BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Sub DAS Ciasem Hulu pada DAS Ciasem. Secara administratif terletak di Kabupaten Subang yang meliputi 5 kecamatan yaitu Kecamatan Sagalaherang, Jalancagak, Cijambe, Subang, dan Kalijati (Gambar 1 dan Gambar 2). Bahan dan Alat Bahan yang digunakan berupa peta penggunaan lahan skala 1 : 50.000, dan peta tanah skala 1 : 50.000, peta kelas lereng yang berasal dari peta topografi skala 1 : 50.000 (Bakosurtanal), peta administrasi Kabupaten Subang skala 1 : 50.000, peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Subang skala 1 : 50.000, contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu. Sedangkan alat yang dipakai terdiri dari seperangkat komputer PC, perangkat untuk pengecekan lapang berupa Global Posisition System (GPS), Kompas, Abney level, pita meter, ring sample, bor tanah, cangkul, pisau, dan kamera. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistim informasi geografis (SIG), untuk menentukan peta satuan lahan homogen (SLH), dimana SLH diperoleh dengan melakukan proses tumpang susun (overlay) peta jenis tanah, peta kelas lereng dan peta penggunaan lahan. Berdasarkan peta SLH ditentukan satuan lahan pengamatan intensif, yang pemilihannya dilakukan secara purposive sampling sebagai pewakil dari masing-masing SLH yang dijadikan sebagai lokasi pengumpulan data lapangan. Sebelum melakukan pengumpulan data lapangan, dilakukan survei pendahuluan dengan tujuan untuk mencocokan unit lahan pengamatan pada peta satuan lahan pengamatan intensif dengan lokasi pengamatan di lapangan. Pengumpulan data lapangan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: (1) data fisik lahan (tekstur, permeabilitas tanah, kemiringan dan panjang lereng, kedalaman efektif tanah, drainase, kandungan bahan organik dan
22
780000
790000
800000
810000
820000
830000
840000
AW
A
770000
9310000
9310000
LAUT J
Legonkulon
PETA LOKASI PENELITIAN 6
0
6
12
Blanakan
Kab. Karawang
9300000
9300000
Kilometers Kab. Indramayu Pamanukan
Pusakanagara
U
Ciasem
9290000
9290000
Binong
Patokbeusi
Compreng
Pabuaran
Purwadadi
Areal Sub DAS Ciasem Hulu Cikaum
Bagian dari DAS Ciasem
9280000
9280000
Pagaden Cipunagara
Bagian dari DAS Cipunagara
Cipeundeuy
Kab. Purwakarta
Kalijati
Subang
9270000
SUB DAS CIASEM HULU
9270000
Cibogo
Sumber : - Peta Topografi (Bakosurtanal) skala 1 : 50.000 - Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung Departemen Kehutanan
Cijambe
9260000
9260000
Sagalaherang
Kab. Sumedang Jalancagak
Peta Jawa Barat Kab. Subang
Cisalak
9250000
9250000
Tanjungsiang
Kab. Bandung 770000
780000
790000
800000
810000
820000
830000
840000
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian
Lokasi
785000
790000
795000
800000
805000
9280000
9280000
23
Batucari Cidahu
9275000
9275000
Rawa Lele Manyeti Dawuan Kaler
Suka Sari
Situ Sari Dawuan Kidul Dangdeur
PETA ADMINISTRASI SUB DAS CIASEM HULU KABUPATEN SUBANG 2
0
2
4 Kilometers
U Cisampih
Jambe Laer
9270000
9270000
Marga Sari
Parung
Keterangan Kec. Cijambe Kec. Jalan Cagak
Cijambe
Leles Cinta Mekar Bunihayu
Sagala Herang Kaler
Cijengkol
Jalan Cagak
9260000
9260000
Dayeuh Kolot
Ciponggang
Kec. Kalijati
9265000
9265000
Curug Agung Gunung Tua
Sagala Herang Curug Rendeng
Kec. Sagalaherang Kec. Subang Sumber : - Peta Topografi (Bakosurtanal) Skala 1 : 50.000 - Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung Departemen Kehutanan
Cikujang Sukamandi Cisaat
9255000
9255000
Cipancar
Cicadas Ciater
Lokasi
Peta Jawa Barat 785000
790000
795000
800000
805000
Gambar 2 Peta Administrasi Lokasi Penelitian
24
