NAVIGATING THE ELECTION YEAR Market Outlook 2014
Daftar Isi Kata Pengantar
01
OPTIMISME DAN KOMITMEN EASTSPRING DI TENGAH TANTANGAN GLOBAL
01
NAGIVATING THE ELECTION YEAR
02
PERSPEKTIF GLOBAL
04
Ulasan Pasar
07
TAPERING, RUPIAH DAN DEFISIT
08
ARUS DANA ASING 2013 - SAHAM NEGATIF, OBLIGASI POSITIF
13
MENCERMATI IHSG SELAMA MASA PEMILU 2004 & 2009
16
QUANTITATIVE EASING
19
ABENOMICS
20
Prospek Ekonomi Indonesia 2014
21
KEBIJAKAN EKONOMI PEMERINTAH 2014
22
KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2014
24
PROSPEK PASAR MODAL INDONESIA 2014
26
Survey Hasil Pemilu
31
PEMILU 2014
31
PEMILIHAN PRESIDEN
33
EASTSPRING INVESTMENTS INDONESIA
36
Produk Kami
36
01
Kata Pengantar OPTIMISME DAN KOMITMEN EASTSPRING DI TENGAH TANTANGAN GLOBAL Sebentar lagi masyarakat Indonesia akan menghadapi Pemilihan Umum. Pergantian kepemimpinan yang akan terjadi di tahun 2014 ini merupakan salah satu momentum yang paling penting untuk menentukan arah kebijakan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Berdasarkan beberapa pengalaman sebelumnya, kami yakin bahwa Pemilihan Umum kali ini juga akan berlangsung secara aman dan lancar karena pemimpin terpilih nantinya akan dipilih secara demokratis berdasarkan aspirasi masyarakat Indonesia. Beberapa Pemilihan Umum yang dilakukan di beberapa negara membuktikan bahwa pemimpin yang terpilih secara demokratis akan memberikan sentimen positif bagi pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Selain dibuktikan sendiri oleh masyarakat Indonesia, hal ini juga dibuktikan oleh beberapa negara di kawasan ASEAN dalam beberapa Pemilu terakhir di masing-masing negara. Di tengah tantangan global akibat dampak dari QE tapering serta isu mengenai defisit neraca transaksi berjalan di dalam negeri, kondisi perekonomian Indonesia secara jangka panjang dipercaya masih memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi ke depannya. Sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia dengan struktur demografi dengan masyarakat kelas menengah yang terus bertumbuh membuat pasar Indonesia menjadi salah satu pasar yang menarik bagi banyak kalangan investor asing di seluruh dunia. Oleh karena itu, kami percaya bahwa bangsa Indonesia akan mampu menghadapi semua tantangan tersebut dengan baik. Sebagai salah satu Manajer Investasi terbaik di Asia, Eastspring Investments Indonesia akan selalu menjunjung tinggi komitmennya untuk mengutamakan kepentingan nasabah. Nasabah adalah pusat dari semua aktifitas yang kami lakukan. Kami yakin, bahwa hanya dengan mendengarkan dan memahami mimpi nasabah, kami dapat memenuhi kebutuhan keuangan masa depan mereka. Salam,
Guy Strapp Chief Executive Eastspring Investments
01
NAGIVATING THE ELECTION YEAR Dalam waktu yang tidak lama lagi, kita akan menghadapi rangkaian Pemilihan Umum 2014. Dimulai dengan Pemilu Legislatif pada tanggal 9 April 2014, kemudian diikuti oleh Pemilu Presiden pada tanggal 9 Juli 2014. Sama halnya dengan Pemilu pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2004 dan 2009, banyak hal yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia pada saat itu maupun dampaknya ke depan. Aktivitas dalam masa kampanye, sedikit banyak akan mendorong pertumbuhan perekonomian dari sisi sektor konsumsi. Sementara hasil Pemilu itu sendiri akan sangat menentukan masa depan perekonomian Indonesia. Tantangan kondisi perekonomian Indonesia selama tahun 2013 diwarnai dengan berbagai peristiwa baik dari luar maupun dalam negeri. Isu mengenai pengurangan stimulus moneter yang akan dilakukan The Fed yang dikenal sebagai QE tapering pada akhirnya terealiasi pada Januari 2014 meskipun nilainya tidak seperti yang dikhawatirkan oleh para investor. Sementara dari dalam negeri, kejadian penting yang terjadi sepanjang 2013 dimulai dengan kenaikan IHSG yang mencetak titik tertinggi sepanjang sejarah. Meskipun setelah itu, fluktuasi pasar modal Indonesia dibayangbayangi oleh depresiasi nilai tukar rupiah, defisit neraca transaksi berjalan, tingkat inflasi yang hampir mencapai angka dua digit, hingga perlambatan pertumbuhan ekonomi di bawah target 6%. Prospek ekonomi di tahun 2014 diperkirakan akan masih diwarnai dengan beberapa faktor-faktor fundamental makro ekonomi yang kurang lebih akan sama. Mengatasi permasalahan defisit neraca transaksi berjalan akan masih menjadi pekerjaan rumah utama Pemerintah dan Bank Indonesia untuk menopang stabilitas nilai tukar rupiah dalam mendukung pemulihan pertumbuhan ekonomi ke depannya. Mengawal penurunan tingkat inflasi juga merupakan tugas lanjutan utama Bank Indonesia. Di sisi lain, kebijakan QE tapering diharapkan akan memperoleh kejelasan.
02
Kami percaya bahwa suksesi kepemimpinan nasional sangat ditentukan oleh lancar dan tidaknya keberlangsungan Pemilihan Umum sepanjang tahun 2014. Bukan permasalahan siapa dan partai mana yang akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden untuk masa periode bakti tahun 2014 – 2019. Apabila Pemilu berlangsung secara aman dan lancar, maka Presiden berikutnya dipercaya akan terpilih secara demokratis sesuai dengan aspirasi mayoritas masyarakat Indonesia. Di tengah tantangan-tantangan makro ketika kita memasuki tahun 2014, serta agenda politik lima tahunan di bulan-bulan mendatang, kami menyimpan harapan yang tinggi pada tahun 2014 ini, diantaranya pemulihan atau membaiknya defisit neraca transaksi berjalan dan tingkat inflasi, kejelasan QE tapering, dan kepastian kepemimpinan nasional yang baru untuk Indonesia yang lebih baik pada masa-masa yang akan datang. Tulisan-tulisan dalam “Navigating the Election Year 2014” ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi untuk menghadapi tantangan dan peluang investasi di tengah-tengah jadwal Pemilu yang padat sepanjang tahun 2014 mendatang.
Salam,
Riki Frindos President Director, Co-CIO PT Eastspring Investments Indonesia
03
PERSPEKTIF GLOBAL TITIK BALIK DI 2014 Ini adalah waktunya bagi para Market Strategist untuk melangkah maju dengan berani dan penuh percaya diri untuk memberikan prediksi pasar ke depannya! Tapi lihatlah foto saya. Saya terlalu tua untuk itu. Marilah kita melakukan perjalanan ke masa depan sepanjang tahun 2014 dan melihat apa saja yang mungkin akan terjadi. Paling tidak ada empat pertanyaan yang muncul di pikiran saya mengenai beberapa faktor yang akan mempengaruhi kondisi perekonomian global di tahun 2014 mendatang, antara lain: • Apakah masih ada efek lanjutan dari income story* yang terjadi selama 2012/13? • Apakah pemulihan ekonomi yang terjadi di negaranegara maju masih akan berlanjut di tahun 2014 untuk memberikan justifikasi terhadap valuasi yang tinggi pada saat ini? • Apakah kondisi perekonomian di Cina (dan pasar Asia lainnya) sedemikian buruknya sehingga dapat dibenarkan oleh valuasi yang rendah pada saat ini? • Apakah akan terjadi perpindahan alokasi aset di tahun 2014 dari pasar Asia yang memiliki valuasi mahal namun “defensif “ ke pasar Asia yang memiliki valuasi lebih menarik namun bersifat cyclical? (Jika anda belum tahu apa yang saya maksud, sebentar lagi anda segera akan mengetahuinya).
KEKHAWATIRAN YANG BERLEBIHAN “Apa yang terjadi ketika Federal Reserve AS mulai melakukan QE tapering?”. Pertanyaan ini merupakan hal yang menjadi perhatian utama bagi banyak orang saat ini. Saya pikir kita sudah melihat sekilas jawabannya pada Fire Drill yang terjadi di pertengahan tahun 2013. Seperti layaknya sebuah Fire Drill, biasanya Fire Drill yang kedua seringkali kurang memberikan dampak sebesar yang pertama. Sementara itu, The Fed juga telah melakukan pekerjaan yang baik dengan mendidik investor bahwa tapering tidak sama dengan menaikkan suku bunga. Yang dimaksud Tapering disini adalah
mengurangi stimulus moneter dari 85 miliar dolar AS per bulan menjadi, (misalnya) hanya 70 miliar dolar AS saja. Yang pasti, likuiditas di pasar keuangan tidak akan berkurang dalam waktu dekat ini. The Bank of Japan bahkan saat ini juga telah melakukan quantitative easing-nya. Ketika semua suntikan dana bank sentral di dunia ditambahkan (atau sebaliknya dikurangi), likuiditas global menjadi semakin tinggi (atau turun). Secara umum, kenaikan suku bunga tidak mungkin segera dilakukan (meskipun negara-negara seperti Indonesia dan India telah menaikkan suku bunga karena alasan tertentu).
OBLIGASI ATAU SAHAM? Untuk menjawab pertanyaan pertama saya mengenai apakah efek lanjutan dari income story masih akan berlanjut? Jawabannya adalah ya, kelihatannya efek income story tersebut masih akan berlanjut. Namun demikian, saya melihat ada hal yang lebih besar lagi yang perlu diperhatikan. Hal tersebut adalah apakah seorang investor akan mendapatkan arus kas pendapatan yang berasal dari pembelian obligasi atau dari pembelian saham yang memiliki pembayaran dividen yang tinggi.
Robert Rountree Global Market Strategist
Sebuah pelajaran besar dari Fire Drill di tahun 2013 adalah bahwa volatilitas obligasi akan naik menjelang akhir dari siklus tingkat suku bunga rendah. Saya pikir bahwa setiap pemegang obligasi harus mengajukan pertanyaan, “Apakah tingkat pengembaliannya sesuai dengan tingginya tingkat risiko? “Jika jawabannya adalah “Tidak”, maka investor tersebut harus mempertimbangkan untuk mengalihkan dana investasinya ke instrument saham yang memiliki dividen yang tinggi, dimana risiko mungkin akan lebih tinggi namun potensi pengembalian investasinya juga akan lebih tinggi.
*income story adalah periode pada saat para investor lebih mengharapkan hasil investasi yang berasal dari pendapatan regular seperti dividen saham atau kupon bunga obligasi, ketimbang capital gain (keuntungan dari selisih kenaikan harga jual dibandingkan harga belinya).
