METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pembangunan dan pengembangan wilayah di setiap daerah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di wilayah tersebut. Peningkatan aktifitas sosial ekonomi sebagai implikasi dari pembangunan, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan lahan. Rendahnya nilai land rent lahan pertanian menyebabkan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian tidak terhindarkan, dan sebagai imbas dari alih fungsi tersebut, luasan lahan pertanian khususnya pertanian pangan semakin menurun. Kondisi tersebut menjadi permasalahan serius bagi sektor pertanian karena lahan merupakan faktor produksi utama dan tak tergantikan dalam usaha pertanian. Selain itu ketersediaan lahan pertanian pangan juga merupakan syarat ketahanan nasional. Diperlukan upaya perlindungan terhadap lahan pertanian pangan, agar laju alih fungsi lahan pertanian lebih terkontrol dengan memperhatikan aspek daya dukung lingkungan dan ketersediaan lahan. Salah satu upaya perlindungan terhadap lahan pertanian pangan adalah dengan mengidentifikasi lahan-lahan yang dapat diusulkan sebagai KP2B. Lahan yang berada di dalam KP2B dapat berupa LP2B dan/atau LP2B. Sebagai langkah awal dalam pengusulan KP2B, dilakukan identifikasi terhadap satuan hamparan lahan aktual dan lahan potensial untuk pertanian pangan. Diharapkan hasil identifikasi dapat memberikan gambaran mengenai potensi lahan yang ada, dan memungkinkan secara fisik dan alamiah untuk dijadikan sebagai KP2B. Sebagaimana yang diamanatkan dalam UU 41 Tahun 2009, diharapkan usulan KP2B dapat menjadi bagian dari penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan di wilayah kabupaten dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK). Penetapan KP2B juga menjadi dasar dalam peraturan zonasi. Kerangka pemikiran penelitian secara skematis diilustrasikan seperti bagan alir pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
23
Hipotesis Hipotesis Penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan faktor fisik lahan (kelerengan, drainase, ketinggian tempat dan tekstrur tanah) dan ketersediaan lahan, masih terdapat lahan-lahan yang dapat dijadikan KP2B. 2. Lahan
dengan
ladang/tegalan
kondisi dan
penutupan
berupa
kebun/perkebunan
sawah,
merupakan
semak
belukar,
lahan-lahan
yang
berpotensi untuk dijadikan LP2B dan LCP2B. 3. Identifikasi terhadap ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk KP2B diharapkan dapat dilakukan dengan menggunakan data spasial dan tabular yang ada. 4. Berdasarkan sebaran sebaran lahan aktual dan potensial, terdapat berbagai pilihan skenario proses penetapan KP2B yang berimplikasi pada keragaman ukuran luas rata-rata, luas minimal dan maksimal KP2B serta berbagai implikasi lainnya. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru terbentang di pesisir selat Makassar sepanjang kurang lebih 78 km dan membujur dari Selatan ke Utara dan terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kecamatan Mallusetasi, Soppeng Riaja, Balusu, Barru, Tanete Rilau, Tanete Riaja dan Pujananting. Penelitian dilakukan selama 5 bulan, yang dimulai pada bulan Agustus 2010 sampai dengan Desember 2010.
Bahan dan Alat Penelitian ini membutuhkan bahan/data primer dan sekunder. Data primer berupa cek lapangan (ground check) dan data sekunder dikumpulkan dari instansi yang berwenang mengeluarkan data, yang terdiri dari data spasial dan data
atribut.
