Monthly Market Update September 2016
RESEARCH TEAM
Market Update September 2016
Ringkasan
Ekonomi Indonesia tumbuh 5,18% yoy dikuartal kedua 2016, atau lebih tinggi dari Q2 2015 sebesar 4,66% yoy dan Q1 2016 sebesar 4,92% yoy. Membaiknya pertumbuhan ekonomi pada Q2 2016 antara lain dipicu oleh meningkatnya konsumsi masyarakat sejalan dengan laju inflasi yang terkendali, indeks kepercayaan konsumen yang masih tinggi, serta tren suku bunga yang mulai menurun. Belanja pemerintah juga tumbuh lebih baik dibandingkan dengan Q1, serta ekspor yang mulai membukukan pertumbuhan qoq yang positif setelah tiga triwulan sebelumnya selalu mengalami pertumbuhan qoq yang negatif. Dari sisi sektoral, sektor manufaktur tetap menjadi penyumbang terbesar terhadap perekonomian Indonesia dengan share 20,5%. Sedangkan sektor yang memiliki pertumbuhan tertinggi pada Q2 adalah sektor jasa keuangan dan asuransi yang bertumbuh 13,5% yoy.
Pada September 2016 terjadi inflasi sebesar 0,22% mom dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125,41, setelah dibulan sebelumnya terjadi deflasi sebesar 0,02% mom. Secara tahunan, laju inflasi September 2016 mencapai 3,07% yoy. Penyumbang inflasi tertinggi di bulan September adalah kelompok pendidikan dan rekreasi sebesar 0,52%.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 September 2016 memutuskan untuk menurunkan BI 7-days Repo Rate sebesar 25bps ke level 5,00%, dengan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing menjadi sebesar 4,25% dan 5,75%.
Rupiah tercatat terapresiasi sebesar 1,72% dari level Rp13.720/US$ pada akhir bulan Agustus 2016 ke level Rp13.042/US$ pada akhir bulan September 2016. Menguatnya rupiah dipengaruhi oleh meningkatnya aliran masuk modal asing akibat meredanya sentimen negatif terkait kenaikan FFR pada September 2016 dan berlanjutnya implementasi UU Pengampunan Pajak.
Pergerakan yield SUN selama bulan September 2016 diwarnai fase bearish, ditandai dengan kenaikan yield rata-rata sebesar 0,77bps dibandingkan bulan lalu. Melemahnya kinerja pasar obligasi selama bulan September lebih dipengaruhi oleh spekluasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR). Meskipun pada pekan kedua, spekulasi kenaikan FFR tersebut mereda sehingga mampu menjadi katalis positif dan penopang kinerja pasar obligasi domestik akhir September.
Pada September 2016, rata-rata suku bunga dasar (SBDK) KPR dari 10 besar Bank Penyalur KPR di Indonesia mencapai 10,56%, tidak mengalami perubahan dari rata-rata SBDK bulan lalu. SBDK KPR tertinggi yang ditawarkan sebesar 11,62% yakni Bank Panin, sedangkan SBDK KPR terendah sebesar 9,75% yaitu Maybank.
Data statistik perbankan Indonesia mencatatkan outstanding KPR per bulan Juli 2016 sebesar Rp338,95 triliun, mengalami penurunan dari bulan sebelumnya sebesar 0,26% (mom). Outstanding KPR tersebut meningkat sebesar 7,75% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Sedangkan total outstanding KPR dan KPA per bulan Juli 2016 sebesar Rp351,764 triliun. Bank Indonesia mencatat persentase NPL KPR pada Juli 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,83% dibandingkan periode Juni 2016 yakni sebesar 2,61%. (Sumber: Statistik Perbankan Indonesia).
1
Market Update September 2016
Outstanding KPR dan KPA diproyeksikan tumbuh dikisaran 8,0%-9,0% yoy di tahun 2016 dengan nilai proyeksi Rp361,891 triliun dan Rp367,753 triliun di triwulan III dan IV tahun 2016.
Outstanding KPR Syariah per bulan Juli 2016 sebesar Rp46,865 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 0,66% (mom) atau sebesar 11,71% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Total outstanding KPR dan KPA Syariah per bulan Juli 2016 sebesar Rp48,283 triliun. Persentase NPL KPR Syariah pada Juli 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,57% dibandingkan periode Juni 2016 yakni sebesar 2,42%. (Sumber: Statistik Perbankan Syariah).
SMF Building Permit Index (SMF-BPI) mulai menunjukkan sinyal kenaikan, meski pertumbuhannya masih melambat. Pada bulan Agustus 2016, SMF-BPI meningkat 4,30% mom (-13,70% yoy) ke level 107,8. Pada bulan sebelumnya pertumbuhan SMF-BPI sebesar -8,8% mom (3,9% yoy) atau di level 103,4.