04
Kesimpulan sementara adalah bahwa efek lanjutan
JEPANG LEBIH DARI SEKEDAR “ABENOMICS**”, MASIH BANYAK LAGI YANG LAINNYA…
dari income story pada pasar obligasi masih belum
“Abenomics” jelas telah menarik perhatian para pelaku pasar pada tahun 2014 yang akan datang. Saya tidak yakin bahwa “Abenomics” akan mencapai tujuan seperti yang telah ditentukan. Menurut pandangan saya, kunci suksesnya adalah memfokuskan kembali perhatian pada apa yang sebelumnya menarik dari sisi valuasi, namun terabaikan oleh sebagian besar para pelaku pasar .
selesai. Pertumbuhan AS yang rendah secara historis mengakibatkan kenaikan tingkat imbal hasil obligasi AS. Namun demikian, volatilitas obligasi pada tahun 2014 cenderung akan naik. Jika seorang investor akan melakukan investasi
Sebenarnya, banyak perusahaan Jepang yang telah melakukan restrukturisasi selama bertahun-tahun, tetapi tidak terlalu diperhatikan oleh pasar. Contohnya rasio hutang perusahaan-perusahaan yang terus menurun. Selain itu juga, banyak perusahaan-perusahaan lainnya yang bergerak dalam kegiatan usaha baru dan menjadi jauh lebih efisien.
melalui pembelian obligasi, fokuslah pada arus kas pendapatannya (kupon bunga) bukan pada keuntungan dari kenaikan harga obligasinya. APAKAH RALLY DI PASAR AS DAN EROPA AKAN BERLANJUT?
Valuasi saham di Jepang masih akan tetap menarik meskipun terus mengalami rally sepanjang tahun 2013. Nampaknya masih banyak perusahaan-perusahaan yang mendapatkan manfaat dari hasil restrukturisasinya tapi masih belum disadari oleh para pelaku pasar. Jika “Abenomics “ memberikan manfaat sesuai dengan apa yang dijanjikan maka hal ini akan dapat memberikan sentiment positif tambahan pada pasar Jepang secara keseluruhan (icing on the cake).
Dengan berlanjutnya rally yang terjadi pasar di negara-negara maju, para investor pasti akan sangat tergoda untuk melakukan profittaking. Yang memberikan dorongan terhadap aksi profit-taking ini adalah data ekonomi AS yang membaik secara perlahan-lahan. Yang jelas, tidak ada seorang pun yang ingin melakukan penjualan terlalu dini. Selain itu, Fed tapering menyiratkan bahwa likuiditas pasar masih terus berkembang, yang terus mendukung kenaikan harga instrumeninstrumen investasi yang ada di pasar.
Keprihatinan saya adalah bahwa jika seorang investor membeli sahamsaham perusahaan Jepang berdasarkan “Abenomics”, namun hanya sebagian saja dari efek “Abenomics” yang diberikan maka para investor akan keluar dari pasar Jepang secepat mereka masuk saat di awal. Saya pikir hal ini akan sangat disayangkan, karena restrukturisasi perusahaanperusahaan di Jepang dilakukan tanpa melihat kebijakan politik apapun yang ditetapkan oleh pemerintah Jepang sebelumnya. Oleh karena alasan itulah maka jika saya seorang investor, alasan saya membeli saham-saham perusahaan di Jepang lebih karena faktor-faktor fundamental keuangan perusahaan-perusahaan tersebut, bukan karena faktor “Abenomics”.
Saya pikir, valuasi yang dapat menjawab dilema yang terjadi pada saat ini. Pilihan atas valuasi tahun 2014 terlihat dengan jelas. Valuasi AS, misalnya, sudah masuk ke dalam wilayah nilai pasar wajarnya. Akan tetapi, apakah pemulihan AS begitu kuatnya untuk mendorong valuasi hingga pada level sebelum krisis? Hal ini mungkin saja terjadi, namun sayangnya periode easy money sudah lama berakhir. Jika kita mengkaji lebih dalam lagi maka kita akan melihat bahwa valuasi sektor-sektor industri di AS memiliki orientasi pada pertumbuhan (yang juga dikenal sebagai cyclical) mulai dari bank-bank yang menarik karena relatif murah valuasinya sampai dengan consumer discretionary yang luar biasa mahalnya.
APA YANG HARUS KITA LAKUKAN TERHADAP PASAR CINA? Banyak investor mengakui Cina terlihat tampak menarik dari sisi valuasi. Namun banyak orang yang khawatir bahwa hal ini dapat menjadi sebuah jebakan yang disebut sebagai ‘value trap’. Saran saya untuk anda adalah jangan terlalu fokus pada valuasi yang murah, lihatlah dulu kondisi perekonomiannya secara keseluruhan.
Oleh karena itu, pilihan kami menjadi semakin jelas. Valuasi pasar AS memang belum dapat disebut “berbahaya” meskipun ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Selama data ekonomi membaik dan likuiditas masih ada maka masih ada alasan yang cukup untuk rally lebih lanjut. Namun semakin tinggi valuasi maka akan semakin banyak investor yang mulai mencari-cari alasan untuk mengambil keuntungan (profit-taking). Kondisi pada pasar Eropa kurang lebih juga sama. Kondisi kedua pasar tersebut sudah mulai mengalami kejenuhan, meskipun rally yang mereka alami mungkin masih akan jauh lebih tinggi lagi.
**
Dari sisi valuasi, misalnya, pasar keuangan Cina saat ini berada di sekitar posisi terendah dari masa krisis tahun 2007, periode SARS dan krisis keuangan Asia pada tahun 1997. Apakah valuasi yang rendah saat ini dapat dibenarkan? Apakah kondisi pasar di Cina hari ini seburuk itu? Mari kita teliti lebih lanjut.
keterangan mengenai “Abenomics” dapat dibaca pada catatan singkat.
05
Kekhawatiran pada pasar Cina saat ini tampaknya fokus pada sektor perbankan karena otoritas keuangan setempat tidak hanya berusaha untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap produkproduk perbankan terutama yang berkaitan dengan aktivitas “shadow banking”, (Bukankah keluar dari krisis perbankan justru lebih baik?) namun juga mengarahkan kembali sumber daya ekonomi dari investasi modal dan ekspor menuju peningkatan atas permintaan domestik (sekali lagi, bukankah hal ini justru baik untuk jangka panjang?)
Perbedaan valuasi antara saham-saham defensif dengan sahamsaham cyclical sama besarnya dengan perbedaan valuasi yang terjadi di tahun 2008. Ketika rally terjadi di tahun 2009, sahamsaham cyclical outperformed! Jika kejadian ini terjadi lagi maka hal ini akan menjadi momentum berharga bagi para value investor. Setelah saham cyclical jatuh di tahun 2011, yang menjadi kekhawatiran utama adalah banyak value investor yang justru membeli saham-saham cyclical ini dengan alasan bahwa saham-saham ini secara valuasi terlihat murah. Tetapi di tahun 2013, pada saat kekhawatiran atas pertumbuhan Asia terjadi lagi, investor kembali lagi mengejar saham-saham defensif yang sudah mahal. Perilaku gegabah ini telah menghantam para value investor yang memiliki bobot lebih banyak di saham cyclical.
Bagi saya, semakin tinggi valuasi saham di pasar negara-negara maju maka akan semakin lebih menarik valuasi pasar Cina. Pertanyaannya adalah kapan kira-kira kondisi pasar Cina membaik? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita harus menentukan terlebih dahulu mengenai seberapa besar target kenaikan pasar Cina (termasuk pasar Asia lainnya) yang diharapkan untuk mengetahui seberapa besar valuasi pasar yang diperlukan di pasar negara-negara maju. Sebagai yang telah dijelaskan atas pasar Jepang sebelumnya, pada saat terjadi kenaikan harga-harga di pasar, hal tersebut dapat terjadi dengan cepat. Namun jika keluar dari pasar maka akan ada resiko kehilangan kesempatan atas kenaikan pasar tersebut.
Hal yang telah dijelaskan sebelumnya mungkin dapat terjadi sebaliknya. Kondisi perekonomian global dalam beberapa tahun terakhir telah ditandai dengan diturunkannya pertumbuhan Asia yang selama ini terus tinggi dan dinaikkannya perkiraan ekonomi pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju yang selama ini rendah. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Karena dalam kenyataannya pasar saham di negara-negara maju berubah menjadi lebih menarik dari sisi valuasi, meskipun kondisi pasar tersebut saat ini terlihat belum begitu menarik. Intinya adalah pada saat kepercayaan pada pertumbuhan Asia pulih kembali, maka instrumen saham akan menjadi lebih menarik.
Hal ini tentu saja adalah keputusan masing-masing individu investor.
Bagi saya, melakukan perpindahan aset alokasi ke pasar Cina sudah seharusnya dilakukan pada tahun 2014 nanti. Pertanyaan yang harus dijawab adalah berapa banyak dan kapan waktu yang tepat untuk melakukannya?
APAKAH TANTANGAN DI 2013 AKAN MENJADI KESEMPATAN DI 2014?
Kesimpulan Tahun 2014 akan menjadi tahun yang menarik. Pada saat income story masih berlangsung lebih lama maka penambahan atas saham cyclical yang memiliki valuasi menarik dapat membuat posisi dana investasi para investor menjadi lebih baik.
Sebagai penutup, rekomendasi untuk tahun 2014 adalah fokus pada saham-saham cyclical Asia yang memiliki potensi bertumbuh dari sisi valuasi (Asia cyclical growth stock). Seperti yang telah diketahui bahwa selama kurun waktu tiga tahun terakhir ini, kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi Asia telah mendorong para investor untuk meninggalkan saham-saham yang fokus pada pertumbuhan (growth stock) ini dan beralih ke saham-saham yang memiliki permintaan yang lebih stabil (defensive stock). Sektor utilitas, telekomunikasi, konsumsi (misalnya makanan) dan sektor kesehatan masuk ke dalam kategori saham seperti yang disebutkan sebelumnya. Saham defensif sudah terlihat mahal.
06
02 Ulasan Pasar
07
1. TAPERING, RUPIAH DAN DEFISIT Tahun 2013 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi para pelaku pasar modal Indonesia. IHSG sempat mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah hingga berada pada level 5.241,97 tepatnya tanggal 20 Mei 2013. Namun IHSG juga sempat berada pada level di bawah 4000-an di sekitar akhir bulan Agustus 2013. Sementara itu, HSBC Index berfluktuasi dengan rentang yang cukup jauh, di antara level 737.27 di tanggal 13 Mei hingga ke level 608.67 tanggal 9 September sepanjang tahun 2013 ini. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana prospek pasar modal Indonesia pada tahun 2014 mendatang? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita melihat apa saja yang telah terjadi sepanjang tahun 2013 yang lalu. Grafik 1.1. Pergerakan IHSG Tahun 2013
Sumber: Eastspring Investments, Bloomberg
APA YANG TERJADI DI TAHUN 2013? Jika kita melihat kembali di awal tahun 2013 pada saat IHSG masih berada di level 4300-an, tidak banyak yang dapat memprediksikan bahwa IHSG akan menyentuh di level berapa pada akhir tahun. Kalaupun ada target, mungkin target itu tidak akan dapat tercapai dalam waktu yang singkat sebelum tahun 2013 berakhir. Dalam kenyataannya, IHSG secara konsisten terus mencetak rekor tertinggi hingga mencapai diatas level 5000-an di awal kuartal kedua tahun yang sama. Selain fundamental ekonomi yang kuat dan ditopang oleh tingkat pertumbuhan ekonomi yang secara konsisten terus mencapai hingga diatas 6% per tahun, arus dana asing yang masuk ke Indonesia juga mengalir deras hingga mencapai titik tertinggi pada awal bulan Mei 2013 ini. Paralel dengan kondisi perekonomian domestik yang bertumbuh secara konsisten, ternyata hal yang sama juga terjadi dengan perkembangan ekonomi domestik di Amerika Serikat.
