Monthly Market Update Agustus 2016
RESEARCH TEAM
Market Update Agustus 2016
Ringkasan
Ekonomi Indonesia tumbuh 5,18 persen yoy dikuartal kedua 2016, atau lebih tinggi dari Q2 2015 sebesar 4,66 persen yoy dan Q1 2016 sebesar 4,92 persen yoy. Membaiknya pertumbuhan ekonomi pada Q2 2016 antara lain dipicu oleh meningkatnya konsumsi masyarakat sejalan dengan laju inflasi yang terkendali, indeks kepercayaan konsumen yang masih tinggi, serta tren suku bunga yang mulai menurun. Belanja pemerintah juga tumbuh lebih baik dibandingkan dengan Q1, serta ekspor yang mulai membukukan pertumbuhan qoq yang positif setelah tiga triwulan sebelumnya selalu mengalami pertumbuhan qoq yang negatif. Dari sisi sektoral, sektor manufaktur tetap menjadi penyumbang terbesar terhadap perekonomian Indonesia dengan share 20,5%. Sedangkan sektor yang memiliki pertumbuhan tertinggi pada Q2 adalah sektor jasa keuangan dan asuransi yang bertumbuh 13,5% yoy.
Pada Agustus 2016 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen MoM dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125,13, setelah dibulan sebelumnya terjadi inflasi sebesar 0,69 persen MoM. Secara tahunan, laju inflasi Agustus 2016 mencapai 2,79 persen (YoY). Deflasi di bulan Agustus terjadi karena adanya penurunan harga kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi, jasa keuangan. Sejumlah komoditas bahan makanan mengalami penurunan harga usai lebaran dan memberikan andil deflasi Agustus sebesar minus 0,13 persen. Sedangkan kelompok transportasi, komunikasi, jasa keuangan memberikan andil deflasi sebesar minus 0,19 persen. Kelompok yang menyumbang inflasi terbesar adalah kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Hal ini terjadi karena dimulainya tahun ajaran baru perkuliahan.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Agustus 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-days Repo Rate sebesar 5,25%, dengan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing sebesar 4,50% dan 6,00%. 7-days Reverse Repo Rate merupakan reformulasi suku bunga kebijakan. Dengan digunakannya 7-days Reverse Repo Rate yang tenornya lebih pendek dan lebih mencerminkan bunga pasar uang antar bank, maka akan lebih cepat mempengaruhi suku bunga perbankan.
Rupiah tercatat terdepresiasi sebesar 1,21% dari level Rp13.112/US$ pada akhir bulan Juli 2016 ke level Rp13.270/US$ pada akhir bulan Agustus 2016. Melemahnya rupiah lebih dipengaruhi oleh spekulasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) pada rapat FOMC September mendatang. Menguatnya potensi kenaikan FFR seiring dengan kondisi pasar tenaga kerja yang membaik yang sesuai dengan proyeksi The Fed. Volatilitas yang seperti ini biasanya bersifat temporer yang akan mereda bila isu tersebut hilang atau the Fed benar-benar sudah menaikkan suku bunga acuannya.
Pergerakan yield SUN selama bulan Agustus 2016 diwarnai fase bullish, ditandai dengan penurunan yield rata-rata sebesar 0,25% dibandingkan bulan lalu. Meskipun munculnya spekulasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) dan kondisi over production minyak dunia yang dikhawatirkan dapat menyebabkan anjloknya harga minyak dunia menjadi sentimen negatif kinerja pasar obligasi, namun turunnya level inflasi bulan Juli yang tercatat 3,21% yoy serta rilisnya data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2016 sebesar 5,18% yoy mampu menjadi katalis positif dan menjadi penopang kinerja pasar obligasi domestik akhir Agustus.
1
Market Update Agustus 2016
Pada Agustus 2016, rata-rata suku bunga dasar (SBDK) KPR dari 10 besar Bank Penyalur KPR di Indonesia mencapai 10,61%, mengalami penurunan sebesar 0,02% dari rata-rata SBDK bulan lalu. SBDK KPR tertinggi yang ditawarkan sebesar 11,62% yakni Bank Panin, sedangkan SBDK KPR terendah sebesar 9,75% yaitu Maybank.