Harga properti residensial pada triwulan II-2016 meningkat dari triwulan sebelumnya. Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan II-2016 berada pada level 193,13 atau tumbuh 0,64% (qtq). Namun, pertumbuhan IHPR pada triwulan II-2016 tersebut melambat dibandingkan pertumbuhan IHPR pada triwulan I-2016 yang tercatat 0,99% (qtq). Secara triwulanan (qtq), perlambatan kenaikan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe besar. Berdasarkan wilayah, peningkatan harga tertinggi terjadi pada kota Manado sebesar 7,52% (qtq). Secara tahunan, harga properti residensial tumbuh melambat. Pertumbuhan harga properti residensial tercatat 3,39% (yoy), melambat dibandingkan 4,15% (yoy) pada triwulan I-2016. (Sumber: Survey Harga Properti Residensial)
Data Survey Harga Properti Residensial BI menyebutkan bahwa pada triwulan II-2016, fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti. Sebagian besar konsumen (75,68%) memilih fasilitas KPR dalam transaksi pembelian properti, kemudian berturut-turut adalah tunai bertahap (16,44%) dan tunai (7,88%). (Sumber: Survey Harga Properti Residensial)
2
Market Update September 2016
DAFTAR ISI RINGKASAN...................................................................................................................... 1 DAFTAR ISI
............................................................................................................. 3
MAKRO EKONOMI ............................................................................................................ 4 Produk Domestik Bruto ................................................................................ 4 Inflasi ........................................................................................................... 5 BI 7-days Reverse Repo Rate ..................................................................... 6 Nilai Tukar USD-IDR .................................................................................... 7 PASAR SURAT UTANG .................................................................................................... 8 INFORMASI PENYALUR KPR...................................................................................... ...10 Outstanding KPR ....................................................................................... 10 Non Performing Loan (NPL) KPR ............................................................ ..11 Proyeksi Outstanding KPR&KPA..................................................................12 Outstanding KPR Syariah..............................................................................13 Loan to Funding Ratio Perbankan..................................................................14 Suku Bunga Dasar KPR ................................................................................15 SMF BUILDING PERMIT INDEX..........................................................................................16 INDEKS HARGA PROPERTI RESIDENTIAL................... ...................................................17
3
Market Update September 2016
MAKROEKONOMI Produk Domestik Bruto
Market Comment Ekonomi Indonesia tumbuh 5,18% yoy dikuartal kedua 2016, atau lebih tinggi dari Q2 2015 sebesar 4,66% yoy dan Q1 2016 sebesar 4,92% yoy. Dari sisi sektoral, kinerja sejumlah sektor yang menjadi penyumbang terbesar PDB adalah sebagai berikut: sektor manufaktur mampu tumbuh sebesar 4,74% yoy, diikuti sektor pertanian, kehutanan, perikanan (+3,23% yoy), sektor perdagangan besar & eceran (+4,07% yoy), sektor konstruksi (+6,21% yoy), dan sektor pertambangan dan penggalian (-0,72% yoy).
Sumber : BPS
Ekonomi Indonesia tumbuh 5,18% di Q2 2016
Sementara dari sisi pengeluaran, kinerja penyumbang PDB terbesar adalah sebagai berikut: komponen konsumsi rumah tangga tumbuh 5,04% yoy, diikuti komponen pembentukan modal tetap bruto/PMTB (+5,06% yoy), ekspor (-2,73% yoy), konsumsi pemerintah (+6,28% yoy), dan konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga/LNPRT (+6,72% yoy). Prospek: Perekonomian Indonesia diproyeksikan akan tumbuh semakin pesat. Dengan laju inflasi yang terjaga dan indeks kepercayaan konsumen yang relatif tinggi akan menjaga daya beli masyarakat tetap baik, sehingga konsumsi rumah tangga akan tetap tumbuh baik pula. Peningkatan konsumsi dan investasi, belanja pemerintah diproyeksikan juga akan lebih optimal mengingat tender-tender proyek sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu, dan hambatan belanja APBN seperti tahun 2015 sudah dapat diatasi.