08
Tabel 1.1. Asumsi Makroekonomi Tahun 2013
ASUMSI MAKROEKONOMI Pertumbuhan GDP (%) Inflasi (%) Nilai Tukar (Rp/US$) Tingkat Diskonto SPN 3 Bulan (%) ICP (US$/Barel) Lifting Oil (thousands Barel/day) Lifting Gas (thousands Barel eopd)
2013E 5,6 - 5,8 8.5 - 8,7
Tingkat pengangguran terus mencapai titik terendah sejak bulan Juni 2009 yang berada di atas 9% hingga menjadi di kisaran angka 7%-an mulai dari akhir Desember 2012 hingga akhir kuartal ketiga tahun 2013 ini. Angka pengangguran yang terus membaik ini diikuti oleh beberapa indikator makro ekonomi yang juga membaik seperti pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat diiringi oleh tingkat inflasi yang stabil.
10.375 - 10.425 5 105,5 834 1.207
Sumber: Kementerian Keuangan RI
Grafik 1.2. Arus Dana Asing Bersih IHSG Tahun 2013 (dlm USD juta)
Sumber: Eastspring Investments, Bloomberg
Membaiknya beberapa indikator ekonomi Amerika Serikat tersebut telah memicu sentimen positif investor global untuk melakukan aksi ambil untung atas investasinya yang selama ini ditempatkan di pasar-pasar negara berkembang, termasuk salah satunya Indonesia. Akibatnya, IHSG mengalami koreksi secara konsisten setelah mencapai titik tertingginya sepanjang tahun 2013. Aksi ambil untung ini ternyata terjadi juga pada pasar obligasi domestik yang ditandai kenaikan tingkat imbal hasilnya yang naik rata-rata lebih dari 1% dalam 1 bulan terakhir sejak IHSG mencapai titik tertingginya sepanjang sejarah. Terjadinya aksi ambil untung ini menyebabkan permintaan atas Dolar Amerika Serikat meningkat akibat investor asing melakukan konversi dananya yang selama ini dalam mata uang Rupiah. Akumulasi atas depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat mencapai awal puncaknya pada saat menembus angka psikologis Rp. 10,000 per Dolar Amerika Serikat di tanggal 10 Juni 2013. Dan inilah awal mulanya terjadi koreksi pada pasar modal Indonesia yang kemudian secara konsisten terus terjadi hingga akhir tahun 2013.
09
Grafik 1.3. Index Obligasi Pemerintah Indonesia (HSBC Index)
Sumber: Eastspring Investments, Bloomberg
QE TAPERING Bank Sentral Amerika Serikat secara berkala sejak krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008 telah memberikan stimulus moneter terhadap perekonomiannya yang dikenal sebagai ‘Quantitative Easing’. Sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi AS yang ditunjukkan oleh beberapa data yang positif dalam beberapa waktu terakhir, The Fed pada akhir semester I/2013 mengumumkan rencana untuk mengurangi stimulus ekonominya secara bertahap. Hal ini dikenal kemudian dengan istilah ‘Tapering’. Pengumuman akan dilakukannya QE Tapering ini telah memicu kekhawatiran pasar keuangan global akan berkurangnya likuiditas secara bertahap. Hal ini menambah keyakinan para investor global untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking), termasuk di pasar modal Indonesia. IHSG terpuruk ke level 4000-an dalam waktu kurang dari 1 bulan dari kisaran level 4800an saat diumumkannya QE Tapering tersebut. Penurunan ini juga terjadi pada pasar obligasi domestik yang ditandai oleh penurunan HSBC Index sebesar kurang lebih 8% dalam waktu yang bersamaan. Meskipun dalam perjalanannya, pelaksanaan QE Tapering telah berkali-kali ditunda. Kekhawatiran atas pelaksanaan QE Tapering yang terus membayang-bayangi pasar global finansial sampai akhir tahun 2013 berkurang pada saat diumumkannya rencana tersebut yang pelaksanaannya akan dimulai pada Januari 2014. The Federal Reserve akhirnya memutuskan untuk melakukan pengurangan stimulus moneter mereka sebesar 10 miliar dollar AS, sehingga jumlah stimulus yang akan digelontorkan per bulannya menjadi 75 miliar dollar AS. Rencana pelaksanaan QE Tapering ini menjadi sentimen positif bagi para pelaku pasar. Hal ini ditambah lagi dengan komitmen untuk menjaga tingkat suku bunga acuannya tetap berada pada level rendah di kisaran 0% hingga 0,25% per tahun untuk beberapa waktu yang lebih lama lagi. Kebijakan tingkat suku bunga rendah ini diperkirakan akan terus berlangsung sampai target tingkat penganggurannya turun di bawah 6,5% dan diikut oleh asumsi tingkat inflasi yang turun hingga di bawah 2%. Dengan kebijakan The Fed yang masih menahan suku bunga di level rendah, beberapa analis memprediksi bahwa tidak akan ada penarikan dana asing secara drastis. Keluar masuknya arus dana asing diperkirakan lebih akan dipicu oleh semakin membaiknya beberapa indikator makro ekonomi Indonesia lainnya ke depan.
10
PENGURANGAN SUBSIDI BBM Koreksi yang telah terjadi akibat kekhawatiran atas QE Tapering diperburuk oleh implementasi pengurangan subsidi BBM oleh pemerintah yang berlaku efektif per tanggal 22 Juni 2013. Meskipun tujuan dari pengurangan subsidi BBM ini memberikan dampak positif terhadap kondisi keuangan negara, namun sayangnya waktu implementasinya dianggap kurang tepat dan dianggap dapat memperburuk kondisi perekonomian yang sebelumnya telah tertekan akibat isu mengenai QE Tapering.
Pada tanggal 16 Agustus 2013, Pemerintah mengumumkan bahwa defisit neraca transaksi berjalan 1Q13, meningkat dari USD 5,8 miliar (2,6% dari PDB) menjadi USD 9,8 miliar (4,4% dari PDB) pada 2Q13. Angka yang diumumkan tepat sore hari setelah pidato kenegaraan Presiden dalam rangka menyambut HUT RI dan penyampaian Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2014. Angka ini merupakan defisit neraca transaksi berjalan terbesar yang pernah tercatat di Bloomberg. Akibat pengumuman defisit ini, IHSG terkoreksi hingga menyentuh ke posisi terendah sepanjang tahun 2013 di bawah level 4000-an. Sementara nilai tukar Rupiah melemah hingga di atas 10% sepanjang YTD. Sedangkan indeks obligasi pemerintah (HSBC Index) turun lebih tajam hingga di atas 15% selama YTD.
Pengurangan subsidi BBM ini diperkirakan akan memicu tingginya kenaikan tingkat inflasi khususnya dalam jangka pendek. Kenaikan harga BBM ini secara agregat akan meningkatkan biaya perusahaanperusahaan yang bergerak di sektor riil sehingga pada gilirannya dapat menurunkan tingkat kemampuannya dalam mencetak laba. Perkiraan akan berkurangnya laba para emiten tersebut memicu aksi jual dari para investor yang kemudian menekan harga-harga di bursa saham.
Grafik 1.4. Neraca Transaksi Berjalan (dlm USD juta)
Sementara tingginya tingkat inflasi akibat pengurangan subsidi BBM juga memicu tingkat imbal hasil obligasi yang diinginkan oleh para investor. Akibatnya, harga-harga obligasi domestik semakin tertekan setelah sebelumnya sudah tertekan akibat depresiasi nilai tukar Rupiah. Bahkan jika dihitung sepanjang tahun 2013, penurunan harga-harga obligasi tersebut bahkan lebih tinggi dari penurunan yang terjadi pada harga-harga saham yang tercatat di bursa.
DEFISIT NERACA TRANSAKSI BERJALAN
Sumber: Eastspring Investments, Bloomberg
Penundaan implementasi pengurangan subsidi BBM yang dilakukan Pemerintah Indonesia pada akhir kuartal pertama atau awal kuartal kedua 2013, ternyata telah menyebabkan efek berganda pada neraca transaksi berjalan. Defisit neraca transaksi berjalan yang sebenarnya telah terjadi selama hampir 2 tahun terakhir ini, kemudian menambah daftar sentimen negatif bagi para investor pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2013, diluar QE Tapering.
Sentimen negatif akibat defisit neraca transaksi berjalan mulai mereda pada kuartal keempat dengan diawali dengan surplus neraca perdagangan dan angka deflasi. Tingkat inflasi di Indonesia pada bulan September 2013 turun menjadi 8,4% YoY dibandingkan 8,8% YoY pada bulan sebelumnya. Sementara itu, Neraca Perdagangan pada bulan Agustus 2013 yang diumumkan pada awal Oktober ini, kembali mencatatkan nilai surplus sebesar USD 132 juta dibandingkan pada bulan sebelumnya yang mencatatkan nilai defisit sebesar USD 2,3 miliar.
11
Grafik 1.5. Neraca Perdagangan (dlm USD juta)
Sumber: Eastspring Investments, Bloomberg
Surplus Neraca Perdagangan ini merupakan nilai positif pertama setelah selama beberapa bulan dalam kuartal terakhir mencatatkan nilai minus atau defisit akibat tingginya nilai impor dibandingkan nilai ekspornya. Meskipun jika ditelaah lebih lanjut, surplus tersebut terjadi akibat turunnya nilai impor yang lebih besar dibandingkan penurunan nilai ekspor. Dan dalam perjalanannya surplus tersebut tidak dapat memberikan efek positif pada saat keluarnya angka neraca transaksi berjalan yang tidak sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar.
LANGKAH SERTA KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN BI Untuk mengantisipasi tekanan yang berlanjut pada pasar keuangan Indonesia, Pemerintah dan Bank Indonesia secara bersama-sama menetapkan langkah-langkah dan kebijakan ekonomi lanjutan. Sebagai langkah awal, Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahannya pada akhir Agustus 2013, menaikkan masing-masing suku bunga referensi (BI Rate) dan FASBI sebesar 50 basis poin (bps) dari 6,5% menjadi 7% dan dari 4,75% menjadi 5,25%. Selain itu, Bank Indonesia juga telah menandatangani perpanjangan Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank of Japan sebagai agen Menteri Keuangan Jepang sebesar US$ 12 miliar, berlaku efektif 31 Agustus 2013. Sementara itu, Kementerian Keuangan menetapkan beberapa kebijakan yang pada intinya bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor dan menurunkan nilai impor guna menekan angka defisit neraca transaksi berjalan yang membengkak. Kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan ini sejalan dengan langkah-langkah lanjutannya dalam rangka memperkuat bauran kebijakan moneter dan makro prudensial dalam pengendalian inflasi, stabilisasi nilai tukar Rupiah, penurunan defisit transaksi berjalan, serta penguatan ketahanan makro ekonomi dan stabilisasi sistem keuangan. Respon positif atas kebijakan tersebut, nilai tukar Rupiah sempat menguat terhadap USD hingga di bawah Rp 11.000/USD sementara IHSG sempat ditutup menguat di atas 4100. Sedangkan pelemahan Indeks Obligasi Pemerintah tertahan dibandingkan pelemahan yang terjadi beberapa hari sebelum pengumuman kenaikan BI rate.
12
Grafik 1.6. BI Rate (dlm %)
Sumber: Eastspring Investments, Bloomberg
Kemudian pada tanggal 12 September 2013, rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 7,25%. Selain itu, Bank Indonesia juga menaikkan tingkat bunga FASBI dan fasilitas repo masing-masing sebesar 25 bps menjadi 5,50% dan 7,25%. Dampak dari kenaikan BI rate ini dirasakan cukup efektif dalam meredakan tekanan pasar keuangan yang terjadi. Hal ini terlihat dari IHSG yang sempat menembus di atas level 4500an seiring dengan diumumkannya penundaan QE tapering sebelum akhir 3Q13. Dengan penundaan QE quantitative easing tersebut, pasar keuangan di kawasan Asia menguat secara signifikan. Indeks bursa saham Thailand, Filipina, dan Indonesia menguat masing-masing sebesar 3,4%, 2,8%, dan 4,6%. Demikian juga halnya pasar obligasi domestik. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun sebesar 37,9 bps menjadi 8,2%. Nilai tukar Rupiah menguat menjadi Rp. 10.847/USD dibandingkan Rp. 11.324/USD pada penutupannya hari sebelumnya.Selain itu, cadangan devisa negara juga ikut membaik menuju angka 100 juta Dolar AS per akhir Oktober 2013. Semua data yang membaik tersebut sempat mengembalikan IHSG di atas level 4500an, meskipun akhirnya terkoreksi lagi akibat keluarnya angka defisit neraca transaksi berjalan yang tidak sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar.