Data statistik perbankan Indonesia mencatatkan outstanding KPR per bulan Juni 2016 sebesar Rp339,85 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 1,20% (mom) atau sebesar 8,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Sedangkan total outstanding KPR dan KPA per bulan Juni 2016 sebesar Rp352,749 triliun. Bank Indonesia mencatat persentase NPL KPR pada Juni 2016 mengalami penurunan menjadi 2,61% dibandingkan periode Mei 2016 yakni sebesar 2,84%. (Sumber: Statistik Perbankan Indonesia).
Outstanding KPR dan KPA diproyeksikan tumbuh dikisaran 8,0%-9,0% yoy di tahun 2016 dengan nilai proyeksi Rp361,891 triliun dan Rp367,753 triliun di triwulan III dan IV tahun 2016.
Outstanding KPR Syariah per bulan Juni 2016 sebesar Rp46,556 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 1,64% (mom) atau sebesar 11,79% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Total outstanding KPR dan KPA Syariah per bulan Juni 2016 sebesar Rp47,984 triliun. Persentase NPL KPR Syariah pada Juni 2016 mengalami penurunan menjadi 2,42% dibandingkan periode Mei 2016 yakni sebesar 3,41%. (Sumber: Statistik Perbankan Syariah).
SMF Building Permit Index (SMF-BPI) mulai menunjukkan sinyal kenaikan. Pada bulan Maret 2016, SMF-BPI meningkat 16,20% mom (-10,60% yoy) ke level 92. Pada bulan sebelumnya pertumbuhan SMF-BPI sebesar 9,4% mom (-22,9% yoy) atau di level 79,2.
Harga properti residensial pada triwulan II-2016 meningkat dari triwulan sebelumnya. Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan II-2016 berada pada level 193,13 atau tumbuh 0,64% (qtq). Namun, pertumbuhan IHPR pada triwulan II-2016 tersebut melambat dibandingkan pertumbuhan IHPR pada triwulan I-2016 yang tercatat 0,99% (qtq). Secara triwulanan (qtq), perlambatan kenaikan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe besar. Berdasarkan wilayah, peningkatan harga tertinggi terjadi pada kota Manado sebesar 7,52% (qtq). Secara tahunan, harga properti residensial tumbuh melambat. Pertumbuhan harga properti residensial tercatat 3,39% (yoy), melambat dibandingkan 4,15% (yoy) pada triwulan I-2016. (Sumber: Survey Harga Properti Residensial)
Data Survey Harga Properti Residensial BI menyebutkan bahwa pada triwulan II-2016, fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti. Sebagian besar konsumen (75,68%) memilih fasilitas KPR dalam transaksi pembelian properti, kemudian berturut-turut adalah tunai bertahap (16,44%) dan tunai (7,88%). (Sumber: Survey Harga Properti Residensial)
2
Market Update Agustus 2016
DAFTAR ISI RINGKASAN...................................................................................................................... 1 DAFTAR ISI
............................................................................................................. 3
MAKRO EKONOMI ............................................................................................................ 4 Produk Domestik Bruto ................................................................................ 4 Inflasi ........................................................................................................... 5 BI 7-days Reverse Repo Rate ..................................................................... 6 Nilai Tukar USD-IDR .................................................................................... 7 PASAR SURAT UTANG .................................................................................................... 8 INFORMASI PENYALUR KPR......................................................................................... 10 Outstanding KPR ....................................................................................... 10 Non Performing Loan (NPL) KPR .............................................................. 11 Proyeksi Outstanding KPR&KPA..................................................................12 Outstanding KPR Syariah.............................................................................13 Loan to Funding Ratio Perbankan.................................................................14 Suku Bunga Dasar KPR ................................................................................15 SMF BUILDING PERMIT INDEX..........................................................................................16 INDEKS HARGA PROPERTI RESIDENTIAL................... ...................................................17
3
Market Update Agustus 2016
MAKROEKONOMI Produk Domestik Bruto
Market Comment Ekonomi Indonesia tumbuh 5,18 persen yoy dikuartal kedua 2016, atau lebih tinggi dari Q2 2015 sebesar 4,66 persen yoy dan Q1 2016 sebesar 4,92 persen yoy. Dari sisi sektoral, kinerja sejumlah sektor yang menjadi penyumbang terbesar PDB adalah sebagai berikut: sector manufaktur mampu tumbuh sebesar 4,74% yoy, diikuti sektor pertanian, kehutanan, perikanan (+3,23% yoy), sektor perdagangan besar & eceran (+4,07% yoy), sektor konstruksi (+6,21% yoy), dan sektor pertambangan dan penggalian (-0,72% yoy).
