METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di kawasan P. Nusa dan Tinakareng Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap kegiatan, yaitu tahapan penelitian pendahuluan serta pengumpulan data primer dan sekunder yang dilaksanakan dari Bulan Agustus-September 2001. Sedangkan kegiatan penelitian lanjutan dan analisis data akan dilaksanakan dari Bulan Mei
- Juli
2002.
Metode Pendekatan Penelitian ini berupa studi kasus di wilayah Pulau Nusa dan Tinakareng Kabupaten Keepulauan Sangihe Talaud. Dengan metode penelitian yang digunakan bersifat penelitian deskripflj; yaitu menggambarkan atau menguraikan sifat dari suatu keadaan atau kondisi yang ada pada lokasi penelitian diwaktu pengamatan, yang dilanjutkan dengan menganalisis permasalahan yang ditemui. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini diuraikan sebagai berikut : 1. Dalam penentuan pengembangan kegiatan ekonomi di kawasan pulau kecil
dilakukan berdasarkan perencanaan yang disusun bersama-sama dengan masyarakat lokal pulau. Kegiatan tersebut dilakukan dengan metode PRA (Purtisiputory Rural Apru.siul). Hasil dari kegiatan perencanaan dengan PRA
dilakukan analisis SWOT untuk rnengetahui keunggulan dan kelemahan.
2. Setelah menganalisis permasalahan dengan SWOT, kemudian dilakukan Analisys Hierurcly Process (AHP)
3. H a i l dari pilihan kegiatan ekonomi melalui AtIP kemudian disosialisasikan melalui kegiatan seminar atau lokakarya dengan pendekatan ZOPP. Secara lebih jelas digambarkan dalam Skema penelitian pada Gambar 1.
Pengumpulan data sekunder (Sosiokultural, kelembagaan, dll)
Penentuan wilayah kajian dengan memperhatikan strata yang dibuat atas dasar data sekunder yang telah dikumpulkan sebelumnya
Penggalian informasi dan pennasalahan di lapangan (Data primer)
Selesai ?
pemecahan
/
Bahan masukan dalam analisis SWOT
i--------
1 I
n
I I
ZOOP
1
KEGLATAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF
Gambar 1. Skema Pelaksanaan Penelitian
I 38
Tehnik Pengumpulan Data Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan survei, bertujuan untuk megumpulkan data yang terbatas dari sejumlah kasus yang ada. Data ini digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada, sehingga hubungan antara variabel-variabel tidak perlu diperhitungkan. Selanjutnya data yang diperoleh digunakan untuk memecahkan masalah tanpa harus melakukan pengujian hipotesis. Dengan responden terdiri dari para pelaku (skuteholders) baik dari pemerintahan (Dinas Perikanan dan Bappeda), swastalpengusaha perikanan, perguruan tinggi dan tokoh masyarakat yang benar-benar mengerti tentang permasalahan yang diamati. Disamping itu data dan informasi juga didapatkan dari hasil lokakarya yang dilaksanakan dalam proses penelitian. Lokakarya ini dihadiri oleh wakil-wakil dari stukeholders terkait dalam pengembangan perikanan di wilayah pulau kecil
Kabupaten Sangihe Talaud. a.
Data Primer Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan pelaku
(stukeizolders) berdasarkan panduan daftar pertanyaan yang ditujukan untuk
mengetahui persepsi mereka, dan nendapatkan skenario perencanaan yang optimal dari pengelolaan sumberdaya perikanan kawasan pulau kecil. Pemilihan sampel untuk wawancara urnum pengisian kuesioner I dipilih secara acak, sedangkan pengisian kuesioner I1 (AHP) dilakukan dengan metode pemilihan sample secara sengaja (purposive). Selain itu dilakukan pula kegiatan PRA untuk memperoleh informasi
tentang kegiatan ekonomi yang diharapkan oleh masyarakat dan stakeholder yang lain. Gambaran pelaksanaan PRA dapat dilihat pada Gambar 2.
i !