4
Market Update September 2016 Inflasi September 2016: (0,22% mom, 3,07% yoy) Inflasi 2012
4,30%
Inflasi 2013
8,08%
Inflasi2014
8,36%
Inflasi 2015
3,35%
Sumber : BPS
Pada September 2016 terjadi inflasi sebesar 0,22% mom dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125,41, setelah dibulan sebelumnya terjadi deflasi sebesar 0,02% mom. Secara tahunan, laju inflasi September 2016 mencapai 3,07% yoy. Inflasi di bulan September terjadi karena adanya kenaikan harga kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, gas; kelompok sandang; kelompok kesehatan; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga; dan kelompok transport, komunikasi, jasa keuangan. Penyumbang inflasi tertinggi adalah kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,52%. Prospek: Untuk bulan Oktober tekanan inflasi bulanan diperkirakan akan relatif stabil dengan kecenderungan sedikit menurun dibandingkan dengan bulan September. Panen padi dan produk hortikultura lainnya (cabe, bawang, sayur-sayuran, dan lain-lain) di beberapa daerah yang biasanya berlangsung menjelang musim tanam akhir tahun, diperkirakan akan mampu menekan kenaikan harga kebutuhan pokok. Namun karena inflasi bulanan pada bulan Oktober 2015 sangat rendah (deflasi -0,08% MoM), maka laju inflasi tahunan pada bulan Oktober 2016 akan lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan bulan September 2016.
5
Market Update September 2016 BI 7-days Reverse Repo Rate
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 September 2016 memutuskan untuk menurunkan BI 7-days repo rate sebesar 25bps dari level 5,25% ke level 5,00%, diikuti dengan penurunan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing menjadi sebesar 4,25% dan 5,75%. 7-days reverse repo rate merupakan reformulasi suku bunga kebijakan. Dengan digunakannya 7-days reverse repo rate yang tenornya lebih pendek dan lebih mencerminkan bunga pasar uang antar bank, maka akan lebih cepat mempengaruhi suku bunga perbankan.
Prospek: Ke depan dengan prospek inflasi yang terkendali sekitar 3,0%, nilai tukar rupiah yang relatif stabil (bahkan cenderung menguat) serta defisit neraca transaksi berjalan yang diproyeksikan akan tetap terjaga dibawah 3,0% dari PDB, maka peluang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia masih terbuka lebar, paling tidak satu kali lagi sampai dengan akhir tahun 2016. Penurunan tersebut tampaknya akan dilakukan pada bulan Oktober atau Desember 2016. Peluang penurunan suku bunga acuan pada bulan November relatif kecil mengingat tren inflasi tahunan diperkirakan sedikit meningkat pada bulan Oktober yang datanya dirilis pada bulan November. Sedangkan pada bulan November dan Desember tren inflasi tahunan diperkirakan akan kembali menurun, dimana datanya akan dirilis masing-masing pada bulan Desember dan Januari. Dengan demikian suku bunga acuan 7day (reverse) repo rate diproyeksikan akan turun menjadi 4,75% sampai dengan akhir tahun 2016 ini.
6
Market Update September 2016
Nilai Tukar USD-IDR
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar Periode September 2016 (Sumber: Bloomberg)
Rupiah tercatat terapresiasi sebesar 1,72% dari level Rp13.270/US$ pada akhir bulan Agustus 2016 ke level Rp13.042/US$ pada akhir bulan September 2016. Menguatnya rupiah dipengaruhi oleh sisi eksternal maupun domestik. Dari sisi eksternal dipengaruhi oleh meningkatnya aliran masuk modal asing akibat meredanya sentimen negatif terkait kenaikan Fed Funds Rate (FFR) pada September 2016. Sementara dari sisi domestik dipengaruhi oleh berlanjutnya implementasi UU Pengampunan Pajak serta persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia sejalan dengan perbaikan fundamental ekonomi domestik. Prospek: Nilai tukar rupiah diproyeksikan akan relatif stabil dengan kecenderungan menguat. Dari sisi domestik perbaikan fundamental ekonomi seperti laju inflasi yang tetap terkendali, ekspektasi peningkatan pertumbuhan ekonomi serta surplus neraca perdagangan sehingga defisit transaksi berjalan tetap terjaga akan menjadi faktor yang memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah. Dari sisi global, perlambatan pemulihan ekonomi di beberapa negara besar dunia seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, China dan lainlain direspon oleh otoritas moneter-nya dengan kebijakan moneter yang longgar (berupa suku bunga yang sangat rendah dan quantitative easing) serta kebijakan fiskal yang ekspansif untuk mempercepat peningkatan pertumbuhan ekonominya. Kebijakan yang seperti ini akan menyebabkan peningkatan aliran modal dari negara maju ke negara berkembang (termasuk Indonesia) sehingga akan berdampak positif terhadap nilai tukar rupiah maupun pasar modal.
