METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang Bawang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan, mulai bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan April 2010.
Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Petapeta tematik (Peta-peta Penggunaan Lahan, Administratif, Jalan, Kawasan Lindung), kuisioner untuk memperoleh data primer, data-data sekunder, software ArcGIS versi 9.3, Expert choice 11, MS office excel, MS Word
Teknik Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung ke lapangan baik melalui wawancara maupun pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder yang digunakan antara lain peta administrasi Kabupaten Tulang Bawang, peta status lahan, peta penggunaan lahan, peta jalan dan peta-peta pendukung lainnya dari Bappeda Kabupaten Tulang Bawang, data-data statistik BPS, data potensi desa, Kabupaten Tulang Bawang Dalam Angka dan data dari sumber-sumber lain yang mendukung.
Metode Analisis Data yang terkumpul di analisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga akan dapat menjawab permasalahan yang diteliti.
Analisis Spasial Analisis ini menggunakan beberapa peta tematik yang mendukung seperti peta administrasi, penggunaan lahan, kawasan lindung, kawasan hak guna usaha, potensi wilayah, jalan dan jaringan listrik. Terhadap semua peta dilakukan
18
tumpang tindih dengan menggunakan software Arc. GIS 9.3 untuk mengetahui wilayah yang dapat dipilih dan wilayah yang tidak dapat dipilih. Analisis ini merupakan salah satu cara untuk mempermudah dalam memisahkan daerahdaerah yang dibutuhkan untuk diamati secara spasial. Dalam menentukan lokasi yang sesuai dengan kriteria kawasan industri pengolahan hasil pertanian juga dilakukan analisis terhadap komoditas eksisiting yang ada di Kabupaten Tulang Bawang. Setelah disusun dalam suatu data atribut maka sebaran komoditas tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan tumpang tindih antara peta administrasi serta beberapa peta tematik.
Analisis Location Quotient (LQ) Untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan indikasi sektor basis dan bukan sektor basis dapat digunakan metode Location Quotient (LQ), yang merupakan perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah luas dalam suatu wilayah (Rustiadi et al., 2008). Persamaan dari LQ ini adalah :
LQ
IJ
=
X X
IJ .J
X /X
/
I. ..
Dimana: Xij
: produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan ke-j di kecamatan ke-i
Xi.
: total produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan di kecamatan ke-i
X.j
: total produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan ke-j di semua kecamatan
X..
: total produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan di seluruh kabupaten
Analisis Interaksi Spasial Location-allocation Model Spatial Interaction Analysis dengan menggunakan metoda The Locationallocation Models adalah merupakan salah satu pendekatan dari model-model optimasi dalam penentuan lokasi suatu aktifitas yang dapat meminimumkan biaya, jarak, waktu, dan faktor kendala lainnya.
19
Salah satu analisa interaksi spasial melalui pendekatan dari Locationallocation Model adalah penggunaan metoda The P-Median Problem. Penyelesaian fungsi-fungsi dari The P-Median Problem ini dilakukan dengan menggunakan program komputer/software Java Applets P-Median Solver. Model analisis ini sejak tahun 1998 mulai diperkenalkan sebagai salah satu mata ajaran pada mata kuliah Facilities Design and Logistics oleh Professor Phill Kaminsky dari University of Berkeley, informasi lebih rinci dapat diperoleh dari
[email protected]. Software P-Median Solver ini disediakan secara gratis melalui situs internet http://www.hyuan.com/java/index.html, yang untuk mengolah datanya harus dalam keadaan on line dengan situs tersebut. Program ini dapat digunakan untuk menganalisa suatu wilayah dengan jumlah simpul yang besar sampai dengan 99 simpul. The P-Median Problem adalah metoda pemecahan masalah dalam penentuan lokasi optimal untuk penempatan ’P’ fasilitas di suatu wilayah dengan upaya meminimalkan kendala atau constraints. Dalam metoda The P-Median Problem ada dua faktor yang sangat berpengaruh, yaitu faktor jarak antar simpul dan faktor bobot dari simpul yang akan dianalisis. 1. Jarak antar simpul atau wilayah (dij). Pengertian jarak di sini adalah hubungan secara spasial antar lokasi suatu tempat dalam ruang., dalam konsep fisika, interpretasi yang paling modern terhadap dij adalah nilai hambatan berinteraksi dari i ke j, sedangkan dalam konsep ekonomi dij secara umum diartikan sebagai besarnya korbanan atau biaya (cost) berinteraksi dari i ke j. Dengan demikian pengertian terhadap jarak harus diperluas tidak sekedar pengertian jarak dalam pengertian fisik semata. Namun demikian dalam tatanan operasional terdapat berbagai konsep jarak fisik, seperti konsep jarak lurus terdekat (straight line distance), jarak menurut jalan darat (road distance), jarak jalan setapak, dan sebagainya. Untuk berbagai kasus seringkali konsep jarak ”waktu tempuh” memiliki pengertian yang lebih efektif dan logis (Rustiadi et al., 2004 dalam Mirza., 2006).
