47
BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN
A. Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang peneliti pergunakan adalah metode penelitian deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan data dan fakta yang ada pada saat penelitian berlangsung, kemudian data yang diperoleh dikumpulkan, diolah, dianalisis dan dapat menarik suatu kesimpulan. 2. Teknik Pengmpulan Data Teknik
pengumpulan
data
adalah
instrumen-instrumen
yang
dipergunakan untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut : a. Penelitian Kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data yang didapat dengan cara mempelajari buku-buku, catatan, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti maupun hanya sebagai penunjang dan referensi. b. Penelitian Lapangan, terdiri dari : 1) Observasi non partisipan, yaitu suatu teknik pengumpulan data dan informasi dengan jalan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti pada Bidang Industri Formal Pada Dinas
48
Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, tetapi peneliti tidak terlibat langsung dalam proses kerja. 2) Wawancara, merupakan percakapan yang berlangsung secara sistematis dan terorganisir yang dilakukan oleh penulis dengan Kepala Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 3) Angket, yaitu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan pernyataan secara tertulis kepada responden yang disertai dengan alternatif jawaban guna memperoleh keterangan-keterangan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil jawaban angket yang disebarkan kepada responden, merupakan data yang kemudian diolah menjadi informasi. Adapun proses pengolahan data yaitu sebagai berikut : a) Editing adalah penelitian kembali catatan-catatan yang telah didapat di lapangan untuk mengetahui apakah catatan itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya. b) Coding adalah usaha untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya. Langkah dalam melakukan coding adalah menentukan kategori-kategori yang akan digunakan dan mengalokasikan jawaban individual pada kategori-kategori tersebut. c) Tabulasi adalah proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Tabulasi merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses pengolahan
49
data. Pada tahap ini data dapat dianggap telah selesai diproses sehingga tabulasi merupakan tahap yang penting. Dengan tabulasi data lapangan akan segera tampak ringkas dan bersifat rangkuman. Dalam keadaan yang ringkas dan tersusun ke dalam suatu tabel yang baik, data dapat dibaca dengan mudah dan maknanya akan mudah dipahami. Dan ini juga berupa daftar skor jawaban angket dari setiap variabel. Jawaban positif diberi bobot lebih tinggi dibanding dengan jawaban yang negatif. Untuk lebih jelasnya, peneliti akan melihat bobot/nilai dari setiap alternatif jawaban pada tabel 1, yaitu sebagai berikut : TABEL 1 SKOR JAWABAN ANGKET SKOR JAWABAN SKOR JAWABAN JAWABAN DARI DARI PERNYATAAN PERNYATAAN PERNYATAAN POSITIF NEGATIF Sangat setuju 5 1 Setuju 4 2 Netral 3 3 Tidak setuju 2 4 Sangat tidak setuju 1 5 Sumber : Sugiono dalam bukunya “Metode Penelitian Administratif” (2005:108) 4) Populasi yaitu keseluruhan responden yang terdapat pada Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan
Kota
Bandung
dengan
anggota
populasi
untuk
keseluruhan responden sebanyak 14 orang, maka peneliti menggunakan teknik Sensus yaitu keseluruhan Populasi yang terdapat pada Seksi Pengembangan Usaha Konsumsi berhak untuk ikut berpartisipasi dalam pengisian angket.
50
3. Teknik Analisis Data Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kinerja Pegawai, dan skala pengukuran kedua variabel adalah skala ordinal, maka koefisien yang paling tepat adalah koefisien korelasi Rank Spearman. Secara operasional hipotesis statistiknya : 1. Ho : ρs 0 Kualitas Sumber Daya Manusia (X) → Kinerja Pegawai (Y) artinya antara kualitas sumber daya manusia dengan kinerja pegawai tidak ada hubungan yang signifikan (hubungan tidak bermakna) 2. H1 : ρs 0 Kualitas Sumber Daya Manusia (X) → Kinerja Pegawai (Y) artinya antara kualitas sumber daya manusia dengan kinerja pegawai ada hubungan yang signifikan (hubungan yang bermakna) Maka rumus yang digunakan : a. Jika tidak ada data kembar n
rs 1
6 di 2 i 1 3
n n
(Siegel, 1992:52) Keterangan : rs
= Koefesien korelasi yang dicari
di
= Jumlah selisih rangking x-y
n
= Banyaknya data.