Ground
check
dilakukan
pada
saat
pengklasifikasian
penutupan/penggunaan lahan terutama untuk penggunaan sawah irigasi. Data spasial berupa data/peta tematik seperti RBI, citra satelit ALOS AVNIR-2 tahun 2008, peta administrasi, peta tekstur tanah, peta kedalaman tanah, peta kelas lereng, peta drainase, peta ketinggian, peta penutupan dan penggunaan lahan (Land Use) peta infrastruktur jalan, dan peta paduserasi
24
Kabupaten Barru. Data atribut berupa data Kabupaten Barru dalam Angka. Untuk jelasnya data yang dibutuhkan dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1. Alat yang digunakan berupa seperangkat komputer yang dilengkapi perangkat lunak Windows Vista, ArcGIS 9.3, Microsoft Word, dan Microsoft Excell. Serta peralatan penunjang berupa printer, kamera digital, receiver GPS, dan peralatan menulis.
Tabel 1. Jenis Data yang Dibutuhkan dan Sumber Data No 1.
2.
Jenis Data
Sumber
Data Sekunder - Peta RBI - Citra Satelit ALOS AVNIR-2 2008 - Peta Administrasi - Peta Paduserasi Kab. Barru - Peta Penutupan/Penggunaan Lahan - Peta Tekstur Tanah - Peta Kelas Lereng - Peta Ketinggian - Peta Drainase - Peta Kedalaman Tanah - Peta Jaringan Jalan - Data Kabupaten Barru dalam Angka tahun 2008 Data Primer - Ground check
Bakosurtanal Dishut Kab. Barru Dishut Kab. Barru Dishut Kab. Barru Dishut Kab. Barru Dishut Kab. Barru Dishut Kab. Barru Dishut Kab. Barru Dishut Kab. Barru Dishut Kab. Barru Dishut Kab. Barru BPS Kab. Barru
Pengecekan kondisi lapang
Analisis dan Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan baik berupa data primer dan sekunder kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Analisis data yang dilakukan untuk mengidentifikasi hamparan lahan yang akan direkomendasikan sebagai
KP2B dilakukan dengan mengkompilasi
dan
memadukan data spasial dan tabular berdasarkan kriteria - kriteria yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan. Data spasial dan atribut tersebut diolah dengan menggunakan SIG untuk memudahkan dalam mendeteksi/mengidentifikasi dan mendeliniasi lokasi-lokasi lahan yang berpotensi untuk direkomendasikan sebagai KP2B.
25
Data input yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi KP2B adalah:
Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah,
Peta penutupan/penggunaan lahan,
Peta paduserasi hutan dan
Peta jaringan infrastruktur jalan Sebelum melakukan identifikasi lahan aktual dan lahan potensial , terlebih
dahulu dilakukan persiapan data input berupa peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah dan peta penutupan/penggunaan lahan. Sedangkan peta paduserasi dan peta jaringan infrastruktur jalan menggunakan peta yang telah ada. Adapun tahapan analisis dan pengolahan data yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Analisis kelas kesesuaian lahan untuk mendapatkan peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah. 2. Interpretasi penutupan/penggunaan lahan yang berasal dari data penginderaan jauh citra satelit ALOS AVNIR-2 tahun 2008 untuk memperoleh peta penutupan/penggunaan lahan. 3. Identifikasi lahan aktual dan lahan potensial untuk KP2B, dilakukan dengan sistem informasi geografis dan menggunakan data berupa peta kelas
kesesuaian
lahan
untuk
tanaman
padi
sawah,
peta
penutupan/penggunaan lahan dan peta paduserasi hutan. 4. Identifikasi Lahan aktual dan lahan potensial untuk KP2B berdasarkan jaringan infrastruktur pendukung pertanian 5. Deliniasi KP2B berdasarkan batas administrasi kecamatan, kontiguitas spasial dan luas hamparan maksimal. Analisis Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah Analisis ini digunakan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tanaman padi, dimana pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SIG. Penilaian kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan mencocokkan karakteristik dan kualitas lahan dengan syarat/kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah. Data/peta yang digunakan antara lain, adalah: peta kelas lereng skala 1 : 50.000, peta kedalaman tanah skala
