesia menjadi paru-paru dunia. Sementara sebagian dari mereka justru mengamputasi paru-paru dunia sejak berabad-abad yang lalu, tanpa ada kompensasi apapun." kata Dr. Said Didu dalam sambutannya. “Andaikata temperatur kita naik 2 derajat, pertanyaannya : crop apa yang paling terganggu dan mungkin tidak akan ada lagi?”. Peryataan ini diutarakan oleh Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, saat pembukaan acara PII beberapa waktu yang lalu, dan menjadi bahasan kunci dalam acara kali ini.
www.pii.or.id
Kepala Badan Standarisasi Nasional ( B S N ) D r. I r. B a m b a n g S e t i a d i menyatakan, “Jika temperatur global naik 2 derajat, maka bisa terjadi permasalahan yang mengakibatkan bencana besar bagi umat manusia di muka bumi. Maka dari itu, perlu skenario besar untuk memahami dampak kenaikan suhu terhadap per tanian, membuat formulasi parameter terkait deforestasi dan perubahan iklim dan cara melaporkan, mensimulasi perubahan cuaca terhadap komoditi pertanian, serta m e ny u s u n s t a n d a r p e n g u k u ra n deforestasi.” Ia menambahkan bahwa pengukuran terhadap perubahan iklim harus punya pedoman standardisasi. Tanpa standar pengukuran maka berbagai lembaga yang akan mengukur dengan caranya sendiri. Deforestasi dan perubahan iklim hanya menjadi komoditas isu karena masing-masing negara tidak pernah punya keyakinan mengenai standar pengukuran mengenai perubahan iklim global.
Memperkuat pertanyaan Dr. Kuntoro, sebagaimana dilaporkan oleh FAO (1996), kekeringan akibat kemarau panjang yang merupakan efek El Nino pada tahun 1997 telah menyebabkan gagalnya produksi padi dalam skala yang sangat besar yaitu mencakup luasan 426.000 ha. Selain tanaman padi, komoditas pertanian non-pangan yang lain seperti kopi, coklat, karet dan kelapa sawit. Dilaporkan juga Kepulauan Halmahera satu per satu pulau mulai hilang dan kehidupan masyarakat yang bersandar pada hasil laut, mulai terancam. Indonesia, melalui BSN telah mengusulkan dan diterima suatu proposal baru (New Work Item Proposal) mengenai standar pengukuran deforestasi sebagai bagian standar pengukuran Gas Rumah Kaca (Greenhouse Gases) yang saat ini dalam perumusan parameter-parameter yang terkait dengan perubahan iklim, m e n g u k u r, m e m o n i to r d a n mengevaluasi besaran besaran yang terkait dengan parameter perubahan iklim serta tindakan mitigasi dan adaptasinya. Untuk itu sebuah skenario besar perlu disusun dalam kerangka yang lebih nyata dan operasional pada setiap tingkatan pelaksana dalam menghadapi perubahan iklim global tersebut. E
Ada pendapat pula bahwa perubahan
November 2011 | No. 52 | ENGINEER MONTHLY
| 11
events
Dr. Ir. Budhi M. Suyitno, IPM (Ketua BK Mesin PII)
Konvensi Badan Kejuruan Mesin:
Menuju Industri Berteknologi Ramah Lingkungan, Inovatif, dan Berdaya Saing Semisal, kepadatan lalu lintas akan makin tinggi yang mengakibatkan kemacetan akan terjadi. Ini mendorong untuk membangun jaringan jalan baru, yang pada gilirannya akan menimbulkan dampak berupa konversi lahan karena tumbuhnya kegiatan di sepanjang jaringan jalan itu. Bahaya yang dapat timbul adalah terpakainya lahan tempat produksi pangan sehingga mengakibatkan menurunnya kemampuan menghasilkan pangan.
B
adan Kejuruan Mesin (BKM) PII mengadakan ”Konvensi Nasional Insinyur Mesin VIII2011”, dilaksanak an di Auditorium Binakarna, Hotel Bidakara, Jakarta 26-27 Oktober 2010. Konvensi mengusung (tema ”Menuju Industri Berteknologi Ramah Lingkungan, Inovatif, dan Berdaya Saing”. Rangkaian acara meliputi kegiatan seminar nasional, pameran teknologi, dan Konvensi BKM-PII. Agenda Konvensi adalah penilaian kinerja dan pertanggungjawaban Pengurus BKM-PII 2008-2011, p e n g e s a h a n l a p o ra n k e u a n g a n , penetapan garis besar program dan strategi, serta memilih dan mengangkat ketua umum BKM. Dr. Ir. Budhi M. Suyitno, IPM terpilih kembali menjadi ketua umum periode 2011-2014. Seminar diselenggarakan secara paralel pada tiga sektor yaitu pertambangan dan energi, jasa konstruki, dan industri yang secara keseluruhan terdiri dari 12 program dan 38 paparan / makalah.