penutupan dan pengelolaan lahan), (2) data sosial ekonomi (luas kepemilikan lahan, produksi usaha tani, biaya dan pendapatan dalam setahun dan sarana produksi). Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait meliputi data curah hujan, data debit air, data statistik, peta jenis tanah, peta kelas lereng dan peta penggunaan lahan serta peta RTRW). Tahapan analisis selanjutnya adalah melakukan evaluasi lahan dengan metode klasifikasi kemampuan lahan (Land Capability Classification), analisis ini dilakukan untuk menentukan kelas kemampuan lahan. Apabila penggunaan lahan belum sesuai dengan kelas kemampuannya, maka disusun alternatif perubahan penggunaan lahan. Prediksi erosi dilakukan dengan metode universal soil loss equation (USLE) untuk menduga besarnya erosi pada pengelolaan lahan aktual, hasil prediksi erosi dibandingkan dengan besarnya erosi yang dapat ditolerasi (Atol), yang menujukan besarnya erosi yang masih dapat diperbolehkan. Apabila laju erosi (A) lebih besar dari Atol maka disusun alternatif perubahan pengelolaan lahan, dan kegiatan analisis terakhir adalah melakukan analisis usaha tani. Tujuannya adalah untuk menghitung pendapatan petani yang kemudian dibandingkan dengan standar hidup layak dilokasi penelitian, apabila nilai pendapatan petani lebih kecil dari standar hidup layak, maka disusun alternatif pola tanam dan agrotenologi. Untuk lebih memperjelas metode peneltian ini, disusun diagram alir pelaksanaan penelitian, seperti tersaji dalam Gambar 3. Tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : Tahap Persiapan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi (1) orientasi ketersediaan data pada instansi dan lembaga yang dijadikan sumber data yaitu Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Subang, BPS Kabupaten Subang, Balai Pengelolaan DAS Citarum – Ciliwung Departemen Kehutanan, dan Perum Jasa Tirta Unit II Divisi III Subang; (2) pengurusan ijin penelitian; (3) analisis studio untuk menentukan satuan lahan pengamatan intensif, dimana satuan lahan
25
Peta-peta Analog Peta kelas lereng skala 1 : 50.000 Peta Jenis Tanah skala 1 : 50.000 Peta Penggunaan Lahan Skala 1 : 50.000
Peta-peta Digital Peta Kelas lereng Peta Penggunaan Lahan Peta Jenis Tanah
Dijitasi
Penentuan titik pengamatan yang mewakili (satuan lahan pengamatan intensif)
Satuan lahan homogen
Overlay Survei Utama
Survei pendahuluan
Pengamatan, pengukuran dan pengambilan data Arahan penggunaan lahan menurut RTRW
Kelas Kemampuan Lahan
Evaluasi kecocokan arahan penggunaan lahan menurut RTRW dengan Kelas kemampuan lahan
Perubahan penggunaan lahan
Tidak
Pengamatan dan pengambilan data sosial ekonomi Penggunaan lahan sekarang
Evaluasi kecocokan penggunaan lahan dengan Kelas kemampuan lahan Ya
Alternatif penggunaan lahan
Cocok Ya
Cocok
Tidak
Perubahan penggunaan lahan
Evaluasi pola tanam dan agroteknologi
Alternatif penggunaan lahan
Predikasi Erosi
Kebijakan dan Program Pemda Subang
Alternatif pola tanam dan agroteknologi
Ya A < Atol
Tidak
Perubahan pola tanam dan argoteknologi
∩
Analisis sosial ekonomi
REKOMENDASI PENGGUNAAN LAHAN
Ya
Pendapatan bersih > standar hidup layak
Gambar 3 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
Tidak
26
