BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Kebun percobaan Petani Ciherang. Kebun ini terletak di Ciherang pada ketinggian 250 m dpl. Berdasarkan penelitian sebelumnya, lahan tersebut mendapat sinar matahari langsung untuk pertumbuhan semangka dan aman dari pencurian. Periode percobaan dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2007, dari mulai perlakuan dengan kolkisin di laboratorium sampai pemanenan semangka di lapang.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian I adalah benih F4 genotipe 14 (genotipe 14 selfing pada ulangan satu dan 14 OP pada ulangan dua) dan 24-2 (genotipe 24-2 hijau pada ulangan satu dan 24-2 lurik pada ulangan dua). Benih ini adalah benih hasil persilangan dalam salah satu tahap perakitan semangka tanpa biji tahan penyakit layu fusarium (Kiara x Hokky Star). Pada penelitian II digunakan benih genotipe 20-2, 17OP, 4-2 lurik, 9-2, 16-2, 29, dan 19OP. Bahan lain yang digunakan adalah kolkisin, DMSO (sebagai pelarut), aquades (sebagai pelarut), air, kapas, tissue, cat kuku bening, media tanam, pupuk, dan pestisida. Pupuk dan pestisida yang digunakan adalah pupuk kandang, NPK mutiara, Gandasil D, Kelthine, Furadan, Dithane, Curacron, Decis, Kanon, Suprasid dan herbisida. Alat-alat yang digunakan selama percobaan adalah alat pembuat larutan kolkisin (pipet, pinset, pisau catter, gelas ukur, pengaduk, erlenmeyer, timbangan digital, sarung tangan, masker), alat perendaman larutan kolkisin (cawan petri, pinset, sendok), alat penetes larutan kolkisin (pipet, suntikan, gelas ukur), tray untuk menyemai benih, alat selfing/crossing (label, kertas minyak untuk sungkup, tali, spidol permanen), alat pengamatan tanaman di lapang (munsell color chart, jangka sorong, meteran), alat pengambilan contoh stomata di lapang (pinset, silotip, preparat, cat kuku bening), alat ekstraksi (saringan, wadah benih, sendok, pisau, kertas label), alat pengamatan pasca panen (handrefraktometer, timbangan
digital, meteran), dan peralatan pengamatan stomata (mikroskop, milimeter mikroskop, preparat), serta sarana produksi tanaman (saprotan).
Metode Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua penelitian, yaitu : 1.
Penelitian I terdiri dari kombinasi perlakuan lama perendaman dan konsentrasi penetesan larutan kolkisin, yaitu : P0 = Perendaman dengan air selama 36 jam, tanpa penetesan larutan kolkisin P1 = Perendaman larutan kolkisin 0.02% selama 12 jam dan penetesan larutan kolkisin 0.1% P2 = Perendaman larutan kolkisin 0.02% selama 24 jam dan penetesan larutan kolkisin 0.1% P3 = Perendaman larutan kolkisin 0.02% selama 36 jam dan penetesan larutan kolkisin 0.1% P4 = Perendaman larutan kolkisin 0.02% selama 12 jam dan penetesan larutan kolkisin 0.2% P5 = Perendaman larutan kolkisin 0.02% selama 24 jam dan penetesan larutan kolkisin 0.2% P6 = Perendaman larutan kolkisin 0.02% selama 36 jam dan penetesan larutan kolkisin 0.2% Penelitian I menggunakan dua galur yaitu galur 1 (14) yang diulang tiga kali dan galur 2 (24-2) diulang dua kali. Total terdapat 35 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan menggunakan 30 benih semangka. Total kebutuhan benih galur 1 adalah 630 benih dan galur 2 sebanyak 420 benih.
2.
