METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive karena pemusatan latihan nasional merupakan wadah untuk pembinaan dan pelatihan atlet taekwondo nasional yang akan mengikuti beberapa event internasional untuk mewakili negara Indonesia. Atlet nasional tersebut mendapatkan beberapa fasilitas seperti penginapan sehingga juga terdapat penyelenggaraan makanan pada pemusatan latihan di Cipayung, Bogor. Cara Pengambilan Contoh Contoh pada penelitian ini adalah anggota populasi (atlet remaja taekwondo nasional) sebanyak 25 orang. Cara pengambilan dilakukan secara purposive sampling yang termasuk kedalam kriteria inklusi : usia 10-18 tahun, dimana usia tersebut merupakan rentang usia untuk remaja (almatsier et al. 2011), sedang mendapatkan pelatihan dan pembinaan di pemusatan latihan nasional, dapat diajak berinteraksi, dan bersedia berpartisipasi. Adapun kriteria eksklusi antara lain : tidak berada di pelatnas ketika pengambilan data, dan tidak mengikuti rangkaian tes fisik yang dilaksanakan oleh pelatnas. Berdasarkan kriteria tersebut keseluruhan atlet dapat dijadikan sebagai contoh yaitu sebanyak 25 atlet, namun selama berlangsungnya pengambilan data penelitian terdapat 2 orang yang drop out karena tidak mengikuti tes fisik dan sedang mengikuti kegiatan akademik di sekolah asal. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan contoh dan penyebaran kuesioner. Data primer yang dikumpulkan antara lain : data karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin dan asal daerah dilakukan dengan menggunakan kuesioner, data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan yang dikumpulkan
dengan
mengukur
secara
langsung
berat
badan
contoh
menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg sedangkan tinggi badan contoh dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm, dan data konsumsi pangan dengan metode food recall 1 x 24 jam selama 3 hari berturutturut (sabtu, minggu, dan senin).
19
Data sekunder diperoleh dari data administrasi pemusatan latihan nasional Cipayung, Bogor yang meliputi :data keadaan umum dan fasilitas pemusatan latihan nasional taekwondo, data jumlah dan susunan keorganisasian di pemusatan latihan nasional taekwondo, dan data kebugaran (VO2 max, flexibility, dan daya tahan otot), data VO2 max diperoleh dari multistage fitness test atau bleep test, data flexibility diperoleh dari sit and reach test, dan data daya tahan otot diperoleh dari tes sit up dan squat jump dapat dilihat pada Lampiran 2. Berikut adalah jenis data, variabel, kategori penelitian dan cara pengumpukan data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kategori pengukuran data Jenis data Karakteristik contoh
Variabel Usia Jenis kelamin
Antropometri
Asal daerah IMT/U
Konsumsi pangan
Konsumsi pangan
Kategori pengukuran 10-18 tahun 1.Laki-Laki 2.Perempuan Beberapa daerah di Indonesia IMT/U dengan kategori (WHO 2007): 1. Sangat kurus (Z skor < -3 sd) 2. Kurus (Z skor - 3 sd sampai dengan < -2 sd) 3. Normal (Z skor ≥ - 2 sd sampai dengan ≤ + 1 sd) 4. Gemuk (Z skor ≥ + 1 sd sampai dengan + 2 sd) 5. Obese (Z skor > + 2 sd) Tingkat konsumsi energi dan protein (Gibson 2005) : 1. Defisit tingkat berat (<70%) 2. Defisit tingkat sedang (70-79%) 3. Defisit tingkat ringan (80-89%) 4. Normal (90-119%) 5. Kelebihan (≥120%) Tingkat konsumsi vitamin dan mineral (Gibson 2005) : 1. Kurang (<77%AKG) 2. Cukup (≥ 77%AKG)
Cara pengumpulan data Pengisian Kuesioner
IMT/U dihitung dengan menggunakan WHO anthroplus 2007
Pengisian Kuesioner dan Wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan metode recall 1 x 24 jam selama 3 hari berturut-turut
20