1 : 50.000, peta drainase skala
1 : 50.000, peta tekstur tanah skala 1 : 50.000 dan peta ketinggian skala 1 : 50.000. Peta kelas lereng, peta kedalaman tanah, peta drainase, peta tekstur
26
tanah dan peta ketinggian masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 3, 4, 5, 6 dan 7. Data spasial tersebut kemudian diolah dengan menggunakan SIG yaitu dengan tumpang tindih satu dengan yang lain berdasarkan kriteria-kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah (PPT, 1983) dalam buku Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007). Kriteria kesesuaian lahan tersebut disajikan pada Lampiran 1. Selanjutnya
adalah
mencocokkan
satuan
peta
lahan
dengan
kriteria/persyaratan penggunaan lahan (land requirement) untuk mendapatkan peta kelas kesesuaian lahan dengan menggunakan faktor pembatas utama. Proses tumpang tindih antara beberapa peta tersebut akan menghasilkan arealareal kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi. Tahapan analisis kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah, disajikan pada Gambar 4. Data yang digunakan dalam menyusun peta kesesuaian lahan hanya datadata yang terkait dengan aspek fisik tanah dan belum mempertimbangkan aspek lain seperti: pH, toksisitas, salinitas dan sebagainya. Karena keterbatasan tersebut, maka kelas kesesuaian lahan disusun hanya pada tingkat ordo yaitu: Sesuai (S) dan Tidak Sesuai (N).
Interpretasi Penutupan/Penggunaan Lahan Data penutupan dan penggunaan lahan tahun 2009 diperoleh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Barru dimana dalam pembuatan peta tersebut, penulis ikut terlibat secara langsung. Peta penutupan/penggunaan lahan dibuat dengan melakukan interpretasi citra satelit menggunakan citra satelit ALOS AVNIR-2 tahun 2008 resolusi 10 meter. Metode yang digunakan adalah klasifikasi terbimbing (supervised classification). Untuk mengetahui secara pasti obyek yang tampak pada gambar citra, memerlukan beberapa perbaikan atau koreksi. Tahapan interpretasi disajikan pada Gambar 4. Adapun tahapan pengolahan data citra satelit adalah sebagai berikut: 1. Koreksi Geometrik. Agar citra satelit yang akan digunakan memiliki informasi spasial yang sesuai dengan posisi sebenarnya dipermukaan bumi maka perlu dilakukan koreksi geometri pada citra. Sebelum melakukan koreksi
geometri,
sebaiknya
dilakukan
penajaman
terlebih
dahulu.
Penajaman yang dilakukan akan sangat membantu proses identifikasi
27
kenampakan objek pada citra. Penajaman tersebut antara lain pan-sharpen dan pemfilteran. Koreksi geometri citra dilakukan dengan transformasi (tipe geocoding) polinomial ordo dua yang membutuhkan minimal 6 Ground Control Point (GCP). Proses rektifikasi citra menggunakan peta acuan sebagai dasar pengambilan titik-titik GCP, peta yang dipergunakan adalah Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau dengan menggunakan data koordinat dengan bantuan Global Positioning System (GPS) Receiver. Adapun nilai kuadrat rata-rata (Root Mean Square/RMS) yang dijadikan dasar suatu citra telah terkoreksi secara benar adalah maksimal sebesar setengah dari resolusi spasial citra (0,5 x resolusi spasial citra). Selanjutnya, untuk mengembalikan nilai piksel yang mengalami transformasi, digunakan metode interpolasi nearest neighbour. 2. Koreksi Radiometrik. Koreksi radiometrik dimaksudkan untuk mengurangi gangguan visual pada citra yang banyak disebabkan oleh pengaruh atmosfer. Koreksi radiometrik dapat dilakukan menggunakan metode yang paling sederhana, yaitu penyesuaian histogram. Adapun tekniknya adalah dengan cara mengurangi nilai digital number (piksel) citra asli masingmasing saluran tunggal dengan nilai bias yang ada pada masing-masing citra tersebut. 3.