Penelitian II mengkaji keragaan kombinasi perlakuan (P5) pada 7 genotipe semangka dari penelitian I. Percobaan ini terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu perlakuan 7 genotipe semangka (G) : •
G1 = Genotipe 20-2
•
G2 = Genotipe 17OP
•
G3 = Genotipe 4-2 lurik
•
G4 = Genotipe 9-2
•
G5 = Genotipe 16-2
•
G6 = Genotipe 29
•
G7 = Genotipe 19OP
Faktor kedua adalah perlakuan dengan atau tanpa kolkisin (K) : •
K0 = Tanpa perlakuan kolkisin
•
K1 = Dengan perlakuan kolkisin
Masing-masing perlakuan terdiri dari dua ulangan sehingga secara keseluruhan terdapat 28 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 30 benih semangka. Total kebutuhan benih sebanyak 840 benih. Penelitian I dianalisis menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor. Model rancangan yang digunakan adalah : Yij = µ + Pi + Kj + εij Keterangan : Yij
: Respon dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
µ
: Nilai rataan umum
Pi
: Pengaruh aditif perlakuan ke-i
Kj
: Pengaruh aditif ulangan ke-j
εij
: Galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Penelitian II dianalisis menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) dua faktor (Factorial Design). Model rancangan yang digunakan adalah : Yijk = µ + Ti + Cj + (TC)ij + Gk + εijk Keterangan : Yijk
: Nilai pengamatan dari perlakuan genotipe ke-i dan perlakuan dengan atau tanpa kolkisin ke-j pada ulangan ke-k
µ
: Nilai rataan umum
Ti
: Pengaruh aditif perlakuan genotipe ke-i
Cj
: Pengaruh aditif perlakuan dengan atau tanpa kolkisin ke-j
(TC)ij : Pengaruh interaksi genotipe ke-i dan kolkisin ke-j Gk
: Pengaruh kelompok ke-k
εijk
: Pengaruh lingkungan (galat) dari genotipe ke-i, dengan atau tanpa kolkisin ke-j, dan kelompok ke-k Data diolah dengan sidik ragam dan analisis uji lanjut menggunakan
metode Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Pelaksanaan Percobaan Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Penelitian I adalah perlakuan lama perendaman dan konsentrasi penetesan larutan kolkisin terhadap dua galur, pengamatan dilakukan secara terpisah. Penelitian II menggunakan perlakuan 7 genotipe semangka yang diberi perlakuan dari penelitian I yang berdasarkan literatur dianggap paling efektif.
Persiapan Laboratorium Penelitian I : Bahan dan alat yang akan digunakan untuk media semai, pembuatan larutan kolkisin, dan perendaman benih dalam larutan kolkisin disiapkan terlebih dahulu. Media tanam yang akan digunakan untuk menyemai benih disterilkan pada suhu 150oC selama 3 jam. Bahan dan alat untuk pembuatan larutan kolkisin diantaranya serbuk kolkisin, DMSO (pelarut), aquades (pelarut), pipet, pinset, pisau catter, gelas ukur, pengaduk, erlenmeyer, timbangan digital, sarung tangan, dan masker. Jumlah kebutuhan serbuk kolkisin yang akan digunakan, dihitung kemudian ditimbang sesuai perhitungan kebutuhan. Demikian pula dengan DMSO, dihitung dan dicampurkan dengan kolkisin. Kemudian ditambahkan aquades hingga tepat pada tera yang diinginkan. Perendaman benih semangka dalam larutan kolkisin 0.02% dengan 0.2% DMSO sesuai perlakuan, memerlukan larutan kolkisin sebanyak 600 ml yang dibuat dari 0.12 g kolkisin, 12 ml DMSO, dan 587.88 ml aquades. Kemudian pembuatan larutan kolkisin 0.1% dengan 0.2% DMSO untuk perlakuan penetesan kolkisin sebanyak 90 ml, dibutuhkan 0.09 g kolkisin, 1.8 ml DMSO dan 8.11 ml aquades. Sedangkan pembuatan