51
b. Jika ada data kembar
n 1 R Xi RYi n 2 iI n
rs =
2
2 2 n 2 n 1 n 2 n 1 R Xi n R Yi n 2 i I 2 i I
(Conover. Dikutip oleh Nirawan Sk Sitepu 1995:25) Keterangan : rs
: Koefesien Korelasi Rank Sperman
R(Xi) : Ranking untuk X untuk data yang ke-1 R(Yi) : Ranking untuk Y untuk data yang ke-1 N
: Banyaknya responden
Cara-cara perhitungan melalui langkah-langkah, sebagai berikut : 1. Tiap-tiap angket diberi nomor. 2. Menyusun daftar jawaban angket yang telah diberi nomor 3. Skor item dianggap X 4. Total skor item dianggap Y 5. Mencari rangking dari X 6. Mencari rangking dari Y Operasionalisasi variabel merupakan penjelasan dan pengertian teoritis variabel untuk dapat diamati dan diukur sesuai dengan alat ukur yang dijabarkan kedalam indikator pernyataan angket serta disusun urutan item pernyataan dari setiap varisbel penelitian. Adapun variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Kualitas Sumber Daya Manusia
52
sebagai variabel bebas (Variabel X) dan Kinerja Pegawai sebagai variabel terikat (variabel Y) dapat dilihat pada Tabel 2. TABEL 2 OPERASIONALISASI VARIABEL KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA ITEM SUB NO VARIABEL INDIKATOR VARIABEL + 1. Variabel Bebas : 1. Kualitas Fisik a. Kesehatan fisik yang 1 4 Kualitas Sumber dan Kesehatan. baik. Daya Manusia b. Kesegaran jasmani. 2 8 c. Tingkat kehidupan yang 3 10 layak dan manusiawi. 2. Kualitas a. Memiliki kemampuan 5 12 Intelektual pendidikan pada jenjang (Pengetahuan yang lebih tinggi. dan b. Penguasaan bahasa 6 9 Keteramplan). asing. c. Keterampilan dalam 34 33 pekerjaan. d. Keterampilan dalam 7 13 ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Kualitas a. Ketakwaan terhadap 11 17 Spiritual Tuhan YME (Kejuangan). b. Toleransi beragama 14 19 yang tinggi c. Semangat kerja yang 16 20 tinggi d. Kejujuran 15 18 e. Mengutamakan 21 26 kepentingan bersama f. Sikap kritis dan adaptif 25 22 terhadap pengaruh negatif dari luar g. Kedisiplinan 23 28 h. Semangat Kompetisi 24 29 yang tinggi. i. Berpikiran positif dalam 27 32 menghadapi masalah pekerjaan j. Sifat keterbukaan 35 30 k. Kesadaran hukum yang 36 31 tinggi Sumber:Sudarwan Danim(1996:45-47), Transformasi Sumber Daya Manusia
53
TABEL 3 OPERASIONALISASI VARIABEL KINERJA PEGAWAI ITEM SUB NO VARIABEL INDIKATOR VARIABEL + 1. Variabel terikat : 1. Kuantitas a. Jumlah pekerjaan yang 37 46 Kinerja Pegawai diberikan kepada pegawai. b. Hasil kerja yang dicapai 43 39 sesuai target yang diharapkan. 2. Kualitas a. Penempatan pegawai 38 44 sesuai dengan pendidikan. b. Ketelitian dalam 40 47 melaksanakan pekerjaan. c. Peninjauan terhadap 41 48 hasil kerja pegawai. 3. Ketepatan a. Adanya batasan waktu 42 49 Waktu penyelesaian pekerjaan. b. Hadir di kantor tepat 45 50 waktu. Sumber : Agus Dharma (2003 : 355) dalam bukunya Manajemen Supervisi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik dengan skala pengukuran ordinal untuk kedua variabel yang kemudian dicari korelasinya dengan menggunakan analisis koefisien korelasi rank spearman (rs) dengan rumus, sebagai berikut: a. Signifikan adalah data yang mempunyai makna penting, maksudnya dalam suatu item hasil perhitungan dengan totalnya menunjukan koefisien korelasi yang signifikan. Artinya, perhitungan tersebut mempunyai makna arti penting. b. Titik Kritis digunakan untuk pengertian batas antara signifikan dengan non signifikan tentang suatu nilai yang dihitung.
