BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN Bahan Meliputi bahan untuk penelitian pembuatan makanan bayi formula tempe termasuk penentuan komposisi dan mutu gizi, penelitian penggunaan makanan bayi formula t a p e dalam tatalaksana diit bayi dan anak balita penderita diare, dan penelitian pengaruh makanan bayi formula tempe dalam mengurangi resiko diare akibat infeksi bakteri enteropatogen. Penelitian Pembuatan Makanan Bayi Formula Tempe Bahan makanan utama yang digunakan dalam formulasi makanan bayi adalah tempe, sebagai sumber protein. Bahan makanan lain yang digunakan adalah terigu, beras, pati singkong, pati jagung, minyak nabati dan gula.
Pada pe-
nelitian ini juga digunakan bahan tabahan makanan yaitu campuran mono-dan digliserida sebagai bahan pengemulsi dan campuran garam dapur (NaC1) dengan soda kue (NaHC03), sebagai penambah rasa dan bahan pembantu dalam pengolahan. Tempe dibeli dari seorang pengrajin tempe di Ciluwer Bogor, dan Cilendek. Satu macam tempe lagi dibuat di laboratorium Puslitbang Gizi. Perbedaan antara tempe Ciluwer dan tempe Cilendek, terletak pada proses pembuatan, jenis inokulum dan jenis bahan pengemas.
Tempe Cilu-
wer dikenal sebagai tempe Malang, dibuat melalui dua kali perebusan.
Inokulum yang digunakan adalah usar dan bahan
42
I r
pengemasnya daun pisang.
Pada tempe Cilendek perebusan
hanya dilakukan satu kali dan sebagian kulit kedelai tidak dibuang.
Inokulum yang digunakan ialah laru dari Te-
gal dan bahan pengemasnya plastik.
Di laboratorium Pus-
litbang Gizi tempe dibuat melalui proses perebusan dan pengukusan, dan semua kulit kedelai dibuang.
Inokulum
yang digunakan ialah laru (Rermana, 1971), dan bahan pengemasnya plastik. Bahan kimia yang digunakan adalah yang diperlukan untuk
:
1. Analisis zat gizi makro yaitu protein, lemak, abu, mangan, seng, dan o(ttokofero1.
2. Penentuan mutu biologi, yaitu penentuan Protein Efficiency Ratio (PER)
.
3. Penentuan kandungan mikroorganisme. Pada pengujian mutu gizi digunakan tikus putih yang diperoleh dari Unit Gizi Diponegoro, Jakarta, yaitu tikus putih strain Lembaga Makanan Rakfrat, Departemen Kesehatan Repub lik Indonesia. Penelitian penggunaan makanan bayi formuia tempe dalam tatalaksana diit bayi dan anak balita penderita diare kronik Makanan formula tempe yang dihasilkan pada penelitian ini diujikan kepada anak balita penderita diare yang datang berobat di Puskesmas.
Sebagai bahan makanan pem-
banding, digunakan makanan bayi formula susu yang sudah beredar di pasaran.
43
I
Bahan kimia, yang diperlukan untuk pemeriksaan tinja, dan obat-obatan menurut standar Puskesmas. Penelitian Pengaruh Makanan Bayi Formula Tempe dalam Mengurangi Resiko terhadap Diare akibat Infeksi Bakteri Enteropatogen Penelitian ihi dilakukan menggunakan kelinci usia sapihan sebagai obyek pengamatan, karena dari segi etis, tidak mungkin dilakukan pada manusia.
Pemilihan kelinci
sebagai hewan percobaan dilandasi beberapa pertimbangan yaitu
:
1. Kelinci telah lama diterapkan sebagai hewan percobaan dalam penelitian-penelitian untuk mempelajari penyakit yang diderita manusia (Clarkson, Lekner, Bullock, Cohen dan Tissot , 1974) .
2. Fada usia sapihan dan sedikit lebih tua baik kelinci percobaan dlaupun kelinci komersial, rawan terhadap infeksi enteral dan sering menderita enteritis complex, dengan gejala diare gang merupakan penyebab utama terjadinya kematian (Cowie
-
Whitney, 1970).
3. Bila diinfeksi dengan bakteri penyebab diare pada bayi dan anak selalu terjadi gejala diare, sehingga sering digunakan untuk mempelajari mekanisme infeksi usus (Evans, Solver, Evans Jr., Chase. dan Cobach, 1971).