2. ARUS DANA ASING 2013 - SAHAM NEGATIF, OBLIGASI POSITIF Terkoreksinya IHSG dari level tertinggi dan meningkatnya imbal hasil obligasi selama tahun 2013 ternyata tidak selalu diikuti oleh penurunan arus dana asing yang masuk ke masing-masing instrumen investasi tersebut. Arus dana asing yang terus meningkat sejak awal tahun dan mencapai titik puncaknya pada tanggal 2 Mei 2013 telah mendorong IHSG ke level tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Namun setelah itu, arus dana asing terus turun tajam hingga melebihi titik impasnya sekitar tanggal 24 Juni 2013 atau bertepatan dengan hari bursa berikutnya setelah pengumuman pengurangan subsidi BBM. Bahkan nilai arus dana asing tersebut mencetak posisi negatif atau net foreign outflow hingga di penutupan akhir tahun 2013. Berdasarkan data Morgan Stanley, sepanjang tahun 2013 telah terjadi net foreign outflows sebesar 2.7 miliar dolar AS yang menghapus seluruh net foreign inflows selama tahun 2012. Net foreign outflows ini termasuk nilai yang terbesar dalam sepuluh tahun terakhir. S ebagai perbandingan, nilai net foreign outflows yang pernah terjadi sebelumnya adalah sebesar 1.7 miliar dolar AS pada tahun 2005.
13
Grafik 2.1. Arus Dana Asing Bursa Efek Indonesia (dlm USD juta)
Source: CEIC, Bloomberg
Justru yang menarik adalah arus dana asing yang masuk ke pasar obligasi Indonesia khususnya pasar obligasi pemerintah. Sampai dengan bulan Mei 2013, aliran arus dana asing yang masuk ke pasar obligasi pemerintah Indonesia kurang lebih sejalan dengan aliran arus dana asing yang masuk ke pasar saham. Kedua pasar keuangan tersebut juga mengalami penurunan kepemilikan asing pada saat mulai terjadi koreksi harga di masing-masing instrumen. Namun perbedaannya adalah pada ketajaman nilai penurunannya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aliran arus dana pada pasar saham yang keluar terus meningkat hingga pada posisi negatif dimulai saat hari bursa setelah pengumuman pengurangan subsidi BBM dilakukan. Sementara, aliran dana asing pada pasar obligasi Indonesia relatif bergerak dalam rentang yang sempit sampai dengan akhir kuartal ketiga tahun 2013.
14
TINGKAT IMBAL HASIL YANG MENARIK
Grafik 2.2. Arus Dana Asing Bursa Efek Indonesia (dlm USD juta)
Arus Dana Asing Obligasi Pemerintah (dlm USD juta) 10,000
Jika diamati lebih lanjut, maka salah satu faktor utama yang menyebabkan kenaikan aliran dana asing tersebut adalah kenaikan imbal hasil obligasi. Logikanya adalah, seluruh faktor-faktor yang mengakibatkan turunnya harga obligasi telah membuat tingkat imbal hasil obligasi meningkat hingga pada titik tertentu dinilai murah oleh para investor (undervalued).
9,456
9,000 8,000 7,000 6,000 5,007
5,000 4,000 3,000
5,359
Meskipun jika dihitung perbedaan antara tingkat imbal hasil obligasi dengan tingkat inflasi tidak terlalu signifikan, namun apabila dibandingkan dengan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah negaranegara lainnya yang memiliki rating dan fundamental ekonomi yang sama, maka wajarlah kenapa investor asing secara konsisten terus melakukan pembelian atas obligasi pemerintah Indonesia.
3,268
2010
2011
2012
2013
Source: CEIC, Bloomberg
Grafik 2.3. Tingkat Imbal Hasil Obligasi Pemerintah Tenor 10 Tahun
Kemudian beberapa saat setelah kenaikan BI rate pada tanggal 12 September sebesar 25bps dari 7% menjadi 7,25%, arus dana asing yang masuk ke pasar obligasi pemerintah meningkat. Bahkan peningkatan ini terus berlanjut hingga penutupan perdagangan di akhir tahun. Berdasarkan data Morgan Stanley, Indonesia foreign flows pada obligasi pemerintah pada akhir tahun 2013 meningkat menjadi 5,4 miliar dolar AS dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 5 miliar dolar AS. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa aliran dana asing yang masuk ke pasar saham berbeda dengan yang masuk ke pasar obligasi pemerintah?
Source: Eastspring Investments, Bloomberg
15
3. MENCERMATI IHSG SELAMA MASA PEMILU 2004 & 2009 Pemilihan umum (Pemilu) merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah suatu negara untuk menentukan masa depannya. Hasil Pemilu akan menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi ke depannya. Dari sudut pandang ekonomi, Pemilu juga menjadi salah satu peristiwa yang penting dalam ruang lingkup perkembangan kondisi ekonomi selama tahun kejadian berlangsung. Salah satunya adalah pergerakan beberapa indikator pasar keuangan seperti pasar saham dan obligasi. Sejak pasar modal Indonesia dikembangkan secara modern di pertengahan dekade 90an, paling tidak telah terjadi 3 kali pemilihan umum yaitu tahun 1999, 2004 dan 2009. Sepanjang tahun pemilu berlangsung, banyak peristiwa penting yang mempengaruhi pergerakan pasar modal baik pasar saham maupun obligasi. Mari kita lihat perkembangan pasar tersebut dalam beberapa pemilu yang telah terjadi selama ini. Secara spesifik, periode tahun yang diambil adalah khusus pada tahun 2004 dan 2009. Alasan hanya diambilnya dua periode ini adalah karena dalam kedua periode inilah pasar saham dan obligasi berjalan sesuai mekanisme pasar yang didukung oleh infrastruktur yang memadai. Infrastruktur ini bukan hanya perangkat keras seperti sistem komputerisasi atau fasilitas perangkat lainnya, namun termasuk juga infrastruktur hukum dalam bentuk peraturanperaturan dan perundang-undangan yang menunjang berjalannya pasar secara efisien. Oleh karena itulah maka Pemilu tahun 1999 dikesampingkan. Sebab pada tahun itu, kondisi politik relatif belum stabil seperti tahun 2004 dan 2009.
KONDISI PASAR SAHAM PADA PEMILU TAHUN 2004 DAN 2009 Selama periode tahun 2004, IHSG mencetak keuntungan sebesar lebih dari 40%. Keuntungan yang diperoleh ini secara persentase relatif masih lebih rendah dibandingkan keuntungan yang diperoleh oleh IHSG selama periode tahun 2009 yang mencetak lebih dari 76%! Pertanyaan yang timbul adalah mengapa hal ini dapat terjadi? Berikut kurang lebih penjelasannya:
16
Pertama, seperti yang diketahui bersama bahwa tahun 2009 adalah tepat periode 1 tahun setelah masa krisis finansial global terjadi dimana harga-harga hampir seluruh jenis instrumen keuangan terpuruk di titik terendah selama beberapa kurun waktu tertentu. IHSG mengalami penurunan secara tahunan yang terburuk setelah krisis keuangan tahun 1999. Ratarata kerugian IHSG mencapai lebih dari 60%! Oleh karena itu adalah sangat wajar jika kemudian terjadi pembalikan arah pada tahun berikutnya. Keuntungan yang dihasilkan selama tahun 2009 secara logika sederhananya adalah besaran kerugian yang ditutupi selama tahun 2008 ditambah dengan keuntungan tambahan untuk periode tahun 2009. Secara matematis maka keuntungan tahun 2009 adalah angka kerugian sekitar 60% selama tahun 2008 ditambah dengan rata-rata keuntungan normal yang dihasilkan oleh para emiten selama tahun 2009. Oleh karena itu angka 75% menjadi keuntungan yang wajar dihasilkan pada tahun tersebut. Namun jika diteliti lebih lanjut, ternyata keuntungan yang dicetak oleh IHSG selama 2009 tidak didukung oleh likuiditas yang tinggi. Aliran arus dana asing yang masuk ke Indonesia, khususnya pasar saham turun drastis hampir setengah dari nilai yang dicapai selama tahun 2004. Hal ini dapat dimaklumi mengingat krisis finansial dunia yang masih berlangsung saat itu sehingga membuat likuiditas menjadi jauh lebih ketat.
Grafik 3.1. Arus Dana Asing Bersih (dlm USD juta)
Sumber: Eastspring Investements, Bloomberg
Lain halnya yang terjadi pada tahun 2004, di saat kondisi ekonomi global sedang dalam keadaan yang baik dengan likuiditas yang terjaga maka sentimen positif dari hasil pesta demokrasi rakyat Indonesia disambut baik oleh para investor asing. Keuntungan yang sebesar 40% juga merupakan hasil ekspektasi para investor atas earnings yang akan dihasilkan oleh para emiten ke depannya akibat kondisi ekonomi Indonesia yang diperkirakan akan menjadi lebih baik di masa-masa yang akan datang.
