15
3 METODE PENELITIAN 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Palabuhanratu, Sukabumi pada bulan Desember 2010.
3.2
Bahan dan Alat Bahan dan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1
Alat tulis.
2
Kamera digital.
3
Lembar kuisioner.
4
Lembar uji organoleptik.
3.3
Metode Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang dilakukan di PPN
Palabuhanratu, studi kasus yaitu pengujian secara terinci terhadap suatu objek dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Pada kasus ini mengamati pengaruh penanganan madidihang yang dilakukan saat di laut dan
saat pembongkaran dilakukan terhadap mutu madidihang dengan
pengamatan dilakukan pada dua kapal yaitu: kapal long line dan kapal pancing tonda. Jumlah sampel yang digunakan yaitu 20 ekor madidihang untuk uji organoleptik dan 1092 ekor madidihang untuk peta kendali pada kapal long line yang dihimpun dari tanggal 7-15 Desember sedangkan 20 ekor madidihang untuk uji organoleptik dan 60 ekor madidihang untuk peta kendali pada kapal pancing tonda yang dihimpun dari tanggal 1-25 Januari.
.
16
3.3.1 Lembar periksa untuk identifikasi tipe cacat madidihang Lembar periksa merupakan suatu alat sederhana yang dipergunakan untuk mengumpulkan data serta memudahkan dalam analisis berikutnya. Lembar periksa dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Lembar periksa sederhana Tipe cacat
Check
Sub-total
…………………………
IIII IIII
9
…………………………
IIII
5
………………………….
IIII
4
Total
18
3.3.2 Uji Organoleptik Penentuan kualitas ikan kebanyakan mengarah pada pengamatan secara visual. Tolak ukur dalam pengujian visual berupa penampakan warna, cita rasa, dan tekstur disebut uji organoleptik. Para penilai akan memberi skor pada contoh yang diamati. Lembar uji organoleptik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Lembar uji organoleptik Nilai
9
Parameter Mata Insang Daging dan perut Konsistensi
8
Mata Insang Daging dan perut Konsistensi Mata
7
Insang Daging dan perut
Tanda-tanda Cerah, bola mata menonjol, kornea jernih. Warna merah cemerlang, tanpa lendir dan bakteri. Sayatan daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dagingnya utuh, bau isi perut segar. Padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang. Cerah, bola mata rata, kornea jernih. Warna merah kurang cemerlang, tanpa lendir. Sayatan daging cemerlang, warna asli, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dinding perut dagingnya masih utuh, bau netral. Agak padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang, kadang-kadang agak lunak sesuai dengan jenisnya. Agak cerah, bola mata rata, pupil agak keabu-abuan, kornea agak keruh. Warna merah agak kusam, tanpa lendir. Sayatan daging cemerlang, warna asli, sedikit ada pemerahan pada tulang belakang, perut agak lembek, ginjal merah mulai pudar, bau netral.
17 Tabel 2 lanjutan Mata
6
Insang Daging dan perut Konsistensi
5
Mata Insang Daging dan perut Konsistensi Mata
4
Insang Daging dan perut Konsistensi
3
2
1
Mata Insang Konsistensi Insang Daging dan perut Konsistensi Mata Insang Daging dan perut Konsistensi
Bola mata agak cekung, pupil berubah keabu-abuan, kornea agak keruh. Merah agak kusam, sedikit lendir. Sayatan daging masih cemerlang, di dua perut agak lembek, agak kemerahan pada tulang belakang, perut agak lembek, sedikit bau susu. Agak lunak, kurang elastis bila ditekan dengan jari, agak mudah menyobek daging dari tulang belakang. Bola mata agak cekung, pupil keabu-abuan, kornea agak keruh. Mulai ada diskolorasi merah muda, merah coklat, sedikit lendir. Sayatan daging mulai pudar, di dua perut lembek, banyak pemerahan pada tulang belakang, bau seperti susu. Agak lunak, belum ada bekas jari bila ditekan, mudah menyobek daging dari tulang belakang. Bola mata cekung, pupil mulai berubah menjadi putih susu, kornea keruh. Mulai ada diskolorasi, sedikit lendir. Sayatan daging tidak cemerlang, di dua perut lunak, pemerahan sepanjang tulang belakang, rusuk mulai lembek, bau perut sedikit asam. Lunak, bekas jari terlihat bila ditekan tetapi cepat hilang, mudah menyobek daging dari tulang belakang. Bola mata cekung, pupil putih susu, kornea keruh.. Perubahan warna merah coklat, lendir tebal. Lunak, bekas jari terlihat lama bila ditekan dan mudah menyobek daging dari tulang belakang. Warna merah coklat atau kelabu, lendir tebal. Sayatan daging kusam, warna merah jelas sekali pada sepanjang tulang belakang, dinding perut lunak sekali, bau asam amoniak. Lunak, bekas jari terlihat lama bila ditekan, mudah sekali menyobek daging dari tulang belakang. Bola mata tenggelam, ditutupi lendir kuning yang tebal. Warna putih kelabu, lendir tebal sekali. Sayatan daging kusam sekali, warna merah jelas pada sepanjang tulang belakang, bau busuk. Sangat lunak, bekas jari tidak mau hilang bila ditekan, mudah sekali menyobek daging dari tulang belakang.