larutan kolkisin 0.2% dengan 0.2% DMSO untuk perlakuan penetesan kolkisin sebanyak 90 ml, dibutuhkan 0.18 g serbuk kolkisin, 1.8 ml DMSO dan 88.02 ml aquades. Benih-benih yang akan digunakan dalam perlakuan penelitian, direndam dahulu dalam fungisida selama lima menit. Setelah itu dicuci hingga benar-benar bersih dengan air mengalir. Kegiatan ini dilakukan agar benih terbebas dari jamur yang dapat mengganggu. Perendaman benih dalam larutan kolkisin dilakukan dalam cawan petri sebanyak 30 buah yang didalamnya telah dilapisi kapas,
kemudian dimasukkan larutan kolkisin 0.02% sebanyak 20 ml tiap cawan petri. Tujuan dari pemberian kapas adalah agar benih tidak mengambang pada permukaan larutan saja dan seluruh permukaan benih dapat terkena larutan kolkisin, tetapi diusahakan benih tidak terendam seluruhnya dalam larutan. Hal tersebut dapat membantu keberhasilan penggandaan kromosom, tetapi benih tetap memperoleh oksigen yang cukup. Penelitian II : Persiapan penelitian II di laboratorium sama dengan penelitian I, kecuali pada jumlah kebutuhan bahan yang akan digunakan dan genotipe benih yang dijadikan sebagai perlakuan penelitian II ini. Pada penelitian II, dibutuhkan larutan kolkisin 0.02% dengan 0.2% DMSO sebanyak 300 ml untuk perendaman benih semangka, yang dibuat dari 0.06 g kolkisin, 0.6 ml DMSO, dan 299.34 ml aquades. Kemudian pembuatan larutan kolkisin 0.2% dengan 0.2% DMSO sebanyak 110 ml untuk penetesan kecambah semangka. Larutan ini dibuat dari 0.22 g kolkisin, 2.2 ml DMSO, dan 107.58 ml aquades.
Perendaman Kolkisin Benih yang telah direndam dalam fungisida tersebut kemudian diletakkan dalam cawan petri yang telah berisi lapisan kapas dan larutan kolkisin 0.02% dengan 0.2% DMSO. Tiap cawan petri dimasukkan 30 benih semangka. Harus dipastikan seluruh benih semangka tersebut rata memperoleh larutan kolkisin. Setelah itu, cawan petri ditutup dan diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Benih-benih tersebut direndam sesuai dengan faktor perlakuan dan taraf yang diberikan. Penelitian I : Galur 1 (14) terdapat 6 kombinasi perlakuan dengan tiga ulangan dan kontrol tiap ulangan. Yaitu P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7 (kontrol). Kontrol ulangan 1 (14 selfing), kontrol ulangan 2 (14 OP), dan kontrol ulangan 3 (14 selfing dan 14 OP). Sehingga digunakan 18 cawan petri untuk perlakuan dan 3 cawan petri untuk kontrol. Galur 2 terdapat 6 kombinasi perlakuan dengan dua ulangan dan kontrol
tiap ulangan. Yaitu P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7 (kontrol). Kontrol ulangan 1 (24-2 hijau), dan kontrol ulangan 2 (24-2 lurik). Galur dua menggunakan 12 cawan petri untuk perlakuan dan 2 cawan petri untuk kontrol. Benih kontrol direndam dalam air suling selama 36 jam. Penelitian II : Perlakuan genotipe diantaranya G1 (20-2), G2 (17OP), G3 (4-2 lurik), G4 (9-2), G5 (16-2), G6 (29), dan G7 (19OP). Perlakuan kolkisin terdiri dari K0 (kontrol), yaitu genotipe yang tidak diberi kolkisin, dan K1 yaitu genotipe yang diberi kolkisin. Jumlah benih yang digunakan untuk masing-masing genotipe perlakuan dan kontrol sebanyak 30 buah. Sehingga perendaman larutan kolkisin 0.02% dengan 0.2% DMSO dilakukan menggunakan cawan petri yang telah disiapkan sebanyak 7 buah perlakuan dengan kolkisin dan 7 buah kontrol (air suling) dengan dua ulangan. Sehingga total terdapat 28 buah satuan percobaan.