20
Dalam model ekonomi, konsep jarak sering diartikan sebagai biaya atau korbanan di dalam berinteraksi. Secara praktis. Konsep biaya perjalanan dapat memanfaatkan harga nominal tarif yang berlaku dalam melakukan perjalanan menggunakan kendaraan umum. Namun menggunakan nilai tarif kendaraan umum sering tidak realistik akibat sistem tarif kendaraan umum yang tidak kontinyu, karena adanya kesamaan tarif pada interval jarak tertentu. Di berbagai studi, banyak peneliti lebih mengandalkan pendekatan opportinity cost dalam memperkirakan biaya interaksi atau biaya perjalanan (Rustiadi et al., 2008). Konsep jarak lurus terdekat (straight line distance) antara dua titik disebut juga jarak absolut, karena pada dasarnya tidak akan pernah berubah besarannya dan satuan yang lazim digunakan adalah km atau mil. Selain dari konsep pendekatan jarak tersebut disebut dengan jarak relatif. Dalam berbagai hal banyak cara untuk menyatakan jarak relatif suatu lokasi di mana jarak relatif dapat berubah secara radikal walaupun jarak absolutnya tetap. Dalam hal ini jarak yang akan digunakan dalam perhitungan adalah jarak relatif antara satu ibukota kecamatan ke ibukota kecamatan yang lain 2. Bobot dari simpul atau wilayah yang akan dianalisis. Dalam interpretasi lebih lanjut, bobot simpul atau wilayah diartikan sebagai faktor yang berpengaruh baik sebagai faktor pendorong (push factors) dari wilayah asal i dan faktor daya tarik interaksi (pull factors) ke wilayah tujuan j. Penggunaan massa atau bobot dari suatu wilayah atau simpul sangat tergantung pada masalah yang diteliti. Bobot tersebut dapat berbentuk faktor kependudukan, faktor ekonomi, dan faktor sosial yang secara logis berpengaruh, seperti jumlah penduduk, luas wilayah, PDRB wilayah, jumlah komoditi pertanian suatu daerah, pendapatan asli daerah, jumlah tenaga kerja, indeks ketersediaan fasilitas wilayah, indeks perkembangan wilayah, dan lainlain (Rustiadi et al., 2008). Dalam hal ini bobot yang akan digunakan adalah jumlah penduduk dan produksi komoditas pertanian dengan constraint jarak tempuh. Pengambilan peubah jarak tempuh sebagai constraint karena secara umum jarak tempuh berbanding lurus dengan peubah lainnya seperti waktu dan biaya.
21
Adapun persamaan yang digunakan dalam P-Median dengan menggunakan software GAMS ini adalah sebagai berikut :
Z = ∑ ((i,j),(C(i,j) x X(i,j))) + ∑ ((k,j),(T(k,j) x S(k,j))) Dimana : Z
= lokasi optimal;
(i,j)
= jarak antara wilayah demand ke-i dan wilayah pembangunan fasilitas ke-j;
C(i,j) = produksi yang harus ditanggung dari fasilitas j ke wilayah i; X(i,j) = lokasi demand i yang dilayani oleh lokasi fasilitas j; (k,j)
= jarak antara wilayah produksi ke-k ke wilayah pasar j;
T(k,j) = jumlah penduduk yang harus ditanggung dari daerah produksi i ke fasilitas j; S(k,j) = lokasi produksi k yang dikirimkan ke lokasi fasilitas j
Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Thomas Saaty pada tahun 1970. Analytical Hierarchy Process (AHP) dilakukan untuk mengetahui dan menggali persepsi dari stakeholders terhadap penentuan kawasan industri. Dalam menetapkan suatu kebijakan, maka perumusan kebijakan akan dihadapkan pada banyak faktor, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Dengan menggunakan metode AHP, maka semua faktor yang dianggap berpengaruh terhadap suatu kebijakan akan dilakukan dalam perhitungan. Beberapa keuntungan dari penggunaan metode AHP antara lain adalah : 1. Dapat mempresentasikan suatu sistem yang dapat menjelaskan bagaimana perubahan pada level yang lebih tinggi mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur pada level yang lebih rendah.