Grafik 3.2. Arus Dana Asing Bersih (dlm USD juta)
Sumber: Eastspring Investements, Bloomberg
17
KONDISI PASAR OBLIGASI PADA PEMILU TAHUN 2004 DAN 2009 Secara garis besar, apa yang terjadi pada pasar saham selama pemilu 2004 dan 2009 tidak sepenuhnya terjadi pada pasar obligasi. Penyebab utamanya adalah kembali pada faktor likuiditas. Tahun 2004 adalah tahun pada saat pasar obligasi belum sepenuhnya menggunakan nilai pasar wajar sebagai pembentukan harga dalam portofolio masingmasing pelaku pasar. Oleh karena itu, belum banyak investor asing yang tertarik untuk melakukan pembelian surat utang negara Indonesia. Akibatnya, para pelaku asing di pasar obligasi Indonesia masih terbatas. Sehingga likuiditasnya juga menjadi terbatas. Namun demikian, likuiditas yang terbatas tersebut tidak membatasi keuntungan yang dihasilkan dari pasar obligasi yang mencapai lebih dari 20% selama periode tahun 2004. Grafik 3.3. Arus Dana Asing Bersih (dlm USD juta)
Sumber: Eastspring Investements, Bloomberg
Sementara itu selama periode tahun 2009, pada saat pasar obligasi sudah memiliki likuiditas yang mencukupi, keuntungan yang dicetak hanya selisih sedikit sekitar 1-2% dengan keuntungan yang dicetak pada periode tahun 2004. Sama halnya dengan kondisi pasar saham pada tahun 2009, likuiditas global yang ketat terjadinya akibat krisis finansial global pada sebelumnya. Grafik 3.4. Arus Dana Asing Bersih (dlm USD juta)
Sumber: Eastspring Investements, Bloomberg
18
QUANTITATIVE EASING Quantitave Easing (QE) adalah kebijakan moneter non konvensional yang digunakan oleh bank sentral untuk memacu pertumbuhan perekonomian ketika kebijakan moneter konvensional tidak efektif. Bank sentral melakukan quantitative easing dengan cara melakukan pembelian sejumlah aset keuangan jangka panjang dari lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang kemudian akan meningkatkan jumlah uang yang beredar dan menurunkan imbal hasil aset keuangan. Hal ini dibedakan dari kebijakan moneter pada umumnya dengan membeli atau menjual obligasi pemerintah untuk menjaga suku bunga antar bank sesuai dengan target yang telah ditentukan. Pada umumnya, kebijakan moneter ekspansif dilakukan dengan cara bank sentral membeli obligasi pemerintah jangka pendek dalam rangka untuk menurunkan suku bunga pasar jangka pendek. Namun, ketika suku bunga jangka pendek berada pada atau dekat dengan nol persen, maka kebijakan moneter yang normal tidak bisa lagi dilakukan. Quantitative easing dapat digunakan oleh otoritas moneter untuk lebih memacu pertumbuhan ekonomi dengan membeli aset yang jatuh temponya lebih lama daripada obligasi pemerintah jangka pendek. Dengan demikian, hal ini akan menurunkan suku bunga jangka panjang lebih rendah sesuai dengan target imbal hasil ditentukan. Quantitative easing akan meningkatkan harga aset keuangan yang dibeli dan pada saat yang sama menurunkan tingkat imbal hasilnya. Quantitative easing dapat juga dibedakan dari kebijakan moneter bank sentral pada umumnya, yang biasanya menargetkan suku bunga antar bank. Ketika suku bunga telah diturunkan menjadi hampir nol (karena baik deflasi atau permintaan uang yang sangat rendah), ketika terjadi sejumlah besar kredit macet, dan ketika risiko sistemik utama adalah resesi atau depresi karena bank tidak dapat meminjamkan uang lagi, maka bank sentral perlu untuk mengimplementasikan strategi baru yang dikenal sebagai Quantitative Easing. Bank sentral mungkin memberlakukan quantitative easing dengan membeli dalam jumlah yang telah ditentukan obligasi atau aset lain dari lembaga keuangan tanpa mengacu pada tingkat suku bunga. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan pasokan uang, bukan untuk menurunkan tingkat bunga yang tidak dapat dikurangi lebih lanjut. Hal ini sering dianggap sebagai jalan terakhir untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Quantitative easing, dan kebijakan moneter secara umum, hanya dapat dilakukan jika bank sentral mengendalikan mata uang yang digunakan. Bank-bank sentral dari negara-negara di zona Eropa, misalnya, tidak bisa secara sepihak menambah pasokan uang mereka dan dengan demikian tidak dapat menggunakan pendekatan quantitative easing. Negara-negara di zona Eropa ini harus bergantung pada Bank Sentral Eropa (ECB) untuk mengatur kebijakan moneter.
19
ABENOMICS “Abenomics” adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang saat ini. Istilah baru ini mengacu kembali ke istilah politik keuangan sebelumnya seperti Reaganomics (berdasarkan Presiden Amerika Ronald Reagan), Clintonomics (berdasarkan Presiden Amerika Bill Clinton) dan Rogernomics (berdasarkan Menteri Keuangan Selandia Baru Roger Douglas). Kebijakan Abe bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Jepang yang masih menghadapi tantangan terkait dengan resesi ekonomi global melalui kombinasi langkah-langkah seperti quantitative easing secara agresif dari Bank of Japan, kenaikan belanja infrastruktur publik, dan devaluasi yen. Kebijakan ini dapat dibandingkan dengan langkah-langkah pemerintah lain di seluruh dunia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Inspirasi parsial untuk Abenomics diambil dari Teori Keynesian atas perubahan makroekonomi dari sisi permintaan. Dan hasilnya antara lain, nilai tukar yen melemah sekitar 25% terhadap dolar AS pada kuartal kedua tahun 2013 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2012 diikuti dengan kebijakan moneter yang sangat longgar. Selain itu, tingkat pengangguran Jepang turun dari 4,0% pada kuartal terakhir 2012 menjadi 3,7% pada kuartal pertama tahun 2013. Selama resesi ekonomi global, Jepang menderita kerugian 0,7% GDP riil pada tahun 2008 diikuti dengan penurunan sebesar 5,2% pada tahun 2009. Sebaliknya, data pertumbuhan GDP riil dunia mengalami kenaikan sebesar 3,1% pada tahun 2008 diikuti oleh penurunan 0,7% pada tahun 2009. Selain itu, ekspor dari Jepang menyusut dari 746,5 milliar dolar AS di 2008 menjadi 545,3 miliar dolar AS di 2009, atau mengalami penurunan sebesar 27%. Abenomics adalah satu rangkaian langkah-langkah kebijakan dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah ekonomi makro Jepang. Hal ini termasuk kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan strategi pertumbuhan ekonomi untuk mendorong investasi swasta. Kebijakan khusus lainnya termasuk penetapan target tingkat inflasi tahunan sebesar 2%, depresiasi nilai tukar yen, menetapkan suku bunga negatif, quantitative easing yang radikal, perluasan investasi publik, membeli obligasi operasi konstruksi Bank of Japan (BOJ), dan revisi Bank of Japan Act. Menurut survei yang dilakukan oleh koran Nikkei di Jepang, 74% dari responden memuji kebijakan dalam mengentaskan Jepang dari resesi berkepanjangan.
20
03
Prospek Ekonomi Indonesia 2014
21
KEBIJAKAN EKONOMI PEMERINTAH 2014 Tahun 2014 akan menjadi salah tahun yang penuh tantangan bagi prospek pertumbuhan perekonomian Indonesia mengingat banyaknya isu-isu yang akan dihadapi ke depan baik yang berasal dari eksternal maupun internal dalam negeri, salah satunya QE tapering yang akan dimulai pada Januari 2014.
QE TAPERING Menurut Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Luky Alfirman, paling tidak ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam QE tapering. Pertama, QE tapering adalah sesuatu hal yang baru bukan saja dalam perekonomian global, bahkan bagi The Fed sebagai pihak yang akan melaksanakan kebijakan tersebut. Oleh karena itu, belum ada contoh kasus yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi mengenai seperti apa sebaiknya QE tapering itu dilakukan dan bagaimana dampaknya pada perekonomian, baik untuk domestik AS maupun global. Hal ke dua adalah mengenai ukuran nilai dan jangka waktu pelaksanaan QE tapering. Hingga saat ini, belum ada kepastian mengenai waktu atau lamanya QE tapering dilakukan, berapa banyak tahapan yang akan dilakukan dan berapa besar nilai yang akan dikurangi dalam setiap tahapnya. Yang ke tiga, meskipun akan terjadi pergantian pimpinan The Fed pada tahun 2014, namun kebijakan QE tapering diperkirakan tidak akan banyak berubah, karena gubernur Fed yang baru, Janet Yellen, sebelumnya menjabat sebagai wakil pimpinannya yang ikut terlibat dalam menetapkan rangkaian kebijakan-kebijakan yang saat ini sedang dijalankan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimanakah dampak kebijakan QE tapering tersebut terhadap perekonomian Indonesia? Berita baiknya adalah selama tahun 2013, secara total masih terjadi net inflows dari pihak asing ke pasar investasi portofolio Indonesia. Meskipun dari pasar saham terjadi net foreign outflows, namun di pasar surat utang negara terjadi net foreign inflows yang lebih besar sehingga secara total investasi portofolio Indonesia masih mencatatkan net foreign inflows sepanjang tahun 2013 kemarin. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan QE tapering tersebut telah berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Tetapi tekanan terhadap rupiah juga sangat dipengaruhi oleh tingginya impor sementara ekspor sendiri sedang mengalami pelemahan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini secara konsisten berada di kisaran 6% telah mengakibatkan tingginya kebutuhan impor untuk memenuhi permintaan dalam negeri, khususnya kebutuhan BBM. Hal ini ditambah lagi dengan tingginya foreign direct investment yang membutuhkan banyak impor barang-barang modal maupun bahan baku dan pendukung lainnya dari luar negeri.
22
Lebih jauh lagi, tekanan pada Neraca Pembayaran Indonesia (Balance of Payment) yang terjadi saat ini juga disebabkan oleh berkurangnya masuknya investasi pada neraca modal Indonesia yang selama ini ditopang oleh membanjirnya likuiditas global yang salah satunya berasal stimulus moneter yang dilakukan oleh The Fed. Untuk mengetahui berapakah nilai tukar rupiah yang wajar, kita perlu melihat ke belakang pada saat belum terjadi quantitative easing sebelum tahun 2009. Pada saat itu, ternyata nilai tukar rupiah berada pada kisaran yang kurang lebih sama dengan pergerakan nilai tukar yang terjadi akhir-akhir ini. Bahkan kalau diteliti lebih lanjut, rupiah mungkin akan terdepresiasi lebih jauh jika tidak terjadi penyesuaian harga BBM bersubsidi pada pertengahan tahun 2013 kemarin.
daerah lain di Indonesia dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jika pola ini terus berlangsung maka diharapkan pertumbuhan foreign direct investment akan jauh lebih pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan memberikan multiplier effect yang lebih besar. Selain itu peningkatan investasi asing terlihat pada industri-industri yang selama ini kurang tersentuh, misalnya di beberapa sektor farmasi dan consumer goods lainnya. Meskipun akan ada potensi impor barang modal dalam jangka pendek, namun dalam jangka menengah sektor-sektor industri tersebut akan didorong oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan ekspor yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi produk-produk berbasis non komoditas.
MENGATASI DEFISIT DAN MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN EKONOMI
TANTANGAN TAHUN 2014 Dari sisi eksternal, terdapat beberapa tantangan yang harus diantisipasi oleh pemerintah dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi sesuai yang ditetapkan dalam APBN. Pertama adalah perlambatan pertumbuhan perekonomian negara-negara mitra dagang utama Indonesia, misalnya Cina, lalu gejolak likuiditas yang mengakibatkan capital outflows sebagai dampak dari QE tapering, dan terakhir masih bergejolaknya harga komoditas dunia. Hal yang terakhir ini berhubungan dengan tantangan yang pertama yaitu perlambatan pertumbuhan perekonomian Cina. Turunnya permintaan dalam negeri Cina akan berdampak pada turunnya kebutuhan barang-barang berbasis komoditas sebagai faktor produksi. Turunnya permintaan barang-barang berbasis komoditas tersebut selanjutnya akan mempengaruhi harga. Sementara capital outflows diperkirakan akan masih berlanjut sejalan dengan dilakukannya QE tapering.
Defisit neraca transaksi berjalan pada tahun 2014 diperkirakan akan turun menuju ke kisaran 3% dari PDB, atau bahkan lebih rendah dari itu, pada akhir tahun 2014, sementara target pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan berada pada kisaran 6% sesuai dengan asumsi pada APBN 2014. Pencapaian tingkat pertumbuhan tersebut dihitung berdasarkan asumsi dasar tingkat pertumbuhan sepanjang tahun 2013 sebesar 5.7%. Angka pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di 2014 tersebut berasal dari peningkatan pertumbuhan sektor konsumsi sebagai dampak dari kegiatan Pemilu tahun 2014. Selain itu, membaiknya pertumbuhan ekonomi AS dan perekonomian global secara keseluruhan diperkirakan dapat memberikan dampak yang positif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2014. Bagaimana dengan target neraca transaksi berjalan di tahun 2014? Seperti yang diketahui bersama, selama ini telah terjadi permasalahan struktural atas neraca transaksi berjalan Indonesia, yaitu tingginya nilai impor, baik BBM maupun barang modal dan bahan penunjang industri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah berencana akan melanjutkan kebijakan yang telah ada maupun meluncurkan beberapa kebijakan baru, misalnya dengan memperbaiki sistem subsidi BBM dan mewajibkan penggunaan biodiesel, yaitu CPO, dalam BBM berjenis diesel. Selain itu Pemerintah saat ini sedang mengkaji pemberian insentif fiskal untuk beberapa industri yang memproduksi barangbarang intermediate goods sehingga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor.