pengamatan intensif ditentukan dari peta satuan lahan homogen (SLH) yang dihasilkan dari proses tumpang susun (overlay) peta kelas lereng, peta tanah dan peta penggunaan lahan. Pada penelitian ini pemilihan satuan lahan pengamatan intensif hanya dilakukan pada penggunaan lahan semak belukar, tegalan dan kebun campuran, dengan kemiringan 15%-40%, dan (4) melakukan survei pendahuluan ke lapangan untuk mengecek kecocokan letak plot di peta dengan kondisi lapangan yang akan dijadikan lokasi satuan lahan pengamatan intensif. Tahap Pengumpulan Data Pengumpulan data primer yang terdiri atas data fisik dan data sosial ekonomi, dilakukan pada satuan lahan pengamatan intensif. Pengumpulan data fisik meliputi pengukuran panjang lereng, kemiringan lereng, penutupan dan penggunan lahan, kedalaman efektif tanah, pengambilan contoh tanah utuh (menggunakan ring sample) untuk keperluan analisis fisik tanah (permeabilitas dan bobot isi), serta contoh tanah terganggu untuk analisis tekstur, struktur dan kandungan bahan organik untuk mendapatkan nilai erodibilitas tanah (nilai K). Pengumpulan data sosial ekonomi, meliputi luas dan status kepemilikan lahan, jenis dan jumlah produksi komoditas usaha tani, jenis dan jumlah sarana produksi, variasi pola tanam, diperoleh melalui wawancara kepada petani dengan menggunakan kuesioner, pemilihan petani sebagai responden, ditentukan secara purposive sampling. Seleksi petani dilakukan dengan wawancara awal sebelum dilakukan wawancara inti. Petani terpilih adalah petani yang dianggap mampu untuk memberikan informasi yang tepat dan benar. Jumlahnya untuk setiap pola tanam dan agroteknologi sebanyak 5 orang. Kegiatan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendatangi langsung instansi yang terkait. Data yang dikumpulkan merupakan jenis data yang mengatur atau menjadi landasan perencanaan penggunaan lahan, dan masih dipakai sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan. Jenis data dan instansi asal, seperti tersaji dalam Tabel 2.
27
Tabel 2 Nama Instansi dan Jenis Data yang Dikumpulkan No.
Nama Instansi
Jenis Data atau Peta
1.
Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Subang
1. Pola Dasar Pembangunan Daerah tahun 2005-2009 2. Program Pembangunan Daerah tahun 2005-2009 3. Rencana Strategis Daerah tahun 2005-2009 4. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah skala 1 : 50.000
2.
Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung
1. Peta Jenis Tanah skala 1 : 50.000 2. Peta Kelas Lereng skala 1 : 50.000 3. Peta Penggunaan Lahan skala 1 : 50.000
3.
Perum Jasa Tirta Unit II Divisi III Subang
1. Data Curah hujan selama 10 tahun terakhir 2. Data debit air sungai selama 5 tahun
4.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang
Statistik Subang dalam Angka
5.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang
Rencana Rahabilitasi Lahan Tahun 2004-2009
Analisis Data Analisis data ditentukan berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Tahapan analisis data tersebut meliputi kegiatan: (1)
Evaluasi penggunaan lahan sekarang (Existing Land Use) meliputi evaluasi kecocokan penggunaan lahan berdasar kelas kemampuan lahan, melakukan prediksi erosi (A) dan mengkaji nilai erosi yang dapat ditoleransi (Atol) pada kondisi aktual dan melakukan analisis usaha tani pada kondisi aktual.
(2)
Evaluasi rencana tata ruang wilayah (RTRW), yang terdiri atas analisis deskriptif RTRW, evaluasi kecocokan arahan penggunaan lahan RTRW berdasarkan kemampuan lahan.
(3)
Penyusunan alternatif penggunaan lahan dan agroteknologi meliputi alternatif penggunaan lahan sekarang dan RTRW (apabila belum sesuai), penyusunan pola tanam dan agroteknologi serta analisis usaha tani sesuai pola tanam dan agroteknologi alternatif. Secara terrinci metode analisis data ini, dijelaskan pada masing-masing sub
bab sebagai berikut: Evaluasi Penggunaan Lahan Sekarang Penggunaan lahan sekarang. Kegiatan analisis yang dilakukan, hanya berupa analisis deskriptif tentang penggunaan lahan sekarang, terdiri atas deskripsi persentase luas masing-masing penggunaan lahan pada luas Sub DAS dan pada luas DAS secara keseluruhan.