Sumber : BPS
Ekonomi Indonesia tumbuh 5,18 persen di Q2 2016
Sementara dari sisi pengeluaran, kinerja penyumbang PDB terbesar adalah sebagai berikut: komponen konsumsi rumah tangga tumbuh 5,04% yoy, diikuti komponen pembentukan modal tetap bruto/PMTB (+5,06% yoy), ekspor (-2,73% yoy), konsumsi pemerintah (+6,28% yoy), dan konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga/LNPRT (+6,72% yoy). Prospek: Perekonomian Indonesia diproyeksikan akan tumbuh semakin pesat. Dengan laju inflasi yang terjaga dan indeks kepercayaan konsumen yang relatif tinggi akan menjaga daya beli masyarakat tetap baik, sehingga konsumsi rumah tangga akan tetap tumbuh baik pula. Peningkatan konsumsi dan investasi, belanja pemerintah diproyeksikan juga akan lebih optimal mengingat tender-tender proyek sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu, dan hambatan belanja APBN seperti tahun 2015 sudah dapat diatasi.
4
Market Update Agustus 2016
Inflasi Agustus 2016: (-0,02% MoM, 2,79% YoY) Inflasi 2012
4,30%
Inflasi 2013
8,08%
Inflasi2014
8,36%
Inflasi 2015
3,35%
Sumber : BPS
Pada Agustus 2016 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen MoM dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125,13, setelah dibulan sebelumnya terjadi inflasi sebesar 0,69 persen MoM. Secara tahunan, laju inflasi Agustus 2016 mencapai 2,79 persen (YoY). Deflasi di bulan Agustus terjadi karena adanya penurunan harga kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi, jasa keuangan. Sejumlah komoditas bahan makanan mengalami penurunan harga usai lebaran dan memberikan andil deflasi Agustus sebesar minus 0,13 persen. Sedangkan kelompok transportasi, komunikasi, jasa keuangan memberikan andil deflasi sebesar minus 0,19 persen. Kelompok yang menyumbang inflasi terbesar adalah kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Hal ini terjadi karena dimulainya tahun ajaran baru perkuliahan. Prospek: Pada bulan September, laju inflasi diperkirakan stabil seiring dengan selesainya tahun ajaran baru perkuliahan. Laju inflasi tahunan diperkirakan akan tetap terjaga pada kisaran 3,5%-4% hingga akhir tahun 2016.
5
Market Update Agustus 2016 BI 7-days Reverse Repo Rate
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Agustus 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-days repo rate sebesar 5,25%, dengan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing sebesar 4,50% dan 6,00%. 7-days reverse repo rate merupakan reformulasi suku bunga kebijakan. Dengan digunakannya 7-days reverse repo rate yang tenornya lebih pendek dan lebih mencerminkan bunga pasar uang antar bank, maka akan lebih cepat mempengaruhi suku bunga perbankan.
Prospek: Dengan prospek laju inflasi yang terkendali sekitar 3%, nilai tukar rupiah yang relatif stabil (bahkan cenderung menguat) serta neraca transaksi berjalan yang diproyeksikan akan tetap terjaga, maka peluang penurunan suku bunga acuan BI menjadi terbuka lebar. Namun mengingat bulan Agustus terjadi perubahan suku bunga acuan dari BI rate menjadi 7-day reverse repo, maka peluang BI rate dan 7-day reverse repo tidak berubah juga relatif besar. Untuk sisa tahun ini tren suku bunga diproyeksikan akan terus menurun, dimana 7-day reverse repo diprediksikan akan turun menjadi 4,75%.