4. Termasuk hewan monogastrik. 5. Ukuran tubuhnya cukup untuk dipelihara pada sarana
yang tersedia, demikian pula ukuran organ bagian dalam mudah untuk diamati secara visual. 6. Tidak terlalu susah untuk memperolehnya dan memeliharanya. Kelinci yang digunakan sebagian diperoleh dari Direktorat 3endral Peternakan, Balai Pembibitan dan Hijauan Ternak. Unit Pelaksana Teknis, Cisarua, dan sebagian dibeli dari penjual kelinci di Cisarua, spesies silang Jawa Barat, dan jenis kelamin jantan. Bakteri patogen, sebagai bakteri penguji digunakan
-E.coli 0125K70(B)H19
yang diperoleh dari bio Farma. Ban-
dung. dan telah diketahui dapat menimbulkan diare pada bayi dan kelinci percobaan.
--
Penggunaan E.coli pada penelitian ini didasarkan beberapa pertimbangan yaitu
:
1. E.coli -merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan sebagai bakteri penyebab diare pada anakanak (Chen, 1984).
2. Hasil penelitian Affandi dan M a h d (1985).
menun-
jukkan bahwa secara -in vitro ekstrak t a p e dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella Shigella kan diare.
m. dan
yang juga diketahui dapat menimbulNamun dalam penelitian itu tidak dite-
mukan adanya hambatan pertumbuhan -E.coli. 3. Penelitian Wang (1969), menemukan bahwa ekstrak
t a p e dapat menghambat pertumbuhan bakteri
45 Stafilokokus aureus, yang juga dapat menyebabkan
-diare. Tetapi tidak renghambat E.coli. Maka berdasarkan butir 2 dan 3, apabila pada penelitian ini ditemukan bahwa tempe menunjukkan
-kemungkinan besar efektifitas terhad.ap E.coli. dapat pula aktif terhadap ketiga bakteri di atas. Bahan makanan yang digunakan pada penelitian inf selain makanan bayi formula tempe hasil penelitian pertama, digunakan juga makanan formula kedelai, formula susu, formula ayam sebagai formula pembanding. Keempat makanan formula pembanding dirancang dan diolah dengan cara yang sama dengan makanan bayi formula tempe. Sebagai makanan formula kontrol digunakan makanan formula tanpa sumber protein. Bahan kimia yang diperlukan untuk
1. Penentuan status darah tokrit (Ht).
:
:
Hemoglobin (Hb).
Hema-
Sel darah merah (RBC), Sel darah
putih (WBC) dan Hitung Differensial.
2. Penentuan pEi lambung dan usus.
3. Media untuk pemeliharaan bakteri enteropatogen. 4. Media untuk penentuan mikroflora usus. 5. Pemeriksaan kerusakan mukosa usus, akibat infeksi bakteri.
A l a t Pada penelitian ini digunakan alat-alat laboratorium untuk analisa zat gizi, penentuan mutu biologi dan penentuan status darah.
Alat-alat pengolahan makanan antara
lain alat pengering, alat penghancur, alat pencampur dan penggilingan. kandang.
Alat-alat untuk percobaan hewan, termasuk
Mikroskop, pH meter, alat pengukur anthropomet-
ri, kromatografi gas. Atomic Absorption Gpectrophotometer, dan
Performance Liquid Chromatography (HPLC). Metode Penelitian Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian
ini terdiri dari tiga bagian yaitu
:
1. Penelitian pembuatan makanan bayi formula tempe:
2. Penelitian penggunaan makanan bayi formula tempe (yang dihasilkan pada penelitian pertama), dalam
tatalaksana diit bayi dan anak balita penderita diare kronik.
3. Penelitian pengaruh makanan bayi formula tempe dalam mengurangi resiko terhadap diare, akibat infeksi bakteri enteropatogen. Gambar 7 menyajikan seluruh perlakuan dan pengamatan yang dilakukan pada masing-masing penelitian. Pembuatan Makanan Bayi Formula Tempe Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengolahan makanan bayi formula tempe, meliputi
:
I
48 1. Penyusunan komposisi makanan formula, berpedoman pada standar makanan bayi (Codex, 1981).
2. Percobaan pengolahan dengan metode coba dan salah.
3. Pengujian mutu fisik dan organoleptik untuk memifih formula yang terbaik. Pengujian fisik dilakukan dengan mengamati kemampuan mengikat air dan kecepatan pengendapan partikel.