28
Kecocokan Penggunaan Lahan dengan Kelas Kemampuan Lahan. Analisis yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah proses klasifikasi lahan dengan metode faktor penghambat. Kriteria yang dipakai untuk menilai kecocokan penggunaan lahan adalah kriteria kelas kemampuan penggunaan lahan yang dikemukakan oleh Arsyad (1989), yang mengacu pada Klingebiel dan Montgomery (1973), seperti yang disajikan pada Lampiran 4 dan 5. Prediksi Erosi. Prediksi erosi dilakukan untuk menduga besarnya erosi yang terjadi pada penggunaan lahan dengan pengelolaan tertentu. Prediksi erosi dilakukan dengan menggunakan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikemukakan oleh Wischmeier dan Smith (1978), yaitu : A = R x K x LS x C x P Dimana A R K LS C P
: : : : : : :
jumlah erosi dalam ton/ha/tahun faktor erosivitas hujan faktor erodibilitas tanah faktor panjang dan kemiringan lereng faktor tanaman (penggunaan tanah) faktor teknik konservasi tanah
Untuk mendapatkan nilai masing-masing variabel pendugaan (prediksi) erosi, digunakan metode-metode sebagai berikut: Faktor erosivitas hujan (R). Faktor Erosivitas hujan (R) merupakan jumlah satuan indeks erosi hujan dalam setahun. Nilai R yang merupakan daya rusak hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Bols (1978), sebagai berikut : R = 6.119 (Rain)1.21 (Days)-0,47 (Max.P)0,53 dimana : R Rain Days Max.P
: : : :
indeks erosivitas hujan curah hujan bulanan rata-rata (mm) jumlah hari hujan dalam bulan yang dimaksud (hari) curah hujan maksimum dalam 24 jam dalam bulan yang bersangkutan
Faktor erodibilitas tanah (K). Faktor K dihitung dengan menggunakan rumus Wischmeier dan Smith (1978), yaitu :
29
100 K = 2,713 M1,14(10-4)(12-a) + 3,25(b-2) + 2,5(c-3) dimana : K M a b c
: : : : :
faktor erodibilitas tanah (% debu + % pasir halus) x (100-% liat) persentase bahan organik kelas struktur tanah (seperti pada Lampiran 6a) kelas permeabilitas tanah (seperti pada Lampiran 6b)
Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS). Nilai panjang lereng dan kemiringan lereng diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan, untuk menentukan fakor panjang dan kemiringan lereng (LS) dihitung dengan menggunakan rumus persamaan Wischmeier dan Smith (1978), sebagai berikut : LS =
dimana :
LS X S
(
X 0,0138 + 0,00965S + 0,00138S 2 : : :
)
faktor lereng panjang lereng (m) kemiringan lereng (%)
Faktor Pengelolaan Tanaman (C) dan Teknik Konservasi Tanah (P). Fakor
pengelolaan tanaman (C) dan teknik konservasi tanah (P) ditentukan dengan mencocokan kondisi penggunaan lahan dan penutupan tanah di lapangan dengan tabel faktor C dan P yang merupakan hasil penelitian (Hammer, 1981), dan (Abdurachman, et al. (1983) dalam Sinukaban, 1989). Erosi yang Dapat Ditoleransikan (Atol). Nilai Atol adalah besaran maksimum
erosi yang masih dapat ditoleransikan dari sebidang tanah agar tanah tersebut masih dapat berproduksi secara ekonomis dan lestari dengan sistem produksi yang diterapkan (Wischmeier dan Smith, 1978). Besarnya nilai Atol tanah dipengaruhi oleh iklim (berkaitan dengan laju pembentukan tanah), kedalaman akar tanaman dan jenis tanaman yang diusahakan. Penetapan Atol tanah dilakukan dengan menggunakan metode Wood dan Dent (1983), yang memasukan faktor kedalaman minimum tanah dan laju pembentukan tanah, dengan rumus sebagai berikut :