6
Market Update Agustus 2016
Nilai Tukar USD-IDR
Rupiah tercatat terdepresiasi sebesar 1,21% dari level Rp13.112/US$ pada akhir bulan Juli 2016 ke level Rp13.270/US$ pada akhir bulan Agustus 2016. Melemahnya rupiah lebih dipengaruhi oleh spekulasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) pada rapat FOMC September mendatang. Menguatnya potensi kenaikan FFR seiring dengan kondisi pasar tenaga kerja yang membaik yang sesuai dengan proyeksi The Fed.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar Periode Agustus 2016 (Sumber: Bloomberg)
Kondisi tersebut rawan mengalami volatilitas. Misalnya jika ada data terbaru yang mengindikasikan perbaikan pemulihan ekonomi Amerika, maka isu kenaikan suku bunga acuan the Fed akan kembali menguat, yang dapat menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah dan koreksi di pasar modal. Namun volatilitas yang seperti ini biasanya bersifat temporer yang akan mereda bila isu tersebut hilang atau the Fed benar-benar sudah menaikkan suku bunga acuannya. Prospek: Nilai tukar rupiah diproyeksikan akan relatif stabil dengan kecenderungan menguat. Dari sisi domestik perbaikan fundamental ekonomi seperti laju inflasi yang tetap terkendali, ekspektasi peningkatan pertumbuhan ekonomi serta surplus neraca perdagangan sehingga defisit transaksi berjalan tetap terjaga akan menjadi faktor yang memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah. Dari sisi global, perlambatan pemulihan ekonomi di beberapa negara besar dunia seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, China dan lainlain direspon oleh otoritas moneter-nya dengan kebijakan moneter yang longgar (berupa suku bunga yang sangat rendah dan quantitative easing) serta kebijakan fiskal yang ekspansif untuk mempercepat peningkatan pertumbuhan ekonominya. Kebijakan yang seperti ini akan menyebabkan peningkatan aliran modal dari negara maju ke negara berkembang (termasuk Indonesia) sehingga akan berdampak positif terhadap nilai tukar rupiah maupun pasar modal.
7
Market Update Agustus 2016
PASAR SURAT UTANG Pergerakan yield SUN bulan Agustus 2016 diwarnai fase bullish dengan penurunan rata-rata sebesar 0,25% dibanding bulan sebelumnya. Rata-rata 1 bulan Tenor SUN
Premium Pasar CB AAA
CB AA+
1
6,18
163
189
2
6,45
170
198
3
6,59
174
203
5
6,73
182
200
7
6,85
188
210
10
7,04
189
215
*CB : Corporate Bonds (Obligasi Korporasi) Sumber : IBPA, diolah
Pergerakan yield SUN selama bulan Agustus 2016 diwarnai fase bullish, ditandai dengan penurunan yield rata-rata sebesar 0,25% dibandingkan bulan lalu. Kinerja pasar obligasi pada bulan Agustus sempat negatif yang lebih dipicu oleh faktor global. Selain meningkatnya spekulasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR), kondisi over production minyak dunia yang dipicu oleh meningkatnya persediaan minyak mentah AS juga dikhawatirkan dapat menyebabkan anjloknya harga minyak dunia, sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara berbasis komoditas, termasuk Indonesia. Namun dari sisi domestik, turunnya level inflasi bulan Juli yang tercatat 3,21% yoy serta rilisnya data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2016 sebesar 5,18% yoy mampu menjadi katalis positif dan menjadi penopang kinerja pasar obligasi domestik akhir Agustus.