Kemampuan mengi-
kat air dikatakan baik apabila makanan formula itu dapat dibuat menjadi bubur yang nyaman untuk ditelan, dan jika bubur dibiarkan konsistensinya tidak berubah.
Kecepatan pengendapan partikel diamati
dengan membuat larutan makanan formula, dimasukkan kedalam botol susu bayi dan diukur cairan bening yang terbentuk.
Pengujian mutu organoleptik dila-
kukan terhadap rasa dan aroma bubur makanan formula, yang dilakukan oleh dua orang sarjana i l m pangan, yang telah terlatih. 4. Penilaian komposisi dan mutu gisi yaitu penentuan kadar protein, lemak, hidratarang, abu, air dan energi.
Ditentukan juga kadar asam lemak, besi
mangan, seng, 4-tokoferol dan mutu protein seba-
-
gai Protein Efficiency Ratio (PER). Kadar protein ditentukan dengan metode Kjeldahl Mikro (AOAC, 1975), lemak ditentukan dengan metode Broodbesluit (de Weever, 1970), air dan abu ditentukan dengan pemanasan (Jacobs, 1958), hidratarang dan energi ditentukan
dengan cara hitungan. Penentuan mutu biologi dilakukan menggunakan tikus putih, untuk mendapatkan nilai PER (Chapman, dkk., 1959).
Komposisi asam lemak ditentukan
dengan alat kromotografi gas, dan senyawa 4-tokoferol ditentukan dengan alat HPLC (Parker, 1983, komunikasi pribadi).
Mangan, besi, dan seng ditentukan dengan alat
Atomic Absorption Spectrophotometer. Penggunaan Makanan Bayi Formula Tempe dalam Tatalaksana Diit Anak Balita Penderita Diare Kronik Tujuan utama penelitian ini ialah mempelajari efektifitas makanan bayi formula tempe dalam penyembuhan dan pemulihan anak balita penderita diare. Di samping itu dalam penelitian ini dapat pula diamati penerimaan konsumen terhadap makanan bayi formula tempe. Kriteria penyembuhan dan pemulihan penderita yang digvnakan pada penelitian ini adalah periode penghentian diare berdasarkan penurunan frekwensi buang air, perubahan konsistensi tinja dan perubahan komponen dalam tinja yang menunjukkan adanya perbaikan pencernaan makanan. Kenaikan berat badan dari beberapa kasus diare dengan KKP yang terus diberi makanan formula tempe meskipun diare
sudah berhenti, dapat merupakan petunjuk adanya pemanfaatan zat gizi oleh tubuh, pemulihan pencernaan dan keadaan gizi penderita, serta dayacexna makanan bayi formula tempe.
Penelitian dilakukan dalam dua periode, yaitu periode pertama merupakan studi lapangan, yang dilakukan dl daerah Bogor, dan periode kedua yang merupakan studi kasus, dilakukan di Rumah Sakit DR. Karyadi Semarang, dan di rumah penderita, di Bogor. Studi lapangan.
Pada periode ini diamati bayi dan
anak balita penderita diare kronik, yang datang berobat di Puakesmas Bogor Barat, Kotamadya Bogor.
Anak dinyata-
kan menderita diare kronik oleh dokter Puskesmas tersebut setelah melakukan pemeriksaan klinis. Anak-anak tersebut dikelompokkan menurut cara pengaturan makanan.
Satu kelompok diberi makanan bayi formu-
la tempe (kode FT) dan kelompok lainnya diberi makanan bayi formula susu yang sudah beredar di pasaran (kode FP). Penentuan kelompok dilakukan secara acak berdasarkan hari kunjungan . Pemberian makanan dilakukan tiga hari dalam seminggu. Anak yang datang pada hari pertama mendapat makanan formula yang berbeda dengan anak yang datang pada hari kedua, demikian seterusnya bergantian.
Penentuan jenis makanan
formula yang akan diberikan pada hari pertama dilakukan dengan und ian .
-
Pemberian makanan formula dilakukan secara double blind.
p
Pada cara ini dokter yang memberikan, petugas pe-
ngunjung rumah, dan ibu penderita tidak mengetahui jenis makanan formula yang diberikan atau diterimanya.
I
51 Makanan formula diberikan secara cuma-cuma untuk se-
lama tujuh h a r i .