ETol =
DE − Dmim + LPT MPT
30
Dimana ETol : erosi yang masih dapat ditoleransikan (mm/tahun), DE : nilai kedalaman ekuivalen yang besarnya adalah hasil perkalian antara nilai kedalaman efektif dengan nilai faktor kedalaman (mm), Dmin : kedalaman tanah minimum yang memungkinkan tanaman yang akan ditanam dapat berproduksi (mm), MPT ; masa pakai tanah, yaitu berapa lama tanah akan digunakan untuk sistem produksi yang direncanakan, (250 tahun, dapat dianggap sebagai pemakaian secara terus menerus/lestari), LPT : laju pembentukan tanah yang besarnya 1.2 mm/tahun (Sinukaban, 1989). Evaluasi Arahan Penggunaan Lahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Analisis Deskriptif Arahan Penggunaan Lahan RTRW. Metode yang dipakai
berupa metode analisis deskriptif tentang rencana penggunaan lahan yang dibuat dalam RTRW, terdiri atas deskripsi persentase luas masing-masing penggunaan lahan pada luas Sub DAS. Kecocokan Arahan Penggunaan Lahan RTRW dengan Kelas Kemampuan Lahan. Metode analisis yang dipakai sebagimana yang dilakukan pada evaluasi
kecocokan penggunaan lahan sekarang. Penyusunan Alternatif Penggunaan Lahan, Pola Tanam dan Agroteknologi Alternatif penggunaan lahan sekarang dan RTRW. Analisis ini dilakukan
apabila penggunaan lahan sekarang atau RTRW belum sesuai dengan kelas kemampuan lahannya, penyusunan alternatif penggunaan lahan didasarkan pada kelas kemampuan lahannya dan potensi yang dapat dikembangkan. Alternatif Pola Tanam dan Agroteknologi. Penetapan pola tanam dan
agroteknologi alternatif ditentukan berdasarkan nilai CP (faktor tanaman dan pengelolaan tanah) yang dapat diterapkan untuk berbagai jenis pengelolaan lahan melalui simulasi. Kriteria yang dipakai adalah dengan menetapkan CP maksimum yang akan direkomendasikan dengan pendekatan sebagai berikut : A ≤ Atol CP ≤
Atol RKLS
R.K.LS.C.P ≤ Atol CPrek ≤ CPmak
31
Pada analisis ini, dipakai asumsi bahwa nilai R, K, dan LS pada setiap lokasi penelitian dianggap konstan, sehingga besarnya nilai dugaan erosi berbanding lurus dengan nilai CP yang dipilih dalam simulasi. Penetapan nilai CP untuk setiap alternatif, pertimbangan yang dipakai adalah kelas kemampuan lahan, masukan dari petani dan pertimbangan pemenuhan standar hidup layak, apabila nilai CP yang diperoleh telah maksimal tetapi standar hidup layak belum terpenuhi, maka harus ada penyempurnaan usaha tani atau dukungan usaha lainnya, seperti usaha ternak ataupun usaha lainnya sehingga nilai standar hidup layak dapat dicapai. Analisis Usaha Tani dan Standar Hidup Layak Analisis Usaha Tani. Analisis ini dilakukan pada kondisi pola tanam dan
agoteknologi aktual dan pola tanam dan agoteknologi alternatif. Dalam analisis usaha tani ini yang dikaji tiga variabel penting yaitu penerimaan, biaya dan pendapatan sebagaimana dikemukakan oleh Soekartawi (2002), dengan penjabaran sebagai berikut : 1.