22
2. Membantu memudahkan analisis guna memecahkan persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur dengan memberikan skala pengukuran yang jelas guna mendapatkan prioritas. 3. Mampu mendapatkan pertimbangan yang logis dalam menentukan prioritas dengan tidak memaksakan pemikiran linier. 4. Mengukur secara komprehensif pengaruh unsur-unsur yang mempunyai korelasi dengan masalah dan tujuan, dengan memberikan skala pengukuran yang jelas. Sarana yang digunakan dalam AHP adalah dengan memberikan kuisioner kepada responden terpilih yang mengetahui dan memahami dengan baik masalah yang menjadi objek penelitian. Metode sampling yang digunakan adalah purpose sampling. Analisis AHP dilakukan dengan program aplikasi Expert Choice 11.
23
Data Primer dan Sekunder
Identifikasi Wilayah
Identifikasi Komoditas Pertanian
Analisis SIG
Analisis : - LQ Persyaratan komoditas untuk industri
Wilayah Terpilih dengan kriteria bukan wilayah lindung dan HGU
Komoditas Pertanian prioritas untuk industri yang paling banyak ditanam masyarakat Identifikasi Alternatif Lokasi Optimal Penggalian Persepsi stakeholders terhadap Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
Analisis : - AHP
Analisis : Location-allocation Model : P-Median Problem
Alternatif Lokasi Optimal Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
Persepsi stakeholders terhadap Penentuan Lokasi Kawasan Industri
Rekomendasi Lokasi Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
Gambar 2 Bagan alir analisis penelitian
Kebijakan Pemerintah tentang pembangunan Pelabuhan Industri
Kedekatan dengan Sumber Air dan Keberadaan Jaringan Listrik
Analisis : - Peta
24
Tabel 2 Matriks Pendekatan Penelitian No
Tujuan
Metode Analisis SIG
1.
Mengidentifikasi wilayah berdasarkan status lahan di Kabupaten Tulang Bawang
2.
Mengidentifikasi sebaran komoditas pertanian dan pemusatannya dari tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang.
LQ
3.
Mengidentifikasi alternatif lokasi optimal kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan produksi hasil pertanian untuk industri, sumber air, listrik dan aksesibilitas di Kabupaten Tulang Bawang.
- Metode PMedian yang dibangun dalam software GAMS - Peta
4.
Penggalian Persepsi stakeholders terhadap Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
AHP
5.
Pertimbangan rekomendasi lokasi kawasan industri yang optimal
-
Jenis Data
Sumber Data
Peta Administrasi, peta kawasan lindung, peta hak guna usaha, peta alokasi pemanfaatan lahan, peta keberadaan jaringan listrik PDRB Kabupaten Tulang Bawang 2008
- Bakosurtanal - Bappeda Kab. Tulang Bawang
wilayah yang berada di luar kawasan lindung dan HGU
- BPS Kab. Tulang Bawang - Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tulang Bawang
Pemusatan komoditas pertanian
Jarak dan - Dinas waktu tempuh Pertanian, antar Perkebunan kecamatan, dan produksi Kehutanan pertanian, Kab. Tulang jumlah Bawang penduduk, peta - Bappeda Kab. Tulang keberadaan Bawang jaringan listrik, - BPS peta sungai Kabupaten Tulang Bawang Kuisioner dan - Pengambil wawancara Kebijakan - Perwakilan Petani
-
-
Keluaran
Alternatif lokasi optimal kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan produksi hasil pertanian untuk industri, sumber air, listrik dan aksesibilitas di Kabupaten Tulang Bawang
Persepsi stakeholders terhadap Penentuan Lokasi Kawasan Industri Rekomendasi lokasi kawasan industri yang optimal