Sementara itu dari sisi internal, struktur impor Indonesia seperti yang telah dijelaskan sebelumnya diperkirakan masih akan menjadi tantangan dalam rangka memperbaiki neraca transaksi berjalan di tahun 2014. Perbaikan iklim investasi seperti infrastruktur dan proses perijinan juga akan menjadi tantangan pemerintah dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang telah ditetapkan. Yang terakhir, kinerja ekspor komoditas akibat dari turunnya permintaan diperkirakan akan masih berlanjut, meskipun perkonomian dunia diharapkan akan membaik pada tahun 2014.
Pemerintah juga optimis bahwa foreign direct investment pada tahun 2014 akan tetap tumbuh meskipun mungkin akan terjadi sedikit perlambatan. Hal ini diperkirakan juga akan membantu mengurangi defisit neraca transaksi berjalan pemerintah. Berita baiknya adalah distribusi foreign direct investment terlihat lebih tersebar ke daerah-
Nara Sumber: - Luky Alfirman, Ph.D – Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuang Republik Indonesia
23
KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2014 Dengan dimulainya QE tapering maka mulai berakhir juga masa-masa dimana faktor likuiditas menjadi salah satu faktor utama pendorong terjadinya booming di pasar keuangan global termasuk di Indonesia selama 2 hingga 3 tahun terakhir. Paling tidak periode tersebut mencakup hingga paruh pertama tahun 2013, hingga saat mulai terjadi pembicaraan mengenai QE tapering.
LANGKAH-LANGKAH & KEBIJAKAN MAKROEKONOMI
foto: www.sinarharapan.co
Perry Warjiyo, Ph.D Deputi Gubernur Bank Indonesia
Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia Bapak Perry Warjiyo, Ph.D, siapapun pemimpin yang terpilih pada Pemilu 2014 ini akan dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dengan basis 5.7% - 5.8% pada tahun 2013 atau pencapaian target di kisaran 6.2% - 6.3% sampai dengan akhir tahun 2014. Untuk mencapai target pertumbuhan GDP tersebut, perlu 3 (tiga) langkah utama yang harus dijalankan, diantaranya; 1) Reformasi Struktural yaitu dengan menggarap sektor riil untuk menciptakan lapangan kerja, 2) Kebijakan fiskal melalui peningkatan pendapatan pajak dan pengurangan subsidi BBM, serta 3) meningkatkan Foreign Direct Investment sebagai salah satu sumber pendanaan bagi pertumbuhan ekonomi. Jika ketiga hal tersebut tidak dilaksanakan dengan baik maka permasalahan pada beberapa indikator makroekonomi seperti salah satunya yang saat ini sedang disorot yaitu, neraca transaksi berjalan, akan menjadi terkendala. Kebijakan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan saat ini sepertinya sudah mengakomodasi hal-hal tersebut meskipun ruang geraknya masih terbatas. Karena pada akhirnya, kebijakan fiskal harus berubah. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa hingga saat ini, para pemimpin politik masih perlu mempertimbangkan lebih dalam lagi untuk menerapkan kebijakan terhadap pengurangan subsidi BBM. Ke depannya nanti, pengurangan subsidi BBM ini harus dilakukan guna memberikan ruang gerak pada kebijakan fiskal lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di masa-masa yang akan datang. Jika hal ini sudah tercapai maka langkah selanjutnya adalah bagaimana menarik Foreign Direct Investment. Situasi politik selama tahun 2014 dirasakan tidak akan menjadi lebih buruk bahkan secara relatif diperkirakan justru akan membaik dibandingkan pada periode Pemilu tahun-tahun sebelumnya.
TARGET INDIKATOR MAKROEKONOMI 2014 Posisi defisit neraca transaksi berjalan sepanjang tahun 2013 diperkirakan akan mencapai angka dibawah 3.5% terhadap GDP. Sementara untuk target tahun 2014 dan 2015, posisi defisit neraca transaksi berjalan masing-masing adalah dibawah atau sekitara 3% dan 2% terhadap GDP. Angka untuk tahun 2014 tersebut diasumsikan dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5.8% atau naik sebesar 0.2% dari tahun 2013 sebagai dampak tambahan dari efek kegiatan ekonomi sepanjang kegiatan Pemilu berlangsung.
24
PENGEMBANGAN PASAR KEUANGAN
Sementara target tingkat inflasi pada tahun 2014 akan berada di level 4.5% + 1%. Angka tersebut sudah memperhitungkan dampak kenaikan harga elpiji dan depresiasi nilai tukar rupiah. Untuk mengantisipasi kenaikan tingkat inflasi yang lebih tinggi dari target yang ditetapkan tersebut, Pemerintah diperkirakan akan menetapkan kebijakan fixed subsidies atas harga BBM. Dengan demikian, pergerakan tingkat inflasi dapat akan lebih terjaga dan nilai impor dari BBM juga diperkirakan akan turun. Sehingga, defisit neraca transaksi berjalan yang sebagian besar disumbang dari nilai impor BBM ini diperkirakan juga akan
Sejalan dengan kebijakan makro prudensial yang telah dijalankan melalui kebijakan pengetatan dan pelonggaran likuiditas di pasar keuangan, Bank Indonesia akan terus berupaya mengembangkan pasar keuangan melalui kebijakan yang disebut financial market deepening. Pengembangan ini dilakukan dengan cara meningkatkan perputaran arus dana di pasar keuangan sehingga dapat meningkatkan likuiditas pasar. Beberapa usaha yang telah dilakukan antara lain dengan mengembangkan pasar repo antar bank (repurchase agreement) untuk surat utang negara.
berkurang. Terjaganya tingkat inflasi dan berkurangnya defisit neraca transaksi berjalan diharapkan akan membangun kembali tingkat kepercayaan para investor global terhadap perekonomian Indonesia yang pada gilirannya akan menarik kembali foreign direct investments.
Ke depannya, diharapkan pasar repo tersebut akan semakin berkembang dengan bertambahnya instrumen-instrumen keuangan yang dapat dijadikan sebagai underlying asset. Melalui pengembangan transaksi-transaksi pasar keuangan tersebut diharapkan tugas Bank Indonesia dapat menjadi lebih mudah dalam mengatur tingkat likuiditas pasar seperti layaknya yang telah dijalankan di negara-negara maju. Sehingga kebijakan kenaikan dan penurunan tingkat suku bunga oleh Bank Indonesia dapat dilakukan secara efektif di pasar. Hal ini diharapkan akan dapat lebih berjalan lagi dengan dukungan dari otoritas pasar modal bersama-sama bursa efek Indonesia melalui pengembangan jumlah investor yang melakukan investasi di pasar modal. Karena likuiditas pasar tidak dapat diciptakan tanpa adanya penambahan jumlah pelaku pasar/investor, begitu juga sebaliknya. Bertambahnya jumlah pelaku pasar/investor tidak akan berdampak positif pada perkembangan pasar jika tidak diikuti oleh likuiditas pasar yang memadai.
Sebagai perbandingan, berdasarkan pengalaman dari kenaikankenaikan harga BBM sebelumnya, efek kenaikan BBM pada tahun ini agak lebih rendah daripada pada kenaikan di tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2005, setiap 10% kenaikan harga BBM akan mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi sebesar 0.5%. Sementara pada tahun 2008, dampak dari setiap 10% kenaikan harga BBM meningkat menjadi 0.8% terhadap kenaikan tingkat inflasi. Untuk tahun 2013 kemarin, dampak tambahan kenaikan tingkat inflasi menjadi hanya 0.17%. Sebenarnya penurunan efek pada tahun lalu lebih disebabkan oleh penundaan implementasi yang terjadi beberapa kali sebelum kenaikan harga BBM tersebut dilakukan di pertengahan tahun 2013. Sehingga tambahan kenaikan pada tingkat inflasi terjadi secara bertahap seusai dengan setiap penundaan-penundaan yang dilakukan. Untuk posisi cadangan devisa, angka yang ada saat ini sebenarnya sudah cukup dan berada di atas angka yang seharusnya dipenuhi untuk membiayai beberapa bulan nilai impor ke depan. Bahkan dalam beberapa waktu ke depan, posisi cadangan devisa diperkirakan akan dapat kembali berada di atas 100 miliar dolar AS yang pada gilirannya dapat membantu menambah kepercayaan investor asing terhadap pasar keuangan Indonesia. Melalui perbaikan-perbaikan pada beberapa indikator makroekonomi tersebut maka diharapkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan relatif lebih stabil. Stabilitas nilai tukar rupiah dinilai jauh lebih penting ketimbang penguatan yang bersifat sementara. Karena hal ini akan lebih mempermudah para pengusaha dan pelaku pasar lainnya untuk memproyeksikan rencana kegiatan usahanya ke depan.
Nara Sumber: - Perry Warjiyo, Ph.D – Deputi Gubernur Bank Indonesia
25
PROSPEK PASAR MODAL INDONESIA 2014 KINERJA PASAR SAHAM 2014 Kinerja bursa saham di 2014 diperkirakan akan banyak tergantung pada persepsi investor asing terhadap kelangsungan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada saat IHSG meluncur turun di 2013 terdapat kekhawatiran bahwa kebijakan-kebijakan dalam menangani defisit neraca berjalan akan berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi, di tengah ketidakpastian politik pada tahun pemilihan umum. Saat ini konsensus Bloomberg untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2014 adalah 5.7% dan inflasi sekitar 5.0%, sementara konsensus Bloomberg untuk pertumbuhan laba IHSG adalah 13.4%. Di samping itu MSCI Indonesia, indeks saham ‘blue chip’ Indonesia, diperkirakan oleh Morgan Stanley Securities akan mencatat pertumbuhan laba sebesar 11.9%. Secara valuasi, bursa saham Indonesia sudah mendekati rata-rata 10 tahun baik secara rasio P/ BV dan rasio PER MSCI Indonesia seperti yang terlihat dalam grafik 5.1 dan 5.2. Sejak 2008 pasca QE, valuasi saham terutama secara PER berada di atas rata-rata 10 tahun sebagai akibat trend suku bunga yang terus turun. Apakah setelah QE berangsur-angsur dikurangi valuasi akan kembali ke rata-rata, atau di bawah rata-rata. Buat kami, selain melihat ke pergerakan valuasi, ada baiknya jika kita melihat pertimbangan lain yaitu pertumbuhan PDB. Pertumbuhan PDB menunjukkan pertumbuhan pendapatan perusahaan-perusahaan di Indonesia, dan dengan asumsi bahwa marjin laba perusahaan dan struktur IHSG mirip dengan struktur ekonomi, maka IHSG akan bertumbuh seiring dengan pertumbuhan PDB. Memang ada sejumlah perbedaan antara perusahaan-perusahaan di IHSG, tetapi pendekatan ini kami pikir masih bisa dipergunakan dengan longgar.