Baik formula tempe maupun formula susu
diberikan dalam kemasan yang sama, dengan jumlah yang sa-
ma, s e t i a p kernasan b e r i s i 50 gram.
Kepada ibu penderita
dianjurkan untuk memberikan makanan formula dalam bentuk bubur, dalam jumlah yang tidak d i b a t a s i , sesuai kemauan dan s e l e r a makan anak. Kunjungan rurnah dilakukan oleh petugas pada h a r i berikutnya s e t e l a h anak dijumpai d i ~uskes'mas,dan selanjutnya pada h a r i yang berturutan sampai anak berhenti diare.
Masa perlakuan dihitung mulai d a r i h a r i anak men-
dapat makanan formula sampai dengan h a r i anak dilaporkan oleh ibunya bahwa i a tidak menderita d i a r e l a g i , dan kons i s t e n s i t i n j a t e l a h berubah. Pada waktu kunjungan rumah petuggs membawa timbangan makanan, dan wadah penampung t i n j a . untuk
Kepadanya ditugaskan
:
1. Menanyakan apakah anak pada h a r i i t u masih d i a r e
atau sudah berhenti. 2. Menimbang makanan formula yang belum dimakan, bil a anak sudah berhenti d i a r e . 3. Mengambil contoh t i n j a untuk pemeriksaan d i labo-
.
ratorium. Pemeriksaan t i n j a dilakukan sebanyak dua k a l i yaitu
pada h a r i pertama perlakuan dan satu h a r i s e t e l a h anak dinyatakan berhenti diare.
Pemeriksa
t i n j a adalah
seorang analis yang telah mendapat latihan di Sub Bagian Gastroenterologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI. Studi kasus.
Pada periode ini dilakukan pengamatan
secara lebih intensip terhadap beberapa kasus penderita diare kronik dan kurang kalori-protein.
Penderita diama-
ti sampai terjadi kenaikan berat badan dan pemulihan keadaan KKP, dan selama itu formula t a p e tetap diberikan. Data yang dikumpulkan meliputi umur, jangka waktu diare sebelum perlakuan, keadaan klinis, berat badan (BB), dan lamanya pemberian makanan formula. Pengamatan kasus dilakukan di dua tempat, yaitu kasus-kasus yang dirawat di Rumah Sakit DR. Karyadi Semarang, dan beberapa kasus yang dirawat secara intensip di rumah masing-masing di Kotamadya Bogor.
Penderita yang
dirawat di Rumah Sakit diawasi oleh seorang dokter anak. Kepada penderita yang dirawat di Rumah Sakit, makanan formula tempe diberikan setelah keadaan dehidrasi teratasi.
Pada permulaan, maksnan formula diberikan dalam
bentuk cair, dan kemudian secara bertahap konsistensinya dinaikan sampai berupa bubur kental.
Makanan tersebut
diberikan dengan sendok oleh ibu penderita pada saat ibu menunggunya, atau oleh petugas apabila ibu tidak hadir. Seorang penderita yang dirawat di rumah dapat dipantau kurva pertumbuhannya , sehingga dapat 'diketahui bagaimana diare dan tatalaksana diit berpengaruh terhadap kurva berat badan anak.
Pengaruh Makanan Bayi Formula Tempe dalam Mengurangi Resiko terhadap Diare akibat I n t e k s i Bakteri Enteropatogen Penelitian i n i adalah percobaan hewan, untuk mendapatkan data pengaruh pemberian makanan bayi formula t a p e pada masa sapihan, terhadap pertumbuhan, s t a t u s g i z i dan kejadian d i a r e akibat i n f e k s i bakteri enteropatogen.
Da-
t a tersebut dapat memberikan petunjuk mengenai peranan makanan bayi formula tempe dalam mengurangi resiko terhadap d i a r e akibat i n f e k s i bakteri enteropatogen. Penggunaan hewan sebagai obyek yang diamati, ditujukan untuk membatasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian d i a r e , memudahkan rancangan percobaan sehingga anal i s i s n y a sederhana, d i samping pertimbangan e t i s . Kelinci percobaan dikelompokkan berdasarkan berat badan menjadi lima kelompok percobaan.
Jumlah berat ba-
dan s e t i a p kelompok diusahakan sama dan jumlah k e l i n c i untuk s e t i a p kelompok juga sama, y a i t u masing-masing 2 1 ekor. da.