Sumber: Dewan Standardisasi Nasional, 1992
Segar
: nilai organoleptik berkisar antara 7-9
Agak segar
: nilai organoleptik berkisar antara 4-6
Tidak Segar
: nilai organoleptik berkisar antara 1-3 (SNI 01-2729-1992)
3.3.3 Peta kendali Bagan/peta kendali kualitas adalah grafik yang dipergunakan untuk membedakan/memisahkan hasil dari suatu proses yang berada dalam kendali dan yang tidak. Peta kendali memiliki garis tengah yang menunjukkan rata-rata
18
proses, sebuah garis diatasnya, disebut sebagi peta kendali atas, dan sebuah garis dibawah yang disebut sebagai peta kendali bawah. Tujuan peta kendali ialah untuk memantau suatu proses dalam rangka mengekspose kehadiran penyebab khusus yang mempengaruhi proses operasi (Herjanto, 2007). Prosedur umum dalam menyusun bagan kendali ketidaksesuaian sebagai berikut: 1
Memilih karakteristik mutu. Jika dikehendaki pengukuran dalam proporsi ketidaksesuaian, gunakan bagan p, namun jika dikehendaki pengukuran dalam bentuk jumlah ketidaksesuaian, gunakan bagan np. Jika menggunakan bagan p, ukuran subgroup dapat konstan atau bervariasi, namun jika menggunakan bagan np, ukuran subgroup harus sama/konstan.
2
Kumpulkan data. Sampel diambil berdasarkan subgroup, dengan ukuran subgroup (n) sebaiknya lebih dari 50.
3
Hitung persen ketidaksesuaian dari setiap subgroup (pi) dan masukkan kedalam lembar data. Pi = Jumlah ketidaksesuaian (npi) x 100 % Jumlah unit dalam subgroup (ni)
4
Tentukan garis tengah (Central line,CL), batas kendali atas (Upper control limit, UCL), dan batas kendali bawah (Lower control limit, LCL) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: •
Bagan p CL = р =
∑ pi = ∑ np
m UCL = p + z . бp LCL = p - z . бp •
mn
Bagan np CL = np =
∑ np
m UCL = np + б np 1
p
LCL = np - б np 1
p
19
Dimana; p = rata-rata persen ketidaksesuaian dalam sampel m = jumlah sampel (subgrup) n = ukuran subgroup z = deviasi standar normal бp = deviasi standar dari distribusi sampling
бp =
5
U
P
Buat bagan p atau bagan np dengan memasukkan data observasi kedalamnya. Pada bagan p (Jika n bervariasi), UCL, dan LCL tidak berbentuk garis lurus.