Penerimaan usaha tani, merupakan nilai produksi yang dapat dihasilkan dari usaha tani per musim tanam yang dinilai dengan mata uang, dihitung dengan persamaan : TRi = Yi Pyi dimana TRi : total penerimaan produksi komoditas i (Rp), Yi : produksi komoditas i yang diperoleh dalam satu musim tanam (kg), Pyi : harga Y komoditas i (Rp). Dalam suatu usaha tani biasanya ditemukan lebih dari satu komoditas yang dikembangkan sehingga total penerimaan dihitung dengan menggunakan persamaan : n
TR =
∑ YiPyi i =1
n : jumlah macam komoditas yang diusahakan 2.
Biaya Usaha tani, merupakan nilai semua masukan atau keluaran yang dipakai dalam satu musim tanam selama proses produksi baik langsung maupun tidak, untuk menghitung biaya usaha tani dapat digunakan persamaan :
32 n
FC =
∑ XiPxi i =1
dimana FC : biaya tetap yang dipergunakan secara periodik (Rp), Xi : jumlah fisik dari input
yang membentuk biaya tetap dalam produksi
komoditas i, Pxi : harga input dalam produksi komoditas i (Rp), dan n : jumlah macam input yang digunakan dalam suatu usaha tani. Persamaan ini juga dipakai untuk menghitung biaya variabel, karena total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC), maka : TC = FC + VC 3.
Pendapatan usaha tani, adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya : Pd = TR – TC Dimana Pd : pendapatan usaha tani (Rp), TR : total penerimaan usaha tani (Rp), dan TC : total biaya usaha tani (Rp).
Standar Hidup Layak. Untuk menetapkan besaran standar hidup layak pada
lokasi penelitian ditentukan dengan menggunakan nilai ambang kecukupan untuk keperluan rumah tangga eqivalen dengan standar nilai tukar beras 320 kg/orang/tahun (kategori miskin menurut Sajogyo, 1977), jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang terdiri atas 2 orang anak, ibu dan bapak (didasarkan pada rata-rata jumlah anggota keluarga per KK dalam Buku RTL DAS Ciasem Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung, 2004), dengan harga beras Rp 2.500.00 per kilogram dan nilai indeks kompensasi 250 % atau 2.5 (dapat memenuhi kebutuhan pokok, pendidikan, perumahan sederhana dan tabungan), maka standar hidup layak yang dipakai pada lokasi penelitian adalah sebesar 320 kg x 4 orang x Rp 2.500.00 x 2.5 = Rp.8.000.000.
GAMBARAN UMUM WILAYAH Letak dan Luas Sub DAS Ciasem Hulu merupakan bagian dari DAS Ciasem, terletak di wilayah Kabupaten Subang memiliki luasan 16 319.62 hektar (Ha) yang meliputi 5 kecamatan yaitu Kecamatan Sagalaherang, Jalan Cagak, Cijambe, Kalijati, dan Subang, dengan jumlah desa sebanyak 32 desa. Peta wilayah Sub DAS Ciasem Hulu tersaji dalam Gambar 4. Tanah Jenis tanah di wilayah DAS Ciasem Hulu terdiri atas: jenis Asosiasi Andosol-Podsolik, Latosol-Coklat, Andosol, Asosiasi Regosol-Litosol. Jenis tanah ini bersumber peta tanah tinjau Jawa Barat, dimana sebagian besar wilayah memiliki jenis tanah Asosiasi Andosol-Podsolik yang mencapai luasan 8.876.91 Ha atau 54.39% dari seluruh luas sub DAS, selengkapnya tersaji dalam Tabel 3 dan Gambar 5. Tabel 3 Luas Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu berdasarkan Jenis Tanah No.
Jenis Tanah
Luas (Ha)
Persentase (%)
656.40
4.02
1.
Andosol
2.
Asosiasi Andosol Podsolik
8 876.91
54.39
3.
Latosol Coklat
4 940.82
30.28
4.
Asosiasi Regosol Litosol
1 845.49
11.31
16 319.62
100.00
Jumlah
Sumber : Buku Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciasem BP- DAS Citarum Ciliwung (2004)
Topografi dan Keadaan Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu sebagian besar memiliki bentuk lereng agak curam dengan kelas lereng 15%–25%, dengan luasnya mencapai 5.951.31 Ha atau 36.47%, kemudian bentuk lereng yang sangat curam dengan luasan 3.530.09 Ha atau 21.63%, selengkapnya tersaji dalam Tabel 4 dan Gambar 6.
