9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada percobaan ini adalah buah pisang Raja Bulu yang dipanen dengan tingkat kematangan 3/4 penuh ditandai dengan warna kulit buah masih hijau dengan siku masih terlihat jelas. Bahan yang digunakan untuk perlakuan diantaranya larutan kalium permanganat jenuh, tanah liat yang berasal dari Cikarawang sebagai bahan pembawa oksidan etilen (larutan KMnO4), kertas serat nilon sebagai pembungkus bahan oksidan, bahan pengemas pisang berupa kotak kardus, plastik transparan sebagai pembungkus pisang, silica gel sebagai penyerap uap air, hipoklorit sebagai desinfektan, larutan phenoftalein, larutan iodine, tepung kanji, aquades dan NaOH 0.1 N. Alat yang digunakan terdiri dari alat-alat laboratorium diantaranya oven untuk pengeringan pasta tanah liat dan bahan oksidan etilen, timbangan analitik untuk pengamatan non destruktif yaitu untuk pengamatan susut bobot buah dan perbandingan daging buah dengan kulit buah, penetrometer untuk pengamatan tingkat kekerasan buah, refractometer untuk pengamatan padatan telarut total, dan alat-alat titrasi untuk mengetahui kandungan kemasaman buah dan kandungan vitamin C. Metode Percobaan Percobaan dilaksanakan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Terdiri dari lima macam perlakuan, yaitu: P1 : kontrol (tanpa bahan oksidan etilen) P2 : satu kemasan (30 g) bahan oksidan etilen P3 : dua kemasan (2 x 15 g) bahan oksidan etilen P4 : tiga kemasan (3 x 10 g) bahan oksidan etilen
10 P5 : enam kemasan (6 x 5 g) bahan oksidan etilen Model matematika percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = μ + αi + βj + εij Keterangan : Yij = Pengamatan pada perlakuan bahan penyerap ke-i dan kelompok ke-j (i=1, 2, 3, 4, 5 ; j=1, 2, 3) μ
= Rataan umum
αi = Pengaruh pada perlakuan bahan penyerap ke-i βj = Pengaruh kelompok ke-j εij = Pengaruh galat percobaan pada pada perlakuan bahan penyerap ke-i dan kelompok ke-j Percobaan terdiri dari beberapa langkah yaitu persiapan, pengemasan dan penyimpanan, pengambilan sampel dan pengamatan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu sisir pisang yang terbagi dua. Percobaan terdiri dari lima kelompok dan setiap kelompok terdiri dari lima ulangan, sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Analisis ragam menggunakan uji F, apabila terdapat pengaruh nyata maka dilakukan uji Duncan Mulitple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Pelaksanaan Kegiatan Pembuatan Bahan Oksidan Etilen Kegiatan pertama dimulai dengan pembuatan bahan oksidan etilen yang dilakukan selama dua hari sebelum perlakuan. Bahan oksidan etilen dibuat dengan 1 kg pasta tanah liat ditambah 100 ml larutan KMnO4 dengan konsentrasi 75%. Hasil campuran tersebut kemudian dikeringkan dalam oven selama ± 24 jam, setelah kering bahan tersebut dihancurkan hingga halus dan berbentuk serbuk, kemudian dikemas dengan kertas serat nilon (Gambar 1).
11
Gambar 1. Kemasan oksidan etilen pada kertas serat nilon
Persiapan Buah Buah pisang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pisang Raja Bulu yang diperoleh dari kebun petani Cibanteng Proyek, Bogor. Buah pisang yang dipanen, dipilih yang memiliki tingkat ketuaan yang hampir sama, kemudian disisir dan sisir pisang tersebut disortasi untuk menentukan pisang yang layak digunakan dalam percobaan. Sisir pisang yang telah disortasi, kemudian dipotong menjadi setengah sisir (Gambar 2). Rata-rata dalam satu sisir pisang terdiri dari 12 hingga 14 buah/jari pisang. Setelah dipotong kemudian pisang dibersihkan dengan larutan hipoklorit. Setelah dicuci, kemudian pisang tersebut dikemas setiap satu sisir yang terbagi dua yang ditentukan secara acak.
Gambar 2. Potongan buah pisang Raja Bulu masing-masing setengah sisir
12 Pengemasan Pengemasan dilakukan dengan memasukkan pisang yang telah dibersihkan dalam plastik transparan beserta bahan oksidan etilen berupa KMnO4 dan silica gel 5 g. Setiap plastik pisang terdiri dari satu sisir pisang yang terbagi dua dengan masing-masing bungkus plastik merupakan satu perlakuan. Pisang kemudian dimasukkan kedalam kardus (Gambar 3). Setiap kardus ditutup dengan menggunakan perekat. Penyimpanan dilakukan pada suhu ruang sekitar 27 - 30˚C.