!
Bahan masukan dalam analisis SWOT ___--'
I
Gambar 2. Pelaksanaan Metode PRA
I
b. Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini -didapatkan dari dokumen-dokumen atau monografi yang diperoleh di instansi-instansi berwenang seperti: Bappeda, Dinas Perikanan,, Bappedalda dan Dinas Pendapatan Daerah serta dinas dan instansi terkait lainnya, baik di tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten. Serta laporan hasil stud1 dari berbagai lembagalinstansi yang relevan dan sumbersumber lainnya.
Analisis Data Pada penelitian ini menggunakan beberapa analisis data diantaranya adalah : Analisis SWOT Analisis ini dilakukan untuk memahami saling keterkaitan antar komponen dalam pengembangan wilayah secara umum dan khususnya pengembangan sektor pertanian dan non-pertanian, melakukan pendugaan dengan menyusun skenarioskenario program yang mungkin bisa dilaksanakan sesuai dengan hambatan sumberdaya, teknologi dan kelembagaan yang telah dikuasai di lokasi studi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT ini adalab : a). Identifikasi KekuatanKelemahan dan PeluangIAncaman Cari potensi
sumberdaya dan tingkat pembangunan wilayah, dapat
diidentifikasi beberapa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pengembangan Pulau-pulau Kecil di Sangihe Talaud.
Dalam menentukan strategi yang terbaik, dilakukan pemberian bobot (nilai) terhadap tiap unsur SWOT berdasarkan tingkat kepentingan dan kondisi kawasan. Bobotlnilai yang diberikan berkisar antara 1
- 5.
Nilai 1 berarti tidak penting, 2
beratti sedikit penting, 3 berarti cukup penting, 4 berarti penting dan 5 berarti sangat penting, yang terlihat dalam Tabel 5. berikut ini :
Tabel 5. Pembobotan Tiap Unsur SWOT Bobot Kelemahan Bobot Ancaman Bobot' w1 'r 1 W2 T2 T3 W3 T4 W4 T5 W5 I
I
I Wn Keterar~gan:
/
I
Tn
Nilai 5 = Sangat Pentir~g Nilai 3 = Cukup Penting Nilai 1 = Tidak Penting Nilai 4 = Penting Nilai 2 = Kurang Penting
Setelah masing-masing unsur SWOT diberi bobotlnilai, unsur-unsur tersebut dihubun&an lceterkaitannya untuk memperoleh beberapa alternatif strategi (SO, ST, WO,
WT).
Kemudian
alternatiEalternatif
strategi tersebut
dijumlahkan
bobovnilainya untuk menghasilkan rangking dari tiap-tiap strategi alternatif. Strategi dengan rangking tertinggi merupakan alternatif strategi yang diprioritaskan untuk dilakukan.
Tabel 6. Matriks Hasil Analisis SWOT Peluang Kekuatan
Kelemahan
Ancaman
SO 1 SO2 SO3
ST 1 ST2 SO3
Son W01 W02 W03
STn WTI WT2 WT3
Won
WT4
b. Alternatif Strategi Hasil Analisis SWOT
Altematif strategi pada matriks hasil analisis SWOT) dihasilkan dari penggunaan unsur-unsur kekuatan kawasan untuk mendapatkan peluang yang ada (SO), penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (ST), pengurangan kelemahan kawasan yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada (WO) dan pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (WT). Strategi yang dihasilkan terdiri dari beberapa altematif strategi.
Untuk
menentukan prioritas strateg! yang harus dilakukan, maka dilakukan penjurnlahan bobot yang berasal dari keterkaitan antara unsur-unsur SWOT yang terdapat dalarn suatu altematif strategi. Jumlah bobot tadi kemudian akan menentukan rangking prioritas altematif strategi pengelolaan kawasan.
Tabel 7. Rangking Altematif Strategi
1
No
Unsur SWOT
1
Strategi SO SO1
2. 3.
SO2 SO3
Strategi ST 4. 1 ST1 Strategi WO 5 1WO1 6.