785000
790000
795000
800000
805000
9280000
9280000
34
9275000
9275000
PETA AREAL SUB DAS CIASEM HULU KABUPATEN SUBANG 2
0
2
4 Kilometers
9270000
9270000
U
Keterangan Sungai
9260000
9260000
9255000
9265000
9265000
Areal Sub DAS
9255000
Sumber : - Peta Topografi (Bakosurtanal) Skala 1 : 50.000 - Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung Departemen Kehutanan
Lokasi
Peta Jawa Barat 785000
790000
795000
800000
805000
Gambar 4 Peta Areal Sub DAS Ciasem Hulu Kabupaten Subang.
790000
795000
800000
805000
9275000
9275000
785000
9280000
9280000
35
PETA JENIS TANAH SUB DAS CIASEM HULU KABUPATEN SUBANG 2
0
2
4 Kilometers
9270000
9270000
U
Keterangan Andosol Asosiasi Andosol-Podsolik
9260000
9260000
9255000
9265000
9265000
Latosol-Coklat Asosiasi Regosol-Litosol
9255000
Sumber : - Peta Topografi (Bakosurtanal) Skala 1 : 50.000 - Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung Departemen Kehutanan
Lokasi
Peta Jawa Barat 785000
790000
795000
800000
805000
Gambar 5 Peta Jenis Tanah Sub DAS Ciasem Hulu Kabupaten Subang.
36
Tabel 4 Luas Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu berdasarkan Kelas Lereng No.
Kelas Lereng
1. 3%– 8% (agak landai) 2. 8% – 15 % (landai) 3. 15%– 25% (agak curam) 4. 25%– 40% (curam) 5. > 40% (sangat curam) Jumlah
Luas (Ha)
Persentase (%)
2 726.13 2 064.07 5 951.31 2 048.04 3 530.09 16 319.62
16.70 12.65 36.47 12.55 21.63 100.00
Sumber : Buku Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciasem BP- DAS Citarum Ciliwung (2004)
Iklim Tipe iklim menurut sistim klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951), yang didasarkan pada nisbah jumlah bulan kering dengan bulan basah, nisbah ini diberi simbol Q. Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan ≥100 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan dengan curah hujan <60 mm. Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu berdasarkan tipe iklim tersebut termasuk ke dalam tipe iklim B, dimana bulan basahnya 9.1 dan bulan kering 2.2 dan digolongkan ke dalam kondisi iklim basah. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan pada wilayah Sub DAS Ciasem Hulu, didominasi oleh sawah dengan luas 5.540.43 Ha atau 33.95%, kemudian perkebunan 3.474.09 Ha atau 21.29%, dan kebun campuran 2.324.90 Ha, selengkapanya tersaji dalam Tabel 5 dan Gambar 7. Tabel 5 Luas wilayah Sub DAS Ciasem Hulu Berdasarkan Penggunaan Lahan No.
Penggunaan Lahan
1. Pemukiman 2. Sawah 3. Kebun Campuran 4. Tegalan 5. Hutan 6. Perkebunan 7. Semak Belukar Jumlah
Luas (Ha)
Persentase (%)
1 494.14 5 540.43 2 324.90 547.39 2 178.07 3 474.09 760.60 16 319.62
9.16 33.95 14.25 3.35 13.35 21.29 4.66 100.00
Sumber : Buku Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciasem BP- DAS Citarum Ciliwung (2004)
790000
795000
800000
805000
9275000
9275000
785000
9280000
9280000
37
PETA KELAS LERENG SUB DAS CIASEM HULU KABUPATEN SUBANG 2
0
2
4 Kilometers
Keterangan
3-8 % 8 - 15 % 15 - 25 % 25 - 40 % > 40 %
9260000
9260000
9255000
9265000
9265000
9270000
9270000
U
9255000
Sumber : - Peta Topografi (Bakosurtanal) Skala 1 : 50.000 - Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung Departemen Kehutanan
Lokasi
Peta Jawa Barat 785000
790000
795000
800000
805000
Gambar 6 Peta Kelas Lereng Sub DAS Ciasem Hulu Kabupaten Subang.