3.3.4 Diagram Pareto Menurut Herjanto (2007), proses pembuatan diagram pareto dapat diuraikan sebagai berikut: Pilih beberapa faktor penyebab dari suatu masalah (bisa diketahui dari analisis sebab akibat). 1
Kumpulkan data dari masing-masing faktor dan hitung persentase kontribusi dari masing-masing factor;
2
Susun faktor-faktor dalam urutan baru dimulai dari yang memiliki persentase kontribusi terbesar dan hitung nilai akumulasinya;
3
Bentuk kerangka diagram dengan aksis vertikal sebelah kiri menunjukkan frekuensi, sedangkan aksis vertikal sebelah kanan dalam bentuk kumulatif. Tinggi aksis sebelah kiri dan kanan sama;
4
Berpedoman pada aksis vertikal sebelah kiri, buat kolom secara berurutan pada aksis horizontal yang menggambarkan kontribusi masing-masing factor;
5
Berpedoman pada aksis vertikal sebelah kanan, buat garis yang menggambarkan persen kumulatif, dimulai dari 0% pada ujung bawah aksis
20
sebelah kiri sampai 100% di ujung atas aksis sebelah kanan. Adapun
pada
Gambar 3 disajikan model diagram pareto.
Gambar 3 Diagram pareto Diagram ini digunakan untuk menggambarkan tingkat kepentingan relatif antara berbagai faktor. Dengan diagram ini dapat diketahui faktor yang dominan dan yang tidak. Faktor yang dominan ialah faktor-faktor yang secara bersamasama menguasai sekitar 70% sampai 80% dari nilai akumulasi tetapi biasanya hanya terdiri dari sedikit faktor (critical). Variabel kelas B ialah faktor-faktor yang secara bersama-sama menguasai sekitar 10% sampai 20% dari nilai total. Sedangkan variabel kelas C ialah faktor-faktor yang secara bersama-sama hanya menguasai sekitar 10% sampai 15% dari total nilai tetapi terdiri dari banyak faktor non dominan (Herjanto, 2007).
3.3.5 Diagram sebab akibat Diagram
ini
berfungsi
untuk
mengetahui
penyebab
permasalahan
berdasarkan permasalahan yang ditimbulkan dan akibat yang ditimbulkan. Mengidentifikasikan secara tepat hal-hal yang dapat memberikan solusi terhadap suatu persoalan. Langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat Ishikawa (1989), adalah sebagai berikut: Langkah 1 : Tentukan karakteristik kualitas. Karakteristik inilah yang harus diperbaiki
dan
dikendalikan
serta
menemukan
penyebab
permasalahan yang ada (penyebab utama); Langkah 2 : Tulislah karakteristik kualitas pada sisi kanan. Gambarlah panah besar dari sisi kiri ke sisi kanan; Langkah 3 : Tulislah faktor utama yang mungkin menyebabkan karakteristik kualitas. Mengarahkan panah cabang ke panah utama. Disarankan
21
untuk mengelompokkan faktor penyebab yang memungkinkan besar terhadap dispersi kedalam item-item; Langkah 4 : Pada setiap item cabang, tulislah kedalamnya faktor rinci yang dianggap sebagai penyebab, menyerupai ranting. Pada setiap ranting tulis faktor lebih rinci untuk membuat cabang yang lebih kecil. Faktor yang lebih rinci untuk membuat cabang yang lebih kecil dapat disebut sebagai faktor penyebab akar dari suatu karakteristik mutu atau kualitas. Pada Gambar 4 disajikan model diagram sebab akibat atau diagram tulang ikan. Manusia
Peralatan Keahlian
Timbangan Karakteristik Mutu
Bahan baku Bahan Gambar 4 Diagram sebab akibat
3.4
Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi : 1 Pengamatan langsung di kapal saat ikan dibongkar dan ditangani; 2 Pengisian lembar periksa saat ikan dibongkar di kapal; 3 Wawancara dan pengisian kuisioner kepada petugas pelabuhan dan nelayan mengenai jumlah dan tipe cacat, penangkapan dan penanganan saat berada di kapal long line dan pancing tonda serta di pelabuhan; 4 Pengamatan pada fisik ikan menggunakan uji organoleptik. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi : 1 Hasil produksi dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu selama 5 tahun; 2 Dokumentasi dan studi literatur yang berupa pengumpulan informasi baik media cetak maupun media elektronik yang dapat menunjang kegiatan penelitian.