7
Market Update September 2016
PASAR SURAT UTANG Pergerakan yield SUN bulan September 2016 diwarnai fase bearish dengan kenaikan rata-rata sebesar 0,77bps mom dibanding bulan sebelumnya. Rata-rata 1 bulan Tenor SUN
Premium Pasar CB AAA
CB AA+
1
6,20
167
185
2
6,41
176
199
3
6,56
182
203
5
6,75
190
211
7
6,89
195
221
10
7,07
194
228
*CB : Corporate Bonds (Obligasi Korporasi) Sumber : IBPA, diolah
Pergerakan yield SUN selama bulan September 2016 diwarnai fase bearish, ditandai dengan kenaikan yield rata-rata sebesar 0,77bps mom. Melemahnya kinerja pasar obligasi pada bulan September dipicu oleh spekulasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR). Selain itu, tren negatif harga minyak dunia akibat melimpahnya produksi minyak mentah dunia juga menjadi kekhawatiran investor yang menyebabkan tekanan di pasar obligasi. Meskipun pada pertengahan bulan September, keputusan The Fed untuk mempertahankan FFR di kisaran 0,25%-0,50% menjadi katalis positif dan penopang kinerja pasar obligasi domestik akhir September.
Rata – rata Yield SUN pada Septmber 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,77bps mom
8
Market Update September 2016
Credit Spread Obligasi rating AAA & rating AA+ mengalami pergerakan terbatas dibandingkan dengan bulan sebelumnya Sumber: IBPA, diolah
9
Market Update September 2016
INFORMASI PEMBIAYAAN PERUMAHAN Outstanding KPR Outstanding KPR mengalami kenaikan
Data statistik perbankan Indonesia mencatatkan outstanding KPR per bulan Juli 2016 sebesar Rp338,95 triliun, mengalami penurunan dari bulan sebelumnya sebesar 0,26% (mom). Outstanding KPR Juli 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 7,75% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Sedangkan total outstanding KPR dan KPA per bulan Juli 2016 sebesar Rp351,764 triliun. Bank Indonesia mencatat persentase NPL KPR pada Juli 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,83% dibandingkan periode Juni 2016 yakni sebesar 2,61%. (Sumber: Statistik Perbankan Indonesia).
Volume outstanding KPR mengalami penurunan pada Juli 2016
Outstanding KPR Juli 2016 mengalami penurunan dari periode sebelumnya
10
Market Update September 2016
Non Performing Loan (NPL) KPR Bank Indonesia mencatat persentase NPL KPR pada Juli 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,83% dibandingkan periode Juni 2016 yakni sebesar 2,61%. Secara volume, NPL KPR Juli 2016 naik sebesar Rp723 miliar. (Sumber: Statistik Perbankan Indonesia)
Persentase NPL KPR naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya
11
Market Update September 2016
Proyeksi Outstanding KPR dan KPA Proyeksi Outstanding KPR & KPA 2016
Dengan asumsi pertumbuhan PDB berkisar antara 5,1% di tahun 2016, BI rate di level 6,50%, dan pertumbuhan harga properti residensial di rentang 2,88%-4,15% yoy, maka KPR dan KPA diproyeksikan tumbuh dikisaran 8,0%-9,0% yoy di tahun 2016. Periode
Proyeksi KPR & KPA (Rp Miliar)
Q3-2016
361.891
Q4-2016
367.753
12
Market Update September 2016 Outstanding KPR Syariah Outstanding KPR Syariah mengalami kenaikan
Outstanding KPR Syariah per bulan Juli 2016 sebesar Rp46,865 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 0,66% (mom) atau sebesar 11,71% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Total outstanding KPR dan KPA Syariah per bulan Juli 2016 sebesar Rp48,283 triliun. Persentase NPL KPR Syariah pada Juli 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,57% dibandingkan periode Juni 2016 yakni sebesar 2,42%. (Sumber: Statistik Perbankan Syariah).
Volume outstanding KPR Syariah mengalami kenaikan pada Juli 2016
Persentase NPL KPR Syariah meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya
13
Market Update September 2016
Loan to Funding Ratio Perbankan Tabel Loan to Funding Ratio Penyalur KPR Bank BTN
LFR 102,63%
Bank Danamon
90,95%
Bank CIMB Niaga
92,51%
Bank Permata
85,51%
Bank BRI
86,80%
Bank Panin
93,38%
Bank Maybank
86,57%
Bank BNI
89,80%
Bank Mandiri
87,49%
Bank BCA
77,88%
Average
89,35%
Posisi rata-rata LFR 10 (sepuluh) bank penyalur KPR per Juni 2016 adalah sebesar 89,35%. Dilihat dari tabel menunjukan bahwa Bank BTN (102,63%), Bank CIMB Niaga (92,51%), dan Bank Panin (93,38%) memiliki LFR yang melewati batas atas dari LFR yang ditetapkan BI, yaitu 92%.