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik. Pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. Tahapan pengkodean dimulai dengan cara menyusun
kode-kode
tertentu
sebagai
panduan
dalam
mengentri
dan
pengolahan data. Kemudian data dientri ke tabel yang sudah ada. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Tahapan terakhir adalah analisis data yang diolah dengan program Microsoft Excell dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16 for windows. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi Pearson dan uji beda Independent t-test. Analisis / uji statistik yang digunakan pada penelitian ini antara lain : hubungan antara usia, berat badan, tinggi badan, status gizi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan tingkat kebugaran (VO2 max, flexibility, dan daya tahan otot) diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. Hubungan antara status gizi, tingkat kecukupan zat gizi, dan tingkat kebugaran (VO2 max, flexibility, dan daya tahan otot) pada jenis kelamin yang berbeda dianalisis dengan uji beda Independent t-test. Data karakteristik contoh diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan menggunakan pertanyaan yang ada pada kuesioner. Data karakteristik contoh terdiri dari karakteristik individu (jenis kelamin, usia, daerah asal), konsumsi pangan baik secara kualitatif (kebiasaan makan) maupun kuantitatif. Data berat badan diperoleh dengan melakukan penimbangan langsung dengan menggunakan timbangan injak. Data tinggi badan diperoleh dengan mengukur tinggi badan secara langsung dengan menggunakan microtouise. Data karakteristik contoh pada akhirnya akan memberikan gambaran mengenai contoh. Data status gizi ditentukan berdasarkan data yang diperoleh yaitu usia contoh, berat badan, dan tinggi badan dengan parameter indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) dengan menggunakan software WHO anthroplus 2007. Software ini dapat digunakan pada usia 5-19 tahun. Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan untuk menentukan zat gizi contoh yatu energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi. Jumlah makanan dalam bentuk gram/URT kemudian dikonversi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan. Kemudian dilakukan perhitungan tingkat kecukupan gizi untuk energi dan zat gizi dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994).
21
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan: KGij
= Kandungan zat gizi –i dalam bahan makanan –j
Bj
= Berat makanan –j yang dikonsumsi
Gij
= Kandungan zat gizi –i dalam 100 gram BDD bahan makanan –j = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan –j
BDDj
Untuk menentukan kecukupan energi contoh digunakan formula WKNPG tahun 2004 (Hardinsyah dan Tambunan 2004). Formula yang digunakan yaitu. Proses Estimasi AKE Remaja AKE = (88,5 – 61,9U) + 26,7B (Akf) + 903TB + 25 Keterangan: AKE
= Angka kecukupan energi (kkal)
U
= Usia (tahun)
B
= Berat badan (kg)
Akf
= Angka Aktifitas Fisik (disesuaikan pada masing-masing individu)
TB
= Tinggi badan (m)
Untuk vitamin dan mineral dihitung langsung dengan menggunakan angka kecukupan tanpa menggunakan AKGI. Selanjutnya tingkat kecukupan energi dan protein diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan menggunakan rumus. TKG = (K/AKGI) x 100 Keterangan : TKG
= Tingkat kecukupan zat gizi
K
= Konsumsi zat gizi
AKGI
= Angka kecukupan zat gizi contoh
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa dinyatakan dalam persen. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi disajikan pada tabel 3.
22
Tabel 3 Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi Energi dan Zat Gizi Energi dan protein
Vitamin dan mineral
a. b. c. d. e. a. b.