54
c. Alpha (a) yaitu tingkat keabsahan atau disebut dengan derajat kepercayaan tingkat simpang baku misalnya a = 0,05 artinya tingkat kepercayaan 95%, apabila terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam analisis tersebut dapat diterima atau ditoleransi hanya sampai 5% dalam ilmu sosial umumnya menggunakan a = 0,05 d. ρs, yaitu simbol untuk mengetahui eratnya antara dua variabel yaitu Variabel Bebas (X) dengan Variabel Terikat (Y). e. Menentukan keeratan hubungan kedua variabel menggunakan kriteria Guilfor dari S.K Sitepu dalam bukunya “Analisis Korelasi” (1995:12) adalah sebagai berikut : 1. 0,00 0,20 : Hubungan yang sangat kecil 2. 0,20 0,40 : Hubungan yang kecil 3. 0,40 0,70 : Hubungan yang moderat 4. 0,70 0,90 : Hubungan yang erat 5. 0,90 1,00 : Hubungan yang sangat erat f. Pedoman untuk untuk memberikan imterpretasi koefisien determinasi menurut S.K Sitepu dalam bukunya Analisis Korelasi (1995:11), sebagai berikut : Interval Koefisien 1. 0 - 4 2. 5 - 16 3. 17 - 48 4. 49 - 81 5. 82 - 100
Tingkat Hubungan Rendah atau lemah sekali Rendah tapi pasti Cukup kuat Tinggi atau kuat Sangat tinggi/kuat sekali
55
B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. 1. Kedudukan Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagagan Kota Bandung Dinas
merupakan
unsur
pelaksana
pemerintah
provinsi,
kabupaten/kota yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur, Bupati/Walikota Melalui Sekda. Sebagai konsekwensi logis penerapan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah , maka keluarlah Peraturan Daerah Kota Bandung No.13 tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah dimana terjadi penggabungan dua SKPD yaitu Dinas Koperasi dan Dinas Perindustrian Perdagangan menjadi Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. 2. Tugas pokok dan fungsi Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. 1) Tugas Pokok Melaksanakan urusan pemerintah di bidang koperasi usaha kecil menengah dan perindustrian perdagangan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan. 2) Fungsi a) Perumusan kebijakan teknis dibidang industri kecil dan dagang kecil non formal, industri formal, perdagangan dan kelembagaan
56
dan pendaftaran, pengembangan usaha koperasi aneka usaha dan simpan pinjam serta usaha kecil dan menengah: b) Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang industri kecil dan dagang kecil non formal, industri formal, perdagangan dan kelembagaan dan pendaftaran , pengembangan usaha koperasi aneka usaha dan simpan pinjam serta usaha kecil dan menengah; c) Pembinaan dan pelaksanaan dibidang industri kecil dan dagang kecil non formal, industri formal, perdagangan dan kelembagaan dan pendaftaran ,pengembangan usaha koperasi aneka usaha dan simpan pinjam serta usaha kecil dan menengah; d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan e) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan penyelenggaraan kegiatan Dinas. 3. Struktur Organisasi Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Kota Bandung. Struktur Organisasi mempunyai peranan yang penting didalam suatu organisasi. Begitu pula pada Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung struktur organisasi dapat membantu dan menyelaraskan tugas-tugas/pekerjaan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.