Klasifikasi Penutupan/Penggunaan Lahan. Interpretasi penutupan lahan citra dilakukan dengan metoda klasifikasi terbimbing. Berdasarkan metoda ini, kenampakan pada citra diklasifikasikan menurut informasi yang diperoleh dari plot pengamatan (training set). Informasi plot pengamatan diperoleh dari data peta yang tersedia, seperti peta penggunaan lahan dan peta rupa bumi yang digunakan sebagai peta dasar. Pemilihan lokasi plot pengamatan pada citra dilakukan sedemikian rupa sehingga diyakini kebenaran informasi dan kondisi penutupan lahannya yang belum berubah. Setelah informasi dari plot pengamatan diperoleh, maka dilakukan klasifikasi penutupan lahan untuk keseluruhan wilayah yang terekam pada citra. Hasil intepretasi citra secara digital kemudian dikaji ulang, untuk ditetapkan lokasi pengamatan di lapangan. Pengamatan di lapangan dilakukan untuk memeriksa tingkat kesalahan interpretasi awal, dan karenanya dapat ditentukan akurasinya. Untuk menemukenali kembali lokasi plot pengamatan
28
yang telah ditentukan pada citra, digunakan peta dasar dan GPS, sehingga koordinat bumi plot pengamatan dapat diketahui. Berdasarkan perbaikan informasi penggunaan lahan yang diperoleh dari lapangan, dilakukan reklasifikasi penutupan lahan pada citra. Untuk keperluan penelitian, dilakukan re-identifikasi dan ground check ulang terhadap peta penutupan/penggunaan lahan tahun 2009. Ground check dilakukan terutama untuk penutupan/penggunaan lahan berupa sawah irigasi.
Identifikasi Lahan Aktual dan Lahan Potensial untuk KP2B Untuk mengetahui wilayah-wilayah mana saja yang berpotensi untuk diusulkan sebagai KP2B, diperlukan kriteria/indikator yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan identifikasi. Dalam kaitannya dengan penentuan KP2B, belum ada kriteria atau petunjuk teknis yang bersifat baku dan mengikat. Penelitian ini dilakukan menggunakan kriteria umum seperti yang disebutkan dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Kriteria atau indikator yang dapat digunakan tersebut antara lain adalah: (1) Kesesuaian lahan, (2) Penggunaan lahan, (3) Ketersediaan infrastruktur dan (4) Luasan kesatuan hamparan lahan. Kriteria tersebut merupakan faktor yang digunakan dalam mengidentifikasi wilayah yang memiliki lahan aktual dan lahan potensial untuk diusulkan sebagai KP2B. Berdasarkan 4 indikator tersebut disusun kriteria penentuan lahan aktual dan potensial untuk pengusulan KP2B yang pada penelitian ini disesuaikan dengan kondisi riil di lapangan dan ketersediaan data yang ada. Kriteria tersebut disajikan pada Tabel 2. Proses identifikasi lahan aktual dan lahan potensial untuk KP2B diawali dengan proses identifikasi lahan aktual dan lahan potensial untuk tanaman padi sawah berdasarkan kondisi penutupan dan penggunaan lahan saat ini. Proses ini dilakukan dengan menumpangtindihkan antara peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi dengan peta penutupan/penggunaan lahan. Kriteria yang digunakan adalah bahwa lahan harus memiliki penggunaan lahan sebagai sawah irigasi, sawah tadah hujan, semak belukar, ladang/tegalan, hutan dan kebun/perkebunan. Sementara lahan yang memiliki tutupan sebagai hutan bakau,
empang/tambak,
pasir/kerakal
dan
pemukiman
dianggap
tidak
memungkinkan untuk dijadikan sawah. Proses ini dilakukan untuk melihat
29
kesesuaian dan ketersediaan lahan aktual dan lahan potensial berdasarkan aspek biofisik untuk tanaman padi.
Tabel 2. Kriteria Penentuan Lahan Aktual dan Potensial untuk pengusulan KP2B No
Kriteria
Lahan Aktual
Lahan Potensial
1.