W02
7.
W03
Strategi WT 8. WT1 9. WT2 10. WT3
Keterkaitan
Jumlah Bobot
Rangking
S1, S2, S., S n , 0 1 , 02, O., On Sl,S2,Sn, 0 1 , 0 2 , Sn S1, S2, S4, Sn, 0 1 , 0 2 , On Sl, S2, Sn, T I , T2,Tn W1, W2, Wn, 0 1 , 02, Wn W1, W2, Wn, 01, 02, On W1, W2, Wn, 0 1 , 0 2 , On
1
W1, W2, Wn, TI, T2, W1, W2, Wn, TI, T2, Tn W1, W2, Wn, T1 , T2, Tn
Kelemahan dari analisis SWOT ini adalah subyektivitas dari pemberi bobot sangat tinggi, oleh karena itu hasil dari analisis ini perlu dilakukan analisis lanjutan yaitu Analiys Hierarchy Proces A H P (Analisys Hierarcy Process)
Analisis data dilakukan untuk melakukan perbandngan berpasangan (pairwise compurions) untuk mendapatkan tingkat kepentingan (imporrence) suatu
kriteria relatif terhadap kriteria lain dan dapat dinyatakan dengan jelas. Proses penghitungannya seperti pada tahapan analisis data di atas, untuk setiap levelltingkat;
tingkat 1 (goul), tingkat 2 (skala), tingkat 3 (aktor ), tingkat 4 (kriteria), tingkat 5 (atribut kriteria) dan tingkat 6 (alternatif). Menumt Suryadi dan Rarndhani dalam Hamson (1999) langkah-langkah dalam analisis data dengan pendekatan Anulysis Hierurchy Process adalah; (1). Mendefinisikan masalah clan menentukan solusi masalah
menur rut Tomboelu (2000) pendekatan AHP dalam kerangka manfaat-biaya, untuk menyusun suatu analisis yang mengaplikasikan kedua metode pendekatan ini, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi manfaat dan kemgian dalam pengembangan perikanan. (2). Membuat struktur hierarki Struktur hirarki diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan knteria yang paling bawah. Faktor-faktor yang dapat me~npengaruhimanfaat (benejt) dan biaya (cost).
(3). Membuat mahiks perbandingan berpasangan Perbandingan berpasangan untuk menggambarkan pengaruh relatif atau pengamh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat diatasnya, perbandingan berdasarkan judgement dari para pengambil keputusan, dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. Untuk mengkualifikasikan data kualitatif pada materi wawancara digunakan nilai skala komparasi 1 sampai 9. Skala 1 sampai dengan 9 merupakan skala yang terbaik dalam mengkualifikasikan pendapat, yaitu berdasarkan akurasinya yang ditunjukan dengan nilai RMS (Root Meun Square deviation) dan MAD (Median Absolute Deviution). Untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen yang
lain, maka digunakan pembobobtan berdasarkan skala proses AHP yang disarankan oleh Saaty (1993) seperti Tabel 8 berikut ini: Tabel 8. Skala Banding secara Berpasangan dalam AHP Tingkat Kepentingan
pentingnya.
elemen yang lainnya.
dibandingkan elemen lainnya.
yang lain.
elemen
elemen yang lain.
memiliki tertinggi
2,4,6,8 Kebalikan
>
berdekatan. Jika untuk aktifitas i inendapat satu angka bila dibandingkan dengan &tifitas,/, inakaj inempunyai nilai kebalikannya bila
dibanding
hgkat yang
elemen
penegasan muwin
(4)
Melakukan perbandingan berpasangan. Perbandingan berpasangan dilakukan untuk meperoleh judgment seluruhnya
sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi Al, A2, A3 dinyatakan sebagai vektor W, dengan W = (wl,w2,w3) maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi A1 dibandingkan dengan A2 dapat dinyatakan sebagai perbandingan bobot W1 elemen Al terhadap A2, yakni - = A12 w2 Nilai d w j dengan i, j
=
1,2,3 ... n didapat dari partisipan, yaitu para
stukel~oldersyang berkompeten dalam permasalahan perikanan. Bila matriks ini
dikalikan dengan vektor kolom W (wl, w2, w3 .. wn) maka diperoleh hubungan;
Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka dapat diselesaikan melalui persamaan berikut;
dirnana I = matriks identitas Berdasarkan garnbaran tersebut kemudian disusun
struktur hierarki
pengembangan mata pencahanan ramah lingkungan yang dapat dilihat pada Gambar 3.
