Monthly Market Update Juni 2016
RESEARCH TEAM
Market Update Juni 2016
Ringkasan
Ekonomi Indonesia tumbuh 4,92 persen yoy dikuartal pertama 2016 (-0,34% qoq), atau lebih tinggi dari Q1 2015 sebesar 4,73 persen yoy dan melambat dibandingkan Q4 2015 sebesar 5,04 persen yoy. Kinerja sejumlah sektor menjadi penyumbang terbesar PDB. Dari sisi sektoral, sektor manufaktur menjadi penyumbang PDB terbesar sebesar 4,59% yoy, sementara dari sisi pengeluaran adalah komponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,94% yoy. Prospek: Perekonomian Indonesia diproyeksikan akan tumbuh semakin pesat. Dengan laju inflasi yang terjaga dan indeks kepercayaan konsumen yang relatif tinggi akan menjaga daya beli masyarakat tetap baik, sehingga konsumsi rumah tangga akan tetap tumbuh baik pula.
Pada Juni 2016 terjadi inflasi sebesar 0,66 persen MoM dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 124,29, setelah dibulan sebelumnya terjadi inflasi sebesar 0,24 persen MoM. Secara tahunan, laju inflasi Juni 2016 mencapai 3,45 persen (YoY). Inflasi di bulan Juni terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan BBM, kelompok sandang, kelompok kesehatan; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga; dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan. Faktor musiman (Ramadhan dan jelang libur Idul Fitri) memicu naiknya permintaan barang dan jasa (bahan pangan, makanan jadi, sandang, transportasi) yang mendorong kenaikan harga. Meskipun demikian, angka inflasi di bulan Juni tersebut cukup terkendali, bahkan terendah sejak tahun 2010 di periode yang sama.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Juni 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25bps menjadi sebesar 6,50%, dengan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing menjadi sebesar 4,50% dan 7,00%. Penurunan tersebut diikuti oleh penurunan 7-days Reverse Repo Rate dari 5,50% menjadi 5,25% yang merupakan reformulasi suku bunga kebijakan.
Rupiah tercatat terapresiasi sebesar 3,29% dari level Rp13.648/US$ pada akhir bulan Mei 2016 ke level Rp13.210/US$ pada akhir bulan Juni 2016. Dari faktor global, penguatan rupiah dipengaruhi oleh menurunnya tekanan Brexit. Sementara dari sisi domestik, pemberlakuan UU Tax Amnesty serta rilis kinerja keuangan emiten kuartal kedua 2016, diharapkan mampu memicu naiknya volume perdagangan dan arus masuk portofolio, yang selanjutnya akan mendorong penguatan rupiah dalam beberapa bulan mendatang.
Pergerakan yield SUN selama bulan Juni 2016 diwarnai fase bullish, ditandai dengan penurunan tipis yield rata-rata sebesar 0,01% dibandingkan bulan lalu. Sentimen positif pasar obligasi dipicu oleh ekspektasi penundaan kenaikan Fed Rate yang didukung oleh rilisnya data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang menunjukkan lebih rendah dari angka harapan. Meskipun demikian, faktor global pada bulan Juni yang sempat melemahkan pasar obligasi adalah adanya sentimen Brexit. Namun, menjelang akhir bulan tekanan Brexit mereda sehingga kinerja pasar kembali positif. Kondisi positif dalam negeri seperti menurunnya BI rate menjadi sebesar 6,5% dan surplusnya neraca perdagangan juga turut menguatkan pasar obligasi.
1
Market Update Juni 2016
Pada Juni 2016, rata-rata suku bunga dasar (SBDK) KPR dari 10 besar Bank Penyalur KPR di Indonesia mencapai 10,71%, tidak mengalami perubahan dari SBDK bulan lalu. SBDK KPR tertinggi yang ditawarkan sebesar 11,57% yakni Bank Panin, sedangkan SBDK KPR terendah sebesar 9,75% yaitu Maybank.