Penutupan/penggunaan lahan
Sawah irigasi, sawah tadah hujan
2.
Kesesuaian lahan
S (sesuai), atau S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai) dan S3 (cukup sesuai)
3.
Status kawasan
Areal Penggunaan Lain (APL) dan/atau Hutan Produksi Konversi (HPK)
Areal Penggunaan Lain (APL) dan/atau Hutan Produksi Konversi (HPK)
4.
Kondisi eksisting
Telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan
Belum dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan
5.
Arahan Penggunaan didalam RTRW
Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya
a. Line in polygon b. Line in polygon
a. Line in polygon b. Line in polygon
6.
8.
Jaringan Infrastruktur pendukung Pertanian: a. Jaringan Jalan b. Jaringan Irigasi Karakteristik lahan
Berada dalam satuan hamparan
Hutan, semak/belukar, ladang/tegalan, kebun S (sesuai), atau S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai) dan S3 (cukup sesuai
Berada dalam satuan hamparan
Berdasarkan peta paduserasi hutan, tutupan lahan Kabupaten Barru terbagi atas 3, yaitu: hutan lindung (HL), hutan produksi terbatas (HPT) dan areal penggunaan lain (APL). Kawasan yang dianggap sesuai (suitable) untuk KP2B adalah APL dan HPK. Peta kawasan hutan diekstraksi untuk mendapatkan areal budidaya non hutan (APL) yang dapat dilakukan kegiatan budidaya diatasnya. Kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas dikeluarkan karena merupakan kawasan konservasi. Hasil tersebut kemudian dioverlay dengan peta lahan yang aktual dan potensial untuk tanaman padi untuk mendapatkan peta lahan aktual dan
30
potensial untuk diusulkan sebagai KP2B. Kriteria yang disyaratkan dalam menentukan lahan yang aktual dan potensial untuk diusulkan sebagai KP2B adalah: 1.
Lahan berada
di kawasan budidaya non
hutan berupa
areal
penggunaan lain (APL) 2.
Kondisi penutupan/penggunaan lahan (land use) berupa sawah irigasi, sawah tadah hujan, hutan, semak belukar, ladang/tegalan dan kebun/perkebunan.
3.
Lahan-lahan dengan kelas kesesuaian S (sesuai), sedangkan Lahan dengan kelas kesesuaian N (tidak sesuai) diabaikan.
Matriks penentuan lahan aktual dan lahan potensial untuk KP2B berdasarkan penutupan/penggunaan lahan (land use), kelas kesesuaian lahan dan status kawasan dapat dilihat pada Tabel 3. Tahapan identifikasi lahan aktual dan potensial untuk dijadikan KP2B, disajikan pada Gambar 2. Tabel 3. Matriks Penentuan Lahan Aktual dan Potensial untuk KP2B Berdasarkan Penutupan/Penggunaan Lahan, Kelas Kesesuaian Lahan dan Status Kawasan di Kabupaten Barru Penggunaan Lahan Hutan
Semak
Kebun/Perkebunan
Ladang/Tegalan
Sawah irigasi
Sawah tadah hujan Empang/Tambak, Hutan Bakau, Pemukiman, Pasir/Kerakal
31
APL
Kelas Kesesuaian Lahan S (Sesuai)
Lahan Potensial
HL, HPT
Semua
Tidak Memungkinkan
APL
S (Sesuai)
Lahan Potensial
HL, HPT
Semua
Tidak Memungkinkan
APL
S (Sesuai)
Lahan Potensial
HL, HPT
Semua
Tidak Memungkinkan
APL
S (Sesuai)
Lahan Potensial
HL, HPT
Semua
Tidak Memungkinkan
APL
S (Sesuai)
Lahan Aktual
HL, HPT
Semua
Tidak Memungkinkan
APL
S (Sesuai)
Lahan Aktual
HL, HPT
Semua
Tidak Memungkinkan
Semua
Semua
Tidak Memungkinkan
Status Kawasan
Kategori
Gambar 2. Bagan Tahapan Identifikasi Lahan Aktual dan Potensial untuk KP2B
Identifikasi Lahan Aktual dan Lahan Potensial untuk KP2B Berdasarkan Jaringan Infrastruktur Pendukung Pertanian Idealnya setiap KP2B mempunyai jaringan infrastruktur pendukung pertanian sekurang-kurangnya Penelitian ini
berupa
jaringan irigasi dan jaringan jalan.