Setiap kelompok diberimakanan formula yang berbePenentuan j e n i s makanan formula untuk s e t i a p kelom-
pok dilakukan dengan undian, s e t i a p kelompok d i b e r i kode sesuai dengan makanan formula yang diberikan, s e p e r t i tercantum dalam Tabel 4. Selama 14 h a r i semua k e l i n c i d i b e r i larutan sulfoquinoxalin 0.1% dalam a i r minumnya untuk kontrol terhadap koksidosis (Hagen. 1974).
Tabel 4.
Kelompok Percobaan dan Formula yang Diber ikan
Makanan yang diberikan Formula Formula Formula Formula Formula protein
Kode kelompok
tempe kedelai susu daging ayam ranpa bahan sumber (Formula kontrol)
Komposisi bahan makanan kelima formula yaituformula teruj'i (FT), formula pembanding (FK, FS, FA) dan formula kontrol (FO) disajikan dalam Tabel 5.
Kedelai yang digu-
nakan pada FK, adalah kedelai yang telah melalui proses perebusan, perendaman, pengupasan kulit, pencucian dan pengukusan.
Perlakuan tersebut sama dengan tahap pembu-
atan tempe dikurangi inokulasi dan fermentasi. Tabel 5.
Komposisi Bahan Makanan Formula Teruji, Pembanding dan Kontrol Jenis Formula
B a h a n Terigu G u l a Minyak Campuran garam Emulsifier Tempe Kedelai Susu skim Daging ayam
Teruji FT
+ + + + + + -
FK
Pembandirig FS FA
Kontrol
I
55
Penggunaan kedelai sebagai pembanding tempe dalam makanan formula, dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh proses fermentasi. Apabila data hasil pengamatan berbeda, maka perbedaan tersebut terjadi karena proses fermentasi
kedelai menjadi tempe.
Susu digunakan sebagai pembanding,
karena pada umumnya makanan formula untuk bayi dibuat dengan bahan dasar susu.
Paging ayam digunakan sebagai pem-
banding, karena pada penelitiannya, Suharyono (1981, 1982) telah membuktikan bahwa bubur nasi dan daging ayam efektif untuk digunakan dalam tatalaksana diit bayi anak balita penderita diare. Penelitian dibagi dalam tiga periode pengamatan yaitu
:
pengamatan sebelum diinfeksi (masa pra-infeksi), pe-
ngamatan pada masa dilakukan infeksi (masa infeksi), dan pengamatan sesudah dilakukan infeksi (masa pasca infeksi). Lamanya pengamatan masa pra-infeksi empat minggu, masa infeksi satu minggu, dan masa pasca-infeksi satu minggu. Masa Pra-Infeksi.
Pada masa ini dLmulai pengamatan
terhadap kelinci berumur enam minggu.
Pada awal pengamat-
an jumlah kelinci dalam setiap kelompok masing-masing 21 ekor.
Terhadap mereka dilakukan penimbangan berat badan,
pemeriksaan kadar hemoglobin, dan hematokrit, jumlah sel darah merah dan sel darah putih dalam darah, serta komposisi sel-sel darah putih. Setiap kelompok diberi makanan formula yang telah ditentukan. Makanan diberikan dalam bentuk pelet.
Pelet
'dibuat dengan berpedoman pada ketentuan komposisi zat gizi untuk kelinci muda menurut Hagen (1974), yaitu mengandung protein 16
-
20%. lemak 10
-
25%. serat 14
-
20%.
Untuk mendekati ketentuan tersebut ke dalam setiap kifogram formula ditambahkan 300 gram rumput, dan tambahan campuran vitamin
-
mineral.
Cara pembuatan pelet sebagai berikut
:
rumput dillan-
curkan dengan menggunakan Warring Blendor, ditambah 429 ml air untuk setiap 300 gram rumput.
Bubur rumput dicam-
-
pur dengan satu kilogram formula, diaduk dalam mixer merk Hobart sampai terbentuk adonan kompak, selanjutnya dibuat pelet menggunakan gilingan daging merk National, dan dikeringkan dalam .oven, pada suhu 60°c, selama 20 jam. Komposisi dan cara pembuatan pelet kelinci tersebut didapatkan melalui percobaan-percobaan.
Keputusan diam-
bil berdasarkan daya terima kelinci terhadap ransum yang diberikan
.