Data statistik perbankan Indonesia mencatatkan outstanding KPR per bulan April 2016 sebesar Rp333,479 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 0,58% (mom) atau sebesar 8,23% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Sedangkan total outstanding KPR dan KPA per bulan April 2016 sebesar Rp346,101 triliun. Bank Indonesia mencatat persentase NPL KPR pada April 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,70% dibandingkan periode Maret 2016 yakni sebesar 2,59%. (Sumber: Statistik Perbankan Indonesia).
Outstanding KPR Syariah per bulan April 2016 sebesar Rp45,259 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 1,24% (mom) atau sebesar 11,53% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Total outstanding KPR dan KPA Syariah per bulan April 2016 sebesar Rp46,560 triliun. Persentase NPL KPR Syariah pada April 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,80% dibandingkan periode Maret 2016 yakni sebesar 2,79%. (Sumber: Statistik Perbankan Syariah).
Harga properti residensial pada triwulan I-2016 meningkat dari triwulan sebelumnya. Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan I-2016 berada pada level 191,90 atau tumbuh 0,99% (qtq). Kenaikan harga bangunan (31,97%) dan upah pekerja (23,58%) merupakan faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial. Secara triwulanan (qtq), peningkatan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe kecil. Berdasarkan wilayah, peningkatan harga tertinggi terjadi pada kota Batam sebesar 3,56%(qtq). Secara tahunan, harga properti residensial tumbuh melambat. Pertumbuhan harga properti residensial tercatat 4,15% (yoy), melambat dibandingkan 4,62% (yoy) pada triwulan IV-2015. (Sumber: Survey Harga Properti Residensial)
Data Survey Harga Properti Residensial BI menyebutkan bahwa pada triwulan I-2016, fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti. Sebagian besar konsumen (77,82%) memilih fasilitas KPR dalam transaksi pembelian properti, kemudian berturut-turut adalah tunai bertahap (15,01%) dan tunai (7,17%). Dari total KPR yang dikucurkan oleh bank sejak Januari sampai Maret 2016 sebanyak 2,02% masyarakat berpenghasilan rendah memanfaatkan FLPP dengan pencairan FLPP sebesar Rp0,37 triliun. (Sumber: Survey Harga Properti Residensial)
2
Market Update Juni 2016
DAFTAR ISI RINGKASAN...................................................................................................................... 1 DAFTAR ISI
............................................................................................................. 4
MAKRO EKONOMI ............................................................................................................ 5 Produk Domestik Bruto ................................................................................ 5 Inflasi ........................................................................................................... 6 BI Rate......................................................................................................... 7 Nilai Tukar USD-IDR .................................................................................... 8 PASAR SURAT UTANG .................................................................................................... 9 INFORMASI PENYALUR KPR......................................................................................... 10 Outstanding KPR ....................................................................................... 10 Non Performing Loan (NPL) KPR .............................................................. 11 Outstanding KPR Syariah............................................................................12 Loan to Funding Ratio Perbankan................................................................13 Suku Bunga Dasar KPR ........................................................................ ....14 INDEKS HARGA PROPERTI RESIDENTIAL.................................................................. .15
3
Market Update Juni 2016
Market Comment
MAKROEKONOMI
Ekonomi Indonesia tumbuh 4,92 persen yoy dikuartal pertama 2016 (-0,34% qoq), atau lebih tinggi dari Q1 2015 sebesar 4,73 persen yoy dan melambat dibandingkan Q4 2015 sebesar 5,04 persen yoy.