12 |
ENGINEER MONTHLY | No. 52 | November 2011
Beberapa pemikiran pokok yang disampaikan dalam acara Konvensi BK Mesin, salah satunya adalah dari I n s i ny u r M e s i n I r. G i r i S u s e n o Hadihardjono (mantan Ketua BK Mesin periode 1993 - 1999). Beliau menyampaikan bahwa sebagai insinyur mesin, kita cenderung melihat permasalahan yang kita hadapi secara rasional dan straight forward, sehingga penyelesaian yang kita lakuk an memberi dampak langsung kepada penyelesaian permasalahan itu. Pendekatan penyelesaian permasalahan semacam ini benar tetapi ada kemungkinan menimbulkan persoalan di tempat yang lain dan juga pada jangka panjang. Sebagai contoh, pengembangan energi alternatif untuk keperluan otomotif menjamin bahwa kelangsungan penggunaan otomotif untuk mengatasi kebutuhan transportasi kita akan dapat tetap dilakukan bahkan dikembangkan. Tetapi bila pandangan ini yang kita anut dapat muncul permasalahan lain.
Bila ini terjadi maka persoalan baru timbul yaitu kekurangan pangan. Para insinyur mesin dapat menjawab melalui intensifikasi produksi pangan dengan mek anisasi, pompanisasi untuk mendapatkan air dari dalam tanah, ser ta penggunaan pupuk ser ta pestisida kimia. Bila ini dilakukan dapat timbul persoalan baru yaitu menurunnya muka air tanah yang dapat mengakibatkan kerusakan lahan yang parah, disamping rusaknya lingkungan karena penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Permasalahan kedua, masih terkait dengan penyediaan pangan. Lahanlahan yang digunakan untuk menghasilkan bahan baku untuk energi alternatif (seperti untuk biodiesel, etanol,dsb) tentu juga akan mengurangi lahan pertanian untuk pangan. Contoh yang dikemukakan di atas tidak dimaksudkan untuk menghentikan berbagai temuan dan pengembangan teknologi baru untuk mengatasi kebutuhan kita, tetapi dimaksudkan sebagai ajakan agar para Insinyur Mesin Indonesia untuk berpikir dan berinovasi secara lebih bijak, komprehensif dan holistik. E
www.pii.or.id
BERSAMA ASPAL PERTAMINA MEMBANGUN INFRASTRUKTUR INDONESIA ....
BNA (Buton Natural Asphalt) Blend Pertamina merupakan produk Aspal Modifikasi (Modified Asphalt) hasil blending antara Aspal Minyak (Petroleum Asphalt) dan Aspal Alam Buton (Buton Natural Asphalt) yang memenuhi standar kualitas internasional dan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan Aspal nasional yang berkualitas tinggi sesuai standar spesifikasi dari Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum RI untuk digunakan/diaplikasikan pada pembangunan infrastruktur di Indonesia yang meliputi pembangunan jalan tol, jalan negara, jalan provinsi, jembatan, bandara, dan sirkuit.
Parameter
Hasil Uji
Spesifikasi Bina Marga
Metode Pengujian
Penetrasi @ 25 °C (mm)
54
Min 40, Max 55
SNI 06-2456-1991 SNI 06-2432-1991
Daktilitas @ 25 °C (cm)
150
Min 100
Indeks Penetrasi
-0.25
Min -0.5
Kadar Aspal (%)
90.16
Min 90
SNI 06-2432-1991
Titik Nyala (°C)
301.5
Min 232
SNI 06-2433-1991
Berat Jenis
1.0445
Min 1
SNI 06-2441-1991
Kehilangan Berat setelah TFOT (%)
0.189
Max 0.8
SNI 06-2440-1991
Penetrasi setelah TFOT (%)
79.29
Min 54
SNI 06-2456-1991
Daktilitas setelah T FOT (%)
93.93
Min 50
SNI 06-2434-1991
Indeks Penetrasi setelah T FOT
0.04
Min 0
-
Stabilitas Penyimpanan (°C)
0.05
Max 2.2 Min 385, Max 2000
ASTM D 5976-87
Viskositas @ 135 °C (cst)
1826
SNI 06-6721-2002
pictures
Seminar Nasional BK Mesin PII 26-27 Oktober 2011. Hotel Bidakara, Jakarta. Seminar nasional yang digelar oleh Badan kejuruan Mesin PII mengambil tajuk “Menuju Industri Berteknologi Ramah Lingkungan, Inovatif, dan Berdaya Saing”,yang terbagi ke dalam 3 kategori besar yaitu bidang Pertambangan, Energi, dan Agro Industri. Acara ini dihadiri oleh para insinyur teknik mesin dan para undangan.
Pameran Teknologi 26-27 Oktober 2011. Hotel Bidakara, Jakarta. Pameran Teknologi ini diikuti dari berbagai industri dalam negeri. Menghadirkan beragam inovasi teknologi tepat guna, mesin-mesin ramah lingkungan, dan karya-karya teknologi lainnya dari para insinyur Indonesia. Topik pameran mengambil tema teknologi ramah lingkungan dan berdaya saing.