Persemaian dan Penetesan Setelah direndam, benih dari tiap perlakuan dalam cawan petri dicuci beberapa kali hingga benar-benar bersih dengan air mengalir. Hal ini untuk menjaga agar larutan kolkisin yang tersisa tidak mematikan atau menghambat pertumbuhan benih. Sebab, bila direndam terlalu lama penggandaan dapat terus berlangsung dan sel-sel dalam benih terganggu. Penelitian I : Benih yang telah bersih segera ditanam dalam tray persemaian yang sebelumnya telah diisi dengan media tanam yang telah disterilkan. Penanaman benih disesuaikan dengan perlakuan lama perendaman, konsentrasi penetesan larutan kolkisin, dan galur yang digunakan. Penanaman benih 12 jam pertama adalah untuk kombinasi perlakuan P1 dan P4 pada ulangan 1, 2, dan 3 untuk galur 1 (14) serta ulangan 1 dan 2 untuk galur 2 (24-2). Penanaman benih 24 jam perendaman kolkisin adalah untuk kombinasi perlakuan P2 dan P5 pada ulangan 1, 2, dan 3 untuk galur 1 serta ulangan 1 dan 2 untuk galur 2. Terakhir adalah
penanaman benih setelah 36 jam perendaman kolkisin, yakni kombinasi perlakuan P3 dan P6 pada ulangan 1, 2, dan 3 untuk galur 1 serta ulangan 1 dan 2 untuk galur 2. Benih kontrol ditanam setelah 36 jam perendaman dalam air suling, yaitu kontrol ulangan 1, 2, dan 3 untuk galur 1 dan kontrol ulangan 1 dan 2 untuk galur 2. Benih dibiarkan tumbuh selama kira-kira satu minggu atau sampai daun pertama muncul. Penetesan dilakukan pada titik tumbuh kecambah. Setelah daun pertama muncul, diteteskan larutan kolkisin 0,1% dengan 0.2% DMSO pada kombinasi perlakuan P1, P2, dan P3 ulangan 1, 2, dan 3 untuk galur 1 dan ulangan 1 dan 2 untuk galur 2. Kemudian penetesan larutan kolkisin 0.2% dengan 0.2% DMSO dilakukan pada kombinasi perlakuan P4, P5, dan P6 ulangan 1, 2, dan 3 untuk galur 1 dan ulangan 1 dan 2 untuk galur 2. Penetesan dilakukan selama 4 hari sebanyak 6 kali penetesan dengan dosis tiap penetesan adalah 1 tetes per tanaman pada titik tumbuh kecambah. Sehingga tiap tanaman akan mendapat 6 tetes larutan kolkisin sesuai dengan perlakuan. Penetesan dilakukan menggunakan pipet. Penetesan pertama dilakukan pada sore hari (± pukul 17.00). Penetesan kedua dan ketiga dilakukan pada pagi hari (± pukul 07.00) dan sore hari (± pukul 17.00) pada hari yang sama. Demikian pula untuk penetesan keempat dan kelima. Penetesan hari terakhir yaitu penetesan keenam dilakukan pada pagi hari (± pukul 07.00). Salah satu sifat larutan kolkisin adalah mudah menguap jika terkena panas. Oleh karena itu, penetesan yang dilakukan pada pagi dan sore hari bertujuan agar larutan kolkisin yang diteteskan tidak mudah menguap, sehingga perlakuan penetesan dapat efektif terhadap penggandaan kromosom. Penelitian II : Benih-benih tiap genotipe yang telah dicuci bersih langsung ditanam di lapang. Tidak disemai terlebih dahulu dalam tray seperti pada penelitian I. Benih ditanam sesuai dengan perlakuan dan lay out percobaan di lapang. Jumlah, dosis, dan waktu penetesan larutan kolkisin sama seperti penelitian I. Hanya saja, konsentrasi kolkisin untuk penetesan penelitian II adalah 0.2% dengan 0.2% DMSO pada semua genotipe perlakuan, yaitu G1, G2, G3, G4, G5, G6, dan G7.