Produk Domestik Bruto 7.00 6.50 6.00 5.50 4.92 5.00 4.50
Indonesia GDP Growth (%)
4.00 3.50
2015
GDP Growth (%) Q1
Q2
Q4
Mar-16
Jul-15
2016 Q3
Nov-15
Mar-15
Jul-14
Nov-14
Mar-14
Jul-13
Nov-13
Mar-13
Jul-12
Nov-12
Mar-12
Jul-11
Nov-11
Mar-11
Jul-10
Nov-10
Mar-10
Jul-09
Nov-09
Mar-09
3.00
Share (%)
Q1
Agriculture, Forestry and Fisheries Mining & Quarrying Manufacturing Industry Electricity & Gas Supply Water Supply, Sewerage, Waste & Recycling Mgt Construction Wholesales and Retail Trade, Repairs Transportation & Storage Accommodation & Food Beverages Activity Information & Communication Financial & Insurance Activity Real Estate Business Services Public Adm, Defense & Compulsory Social Security Education Services Human Health & Social Work Activity Other Services Gross Domestic Product
4.0 (1.3) 4.0 1.7 5.4 6.0 4.1 5.8 3.4 10.1 8.6 5.3 7.4 4.7 5.0 7.1 8.0 4.73
6.9 (5.2) 4.1 0.8 7.8 5.4 1.7 5.9 3.8 9.7 2.6 5.0 7.6 6.3 11.7 7.5 8.1 4.66
3.3 (5.7) 4.5 0.6 8.7 6.8 1.4 7.3 4.5 10.7 10.4 4.8 7.6 1.3 8.1 6.3 8.1 4.74
1.6 (7.9) 4.4 1.8 6.8 8.2 2.8 7.7 5.8 9.7 12.5 4.3 8.1 6.7 5.3 7.4 8.2 5.04
1.8 (0.7) 4.6 7.5 4.8 7.9 4.0 7.7 5.6 8.3 9.1 4.9 8.1 4.9 5.3 8.5 7.9 4.92
13.6 6.8 20.8 1.1 0.1 10.9 13.4 5.1 3.0 3.6 4.2 2.9 1.7 3.8 3.2 1.1 1.7 100.00
Consumption Priv't Consumption Gov't Consumption Gross fixed capital formation Export of goods and sevices Import of goods and sevices
4.5 5.0 2.9 4.6 (0.6) (2.2)
4.4 5.0 2.6 3.9 (0.0) (7.0)
5.3 5.0 7.1 4.8 (0.6) (5.9)
5.4 4.9 7.3 6.9 (6.4) (8.1)
4.8 4.9 2.9 5.6 (3.9) (4.2)
64.8 56.9 6.8 33.2 18.8 18.8
Ekonomi Indonesia tumbuh 4,92 persen di Q1 2016
Dari sisi sektoral, kinerja sejumlah sektor yang menjadi penyumbang terbesar PDB adalah sebegai berikut. Sektor manufaktur mampu tumbuh sebesar 4,59% yoy, diikuti sektor pertanian, kehutanan, perikanan (+1,85% yoy), sektor perdagangan besar & eceran (+4,04% yoy), sektor konstruksi (+7,87% yoy), dan sektor pertambangan dan penggalian (-0,66% yoy). Sementara dari sisi pengeluaran, kinerja penyumbang PDB terbesar adalah sebagai berikut. Komponen konsumsi rumah tangga tumbuh 4,94% yoy, diikuti komponen PMTB (+5,57% yoy), ekspor (-3,88% yoy), konsumsi pemerintah (+2,93% yoy), dan konsumsi LNPRT (+6,38% yoy). Prospek: Perekonomian Indonesia diproyeksikan akan tumbuh semakin pesat. Dengan laju inflasi yang terjaga dan indeks kepercayaan konsumen yang relatif tinggi akan menjaga daya beli masyarakat tetap baik, sehingga konsumsi rumah tangga akan tetap tumbuh baik pula. Disamping itu penurunan suku bunga juga akan mendorong peningkatan konsumsi dan investasi. Kemudian belanja pemerintah diproyeksikan juga akan lebih optimal mengingat tender-tender proyek sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu, dan hambatan belanja APBN seperti tahun 2015 sudah dapat diatasi. Sementara itu sumbangan ekspor tampaknya masih sulit diharapkan.