Klasifikasi Tingkat Kecukupan Defisit tingkat berat (< 70% angka kebutuhan) Defisit tingkat sedang (70 – 79% angka kebutuhan) Defisit tingkat ringan (80 – 89% angka kebutuhan) Normal (90 – 119% angka kebutuhan) Di atas angka kebutuhan (≥ 120% angka kebutuhan) Kurang (< 77% angka kebutuhan) Cukup (≥ 77% angka kebutuhan)
Sumber : Gibson (2005)
Data aktifitas fisik didapatkan dengan metode recall 1 x 24 jam selama 3 hari
berturut-turut
dengan
mengisi
kuesioner
aktifitas
fisik
Menurut
FAO/WHO/UNU (2001) besarnya aktifitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical activity level) atau tingkat aktifitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus berikut: PAL = ∑ (PAR x Alokasi Waktu Tiap Aktifitas) 24 Jam Keterangan : PAL
= Physical activity level (tingkat aktifitas fisik)
PAR
= Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktifitas per satuan waktu tertentu) Jenis aktifitas yang dapat dilakukan dikategorikan menjadi 18 jenis
kategori berdasarkan PAR seperti yang dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Kategori aktifitas berdasarkan nilai PAR Kategori Keterangan PAL1 Tidur (tidur siang dan malam) PAL2 Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam, dan membaca PAL3 Duduk sambil menonton TV PAL4 Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias PAL5 Makan dan minum PAL6 Jalan santai PAL7 Berbelanja (membawa beban) PAL8 Mengendarai kendaraan PAL9 Menjaga anak PAL10 Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) PAL11 Setrika pakaian (duduk) PAL12 Kegiatan berkebun Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) PAL13 Office worker (berjalan-jalan mondar-mandir membawa arsip) PAL14 PAL15 Olahraga (badminton) PAL16 Olahraga (jogging, lari jarak jauh) PAL17 Olahraga (bersepeda) PAL18 Olahraga (aerobic, berenang, sepak bola, dan lain-lain) Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)
PAR 1 1,2 1,72 1,5 1,6 2,5 5 2,4 2,5 2,75 1,7 2,7 1,3 1,6 4,85 6,5 3,6 7,5
23
Selanjutnya PAL akan dikategorikan menjadi tiga kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001), seperti yang disajikan dalam tabel 5. Tabel 5 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL Kategori Aktifitas Sangat Ringan Aktifitas Ringan Aktifitas Sedang Aktifitas Berat Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)
Nilai PAL < 1,40 1,40- 1,69 1,70-1,99 2,00-2,40
Definisi Operasional Atlet taekwondo nasional adalah atlet yang menjalani rangkaian tes dari pemusatan latihan nasional seperti fisik,
teknik, kecepatan, dan
kesehatan di Pusdikkes Kodiklat TNI AD dan Laboratorium Universitas Negeri Jakarta. Contoh adalah atlet nasional taekwondo yang berada di pemusatan latihan nasional. Daya tahan otot adalah kemampuan atlet dalam menghasilkan kekuatan dan kemampuan untuk melakukan dan mempertahankan suatu gerakan selama mungkin yang diukur dengan tes sit up dan squat jump. Flexibility adalah kemampuan atlet untuk menekuk, meregang dan memutar tubuhnya yang diukur dengan sit and reach test. Kebugaran atlet adalah kemampuan atlet untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti baik fisik maupun mental dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk digunakan pada waktu senggang dan untuk keperluan mendadak yang diukur melalui VO2 max, flexibility, dan daya tahan otot Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh atlet, data diperoleh dengan recall 1 x 24 jam selama 3 hari berturut-turut, yaitu recall dilakukan pada hari sabtu, minggu dan senin. Status gizi atlet adalah keadaan kesehatan tubuh atlet yang ditentukan melalui Indek Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dan dikelompokkan menjadi 5 kategori: Sangat Kurus = < -3 sd, Kurus = -3 sd sampai dengan < -2 sd, Normal = ≥ -2 sd sampai dengan +1 sd, Gemuk = ≥ +1 sd sampai dengan +2 sd, Obese = Z-score ≥ +2 sd (WHO 2007). Tingkat kecukupan zat gizi adalah perbandingan konsumsi dari rata-rata zat gizi makro maupun zat gizi mikro terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2004) dan dinyatakan dalam persentase.
24
VO2 max adalah volume maksimum oksigen yang dapat digunakan per menit satuan yang digunakan adalah ml/kg/menit.