pencaharian ramah
rn
Menurunkan degredasi lingkungm,dan mengatur dan
Kelembagaan
mengendalika n tingkat eksploitasi
Perikanan Tangkap ramah lingkungan
Budidaya Laut
Hasil
gan pabrik es mini
Gambar 3. Struktur Hierarki Pengembangan Mata Pencaharian Ramah Lingkungan
Analisis Perikanan Gambaran tentang kehidupan sektor perikanan hams terekap semua dalam penelitian ini, yaitu aktivitas dan subsistem pada perikanan laut (penangkapan), aktivitas dan subsistem pada perikanan budidaya (khusus di daerah pesisir adalah budidaya air payau) serta aktivitas dan subsistem pada pasca panennya. Proses pembangunan erat kaitannya dengan besarnya tingkat interes~rure (i) yang berlaku. interest rate (i) akan mempengaruhi iklim investasi yang akan berkembang di suatu wilayah dan akibatnya iklim investasi ini akan mempengaruhi aktivitas produksi.
Namun bagi perkembangan sektor perikanan, kaitan antara
interest rate dan aktivitas berproduksi-nya memiliki kaitan yang spesifik, sehingga ha1 ini perlu pemantauan yang mendalam. Sehubungan dengan ha1 itu, maka beragam model spesifik yang dapat meningkatkan aktivitas berproduksi pada sektor perikanan yang lahir dari kepentingan intern stake/zolder perlu dikaji dengan lebih mendalam. Perolehan data-data sekunder dan primer kemudian dianalisis berdasarkan kebutuhan yang ada. Khusus kaitannya dalam pembuatan profile pulau-pulau kecil ini dibutuhkan
keluaran berupa trend atau kecenderungan perkembangan
pembangunan di ketiga subsektor penangkapan, budidaya dan pscapanen perikanan. Untuk kepentingan ha1 ini dibutuhkan metode analisis trend. Metode deskriptif kumulatif digunakan dalam pengamatan hal-ha1 yang bersifat khusus pada teknologi penangkapan (alat, kapal, daerah penangkapan, dan metode penangkapan) dan teknologi budidaya (sarana dan prasarana produksi, potensi dan pemanfaatan daerah budidaya). Data-data yang diperoleh pada daerah
yang dijadikan kasus, dikurnpulkan dan kemudian dianalisis dan dijabarkan untuk dapat memberjkan garnbaran umum tentang kondisi perikanan. Fungsi produksi lestari perikanan tangkap merupakan hubungan antara t i n ~ k a t upaya penangkapan dengan produksi lestari, secara matematis sebagai berikut : (Schaefer, 1957 dalam Fauzi, 2000 disadur kembali dulurn Ropikoh, 2002)
disederhanakan menjadi
dimana: h = hasil tangkapan
E = tingkat upaya penangkapan a dan b merupakan parameter fungsi produksi lestari dari regresi linier sederhana (simple linier regresion) antara hasil tangkapan per unit tingkat upaya (CPUE; hlEO) pada berbagai tingkat upaya penangkapan (eforl) dengan model
sebagai berikut:
persamaan umum adalah :
a=Po
dan
b =-pi
Tingkat upaya penangkapan pada saat produksi maksimum lestari (Emsy) :
Analisis Kelembagaan Dalarn mengkaji
faktor-faktor yang mempengaruhi pola
dan peranan
kelembagaan dalam pengaturan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap (mengatur distribusi surnberdaya manusia, modal dan ketersediaan sumberdaya alam) secara lestari (diupayakan mengubah kondisi aktual penangkapan ke kondisi optimallsustainable) sehingga mendukung kelancaran aktivitas kelembagaan dalam pengembangan wilayah, dilakukan analisis deskriptif yaitu dengan mempelajari karakteristik
dan keragaan (peformance)
kelembagaan masyarakat nelayan.