menggunakan peta jaringan infrastruktur jalan yang diperoleh
dengan mengekstrak dari hasil interpretasi citra satelit ALOS AVNIR-2 tahun 2008. Informasi jaringan irigasi tidak digunakan karena ketiadaan data spasial. Data jaringan irigasi yang didapatkan hanya dalam bentuk tabular, seperti pada Lampiran 2. Data/peta sungai dijadikan sebagai informasi tambahan/pelengkap untuk melihat ketersediaan sumberdaya air, karena ketiadaan peta jaringan irigasi. Pada tahap ini peta jaringan infrastruktur jalan di tumpang tindih dengan peta lahan aktual dan lahan potensial yang akan diusulkan sebagai KP2B. Proses ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa lokasi lahan aktual dan lahan potensial yang memiliki jaringan infrastruktur jalan.
32
Proses ini menghasilkan peta lahan aktual dan potensial untuk diusulkan sebagai KP2B berdasarkan jaringan infrastruktur. Secara spasial, informasi tersebut dapat memberikan gambaran area-area mana saja yang secara eksisting memiliki kondisi penutupan/penggunaan lahan berupa sawah irigasi, sawah tadah hujan, semak/belukar, kebun, ladang/tegalan dan hutan yang memiliki fasilitas infrastruktur jalan. Informasi jaringan jalan dibutuhkan untuk melihat tingkat aksesibilitas lahan. Sehingga lahan aktual dan lahan potensial berdasarkan kesesuaian dan kondisi eksisiting dan memiliki jaringan infrastruktur jalan dapat diusulkan sebagai KP2B.
Deliniasi KP2B Berdasarkan Batas Administrasi Kecamatan, Kontiguitas Spasial dan Luas Hamparan Maksimal Proses identifikasi lahan aktual dan lahan potensial yang dapat diusulkan sebagai KP2B, dilakukan dengan 2 tahapan deliniasi, tahapan prosesnya disajikan pada Gambar 3. Deliniasi awal merupakan penapisan terhadap lahanlahan yang dapat dijadikan KP2B dan lahan yang berada diluar KP2B. Lahan yang dapat dijadikan KP2B adalah:
Lahan yang berada dalam suatu hamparan yang bersifat kontigus dan saling mempengaruhi.
Lahan yang memiliki jaringan infrastruktur jalan.
Gambar 3. Bagan Tahapan Proses Deliniasi KP2B 33
Deliniasi berikutnya dilakukan untuk menentukan lahan aktual dan lahan potensial yang dapat dijadikan kawasan dengan menggunakan 3 (tiga) skenario yaitu: 1. Skenario 1: berdasarkan batas administrasi kecamatan, 2. Skenario 2: berdasarkan kontiguitas spasial dan 3. Skenario 3: berdasarkan luas hamparan maksimal Masing-masing skenario memiliki variabel penciri yang berbeda antara satu dengan yang lain, seperti disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Matriks Variabel Penciri dari Masing-Masing Skenario Usulan KP2B
Variabel
Batas administrasi kecamatan (Skenario 1)
Kontiguitas Spasial (Skenario 2)
Luas Hamparan Maksimal (Skenario 3)
Batas administrasi kecamatan (Skenario 1)
Setiap KP2B berlokasi dalam 1 wilayah administrasi kecamatan
KP2B tidak berbasis wilayah administrasi kecamatan
KP2B tidak berbasis wilayah administrasi kecamatan
Kontiguitas Spasial (Skenario 2)
Kontiguitas spasial tidak menjadi penentu terpenting
Kontiguitas spasial sebagai penentu utama, berdasarkan: - Hamparan - Jaringan jalan
Kontiguitas spasial maksimal sebagai penentu utama, berdasarkan: - Hamparan - Jaringan jalan
Luas Hamparan Maksimal (Skenario 3)
Coverage/tutupan setiap hamparan KP2B relatif lebih kecil dibanding skenario 1 dan 2
Coverage/tutupan setiap hamparan KP2B sedang
Coverage/tutupan setiap hamparan KP2B paling besar
Tahap ini akan menghasilkan peta hamparan lahan yang dapat direkomendasikan sebagai KP2B. Berdasarkan peta tersebut, dapat diketahui luasan hamparan KP2B yang direkomendasikan untuk masing-masing skenario. Tahapan penelitian secara lengkap disajikan pada Gambar 4.