Grafik 5.1. MSCI Indonesia P/B di 2.6x, lebih rendah dari rata-rata 10 tahun 2.9x
Sumber : Morgan Stanley Research
26
Grafik 5.2. MSCI Indonesia P/E di 12.5x, diatas sedikit dari rata-rata 10 tahun 11.5x
Sumber : Morgan Stanley Research
IHSG BERGERAK MENGIKUTI PERTUMBUHAN PDB NOMINAL Seperti terlihat pada grafik 5.3. dibawah ini, meskipun dalam tahun-tahun tertentu pergerakan IHSG tidak sejalan dengan pertumbuhan PDB, namun dalam jangka panjang IHSG akan bergerak seirama dengan pertumbuhan PDB. Faktor non ekonomi seperti ketidakstabilan politik (19992001) saat reformasi hingga Gus Dur dilengserkan atau krisis keuangan global (2008) akan menggoyang kepercayaan diri investor, namun pada akhirnya pertumbuhan ekonomi tetap menampilkan diri sebagai faktor paling utama arah pergerakan IHSG. Di tahun politik ini, isu pengurangan QE dan pemilu akan berdampak pada kepercayaan investor, tetapi manakala hal itu ternyata tidak banyak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, IHSG pada akhirnya akan kembali menyesuaikan diri. Grafik 5.3. IHSG bergerak mengikuti pertumbuhan PDB nominal
Sumber : Mandiri Sekuritas
27
PERTUMBUHAN EKONOMI 2014 MASIH POSITIF
Sementara untuk sektor ritel, Pertumbuhan marjin laba di sektor ini diperkirakan akan relatif stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan terjadi akibat penyesuaian upah buruh, normalisasi atas kenaikan biaya sewa dan perlambatan laju pertumbuhan pembukaan gerai-gerai pada tahun 2014 ini.
Kembali ke awal diskusi, konsensus Bloomberg masih mempercayai Indonesia akan tetap mengalami pertumbuhan positif dan juga inflasi yang positif. Hal ini menyatakan bahwa perusahaan secara umum akan mengalami pertumbuhan pendapatan yang positif. Biaya memang naik, tetapi dari perusahaan-perusahaan yang ada di bursa saham, sebagian besar menyatakan bahwa mereka akan dapat meneruskan kenaikan itu ke konsumen. Bisa saja pertumbuhan laba tidak akan sebesar pertumbuhan pendapatan, tetapi lihatlah perkiraan Bloomberg dan Morgan Stanley.
Penurunan yang terjadi pada beberapa harga komoditas berimbas juga sektor pertambangan batubara. Harga batubara diperkirakan akan masih dalam rentang yang sempit sepanjang tahun 2014 ini. Meskipun terjadi penurunan cadangan persediaan batubara, produsen akan dapat segera menaikkan jumlah produksinya pada saat terjadi kenaikan harga. Dengan demikian, maka harga batubara diperkirakan akan sulit bergerak dalam kisaran yang lebar.
Grafik. 5.4. Perkiraan PDB dan inflasi 2014, semuanya mencatat angka positif
EOY 2014
PDB (%)
Inflasi (%)
BCA
6.1
5.3
BII
6.1
5.1
CIMB
5.2
4.6
CITI
5.6
4.9
HSBC
6.0
5.0
ING
5.7
4.0
JPM
4.6
4.6
UBS
5.7
6.3
Rata-rata
5.6
5.0
Salah satu sektor yang diperkirakan akan menarik pada tahun 2014 adalah sektor media. Sebagaimana yang diketahui bahwa periode kampanye Pemilu legislatif akan berlangsung dari 16 Maret hingga 5 April sebelum tanggal pencoblosan pada 9 April 2014. Diperkirakan akan banyak terjadi belanja iklan sepanjang periode tersebut yang akan menguntungkan banyak stasiun-stasiun TV. Pemilihan Presiden putaran pertama yang akan berlangsung pada tanggal 9 Juli diikuti dengan kemungkinan terjadinya putaran kedua sekitar bulan September, diperkirakan akan menambah potensi belanja iklan yang akan menambah keuntungan bagi para stasiun-stasiun TV nasional tersebut. Selain sektor-sektor yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa sektor yang masih akan dihadapkan oleh tantangan kebijakan uang ketat, diantaranya yaitu sektor otomotif. Penjualan Low-Cost Green Car (LCGC) diperkirakan akan menjadi pemicu kenaikan pertumbuhan volume penjualan mobil sepanjang tahun 2014, sementara kenaikan pertumbuhan volume penjualan motor akan masih dipicu oleh tingkat kemacetan, sulitnya transportasi umum dan kenaikan level pendapatan masyarakat. Pelemahan rupiah, kenaikan tingkat suku bunga, dan semakin tingginya tingkat kompetisi pasar masih akan menjadi tantangan utama sektor otomotif di tahun 2014 ini.
Sumber: Eastspring Investments Indonesia, Bloomberg
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI YANG RELATIF STABIL DI 2014 Beberapa sektor industri diperkirakan akan mengalami perkembangan yang relatif stabil pada 2014 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang dipenuhi oleh beberapa tantangan pada indikator fundamental ekonomi. Tantangan tersebut antara lain seperti kekhawatiran tingginya tingkat inflasi akibat kenaikan upah minimum buruh dan pengurangan subsidi BBM, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta penurunan beberapa harga komoditas. Contoh sektor industri yang akan mengalami perkembangan yang lebih stabil ke depannya adalah sektor semen. Pertumbuhan permintaan semen diperkirakan akan kembali stabil setelah mengalami perlambatan pada semester II tahun 2013. Tingkat utilisasi kapasitas produksi para pemain utama di industri semen ini diperkirakan masih akan tetap tinggi, sementara kapasitas produksi secara nasional diperkirakan tidak akan mengalami overcapacity hingga kuartal I tahun 2016.
Kesimpulan Kecenderungan IHSG dalam jangka panjang adalah mengikuti pertumbuhan PDB nominal dan laba perusahaan secara keseluruhan. Pemilu, defisit neraca anggaran, dan isu pengurangan QE memang akan mempengaruhi sentimen investor, namun selama perusahaan bertumbuh, pergerakan IHSG cepat atau lambat akan menyesuaikannya.
28
Konsumen Indonesia - Yang Muda Yang Belanja Median umur penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 27,2 tahun. Sementara itu rasio ketergantungan penduduk Indonesia adalah 51,3. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produktif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah (data BPS). Kedua data ini menunjukkan potensi pasar barang-barang konsumsi di Indonesia. Usia yang masih muda dengan tanggungan yang tidak banyak memberikan kesempatan pada mereka untuk memanjakan diri . Hal ini pertumbuhan kuat makanan-makanan non esensial seperti yang terlihat pada Figure 1, dimana pertumbuhan makanan kaleng, es krim, roti, dan makanan ringan mencatat angka yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan konsumsi ikan, dan daging ayam. Oleh karena itu tidak heran jika banyak perusahaan-perusahaan besar melirik Indonesia dengan penuh minat. Figure 2 menunjukkan keunggulan margin laba operasional perusahaan-perusahaan produsen baranbarang konsumsi di Indonesia dibanding negara-negara lainnya. Ke depannya dengan data fertilitas yang turun (Figure 3) diperkirakan daya beli masyarakat Indonesia akan tetap bertahan. Dengan fertilitas yang turun, masyarakat dewasa Indonesia akan memiliki waktu dan dana yang lebih besar untuk belanja non esensial. Perlambatan pertumbuhan ekonomi 2014 diduga tidak akan menggangu trend jangka panjang, dan minat investasi akan tetap tinggi. Persaingan antar perusahaan akan meningkat, tetapi perusahaan dengan inovasi dan kemampuan distribusi yang kuat akan semakin berkembang besar.
Grafik 6.1. Konsumsi per capita (2002-2012 CAGR)
Sumber : CLSA, Euromonitor
29
Grafik 6. 2. Perbanding EBIT margin ‘consumer staples’
Sumber : CLSA Emerging Market
Grafik 6.3. Laju Fertilitas di Indonesia
Sumber : Demographic and Health Survey 2012 (BPS, BKKBN, MoH)
30
04
Survey Hasil Pemilu
PEMILU 2014 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari laporan LIPI atas Survei Pra-Pemilu 2014 mengenai Potret Suara Pemilih Satu Tahun Jelang Pemilu, selama tiga pemilu pasca-Orde Baru menunjukkan perubahan kekuatan politik yang signifikan, terutama jika dilihat dari pergantian pemenang pemilu dan perubahan posisi tiga partai dengan perolehan suara terbanyak. Pada Pemilu 1999, PDIP menjadi pemenang pemilu dengan perolehan suara lebih dari 33%. Pada Pemilu 2004, PDIP turun ke urutan kedua dengan perolehan suara hanya 18%, sedangkan posisi pertama ditempati Golkar dengan 22% suara. Pada Pemilu 2009, Demokrat mengungguli Golkar dan PDIP yang memenangi dua pemilu sebelumnya dengan perolehan suara 21%. Pertanyaannya yng muncul berikutnya adalah apakah pemilu mendatang akan menghasilkan pemenang baru? Bagaimana peta kekuatan 12 partai peserta pemilu? Siapakah tokoh yang dianggap layak maju dalam pencalonan pada Pilpres 2014? Berikut beberapa hasil laporan yang dirangkum berdasarkan survei yang dilakukan oleh LIPI dan CSIS.
31
PEMILU LEGISLATIF
Gambar 1.3. Alasan memilih Anggota Legislatif
Gambar 1.1. Caleg vs Partai
Sumber: CSIS, 2013
Sementara hasil survei LIPI menyatakan bahwa jumlah responden yang akan mempertimbangkan untuk memilih caleg perempuan relatif berimbang dengan responden yang menyatakan tidak akan memilih caleg perempuan.
Sumber: LIPI, 2013
Berdasarkan survei yang dilakukan LIPI, 58% pemilih lebih memilih calon legislatif dibandingkan dengan partai politiknya. Sementara hasil survei CSIS menyatakan bahwa alasan pemilih untuk memilih partai tertentu adalah karena calon legislatif yang berkualitas. Yang menarik atas hasil survei CSIS adalah bahwa meskipun pemilih akan memilih partai karena calon legislatifnya, namun pada saat ditanya mengenai kenal atau tidaknya anggota legislatif dari daerah pilihannya masingmasing, 81% menjawab tidak.
Mengenai kedekatan para respoden dengan partai yang dipilih, hasil survei LIPI mengatakan hampir 60% responden merasa tidak memiliki kedekatan dengan partai manapun. Hanya 5% dan 17% responden merasa sangat dekat atau merasa cukup dekat dengan partai. Ada 31,1% responden yang belum menentukan pilihan.
Gambar 1.4. Memilih Calon Legislatif Perempuan
Gambar 1.2. Kenal dengan Anggota Legislatif
Sumber: LIPI, 2013
Sumber: CSIS, 2013
32
memilih Gerindra lagi di tahun 2009; sementara untuk pemilih PDI-P 74,6 persen akan memilih PDI-P kembali; dan pemilih Golkar adalah 61,2 persen yang menyatakan akan memilih kembali Golkar di Pemilu 2014. Di sisi lain, Partai Demokrat ditinggalkan pemilihnya, hanya 20,1 persen pemilih PD di tahun 2009 yang menyatakan akan memilih lagi PD di Pemilu 2014.
Gambar 1.5. Kedekatan dengan Partai
PEMILIHAN PRESIDEN Gambar 1.6. Presiden Islam vs Non Islam
Sumber: LIPI, 2013
Sumber: LIPI, 2013
Untuk proyeksi perolehan suara, survei LIPI menyatakan bahwa PDIP dan Golkar berada pada peringkat teratas perolehan suara jika pemilu diselenggarakan saat survei dilaksanakan. Meskipun dalam jangka waktu satu tahun yang tersisa, pergeseran suara pemilih masih sangat mungkin terjadi, terutama jika melihat masih besarnya kemungkinan pemilih mengganti pilihan partainya. Berdasarkan survey yang dibiayai oleh dana DIPA (negara) ini, pemilih PDIP dan Gerindra adalah pemilih yang relatif paling setia. Lebih dari 60% responden yang mengaku memilih PDIP atau Gerindra pada Pemilu 2009 kembali akan memilih partai yang sama.