57
Struktur kerja yang ada pada setiap organisasi pada dasarnya merupakan kerangka pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pegawai yang melaksanakan pekerjaannya. Struktur kerja disusun untuk memudahkan perangkat organisasi dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dengan demikian, masing-masing dari pegawai mengetahui dan memahami hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No.13 tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah dimana terjadi penggabungan dua SKPD yaitu Dinas Koperasi dan Dinas Perindag menjadi Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung dengan struktur organisasi Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung terdiri dari : 1. Kepala Dinas 2. Sekretaris , membawahkan : 1) Kepala Sub Bagian Umum dan kepegawaian; 2) Kepala Sub Bagian Keuangan dan Program; 3. Kepala Bidang Industri Kecil dan Dagang Kecil Non Formal, membawahkan : 1) Kepala Seksi Industri Kecil Non Formal; 2) Kepala Seksi Perdagangan Barang dan Jasa Non Formal 4. Kepala Bidang Industri Formal, membawahkan; : 1) Kepala Seksi Industri Tekstil,Produk Tekstil dan Mesin Elektronik
58
2) Kepala Seksi Industri Argo, Kimia, Logam, Alat Transportasi dan Elektronika. 5. Kepala Bidang Perdagangan , membawahkan; : 1) Kepala Seksi Bimbingan Usaha dan Sarana Perdagangan 2) Kepala Seksi Perlindungan Konsumen dan Kemetrologian 3) Kepala Seksi Ekspor-Impor dan Hubungan Kerjasama Luar Negeri 6. Kepala Bidang Kelembagaan dan Pendaftaran , membawahkan; : 1) Kepala Seksi Bina Kelembagaaan Koperasi 2) Kepala Seksi Pendaftaran 7. Kepala Bidang Pengembangan Usaha Koperasi Aneka Usaha dan Simpan Pinjam, membawahkan; : 1) Kepala Seksi Pengembangan Usaha Produksi dan Jasa 2) Kepala Seksi Pengembangan Usaha Konsumsi 3) Kepala Seksi Pengembangan Koperasi Simpan Pinjam 8. Kepala Bidang Usaha Kecil Menengah, membawahkan; : 1) Kepala Seksi Usaha Kecil 2) Kepala Seksi Usaha Menengah Selanjutnya untuk lebih jelasnya mengenai bagan struktur organisasi Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dapat dilihat pada gambar 3 :
59
60
4. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Industri Formal Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. 4.1 Tugas pokok Bidang Industri Formal yaitu melaksanakan tugas Dinas lingkup industry formal. 4.2 Fungsinya antara lain yaitu : a) Penyusunan rencana dan program lingkup industry tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta industry agro, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika. b) Penyusunan petunjuk teknis lingkup industry tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta industry agro, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika. c) Pelaksanaan pembinaan dan fasilitasi industry tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta industry agro, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika. d) Pengkajian
rekomendasi,
pengawasan
dan
pengendalian
penyelenggaraan usaha industry dan usaha kawasan industry; dan e) Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup industry tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta industry agro, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika. 4.3 Seksi Industry Tekstil, Produk Tekstil dan Mesin Elektronik 1. Tugas pokok Seksi Industri Tekstil, Produk Tekstil dan Mesin Elektronik yaitu melaksanakan sebagian tugas Bidang Industri
61
Formal lingkup Industri Tekstil, Produk Tekstil dan Mesin Elektronik dan aneka. 2. Fungsinya antara lain yaitu : a) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup industri tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka; b) Penyusunan petunjuk teknis lingkup industri tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka; c) Pelaksanaan lingkup industri tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka yang meliputi pendataan industry tekstil, produk tekstil, mesin elektronik dan aneka, fasilitasi, bimbingan teknik, penyuluhan dan pembinaan usaha dan pengembangan produksi industri tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta fasilitasi kerjasama pengembangan usaha dan produksi industry tekstil, produk tekstil, mesin elektronik dan aneka; d) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan usaha industry; dan e) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup industry tekstil, produk tekstil, mesin elektronik dan aneka. 4.4 Seksi Argo, Kimia, Logam, Alat Transportasi Dan Elektronika 1. Tugas pokok Seksi Argo, Kimia, Logam, Alat Transportasi Dan Elektronika yaitu melaksanakan sebagian tugas Bidang Industri
62
Formal lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika. 2. Fungsinya antara lain yaitu : a) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika; b) Penyusunan bahan perencanaan dan petunjuk teknis lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika; c) Pelaksanaan lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika yang meliputu pendataan industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika, fasilitasi, bimbingan teknik, penyuluhan dan pembinaan usaha dan pengembangan produksi industry argo, kimia, logam, alat transportasi
dan
elektronika
serta
fasilitasi
kerjasama
pengembangan usaha dan produksi industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika; dan d) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika.