34
Gambar 4. Bagan Alir Tahapan Penelitian 35
Tabel 5. Matriks Analisis Penelitian No
Tujuan
Metode Analisis
Jenis Data
Sumber Data
Keluaran
1
Mengidentifikasi lahan yang dapat dijadikan lahan pertanian pangan (padi sawah) berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan dan penutupan/pengguna annya saat ini (eksisting).
Interpretasi citra Analisis SIG : - Overlay peta tekstur, kelerengan, drainase, kedalaman dan ketinggian sehingga menghasilkan peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi. - Overlay peta administrasi, penutupan lahan dan peta kesesuaian lahan
- RBI - Citra Alos tahun 2008 - Peta Penutupan/ Penggunaan Lahan - Peta Administrasi - Peta Tekstur tanah - Peta Kelerengan - Peta Drainase - Peta Kedalaman Tanah - Peta Ketinggian
- Bakosurtanal - Dishut Kab. Barru
Peta lahan yang aktual dan potensial untuk tanaman padi
2
Mengidentifikasi lahan yang aktual & potensial untuk tanaman padi yang dapat diusulkan sebagai KP2B
Analisis SIG : - Overlay peta lahan yang aktual & potensial untuk tanaman padi dengan peta paduserasi hutan
- Peta lahan yang aktual dan potensial untuk tanaman padi - Peta paduserasi hutan
- Hasil pengolahan data tahap sebelumnya - Dishut Kab. Barru
Peta lahan yang aktual dan potensial untuk dijadikan KP2B
3
Mengidentifikasi lahan pertanian pangan (padi sawah) yang dapat diusulkan sebagai KP2B berdasarkan infrastruktur pendukung pertanian berupa jaringan jalan.
Analisis SIG : - Overlay peta lahan yang aktual dan potensial untuk dijadikan KP2B dengan peta jaringan jalan dan sungai
- Peta jaringan Infrastruktur jalan - Peta sungai - Peta satuan lahan yang aktual dan potensial untuk dijadikan KP2B
- Dishut Kab. Barru - Hasil pengolahan data tahap sebelumnya
Peta lahan yang aktual dan potensial untuk dijadikan KP2B berdasarkan jaringan infrastruktur
36
Tabel 5. (Lanjutan) No
Tujuan
Metode Analisis
Jenis Data
4
Mengidentifikasi hamparan lahan yang dideliniasi oleh ekosistem dan disatukan oleh fasilitas infastruktur pendukung pertanian sehingga diperoleh satuan luasan hamparan KP2B, berdasarkan pertimbangan batas wilayah kecamatan, kontiguitas spasial dan luas hamparan maksimal.
Identifikasi spasial secara visual Dasar pertimbangan adalah batas wilayah kecamatan, kontiguitas spasial dan luas hamparan maksimal
Peta lahan yang aktual dan potensial untuk dijadikan KP2B berdasarkan jaringan infrastruktur
37
Sumber Data
Hasil pengolahan data tahap sebelum nya
Keluaran
Hamparan Lahan aktual dan lahan potensial yang direkomenda sikan sebagai KP2B