Rata – rata Yield SUN pada Agustus 2016 mengalami penurunan sebesar 0,25% dari bulan sebelumnya
8
Market Update Agustus 2016
Credit Spread Obligasi rating AAA & rating AA+ mengalami pergerakan terbatas dibandingkan dengan bulan sebelumnya Sumber: IBPA, diolah
9
Market Update Agustus 2016
INFORMASI PEMBIAYAAN PERUMAHAN Outstanding KPR Outstanding KPR mengalami kenaikan
Data statistik perbankan Indonesia mencatatkan outstanding KPR per bulan Juni 2016 sebesar Rp339,85 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 1,20% (mom) atau sebesar 8,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Sedangkan total outstanding KPR dan KPA per bulan Juni 2016 sebesar Rp352,749 triliun. Bank Indonesia mencatat persentase NPL KPR pada Juni 2016 mengalami penurunan menjadi 2,61% dibandingkan periode Mei 2016 yakni sebesar 2,84%. (Sumber: Statistik Perbankan Indonesia).
Volume outstanding KPR mengalami kenaikan pada Juni 2016
Pertumbuhan outstanding KPR sampai dengan Juni 2016
10
Market Update Agustus 2016
Non Performing Loan (NPL) KPR Bank Indonesia mencatat persentase NPL KPR pada Juni 2016 mengalami penurunan menjadi 2,61% dibandingkan periode Mei 2016 yakni sebesar 2,84%. Secara volume, NPL KPR Juni 2016 turun sebesar Rp655 miliar. (Sumber: Statistik Perbankan Indonesia)
Persentase NPL KPR turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya
11
Market Update Agustus 2016
Proyeksi Outstanding KPR dan KPA Proyeksi Outstanding KPR & KPA 2016
Dengan asumsi pertumbuhan PDB berkisar antara 5,1% di tahun 2016, BI rate di level 6,50%, dan pertumbuhan harga properti residensial di rentang 2,88%-4,15% yoy, maka KPR dan KPA diproyeksikan tumbuh dikisaran 8,0%-9,0% yoy di tahun 2016. Periode
Proyeksi KPR & KPA (Rp Miliar)
Q1-2016
344.421
Q2-2016
352.574
Q3-2016
361.891
Q4-2016
367.753
12
Market Update Agustus 2016 Outstanding KPR Syariah Outstanding KPR Syariah mengalami kenaikan
Outstanding KPR Syariah per bulan Juni 2016 sebesar Rp46,556 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 1,64% (mom) atau sebesar 11,79% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Total outstanding KPR dan KPA Syariah per bulan Juni 2016 sebesar Rp47,984 triliun. Persentase NPL KPR Syariah pada Juni 2016 mengalami penurunan menjadi 2,42% dibandingkan periode Mei 2016 yakni sebesar 3,41%. (Sumber: Statistik Perbankan Syariah).
Volume outstanding KPR Syariah mengalami kenaikan pada Juni 2016
Pertumbuhan KPR Syariah mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya
Persentase NPL KPR Syariah menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya
13
Market Update Agustus 2016
Loan to Funding Ratio Perbankan Tabel Loan to Funding Ratio Penyalur KPR Bank BTN
LFR 102,63%
Bank Danamon
90,95%
Bank CIMB Niaga
92,51%
Bank Permata
85,51%
Bank BRI
86,80%
Bank Panin
93,38%
Bank Maybank
86,57%
Bank BNI
89,80%
Bank Mandiri
87,49%
Bank BCA
77,88%
Average
89,35%
Posisi rata-rata LFR 10 (sepuluh) bank penyalur KPR per Juni 2016 adalah sebesar 89,35%. Dilihat dari tabel menunjukan bahwa Bank BTN (102,63%), Bank CIMB Niaga (92,51%), dan Bank Panin (93,38%) memiliki LFR yang melewati batas atas dari LFR yang ditetapkan BI, yaitu 92%.