Penetesan dilakukan menggunakan pipet dan suntikan. Satu kali tetes atau suntik mengandung ± 0.05 ml larutan kolkisin sama seperti pada penelitian I. Selama beberapa hari setelah penetesan pertumbuhan kecambah akan sangat lemah. Dua minggu kemudian, bibit yang poliploidi sudah dapat diamati untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangannya. Bibit poliploidi daunnya menjadi lebih tebal dan bulat, pertumbuhan daun tampak bergerombol pada titik tumbuh, warna daunnya hijau lebih gelap, daunnya mengandung lilin lebih banyak, dan ukuran tubuhnya lebih besar.
Persiapan Lahan Lahan dibersihkan dari gulma, sisa-sisa tanaman, atau batu-batu yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, terutama tanaman voluntir, sisa pertanaman sebelumnya. Lahan digemburkan dengan cangkul. Kemudian dipasang mulsa perak hitam. Mulsa dilubangi dengan jarak tanam 1 m antar tanaman dalam satu perlakuan dan 1.5 m antar perlakuan. Lubang yang telah dibuat kemudian diberi pupuk kandang yang telah matang dengan dosis 2 kg per lubang. Kegiatan ini dilakukan dua minggu sebelum tanam. Penelitian I : Seluruh bibit tanaman semangka tiap perlakuan yang dapat ditanam, dipindahkan ke lapang. Penanaman galur 1 sebanyak 117 bibit, untuk ulangan 1 dan 2 terdapat dalam satu bedeng, pemisah antar ulangan adalah jarak tanam sebesar 1.5 m. Sedangkan ulangan 3 terdapat pada bedeng yang berbeda. Jarak antar bedeng sebesar 0.5 m. Sehingga total lahan yang dibutuhkan adalah 283.2 m2. Sedangkan untuk galur 2 sebanyak 29 bibit, ulangan 1 dan 2 terdapat pada bedeng yang sama dan dipisahkan dengan jarak tanam sebesar 1.5 m. Luas lahan yang diperlukan adalah 194.7 m2. Penelitian II : Persiapan lahan sama seperti pada penelitian I, karena penelitian II dilaksanakan setelah penelitian I ditanam. Perbedaannya adalah jumlah lubang tanam dan luas lahan yang digunakan. Penanaman penelitian II adalah dua benih
per lubang pada 10 lubang untuk masing-masing perlakuan genotipe dan kontrol. Jarak tanam dan jarak antar bedeng sama seperti penelitian I. Benih ditanam dalam dua kelompok bedeng. Bedeng 1 untuk ulangan 1 dan bedeng 2 untuk ulangan 2. Masing-masing ulangan terdiri dari 7 perlakuan genotipe dan kolkisin yang penanamannya di lapang diacak berdasarkan Tabel Bilangan Teracak. Total lahan yang dibutuhkan adalah sebesar 380.55 m2. Lahan ini berasal dari lahan galur 2 dan galur 1 ulangan tiga pada penelitian I yang tidak dapat bertahan hidup, sehingga ditanami kembali untuk penelitian II.
Penanaman di Lapang Penelitian I : Bibit berumur 14 hari atau setelah muncul 2-4 daun sejati, ditanam di lapang pada tanggal 20 Mei 2007. Satu bibit untuk satu lubang tanam yang telah disiapkan sebelumnya. Penanaman teratur sesuai dengan perlakuan dan ulangan pada lay out perancangan percobaan. Penanaman dilakukan pada sore hari agar bibit tidak layu di siang harinya. Bibit diambil hati-hati dengan membawa serta media semai dari dalam tray kemudian ditanam dalam lubang tanam. Setelah itu, ditaburi sedikit furadan pada tanahnya dan disiram dengan air secukupnya, agar tanah yang baru menyatu dengan tanah yang lama dari persemaian. Tiap bedeng dan perlakuan tanaman diberi label atau patok tanda sebagai identitas yang penting untuk pengamatan. Penelitian II : Penelitian II penanamannya dilakukan langsung dalam bentuk biji segera setelah perendaman benih dalam larutan kolkisin 0.02% dan 0.2% DMSO pada tanggal 2 Juni 2007. Masing-masing genotipe yaitu G1, G2, G3, G4, G5, G6, dan G7, ditanam 2 benih per lubang dalam 10 lubang, baik untuk perlakuan kolkisin (K1) maupun kontrol (K0). Kemudian ditaburi sedikit furadan di atas tanahnya. Sedangkan 10 benih sisanya digunakan untuk menyulam pada 1 MST. Penanaman dua benih per lubang ditujukan untuk menjaga agar tetap terdapat tanaman tiap perlakuan yang dapat diamati, minimal tiga tanaman tiap perlakuan. Waktu dan cara penanaman sama seperti penelitian I. Tiap bedeng dan perlakuan tanaman
juga diberi label atau patok tanda sebagai identitas yang penting untuk pengamatan.