Pemberian formula dilakukan selama empat minggu. Penggunaan kelinci berumur enam minggu, dan jangka waktu pemberian formula didasarkan atas hasil pengamatan C-ieWhitney (1970) bahwa kejadian enteritis complex yang membawa kematian pada kelinci puncaknya terjadi pada umur antara 6
-
7 minggu.
Kemudian menurun pada umur 7, 8, 9
minggu, dan meninggi kembali antara usia 10
-
11 minggu.
Penimbangan berat badan dilakukan setiap minggu dimulai pada umur enam minggu dan berakhir pada umur 10
57
I
*minggu, seluruhnya lima kalF penimbangan selama tahap pra-infeksi. Pemeriksaan darah dilakukan dua kali yaitu pada permulaan dan akhir periode pengamatan. Pada akhir periode pra-infeksi, dilakukan pengamatan organ dalam, penentuan pH lambung, usus halus, dan usus besar; jumlah dan jenis rikroorganisme dalam lambung, usus halus dan usus besar, pemeriksaan mikroskopik jaringan permukaan lambung dan usus. Pengamatan dilakukan terhadap tujuh ekor kelinci dari setiap kelompok. Masa Infeksi. Pengamatan ini dilakukan selama satu minggu, dimulai pada akhir masa pra-infeksi. Jumlah kelinci dalam setiap kelompok percobaan masing-masing 14 ekor. Pada pengamatan ini kelinci berumur antara 10
-
11
minpgu. Kelinci diinfeksi per oral dengan suspensi bakteri E.coli 0125K70(B)H19 -
sebanyak 1-2 ml.
Setiap mililiter
suspensi mengandung 108 koloni bakteri. Infeksi dilakukan selama empat hari berturut-turut. Pada hari ke-6 dilakukan penimbangan berat badan dan pemeriksaan darah. Pada hart ke-7 dilakukan pemeriksaan organ dalan, pH, jenis dan jumlah mikroorganisme dalam lambung, usus halus, clan usus besar; serta patohistologi pada permukaan lambung dan usus halus. Pada akhir masa infeksi jumlah kelinci yang diamati dalam setiap kelompok tinggal tujuh ekor .
I
58
Pemeriksaan darah dilakukan oleh analis.
Penentuan
pH dan mikroorganisme dalam lambung, usus halus, dan usus besar, dilakukan oleh seorang sarjana biologi.
Pemerik-
saan patohistologi serta interprestasinya dilakukan seorang ahli dari Fakulfas Kedokteran Hewan
-
IPB.
Di antara hari pertama infeksi sampai dengan hari ke-7 diamati kejadian diare dengan memperhatikan konsistensi tinja, penerimaan makanan, dan gejala lain yang dapat dilihat.
Diamati pula kejadian kematian dan penghen-
tian diare. Masa pasca infeksi.
Pengamatan ini dilakukan selama
satu minggu setelah masa infeksi.
Pada masa ini jumlah
kelinci dalam setiap kelompok percobaan hanya tujuh ekor. Diamati terjadinya penghentian diare, peningkatan diare. penerimaan makanan, dan kematian. Pada hari ke-6 dilakukan penimbangan berat badan; dan pemeriksaan darah.
Pada hari ke-7 dilakukan pemerik-
saan organ-organ bagian dalam, pH, jumlah dan jenis mikroorganisme dalam lambung, usus halus, dan usus besar. Rancangan Percobaan Pada penelitian pengujian makanan bayi formula'tempe digunakan rancangan acak lengkap, dengan asumsi bahwa perbedaan yang terjadi pada kelompok sampel, disebabkan karena perbedaan perlakuan.
Untuk keperluan a n a l i s i s rancangan acak lengkap d i ambil model l i n i e r sebagai b e r i k u t
Y
ij
.
= peubah yang diukur untuk perlakuan ke i,
ulangan ke j lain
:
.
Dalm p e n e l i t i a n i n i a n t a r a
Periode penghentian d i a r e , pemulihan
pencernaan, kenaikan b e r a t badan, komponen darah, b e r a t ringan d i a r e , s a a t timbul g e j a l a dan sebagainya
.
u
= pengaruh r a t a - r a t a umum
1
= pengaruh perlakuan
E
= kesalahan percobaan
A n a l i s i s d a t a dilakukan dengan metoda s i d i k ragam, perbedaan a n t a r a dua r a t a - r a t a / U j i - t , U j i KrushalWallis.