63
C. Keadaan Pegawai dan Fasilitas Kerja Bidang Industri Formal pada Dinas koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. 1. Keadaan Pegawai Bidang Industri Formal pada Dinas koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. Keadaan pegawai pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi organisasi dalam upaya mencapai tujuan, meskipun aspek manusia bagi organisasi merupakan sumber daya yang paling penting keberadaannya dan juga sebagai pelaksana kerja yang baik dalam bentuk fisik maupun pemikiran merupakan faktor pendukung dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Mengingat hal tersebut di atas peneliti akan menggambarkan keadaan pegawai berdasarkan satuan atau unit kerja jumlah pegawai Bidang Industri Formal sebagai berikut : TABEL 4 KEADAAN PEGAWAI BERDASARKAN UNIT KERJA BIDANG PENGEMBANGAN USAHA KOPERASI ANEKA USAHA DAN SIMPAN PINJAM PADA DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG. No. Unit Kerja Jumlah Pegawai 1. Kepala Bidang Industri Formal 1 2. Seksi Industry Tekstil, Produk Tekstil Dan Mesin 5 Elektronik 3. Seksi Industry Argo, Kimia, Logam, Alat 8 Transportasi Dan Elektronika Jumlah 14 Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2010.
64
Selanjutnya peneliti akan menyajikan keadaan pegawai berdasarkan pangkat dan golongan, yaitu sebagai berikut : TABEL 5 DATA PEGAWAI BIDANG INDUSTRI FORMAL BERDASARKAN PANGKAT DAN GOLONGAN No. Pangkat Gol/Ruang Jumlah 1. Pembina Tk. I IV/b 1 2. Penata Tk. I III/d 2 3. Penata Muda III/b 3 4. Penata Muda III/a 5 5. Penata Muda II/a 1 6. CPNS 2 Jumlah 14 Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2010. Dari gambaran Tabel 5 diatas jelas bahwa para pegawai rata-rata sudah mencapai tingkat atau golongan tiga yang menandakan bahwa kemampuan pegawai sudah dapat dikatakan cukup baik.
Berikut ini akan peneliti kemukakan keadaan pegawai berdasarkan jenis kelamin, yaitu sebagai berikut : TABEL 6 KEADAAN PEGAWAI BERDASARKAN JENIS KELAMIN BIDANG INDUSTRI FORMAL PADA DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG No. Jenis Kelamin Jumlah 1. Laki-laki 6 2. Perempuan 8 Jumlah 14 Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2010. Peneliti akan menguraikan mengenai tingkat pendidikan pegawai pada bidang industri formal, untuk lebih jelasnya keadaan pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
65
TABEL 7 KEADAAN PEGAWAI BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN BIDANG INDUSTRI FORMAL PADA DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG. No. Tingkat Pendidikan Jumlah 1. S2 1 2. S1 7 3. SMA 3 4. STM 3 Jumlah 14 Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2010.
2. Fasilitas kerja pegawai Bidang Industri Formal pada Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. Fasilitas kerja dapat menunjang dalam pelaksanaan tugas karena dengan fasilitas kerja yang dimiliki dapat menunjang mempengaruhi para pegawai, serta peralatan dan perlengkapan yang tersedia dapat menunjang meningkatnya kinerja pegawai yang berdaya guna dan berhasil guna, dengan tidak terlepasnya dari dorongan kepala bidang industry formal untuk mengarahkan kea rah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berikut dapat dilihat peralatan dan perlengkapan yang dimiliki bidang industry formal pada tabel 8 berikut ini :
66
TABEL 8 DAFTAR FASILITAS KERJA BIDANG INDUSTRI FORMAL PADA DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG No. Jenis Barang Jumlah Kondisi 1. Meja kerja 9 Baik 2. Kursi lipat 15 Baik 3. Kursi putar 6 Baik 4. Lemari buku 12 Baik 5. Lemari arsip 5 Baik 6. Papan visual 1 Baik 7. Televisi 1 Baik 8. Dispenser 1 Baik 9. Monitor 2 Baik 10. CPU 4 Baik 11. Printer 4 Baik 12. Meja computer 3 Baik 13. AC 1 Baik 14. Note book 1 Baik 15. Proyektor 3 Baik 16. Camera digital 1 Baik 17. Computer 1 Baik Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2010.