790000
795000
800000
805000
9275000
9275000
785000
9280000
9280000
38
PETA PENGGUNAAN LAHAN SUB DAS CIASEM HULU KABUPATEN SUBANG 2
0
2
4 Kilometers
Keterangan Hutan Kebun campuran Perkebunan Belukar Sawah Tegalan Pemukiman
9260000
9260000
9255000
9265000
9265000
9270000
9270000
U
9255000
Sumber : - Peta Topografi (Bakosurtanal) Skala 1 : 50.000 - Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung Departemen Kehutanan
Lokasi
Peta Jawa Barat 785000
790000
795000
800000
805000
Gambar 7 Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Ciasem Hulu Kabupaten Subang.
39
Sosial Ekonomi Jumlah Penduduk Jumlah penduduk pada Sub DAS Ciasem Hulu, jumlahnya 146.209 orang yang terdiri dari 73.190 orang laki-laki dan 73.019 orang perempuan, dengan jumlah keluarga sebanyak 40.842 kepala keluarga (KK). Berdasarkan kelas umur jumlah penduduk terbagi dalam kelas 0–15 tahun sebanyak 43.367 orang, kelas umur 16–55 tahun sebanyak 78 445 orang dan kelas umur >55 tahun 24.397 orang (Tabel 6 dan 7). Data selengkapnya disajikan dalam Lampiran 2. Tabel 6 Jumlah Penduduk Sub DAS Ciasem Hulu berdasarkan Jenis Kelamin
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kecamatan Sagalaherang Jalancagak Cijambe Subang Kalijati Jumlah
Jumlah Penduduk (orang) Laki-laki
Perempuan
22 096 14 547 5 219 13 240 18 088 73 190
21 131 14 396 5 325 13 086 19 081 73 019
Jumlah KK 12 775 7 142 2 829 6 892 11 204 40 842
Sumber : Buku Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciasem BP- DAS Citarum Ciliwung (2004)
Tabel 7 Jumlah Penduduk Sub DAS Ciasem Hulu berdasarkan Kelas Umur Jumlah Penduduk (orang) No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kecamatan Sagalaherang Jalancagak Cijambe Subang Kalijati Jumlah
0-15 tahun
15 –55 tahun
>55 tahun
13 048 9 369 3 080 7 526 10 344 43 367
24 234 14 760 5 583 9 984 23 884 78 445
5 945 4 814 1 881 8 816 2 941 24 397
Sumber : Buku Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciasem BP- DAS Citarum Ciliwung (2004)
Mata Pencaharian Berdasarkan mata pencaharian, penduduk pada wilayah Sub DAS Ciasem Hulu sebagian besar merupakan petani yang jumlahnya mencapai 39.613 orang,
40
lalu buruh tani 13.431 orang. Data ini menunjukan, bahwa penduduk yang berada pada wilayah Sub DAS Ciasem Hulu, sebagian besar menyandarkan pemenuhan kebutuhan hidupnya dari sektor pertanian.
Hal ini akan menuntut adanya
ketersediaan sumber daya lahan. Data selengkapnya tersaji dalam Lampiran 1. Sarana Perekonomian Sarana perekonomian yang ada di wilayah Sub DAS Ciasem Hulu terdiri atas pasar, koperasi, toko, bank perkreditan dan warung, selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 3. Rekapitulasinya dapat dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan Jenis Sarana Perekonomian Sub DAS Ciasem Hulu No. 1. 2. 3. 4. 5.
Sarana Perekonomian
Kecamatan Sagalaherang Jalan Cagak Cijambe Kalijati Subang Jumlah
Jumlah
Bank
Koperasi
Pasar
Toko
Warung
9 1 0 1 1 12
6 3 0 4 1 14
2 1 0 0 0 3
44 63 12 28 12 155
657 310 73 200 73 1 264
718 378 87 233 87 1 503
Sumber : Buku Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciasem BP- DAS Citarum Ciliwung (2004)