Posisi LFR (Loan to Funding Ratio) per Juni 2016 menunjukkan rata-rata posisi di bawah LFR yang ditetapkan Bank Indonesia Sumber: Laporan Triwulan (Q2) 2016 masing-masing bank, diolah
14
Market Update Agustus 2016 Suku Bunga Dasar KPR Tabel Suku bunga dasar KPR Penyalur KPR SBDK (KPR) Bank BRI
10,25%
Bank BCA
10,00%
Bank CIMB Niaga
11,00%
Bank Mandiri
10,25%
Bank BNI
10,50%
Bank Maybank
9,75%
Bank Panin
11,62%
Bank BTN
10,50%
Bank Danamon
11,25%
Bank Permata
11,25%
Average
10,61%
Pada Agustus 2016, dari 10 besar Bank Penyalur KPR di Indonesia rata-rata SBDK untuk KPR sebesar 10,61%, mengalami penurunan rata-rata SBDK sebesar 0,02% dari bulan lalu. Suku bunga dasar KPR tertinggi yang ditawarkan saat ini adalah sebesar 11,62% yaitu Bank Panin. Sedangkan suku bunga dasar KPR terendah yang ditawarkan saat ini adalah sebesar 9,75% yaitu Maybank. Dengan perubahan suku bunga acuan menjadi 7-days repo rate yang setara dengan suku bunga operasi moneter 7 hari, transmisi kebijakan dari Bank Indonesia ke pasar uang dan bank akan lebih efektif.
Sumber: Website masing-masing bank Agustus 2016
15
Market Update Agustus 2016
SMF BUILDING PERMIT INDEX (SMF-BPI) SMF Building Permit Index
Source: PTSP Kota & Kanupaten, diolah
SMF Building Permit Index (SMF-BPI) mulai menunjukkan sinyal kenaikan. Pada bulan Maret 2016, SMF-BPI meningkat 16,20% mom (-10,60% yoy) ke level 92. Pada bulan sebelumnya pertumbuhan SMF-BPI sebesar 9,4% mom (-22,9% yoy) atau di level 79,2. SMF Building Permit Index (SMF-BPI) dibangun berdasarkan data IMB dari 10 wilayah kota/kabupaten di Indonesia, dan diolah secara statistik. SMF-BPI merupakan salah satu leading indicator penting yang bermanfaat untuk memonitor arah perkembangan ekonomi Indonesia, termasuk sektor perumahan. Cepatnya pertumbuhan IMB nasional, menjadi salah satu indikasi akselerasi permintaan domestik dan ekonomi dalam 6-12 bulan mendatang.
16
Market Update Agustus 2016
INDEKS HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Pertumbuhan Harga Properti Residensial
Pertumbuhan indeks harga properti residensial pada triwulan II-2016 mengalami perlambatan dari triwulanan sebelumnya
Harga properti residensial pada triwulan II-2016 meningkat dari triwulan sebelumnya. Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan II-2016 berada pada level 193,13 atau tumbuh 0,64% (qtq). Namun, pertumbuhaan IHPR pada triwulan II-2016 tersebut melambat dibandingkan pertumbuhan IHPR pada triwulan I-2016 yang tercatat 0,99% (qtq). Secara triwulanan (qtq), perlambatan kenaikan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe besar. Berdasarkan wilayah, peningkatan harga tertinggi terjadi pada kota Manado sebesar 7,52% (qtq). Secara tahunan, harga properti residensial tumbuh melambat. Pertumbuhan harga properti residensial tercatat 3,39% (yoy), melambat dibandingkan 4,15% (yoy) pada triwulan I-2016. Data Survey Harga Properti Residensial BI menyebutkan bahwa pada triwulan II-2016, fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti. Sebagian besar konsumen (75,68%) memilih fasilitas KPR dalam transaksi pembelian properti, kemudian berturutturut adalah tunai bertahap (16,44%) dan tunai (7,88%). (Sumber: Survey Harga Properti Residensial)
Disclaimer: The information contained in this report has been taken from sources which we deem reliable. However, none of any PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) and/or their respective employees and/or agents make any representation or warranty (express or implied) or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the accuracy or completeness of the information and opinions contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions remaining unchanged after the issue thereof. We expressly disclaim any responsibility or liability (express or implied) of PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) employees and agents whatsoever and howsoever arising (including, without limitation for any claims, proceedings, action, suits, losses, expenses, damages or costs) which may be brought against or suffered by any person as a result of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this report. For further information please contact our number +6221-2700 400.
17