Posisi LFR (Loan to Funding Ratio) per Juni 2016 menunjukkan rata-rata posisi di bawah LFR yang ditetapkan Bank Indonesia Sumber: Laporan Triwulan (Q2) 2016 masing-masing bank, diolah
14
Market Update September 2016 Suku Bunga Dasar KPR Tabel Suku bunga dasar KPR Penyalur KPR SBDK (KPR) Bank BRI
10,25%
Bank BCA
10,00%
Bank CIMB Niaga
10,50%
Bank Mandiri
10,25%
Bank BNI
10,50%
Bank Maybank
9,75%
Bank Panin
11,62%
Bank BTN
10,50%
Bank Danamon
11,00%
Bank Permata
11,25%
Average
10,56%
Pada September 2016, dari 10 besar Bank Penyalur KPR di Indonesia rata-rata SBDK untuk KPR sebesar 10,56%, tidak mengalami perubahan dari rata-rata SBDK periode sebelumnya. Suku bunga dasar KPR tertinggi yang ditawarkan saat ini adalah sebesar 11,62% yaitu Bank Panin. Sedangkan suku bunga dasar KPR terendah yang ditawarkan saat ini adalah sebesar 9,75% yaitu Maybank. Dengan perubahan suku bunga acuan menjadi 7-days repo rate yang setara dengan suku bunga operasi moneter 7 hari, transmisi kebijakan dari Bank Indonesia ke pasar uang dan bank akan lebih efektif.
Sumber: Website masing-masing bank September 2016
15
Market Update September 2016
SMF BUILDING PERMIT INDEX (SMF-BPI) SMF Building Permit Index
Source: PTSP Kota & Kanupaten, diolah
SMF Building Permit Index (SMF-BPI) menunjukkan sinyal kenaikan, meskipun pertumbuhannya secara tahunan masih melambat. Pada bulan Agustus 2016, SMF-BPI meningkat 4,30% mom (-13,70% yoy) ke level 107,8. Pada bulan sebelumnya pertumbuhan SMF-BPI sebesar -8,8% mom (3,9% yoy) atau di level 103,4. SMF Building Permit Index (SMF-BPI) dibangun berdasarkan data IMB dari 12 wilayah kota/kabupaten di Indonesia, dan diolah secara statistik. SMF-BPI merupakan salah satu leading indicator penting yang bermanfaat untuk memonitor arah perkembangan ekonomi Indonesia, termasuk sektor perumahan. Cepatnya pertumbuhan IMB nasional, menjadi salah satu indikasi akselerasi permintaan domestik dan ekonomi dalam 6-12 bulan mendatang.
16
Market Update September 2016
INDEKS HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Pertumbuhan Harga Properti Residensial
Pertumbuhan indeks harga properti residensial pada triwulan II-2016 mengalami perlambatan dari triwulanan sebelumnya
Harga properti residensial pada triwulan II-2016 meningkat dari triwulan sebelumnya. Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan II-2016 berada pada level 193,13 atau tumbuh 0,64% (qtq). Namun, pertumbuhaan IHPR pada triwulan II-2016 tersebut melambat dibandingkan pertumbuhan IHPR pada triwulan I-2016 yang tercatat 0,99% (qtq). Secara triwulanan (qtq), perlambatan kenaikan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe besar. Berdasarkan wilayah, peningkatan harga tertinggi terjadi pada kota Manado sebesar 7,52% (qtq). Secara tahunan, harga properti residensial tumbuh melambat. Pertumbuhan harga properti residensial tercatat 3,39% (yoy), melambat dibandingkan 4,15% (yoy) pada triwulan I-2016. Data Survey Harga Properti Residensial BI menyebutkan bahwa pada triwulan II-2016, fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti. Sebagian besar konsumen (75,68%) memilih fasilitas KPR dalam transaksi pembelian properti, kemudian berturutturut adalah tunai bertahap (16,44%) dan tunai (7,88%). (Sumber: Survey Harga Properti Residensial)
Disclaimer: The information contained in this report has been taken from sources which we deem reliable. However, none of any PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) and/or their respective employees and/or agents make any representation or warranty (express or implied) or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the accuracy or completeness of the information and opinions contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions remaining unchanged after the issue thereof. We expressly disclaim any responsibility or liability (express or implied) of PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) employees and agents whatsoever and howsoever arising (including, without limitation for any claims, proceedings, action, suits, losses, expenses, damages or costs) which may be brought against or suffered by any person as a result of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this report. For further information please contact our number +6221-2700 400.
17