Gambar 1.7. Presiden Jawa vs Non Jawa
Sementara berdasarkan data dari dua survei CSIS sebelumnya (Juli 2012 dan Mei 2013), terlihat bahwa PDI-P, Gerindra dan juga Hanura menjadi dua partai yang tingkat dukungannya naik secara konsisten dan tidak fluktuatif, sementara Partai Demokrat terus mengalami penurunan secara konsisten. Dan semakin mendekati Pemilu 2014, “Efek Jokowi” semakin terlihat pada PDI-P, yang pada survei periode ini menjadi partai yang mendapat dukungan terbanyak.
Sumber: LIPI, 2013
Menurut hasil temuan survei LIPI, Mayoritas responden masih berpendapat bahwa presiden dan wakil presiden harus beragama Islam. Namun, untuk latar belakang etnis, mayoritas responden menganggap bahwa presiden atau wakil presiden bisa berasal dari etnis apapun. Hanya sekitar 20% yang menganggap pejabat eksekutif tertinggi negeri ini harus orang Jawa.
PDI-P, Gerindra dan Golkar masih menjadi tiga partai yang memiliki pemilih loyal. Gerindra memiliki pemilih yang jauh lebih loyal dibandingkan dengan partai-partai lain; 88,5 persen responden yang menyatakan memilih Gerindra di tahun 2009, menyatakan akan
33
Gambar 1.8. Presiden Laki-laki vs Perempuan
Sedangkan berdasarkan hasil survey CSIS, arus dukungan terhadap Jokowi terus menguat. Dibandingkan dengan survei CSIS bulan Mei 2013 lalu, tingkat dukungan terhadap Jokowi naik 6 persen; sementara sebagian besar pimpinan partai lain yang disebut sebagai capres tingkat dukungannya menurun. Dua pimpinan partai yang tingkat dukungannya juga naik adalah Aburizal Bakrie (naik dari 7 persen di bulan Mei 2013 menjadi 9 persen) dan Wiranto (naik dari 0,8 persen menjadi 4,6 persen). Perbedaan yang terlihat adalah bahwa Prabowo dan Wiranto adalah ‘calon definitif” dari partai karena merupakan “pemilik” dari partainya, sementara Jokowi bukan bagian dari “pemilik” partai. Dari sisi konsolidasi demokrasi di Indonesia, fenomena ini menunjukan tanda-tanda bahwa oligarki partai/arus atas politik pada dasarnya tidak sejalan dengan arus bawah politik. Selain Jokowi, tanda-tanda retaknya oligarki elit partai di Indonesia sebetulnya juga terlihat pada Demokrat yang memberi ruang, walau sedikit, pada kemunculan tokoh non-elit PD melalui Konvensi. “Keretakkan” oligarki-oligarki partai ini harus terus didorong dengan cara memaksa semua partai untuk melakukan hal yang sama: menemukan figur yang didukung arus bawah dan atau menyelenggarakan konvensi yang demokratis, sehingga partai bukan menjadi milik ketua dan bendahara seperti yang selama ini ada.
Sumber: LIPI, 2013
Hampir duapertiga responden masih berpendapat bahwa presiden harus laki-laki. Adapun untuk wakil presiden responden yang berpendapat demikian angkanya lebih rendah, yaitu sekitar 55%. Tidak ada perbedaan signifikan jumlah responden yang berpendapat presiden sebaiknya berlatar belakang militer dengan responden yang berpendapat presiden sebaiknya berasal dari kalangan sipil. Lebih dari 40% responden tidak mempersoalkan latar belakang ini.
Survei CSIS ini juga menemukan bahwa tingkat dukungan terhadap Jokowi semakin terkonsolidasi, bukan hanya dari pemilih-pemilih PDI-P tetapi juga dari pemilih partai-partai lain dan bahkan jika dibandingkan dengan pemilih capres lain (bila dibandingkan survei CSIS di bulan Mei lalu). Pemilih Jokowi terbesar datang dari pemilih PDI-P (63,6 persen pemilih PDI-P menyatakan akan memilih Jokowi), disusul Demokrat (42,7 persen), Golkar (22,7 persen) dan Gerindra (20,6 persen).
Gambar 1.9. Presiden Militer vs Sipil
Dengan membandingkan survei CSIS kali ini (November 2013) dan yang terdahulu (Mei 2013), bisa dilihat trend konsisten kenaikan dukungan terhadap Jokowi di antara pemilih PDI-P: naik dari 51,9 persen menjadi 63,6 persen. Dukungan terhadap Jokowi juga naik signifikan diantara pemilih Gerindra: dari 12,6 persen dalam survei CSIS bulan Mei lalu menjadi 20,6 persen dalam survei November. Artinya, pendukung Prabowo juga mulai berpaling pada Jokowi. Jarak tingkat dukungan terhadap Jokowi semakin lebar dari capres-capres lain.
Sumber: LIPI, 2013
Masih berdasarkan hasil temuan LIPI, Prabowo Subianto dan Joko Widodo secara konsisten berada di peringkat atas daftar tokoh yang paling banyak dipilih oleh responden survei ini, baik dalam ‘daftar terbuka’ maupun dalam ‘short list’ tokoh-tokoh potensial yang akan maju dalam Pilpres 2014. Prabowo Subianto selalu unggul berhadapan dengan tokoh lain manapun, kecuali jika Joko Widodo ‘hadir’. Joko Widodo selalu berada di peringkat pertama, dengan margin yang cukup signifikan, tidak terkecuali pada saat nama Megawati Soekarnoputri juga masuk ke dalam daftar calon.
34
FAIRNESS & OUTCOME PEMILU 2014 Berdasarkan hasil survey LIPI, hampir 40% merasa cukup yakin bahwa Pemilu tahun 2014 akan berlangsung secara jujur dan adil, sementara lebih dari 40% cukup yakin bahwa Pemilu akan membawa perubahan positif.
Gambar 1.10. Fairness dan Outcome Pemilu
Sumber: LIPI, 2013
Menurut data KPU, Pemilu tahun 2014 merupakan Pemilu yang memiliki jumlah partai paling sedikit, yaitu 12 partai dibandingkan Pemilu yang diadakan sejak era reformasi tahun 1999. Sementara Pemilu yang memiliki jumlah partai terbanyak adalah tahun 1999 dengan 48 partai.
Gambar 1.11. Jumlah Partai Peserta Pemilu
Sumber: - Survei Nasional CSIS November 2013: Tanda-tanda Berakhirnya Oligarki Elit Partai? - SURVEI PRA-PEMILU 2014: Potret Suara Pemilih Satu Tahun Jelang Pemilu, PUSAT PENELITIAN POLITIK (P2P) LIPI
Sumber: KPU
35
05
Eastspring Investments Indonesia Eastspring Investments Indonesia Eastspring Investments adalah perusahaan manajer investasi bagian dari grup Prudential plc (UK) di Asia. Kami adalah salah satu dari perusahaan manajer investasi terbesar di Asia, beroperasi di 11 negara Asia dengan 2000 karyawan dan jumlah dana kelolaan sekitar US$97 miliar per 30 September 2013. Saat ini Eastspring Investments Indonesia adalah salah satu perusahaan manajer investasi terbesar di Indonesia dengan dana kelolaan sekitar Rp 39,55 triliun per 30 Januari 2014. Didukung oleh para profesional yang handal dan berpengalaman di bidang manajemen investasi dan reksa dana, Eastspring Investments Indonesia berkomitmen penuh menyediakan layanan keuangan berkualitas untuk memenuhi beragam kebutuhan investasi Anda. Produk reksa dana Eastspring Investments Indonesia dijual melalui bank-bank ternama dan perusahaan sekuritas, seperti Bank ANZ, HSBC Indonesia, Mandiri Sekuritas, Bank Permata, serta Standard Chartered Bank.
PRODUK KAMI EASTSPRING INVESTMENTS ALPHA NAVIGATOR
EASTSPRING INVESTMENTS ALPHA NAVIGATOR adalah reksa dana terbuka dengan komposisi utama pada saham-saham pilihan (best ideas stocks) yang diperdagangkan melalui Bursa Efek Indonesia. Makna “Alpha Navigator” adalah upaya aktif untuk mendapatkan “Alpha” yang dalam istilah investasi bermakna “nilai tambah”. Nama ini mencerminkan keinginan kami untuk memberikan nilai tambah bagi investor, dengan secara aktif dan berkesinambungan melakukan NAVIGASI atas saham-saham terbaik melalui seleksi, perumusan, dan pembobotan saham berdasarkan nilai fundamentalnya. Tujuan akhir dari proses ini adalah memberikan nilai lebih atas kinerja portofolio. Kinerja historis Eastspring Investments Alpha Navigator sejak peluncuran tanggal 29 Agustus 2012 sampai dengan 30 Januari 2014 memiliki tingkat pengembalian investasi sebesar 14,64%, lebih baik dibandingkan dengan IHSG sebagai tolok ukurnya pada periode yang sama sebesar 7,95%.
36
KINERJA HISTORIS PER 30 JANUARI 2014
EASTSPRING INVESTMENTS IDR HIGH GRADE
EASTSPRING INVESTMENTS IDR High Grade adalah reksa dana pendapatan tetap yang bertujuan untuk memberikan potensi keuntungan atas investasi jangka panjang pada Efek bersifat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan/atau korporasi Indonesia yang ditawarkan dalam Penawaran Umum dan/atau diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan instrumen pasar uang dalam negeri. Keunikan RD EASTSPRING INVESTMENTS IDR HIGH GRADE adalah komponen obligasi korporasi dengan rata-rata peringkat kredit AA yang mencerminkan obligasi berkualitas tinggi dan tingkat profil risiko portofolio secara keseluruhan.
37
KINERJA HISTORIS PER 30 JANUARI 2014
EASTSPRING INVESTMENTS VALUE DISCOVERY
EASTSPRING INVESTMENTS VALUE DISCOVERY adalah Reksa Dana Saham yang mempunyai keunikan beinvestasi berfokus pada sekumpulan saham (stock universe) yang termasuk dalam 30 saham dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia yang dikelola secara aktif untuk memberikan kinerja yang menarik bagi investor. Reksa Dana ini dilengkapi dengan “enhancer” sebagai “topping” yang bertujuan untuk memberikan nilai tambah bagi portofolio dengan berinvestasi pada “saham-saham dengan tema tertentu (thematic)” untuk memberikan potensi peningkatan imbal hasil tambahan.
38
Kinerja historis Eastspring Investments Value Discovery sejak peluncuran tanggal 29 Mei 2013 sampai dengan 30 Januari 2014 memiliki tingkat pengembalian investasi sebesar (2,71%), lebih baik dibandingkan IHSG sebagai tolok ukurnya pada periode yang sama mengalami penurunan sebesar (15,04%).
KINERJA HISTORIS PER 30 JANUARI 2014
EASTSPRING INVESTMENTS YIELD DISCOVERY
EASTSPRING INVESTMENTS YIELD DISCOVERY adalah reksa dana pendapatan tetap yang mempunyai keunikan melakukan diversifikasi investasi pada Obligasi Pemerintah dan Obligasi Korporasi untuk memberikan imbal hasil yang optimal.
39
Selain itu sebagian kecil portofolio dapat berinvestasi pada saham-saham dengan tema tertentu (thematic) sebagai “topping” untuk memberikan potensi peningkatan imbal hasil tambahan yang lebih menarik bagi investor.
KINERJA HISTORIS PER 30 JANUARI 2014
Disclaimer
INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON PEMODAL WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG.
40
EASTSPRING INVESTMENTS INDONESIA Prudential Tower Lt. 23 Jl. Jend. Sudirman kav. 79 Jakarta 12910 INDONESIA Phone (021) 2924 5555 Fax (021) 2924 5566 www.eastspringinvestments.co.id