Sidang Dewan Insinyur PII 7 Oktober 2011. Pengurus Dewan Insinyur Persatuan Insinyur Indonesia (PII) mengadakan Sidang Dewan membahas mengenai perkembangan Rancangan Undang-Undang Keinsinyuran, dan juga kesiapan penyediaan SDM (insinyur) dalam membantu pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). www.pii.or.id
November 2011 | No. 52 | ENGINEER MONTHLY
| 15
charisma
Dr. Ir. G.M. Tampubolon Selama 15 tahun, Dr. Ir. Godefridus Mangaradja Tampubolon atau lebih dikenal dengan nama GM. Tampubolon, memimpin Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Insinyur kelahiran Padang, 14 Mei 1933 ini pernah juga menjabat sebagai Ketua Umum Federasi Organisasi Insinyur ASEAN (AFEO) periode 1981 – 1982, Ketua Umum Federasi Insinyur Asia Pasifik (FEISEAP) periode tahun 1982 – 1984, anggota pengurus/Wakil Ketua Umum Federasi Organisasi Insinyur Sedunia (WFEO) antara tahun 1975 – 1993. Kiprah dalam organisasi ini, dibarengi juga dengan kesuksesan dalam meniti karirnya. Pada usia 30 tahun, sarjana teknik mesin ITB ini telah dipercaya menjadi direksi PN Gaya Motor, sebuah perusahaan otomotif patungan antara pemerintah dan swasta. Setelah itu, ia mulai mengembangkan usaha miliknya sendiri di bawah grup GMT yang banyak bekerja sama dengan mitra dari Jepang untuk melaksanakan proyek-proyek engineering di Indonesia.
Nama Dr. Ir. G.M. Tampubolon
Lahir Padang, 14 Mei 1933
Pendidikan § SD, SMP, dan SMA di Kota Padang § Institut Teknologi Bandung, lulus tahun 1958 § Doktor H.C. dari Perguruan Tinggi Heidelberg,
Amerika Serikat tahun 1985
Pengalaman Bidang Organisasi: § Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII),
Selain berkiprah dalam organisasi dan bisnis, putera seorang pendeta ini juga pernah tercatat sebagai anggota DPR ,MPR, DPA, dan Penasehat Presiden RI bidang Teknik. Bersama BJ. habibie, beliau juga mendirikan Perhimpunan Ahli Teknik Indonesia (PATI) dan Yayasan Pengembangan Teknologi Indonesia (YPTI) yang menaungi Institut Teknologi Indonesia (ITI). Perjuangannya sangat luar biasa saat mendirikan YPTI, bahkan, sebuah rumahnya di Jalan Sutan Syahrir, Menteng, Jakarta Pusat, harus dia agunkan ke bank untuk menambah dana pendirian YPTI dan kampus ITI. Padahal dalam setiap berusaha, menurutnya, adalah “haram” hukumnya meminjam dana ke bank. Sebab ia sangat khawatir hutang itu akan bertambah terus. Di ITI, peraih gelar doktor kehormatan dari Perguruan Tinggi Heidelberg ini pernah diangkat sebagai Wakil Rektor/Dekan Institut Teknologi Indonesia, tahun 1985. Pelayanan membangun dunia pendidikan sebelumnya telah dia lakukan ketika menjadi Anggota Pengurus Yayasan Pendidikan dan Universitas Pancasila, Jakarta, sejak tahun 1972 hingga sekarang.
tahun 1969-1984 § Ketua Umum Federasi Organisasi Insinyur ASEAN § § § §
§
(AFEO), tahun 1981-1982 Ketua Umum Federasi Organisasi Insinyur Asia Pasifik, tahun 1982-1984 Anggota Pengurus/Wakil Ketua Umum Federasi Organisasi Insinyur Se Dunia, tahun 1975-1993 Ketua Umum Perhimpunan Ahli Teknik Indonesia (PATI), tahun 1985-Sekarang Ketua Dewan Direksi Center for Technology and Industry Development (CTID), tahun 1998Sekarang Komite Kerja Kaukus Teknologi, tahun 2003Sekarang
Dalam masa kepemimpinannya, pada tahun 1977, PII mengajukan sebuah konsep GBHN yang sudah lengkap dan matang untuk didiskusikan dalam Sidang Umum MPR., selain konsep yang diajukan oleh pemerintah. Ini adalah sebuah terobosan bahwa organisasi profesi insinyur berhasil membuat konsep yang digunakan dalam GBHN ketika itu. Putera Batak ini tidak pernah berhenti berkarya dan tetap aktif menggelorakan betapa pentingnya peranan teknologi sebagai elemen kunci pembangunan agar semua pihak bisa memanfaatkan kapabilitas teknologi untuk membantu menyelesaikan sebagian persoalan bangsa.
§
Bidang Lembaga Tinggi Negara: § Anggota DPR-GR/MPRS dan DPR/MPR-RI, tahun
196801992 § Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI,
tahun 1993-1998
Atas karya dan jasa-jasanya, ia banyak mendapatkan penghargaan, seperti Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama (1995), Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Utama (1997), dan Lifetime Achievement Award (2010) dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII). E
§ Penasehat Presiden RI Bidang Teknik, tahun 199-
2000 § Anggota MPR-FUG, tahun 1999-2004
16 |
ENGINEER MONTHLY | No. 52 | November 2011
www.pii.or.id