4
Market Update Juni 2016 Inflasi
Juni 2016: (0,66% MoM, 3,45% YoY) Inflasi 2012
4,30%
Inflasi 2013
8,08%
Inflasi 2014
8,36%
Inflasi 2015
3,35%
Pada Juni 2016 terjadi inflasi sebesar 0,66 persen MoM dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 124,29, setelah dibulan sebelumnya terjadi inflasi sebesar 0,24 persen MoM. Secara tahunan, laju inflasi Juni 2016 mencapai 3,45 persen (YoY). Semua harga kelompok pengeluaran mengalami kenaikan, antara lain sebagai berikut: kelompok bahan makanan naik 1,62 persen mom, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (+0,58 persen mom); kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (+0,15 persen mom); kelompok sandang (+0,70 persen mom); kelompok kesehatan (+0,34 persen mom); kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (+0,03 persen mom); dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (+0,63 persen mom). Faktor musiman (Ramadhan dan jelang libur Idul Fitri) memicu naiknya permintaan barang dan jasa(bahan pangan, makanan jadi, sandang, transportasi) yang mendorong kenaikan harga. Prospek: Pada bulan Juli tekanan inflasi diprediksi cukup tinggi, meskipun kenaikan bulanannya tidak sebesar periode Ramadhan. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga bahan makanan, makanan jadi, pakaian dan transportasi pada perayaan Idul Fitri. Kenaikan tekanan inflasi juga berasal dari sektor pendidikan sejalan dengan dimulainya tahun ajaran baru untuk tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi dari bulan Juli sampai dengan September 2016. Namun karena sifatnya musiman dan relatif terjaga dibandingkan dengan tahun lalu, maka laju inflasi tahunan akan tetap terjaga dalam kisaran 3.5% - 4.0% hingga akhir tahun 2016 ini.
5
Market Update Juni 2016
BI Rate
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Juni 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25bps menjadi sebesar 6,50%, dengan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing menjadi sebesar 4,50% dan 7,00%. Penurunan tersebut diikuti oleh penurunan 7-days Reverse Repo Rate dari 5,50% menjadi 5,25% yang merupakan reformulasi suku bunga kebijakan.
BI Rate di level 6,50%
Prospek: Dengan prospek inflasi yang meningkat jelang lebaran, serta adanya kenaikan bunga acuan FFR yang diperkirakan baru akan kembali terjadi pada semester kedua 2016, cenderung mendorong BI mempertahankan suku bunga acuannya dilevel saat ini.
6
Market Update Juni 2016
Nilai Tukar USD-IDR Rupiah tercatat terapresiasi sebesar 3,29% dari level Rp13.648/US$ pada akhir bulan Mei 2016 ke level Rp13.210/US$ pada akhir bulan Juni 2016. Pemicu positif dari domestik datang dari disetujuinya UU Tax Amnesty yang dipercaya mendorong repatriasi modal dan menopang penerimaan pajak negara. Disisi lain, sejumlah perkembangan positif ekonomi AS terutama serapan tenaga kerja non pertanian menciptakan sentimen positif yang membuat arus modal masuk, serta bursa global bergerak menguat, termasuk IHSG. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar Periode Juni 2016 (Sumber: Bloomberg)
Prospek: Dalam jangka pendek, nilai tukar Rupiah diperkirakan bergerak stabil. Tekanan inflasi diprediksi meningkat pada hari raya Idul Fitri, namun laju inflasi tahunan masih relatif terkendali. Selanjutnya, pemberlakuan UU Tax Amnesty serta rilis kinerja keuangan emiten kuartal kedua 2016, diharapkan mampu memicu naiknya volume perdagangan dan arus masuk portofolio, yang selanjutnya akan mendorong penguatan Rupiah dalam beberapa bulan mendatang.