Pemupukan dan Penyemprotan Pupuk kandang diberikan pada saat akan tanam. Pupuk lain yang digunakan adalah NPK mutiara. Pemupukan pertama dilakukan pada 10 HST. Dosis setiap pemupukan adalah 5 gram dalam 10 L dan setiap tanaman akan mendapat 200 ml pupuk. Maka dosis pemupukan tiap tanaman per minggu adalah 0.1 gram NPK mutiara. Pemupukan dilakukan satu minggu sekali pada pagi hari. Pemupukan awal dicampur dengan Dithane atau Antracol untuk membunuh jamur yang mengganggu bibit tanaman dan Gandasil D untuk memperkuat daun. Herbisida digunakan pada saat akan tanam untuk mematikan gulma dan sisa tanaman sebelumnya (voluntir). Penyemprotan pestisida lain dilakukan untuk menjaga agar tidak terserang hama maupun penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan tanaman. Penyemprotan pemeliharaan dilakukan satu minggu sekali dan menjadi dua kali seminggu saat serangan hama atau penyakit
meningkat.
Decis,
Curacron,
dan
Kelthane
digunakan
untuk
menanggulangi serangga seperti oteng-oteng. Kanon dan Suprasid digunakan untuk membasmi kutu yang menyerang. Dosis penyemprotan berdasarkan petunjuk pemakaian pada kemasan.
Pemeliharaan Sinar matahari penuh sangat dibutuhkan tanaman semangka. Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan. Penyiraman perlu diperhatikan agar jangan sampai tanah terlalu lembab atau bahkan tergenang dan banjir. Sebab, jika hal tersebut terjadi dapat mengakibatkan semangka mudah terserang penyakit, terutama layu fusarium. Bedeng harus selalu dibersihkan dari gulma. Penyiangan dilakukan dua kali selama masa tanam. Perambatan tanaman diatur agar tanaman tidak tumpang tindih atau memasuki lahan di sebelahnya, sehingga tanaman tumbuh dengan baik serta pengamatan buah dan tanaman tiap perlakuan lebih mudah.
Selfing dan Crossing Selfing dan crossing dilakukan pada tiap satuan percobaan saat bunga betina telah muncul. Selfing dan crossing pertama dilakukan tanggal 27 Juni pada penelitian I (6 MST). Sedangkan pada penelitian II dilakukan 3 minggu kemudian atau pada pertengahan bulan Juli. Selfing dan crossing dilakukan secara rutin yaitu setiap dua hari sekali dan terus menerus sampai mendekati masa panen. Usaha ini dilakukan agar setiap bunga yang mekar dapat menjadi buah, baik buah hasil selfing atau crossing selain diserbuki oleh serangga.
A
B
Gambar 3. Kegiatan penyerbukan (selfing dan crossing) pada bunga semangka : A. Pemindahan serbuk sari pada kepala putik, B. Bunga hasil selfing yang telah disungkup.
Pengambilan Stomata Stomata diambil dari daun pada tiap tanaman yang diberi perlakuan kolkisin, sedangkan untuk kontrol hanya diambil dari tiga tanaman pada tiap kontrol. Pengambilan stomata dilakukan pada akhir bulan Agustus dari pukul 09.00-13.00 WIB. Pengamatan stomata dilakukan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 kali dan milimeter mikroskop untuk pengukuran diameter stomata.