D. Gambaran Umum Hubungan Kualitas Sumber Daya Manusia Dengan Kinerja Pegawai Kualitas sumber daya manusia merupakan hal terpenting dalam sebuah
organisasi,
dimana
tercapai
tidaknya
suatu
tujuan
organisasi/perusahaan tergantung pada kualitas Sumber daya manusia yang ada, keterlibatan anggota-anggota individual dari personil dalam organisasi / perusahaan jasa sangat diperlukan di mana perilaku dan performance individual secara langsung memberikan dampak kepada Kinerja Pegawai. Dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas maka kinerja pegawai
67
dapat ditingkatkan berdasarkan standar pengukuran Kinerja pegawai yang ada. Gambaran umum dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada bidang industry formal berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh keterangan yang bertitik tolak dari pada alat analisis dari indikatorindikator kualitas sumber daya manusia. Berikut ini peneliti sajikan gambaran umum mengenai kualitas sumber daya manusia yang ada pada bidang industry formal, sebagai berikut : a. Kualitas fisik dan kesehatan Merupakan hal terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena dengan fisik yang sehat manusia akan dapat menghidupi dirinya sendiri yang selanjutnya akan menjurus pada peningkatan jiwa yang sehat. Dalam hal ini, kualitas fisik dan kesehatan pegawai pada bidang industry formal sudah cukup memuaskan. Masalah ini menjadi perhatian utama Pimpinan karena dengan memiliki kondisi fisik yang prima, maka pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya secara maksimal. b. Kualitas Intelektual ( Pengetahuan dan Keterampilan ) Kualitas intelektual menitikberatkan pada peningkatan Kualitas manusia melalui peningkatan kemampuan berpikir atau rasio intelektual yang antara lain dilaksanakan melalui peningkatan kemampuan untuk menilai keadaan salah atau benar. Pengetahuan merupakan pembentukan pemikiran berdasarkan kenyataan
dan pengalaman
yang berulang-ulang tanpa
68
pemahaman mengenai kausalitas yang hakiki dan universal. Sedangkan keterampilan merupakan kemampuan teknis untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu yang dapat dipelajari dan dikembangkan yang dilakukan secara sadar, progmatis, sistematis, khususnya dalam berbagai bidang yang sifatnya teknis dan dalam penerapannya lebih ditujukan kepada kegiatankegiatan operasional. Dalam hal ini, Kualitas keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai pada bidang industry formal menunjukkan kondisi yang kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari kurangnya keterampilan pegawai dalam hal pengetikan/mengoperasikan program komputer serta kurangnya kemampuan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pimpinan. c. Kualitas Spiritual (Kejuangan) Berkaitan dengan peningkatan etika dalam melaksanakan pekerjaan, yang biasanya dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk memberikan penilaian baik atau buruk suatu keadaan/kondisi di lingkungan kerja.Dalam hal ini kualitas spiritual (Kejuangan), menurut pengamatan peneliti di lapangan pada kenyataannya cukup memuaskan. Meskipun masih terdapat sedikit kekurangan, seperti faktor motivasi, semangat kerja dan sikap kritis terhadap pekerjaan masih perlu ditingkatkan. Hal ini menjadi kendala yang berarti sehingga menghambat proses pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti Masih adanya pegawai bidang industry formal yang tidak masuk kerja pada saat jam kerja.
69
Gambaran tentang keadaan Kinerja Pegawai pegawai pada bidang industry formal yang peneliti ukur berdasarkan indikator-idikator kinerja pegawai menunjukan pelaksanaannya belum semaksimal mungkin sehingga hasil yang dicapai belum sesuai yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut : a. Kuantitas Merupakan jumlah yang harus diselesaikan atau harus dicapai. Perhitungan kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan ini dengan jumlah keluaran yang dihasilkan. Dalam melaksanakan pekerjaan kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh kuantitas oleh pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan terhadap pegawai, sehingga pegawai tidak merasa terbebani oleh tugas yang diberikan. Dalam hal ini pada Bidang Industry Formal Dinas Koperasi Ukm Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, Kepala Bidang Industri Formal belum sepenuhnya berusaha untuk menyesuaikan jumlah pekerjaan yang diberikan kepada pegawai dengan kemampuan yang dimilikinya. b. Kualitas Merupakan mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Hal tersebut tidak terlepas dari pegawai yang professional dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai, sehingga pegawai mampu bekerja dengan teliti.
70
c. Ketepatan Waktu Sesuai tidaknya waktu yang direncanakan. Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari kuantitatif yng menentukn ketepatan waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Dalam hal ini Bidang Industry Formal Dinas Koperasi Ukm Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung masih banyaknya pekerjaan yang tidak terselesaikan tepat pada waktunya.