7
Market Update Juni 2016
PASAR SURAT UTANG Pergerakan yield SUN bulan Juni 2016 diwarnai fase bullish dengan kenaikan rata-rata sebesar 0,01% dibanding bulan sebelumnya. Rata-rata 1 bulan Tenor SUN
Premium Pasar CB AAA
CB AA+
1
6,68
160
178
2
7,08
181
187
3
7,28
181
194
5
7,47
191
202
7
7,57
198
207
10
7,71
203
213
*CB : Corporate Bonds (Obligasi Korporasi)
Pergerakan yield SUN selama bulan Juni 2016 diwarnai fase bullish, ditandai dengan penurunan tipis yield rata-rata sebesar 0,01% dibandingkan bulan lalu. Sentimen positif pasar obligasi dipicu oleh ekspektasi penundaan kenaikan Fed Rate yang didukung oleh rilisnya data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang menunjukkan lebih rendah dari angka harapan. Meskipun demikian, kinerja pasar obligasi pada bulan Juni sempat negatif karena adanya sentimen Brexit. Namun, menjelang akhir bulan, tekanan Brexit mereda sehingga kinerja pasar kembali positif. Sentimen positif dalam negeri seperti menurunnya BI rate menjadi sebesar 6,5%, surplusnya neraca perdagangan, dan pemberlakuan UU Tax Amnesty yang dipercaya mendorong repatriasi modal dan menopang penerimaan pajak negara juga turut menguatkan kinerja pasar obligasi.
Rata – rata Yield SUN pada Juni 2016 mengalami penurunan sebesar 0,01%
8
Market Update Juni 2016
Credit Spread Obligasi rating AAA & rating AA+ rata-rata mengalami kenaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya Sumber: IBPA, diolah
9
Market Update Juni 2016
INFORMASI PENYALUR KPR Outstanding KPR Outstanding KPR mengalami kenaikan
Data statistik perbankan Indonesia mencatatkan outstanding KPR per bulan April 2016 sebesar Rp333,479 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 0,58% (mom) atau sebesar 8,22% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Sedangkan total outstanding KPR dan KPA per bulan April 2016 sebesar Rp346,101 triliun. Bank Indonesia mencatat persentase NPL KPR pada April 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,70% dibandingkan periode Februari 2016 yakni sebesar 2,59%. (Sumber: Statistik Perbankan Indonesia).
Volume outstanding KPR mengalami kenaikan tipis pada April 2016
Pertumbuhan outstanding KPR sampai dengan April 2016
10
Market Update Juni 2016
Non Performing Loan (NPL) KPR Bank Indonesia mencatat persentase NPL KPR pada April 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,70% dibanding bulan lalu sebesar 2,59%. Secara volume, NPL KPR April 2016 naik sebesar Rp401 miliar. (Sumber: Statistik Perbankan Indonesia)
Persentase NPL KPR naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya
11
Market Update Juni 2016 Outstanding KPR Syariah Outstanding KPR Syariah mengalami kenaikan
Outstanding KPR Syariah per bulan April 2016 sebesar Rp45,259 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 1,24% (mom) atau sebesar 11,53% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Total outstanding KPR dan KPA Syariah per bulan April 2016 sebesar Rp46,560 triliun. Persentase NPL KPR Syariah pada April 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,80% dibandingkan periode Maret 2016 yakni sebesar 2,79%. (Sumber: Statistik Perbankan Syariah)
Volume outstanding KPR Syariah mengalami kenaikan pada April 2016
Pertumbuhan KPR Syariah mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya
Persentase NPL KPR Syariah meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya
12
Market Update Juni 2016
Loan to Funding Ratio Perbankan Tabel Loan to Funding Ratio Penyalur KPR Bank BTN
LFR 100,59%
Bank Danamon
91,09%
Bank CIMB Niaga
93,68%
Bank Permata
89,28%
Bank BRI
86,80%
Bank Panin
92,96%
Bank Maybank
84,88%
Bank BNI
86,34%
Bank Mandiri
87,03%
Bank BCA
78,92%
Average
89,16%
Posisi rata-rata LFR 10 (sepuluh) bank penyalur KPR per Maret 2016 adalah sebesar 89,16%. Dilihat dari Tabel menunjukan bahwa Bank BTN (100,59%), Bank CIMB Niaga (93,68%), dan Bank Panin (92,96%) memiliki LFR yang melewati batas atas dari LFR yang ditetapkan BI, yaitu 92%.