Gambar 3. Kotak kardus sebagai tempat penyimpanan pisang Pengamatan Pengamatan yang dilakukan terdiri dari pengamatan destruktif dan non destruktif menggunakan dua kali setengah sisir pisang dengan masing-masing setengah sisir yang terdiri dari enam jari. Pengamatan non destruktif berupa pengukuran susut bobot buah dan pengukuran indeks skala warna kulit buah yang dilakukan dengan interval tiga hari, mulai tiga hari setelah perlakuan (HSP) sampai warna kulit buah mencapai skala warna tujuh yaitu kulit buah pisang sudah berwarna kuning dengan bercak coklat. Pengamatan destruktif berupa pengukuran kekerasan kulit buah, rasio daging buah dengan kulit buah, Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitasi Total (ATT) dan kandungan vitamin C. Pengamatan destruktif dilakukan pada 3, 6, 12, 16 hari setelah perlakuan (HSP) atau di akhiri apabila warna kulit buah mencapai skala warna tujuh.
13 Indeks Skala Warna Kulit Buah Indeks skala warna kulit buah pisang Raja Bulu digunakan sebagai petunjuk utama untuk mengetahui tingkat kematangan buah pisang. Indeks skala warna kulit buah pisang diasumsikan sama dengan pisang Cavendish. Tingkat kekuningan dari buah pisang dapat dinilai dengan angka dimulai dari angka 1 hingga 7 yang mewakili tingkat warna sebagai berikut :
Gambar 4. Standar kematangan pisang Cavendish Sumber : Kader, 1996 Keterangan : 1 2 3 4 5 6 7
: Hijau : Hijau dengan sedikit kuning : Hijau kekuningan : Kuning lebih mendominasi dibanding hijau : Kuning dengan sedikit hijau di ujung : Kuning penuh : Kuning dengan bercak coklat
Susut Bobot Pengukuran susut bobot buah dilakukan dengan membandingkan bobot buah pisang sebelum perlakuan dan saat pengamatan berlangsung. Rumus yang digunakan:
Susut bobot (%)
Bobot awal - Bobot saat pengamatan x 100 Bobot awal
14 Bagian yang dapat dikonsumsi Pengukuran daging buah yang dapat dimakan dilakukan dengan menggunakan kulit buah sebanyak satu jari. Caranya adalah dengan menimbang bobot buah sebelum dikupas dan setelah dikupas. Bobot daging buah yang diperoleh dibagi dengan bobot buah. Bagian buah yang dapat dikonsumsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Edible part (%) = Bobot daging buah x 100 Bobot buah Kekerasan Kulit Buah Setelah mengukur daging buah yang dapat dimakan, buah pisang tersebut masih digunakan untuk mengukur kekerasan kulit buah yang diukur dengan menggunakan penetrometer. Pengukuran tersebut dilakukan dengan cara meletakkan buah pisang yang masih utuh (belum dikupas kulitnya) dengan posisi yang seimbang. Jarum penetrometer ditusukkan pada buah tersebut di tiga titik yang berbeda yaitu pada bagian ujung, tengah, dan pangkal. Hasil dari ketiga data tersebut kemudian dihitung rata-ratanya. Padatan Terlarut Total ( PTT) PTT diukur dengan menghancurkan daging pisang hingga halus kemudian itu diambil sari buahnya yang disaring terlebih dahulu dengan kain kasa. Sari buah yang telah disaring diteteskan sedikit saja pada prisma refractometer. Kadar PTT dapat langsung terlihat pada alat (˚Brix). Lensa refractometer harus selalu dibersihkan dengan aquades pada saat sebelum pengamatan dan sesudah pengamatan. Asam Tertitrasi Total (ATT) ATT dilakukan dengan menghancurkan 25 g daging buah pisang. Bahan yang telah dihancurkan tersebut diberi aquades sedikit saja, hal ini dilakukan agar mempermudah pemindahan bahan tersebut kedalam labu takar 100 ml dan beri aquades hingga tera, kemudian disaring. Setelah disaring, diambil larutan sebanyak 25 ml dan diberi 3 - 4 tetes indikator phenolphthalein (PP), kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0.1 N. Titrasi dilakukan hingga larutan tersebut berwarna merah muda yang stabil.
15 Kandungan ATT dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
ATT (%)
ml NaOH x 0.1 N x fp x 100 Bobot Contoh (g)
Keterangan : fp = faktor pengenceran (100ml/25ml) Kandungan vitamin C Pengukuran kandungan vitamin C , langkah pertama yang harus dilakukan adalah pembuatan larutan amilum. Pembuatan larutan amilum yaitu aquades sebanyak 110 ml + 1 g tepung kanji dididihkan hingga tersisa 100 ml. Menurut Sudarmaji et al. (1984) pengukuran kandungan vitamin C yaitu dengan menghancurkan kembali 25 g daging buah pisang dan dimasukan kedalam labu takar 100 ml, kemudian diberi aquades hingga tera setelah itu disaring. Setelah disaring, larutan tersebut diambil sebanyak 25 ml dan diberi 3 - 4 tetes indikator larutan amilum yang telah dibuat sebelumnya kemudian dititrasi dengan iodine. Titrasi tersebut dilakukan hingga larutan tersebut berwarna biru tua yang stabil. Setelah kegiatan tersebut dilakukan, sehingga kandungan vitamin C dapat dihitung dengan rumus :
Vit C (ml/100g)
ml iodine 0.01 N x 0.88 x fp x 100 Bobot Contoh (g)
Keterangan : 1 mg iodine 0.01 N = 0.88 mg asam askorbat Fp = faktor pengenceran (100 ml/25 ml)