Sedangkan tingkat keberhasilan aktivitas kelembagaan dalam pembangunan wilayah
jugs dianalisis secara deskriftif dengan melihat faktor-faktor seperti kondisi sosial ekonomi wilayah pulau kecil, peran kebijakan dan program pemerintah serta kondisi kelembagaan lain fomil ataupun infomil. Dan fakta yang ada selanjutnya dilakukan interpretasi dan generalisasi mengenai kehadiran kelembagaan ditengah masyarakat. Selanjutnya, akan dikemukakan beberapa alternatif pemecahan yang memungkinkan, terutama disesuaikan dengan tahap perkembangan kelembagaan dalam kaitannya dengan upaya pembangunan wilayah pulau kecil yang berkelanjutan. Data pendukung lainnya akan disusun dalam suatu tabulasi.
Pendekatan analisis deskriptif kelembagaan difokuskan pada tiga aspek utama, yaitu batas yurisdiksi, hak pemilikan dan aturan representasi. a. Batas Yuridiksi (Juridictionnl Boundary)
Banyak permasalahan dan isu dalam ekonomi berkaitan dengan struktur dari batas yurisdiksi. Konsep batas yuridiksi dapat memberi arti batas kekuasaan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu lembaga dalam mengatur pengelolaan sumberdaya. Dalam kasus pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap oleh nelayan serta pihak lain, batas yurisdiksi juga menunjukkan ha1 penting bagaimana suatu institusi menentukan siapa yang tercakup dan apa yang diperoleh. Dalam ha1 ini ditentukan aturan main tentang kewenangan antara nelayan maupun pihak terkait lainnya. b. Hak Pemilikan (properly righ~)
Hak pemilikan sumberdaya selalu niengandung muatan sosial yang diatur oleh hukum, adat d m tradisi, atau kesepakatan antar anggota masyarakat dalam ha1 kepentingannya terhadap pemanfaatan sumberdaya. Implikasinya adalah : (1) hak individu merupakan kewajiban orang lain, dan (2) kepemilikan yang jelas dapat memudahkan individulmasyarakat untuk mengakses dan mengkontrol terhadap sumberdaya. Dalam kasus perikanan tangkap di laut, perlu ditentukan aturan main mengenai lokasi penangkapan (fish~ngground) antar armada nelayan maupun pihak lain yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya ini, batasan penggunaan teknologi
penangkapan, transaksi jual beli, bantuan dan pembinaan usaha nelayadanggota, reward atau sanksi bila terjadi pelanggaran aturan main. c. Aturan Representasi (rules ofrepresen~afion)
Aturan representasi bermanfaat dalam mengatur pennasalahan dan proses pengambilan keputusan. Keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya terhadap kinerja (performance) akan ditentukan oleh kaidah representasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, aturan representasi
menentukan alokasi dan distribusi sumberdaya yang langka, sehingga analisis kelembagaan mengenai alternatif aturan representasi akan berguna untuk memecahkan masalah efisiensi dalam pengambilan keputusan.
Efektivitas
pengambilan keputusan oleh lembaga juga dipengaruhi oleh kinerja dan status kelembagaan yang terkait yang ada di wilayah itu seperti KUD, perusahaan, syah bandar serta lembaga formil maupun infonnil lainnya. Dengan analisis ini akan diketahui tingkat dominansi dari lembaga-lembaga yang berinteraksi dalam system perikanan tangkap. Dalam kasus ini, aturan representasi meliputi struktur dan fungsi kelembagaan, forum dialog, proses pengambilan keputusan dan penanganan konflik.