Pemanenan Setelah tanaman berumur lebih kurang tiga bulan (70-100 HST), buah semangka dapat dipanen. Buah semangka masak dapat diketahui dari tangkai buahnya yang menguning atau mulai mengering. Cara lain untuk mengetahui matang tidaknya buah semangka, dapat dilakukan dengan mengetuk-ngetuk buah dengan tangan. Bila suaranya bergema, berarti buah telah siap dipanen.
Pemanenan dilakukan hati-hati agar tidak ada buah yang tertukar atau jatuh. Buah diberi label sesuai dengan perlakuan, nomor tanaman, dan tanggal selfing atau crossing.
Pengamatan Peubah diamati saat perkecambahan, fase vegetatif, fase generatif, dan pasca panen. Pengamatan fase vegetatif dilakukan selama empat minggu berturutturut, yaitu pada 3, 4, 5, dan 6 MST. Karakter pengamatan peubah kuantitatif diantaranya : 1. Panjang batang tanaman (cm), diukur dari pangkal batang utama di atas tanah hingga pucuk pada 3, 4, 5, dan 6 MST. 2. Jumlah daun, dihitung dari daun pertama yang tumbuh dekat pangkal hingga pucuk pada 3, 4, 5, dan 6 MST. 3. Panjang daun (cm), diukur dari pangkal tangkai daun hingga ujung daun. 4. Lebar daun (cm), diukur dari tegak lurus panjang daun, pada bagian tengah daun yang terpanjang. 5. Diameter batang (mm), diukur pada lebih kurang 10 cm dari pangkal batang pada permukaan tanah. 6. Jumlah stomata, dihitung berdasarkan kepadatan stomata pada bidang pandang yang sama dan diukur dengan perbesaran 400 kali.
Gambar 4. Stomata Anomositik 7. Diameter stomata (mm), diukur menggunakan milimeter mikroskop pada mikroskop dengan perbesaran 400 kali, sehingga 1 mm sama dengan 4 satuan pengukuran. 8. Bobot buah (g), diukur dengan menggunakan timbangan digital. 9. Keliling buah (cm), diukur dari bagian lingkar buah yang terbesar, tegak lurus pangkal dan ujung buah. 10. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal sampai ujung buah.
11. Jarak buah yang dipanen (cm), diukur dari pangkal batang utama di atas permukaan tanah hingga tangkai buah yang dipanen. 12. Padatan terlarut total (0Brix), diukur menggunakan handrefraktometer pada bagian pangkal, tengah, dan ujung buah. Karakter kualitatif diantaranya : 1. Warna daun, diukur menggunakan Munsell Color Chart dengan skoring tertentu. 2. Warna kulit buah, ditentukan berdasarkan warna dominan dan ada tidaknya lurik. 3. Warna daging buah, ditentukan dari warna buah yang dominan.
Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah analisis ragam dengan uji F untuk melihat adanya perbedaan di antara perlakuan pada penelitian I dan genotipe pada penelitian II. Apabila terdapat perbedaan yang nyata pada uji F, maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) taraf 5% untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata (Gomez dan Gomez 1995). Analisis data menggunakan software SAS 6.12. Metode transformasi data yang digunakan pada penelitian I adalah log (x + 1) dan penelitian II adalah √(x + 0.5). Transformasi dilakukan pada peubah yang memiliki nilai koefisien keragaman di atas 30%. Pada penelitian I transformasi data dilakukan untuk semua peubah pengamatan karena nilai koefisien keragaman peubah pengamatannya di atas 30%, sedangkan pada penelitian II transformasi data dilakukan pada peubah panjang batang tanaman (4, 5, dan 6 MST), diameter batang (3, 4, 5, dan 6 MST), jumlah daun (6 MST), bobot buah, panjang buah, jarak buah yang dipanen, dan jumlah biji.