Posisi LFR (Loan to Funding Ratio) per Maret 2016 menunjukkan rata-rata posisi di bawah LFR yang ditetapkan Bank Indonesia Sumber: Laporan Triwulan (Q1) 2016 masing-masing bank, diolah
13
Market Update Juni 2016
Suku Bunga Dasar KPR Tabel Suku bunga dasar KPR Penyalur KPR SBDK (KPR) Bank BRI
10,25%
Bank BCA
10,25%
Bank CIMB Niaga
11,00%
Bank Mandiri
10,75%
Bank BNI
10,50%
Bank Maybank
9,75%
Bank Panin
11,57%
Bank BTN
10,50%
Bank Danamon
11,00%
Bank Permata
11,50%
Average
10,71%
Pada Juni 2016, dari 10 besar Bank Penyalur KPR di Indonesia rata-rata SBDK untuk KPR sebesar 10,71%, tidak mengalami perubahan rata-rata SBDK bulan lalu. Suku bunga dasar KPR tertinggi yang ditawarkan saat ini adalah sebesar 11,57% yaitu Bank Panin. Sedangkan suku bunga dasar KPR terendah yang ditawarkan saat ini adalah sebesar 9,75% yaitu Maybank. Dengan penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin pada bulan Juni menjadi 6,50% diharapkan menjadi sentimen positif turunnya suku bunga kredit yang berdampak pada penurunan suku bunga KPR, sehingga kepemilikan rumah yang terjangkau dapat ditingkatkan.
Sumber: Website masing-masing bank Juni 2016
Tingkat Suku Bunga Dasar KPR dari 10 bank mengalami penurunan dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 10,71%.
Pada Juni 2016 rata-rata suku bunga dasar KPR 10 bank penyalur KPR tidak mengalami perubahan dari bulan sebelumnya
14
Market Update Juni 2016
INDEKS HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Pertumbuhan Harga Properti Residensial
Pertumbuhan indeks harga properti residensial pada triwulan I-2016 meningkatan dari triwulanan sebelumnya
Harga properti residensial pada triwulan I-2016 meningkat dari triwulan sebelumnya. Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan I-2016 berada pada level 191,90 atau tumbuh 0,99% (qtq). Kenaikan harga bangunan (31,97%) dan upah pekerja (23,58%) merupakan faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial. Secara triwulanan (qtq), peningkatan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe kecil. Berdasarkan wilayah, peningkatan harga tertinggi terjadi pada kota Batam sebesar 3,56%(qtq), sedangkan kenaikan harga rumah terendah terjadi di Manado (0,10%, qtq). Secara tahunan, harga properti residensial tumbuh melambat. Pertumbuhan harga properti residensial tercatat 4,15% (yoy), melambat dibandingkan 4,62% (yoy) pada triwulan IV-2015. Data Survey Harga Properti Residensial BI menyebutkan bahwa pada triwulan I-2016, fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti. Sebagian besar konsumen (77,82%) memilih fasilitas KPR dalam transaksi pembelian properti, kemudian berturut-turut adalah tunai bertahap (15,01%) dan tunai (7,17%). Dari total KPR yang dikucurkan oleh bank sejak Januari sampai Maret 2016 sebanyak 2,02% masyarakat berpenghasilan rendah memanfaatkan FLPP dengan pencairan FLPP sebesar Rp0,37 triliun. (Sumber: Survey Harga Properti Residensial) Sumber: Bank Indonesia
Disclaimer: The information contained in this report has been taken from sources which we deem reliable. However, none of any PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) and/or their respective employees and/or agents make any representation or warranty (express or implied) or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the accuracy or completeness of the information and opinions contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions remaining unchanged after the issue thereof. We expressly disclaim any responsibility or liability (express or implied) of PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) employees and agents whatsoever and howsoever arising (including, without limitation for any claims, proceedings, action, suits, losses, expenses, damages or costs) which may be brought against or suffered by any person as a result of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this report. For further information please contact our number +6221-2700 400.
15