METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu untuk meneliti variabel tertentu dan menentukan hubungan antara variabel tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB), Institut Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan alasan Peguruan Tinggi tersebut merupakan Perguruan Tinggi unggulan di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah remaja (mahasiswa tingkat pertama) Tahap awal dalam penarikan contoh adalah melakukan survei terhadap sampel. Berdasarkan survey diketahui bahwa jumlah mahasiswa asrama TPB-IPB adalah 1456 yang terdiri dari 5 asrama yaitu A-1, A-2, A-3, Rusunawa, dan Sylvasari. Jumlah sampel tersebut dikelompokan menurut katagori status gizi. Pengukuran status gizi dikategorikan berdasarkan nilai (IMT/U) menurut WHO (2007) yang dikategorikan menjadi sangat kurus (z < -3 SD), kurus (-3 SD ≤ z ≤ 2 SD), normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD), overweight (+1 SD ≤ z ≤ +2 SD), dan obese (z > +2 SD). Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang tergolong remaja akhir (18-21 tahun) serta memiliki status gizi normal dan kegemukan dengan pertimbangan prevalensi status gizi normal dan kegemukan pada remaja kota Bogor masing-masing yaitu sebesar 81.9% dan 8.9% (Riskesdas 2007). Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara simple random sampling. Jumlah contoh ditentukan berdasarkan rumus studi deskriptif (Chandra 1996) adalah sebagai berikut: n1 = p1 (1-p1) (Z/d)2 = 0.819 (1-0.819) (1.96/0.10)2 = 56.9 n2 = p2 (1-p2) (Z/d)2 = 0.089 (1-0.089) (1.96/0.10)2 = 31.1
17
Keterangan: n1 = jumlah contoh dengan status gizi normal n2 = jumlah contoh dengan status gizi overweight d = toleransi estimasi (10%) = 0.10 p1 = prevalensi remaja status gizi normal (81.9%) = 0.819 p2 = prevalensi remaja status gizi overweight (8.9%) = 0.089 Z = 1.96 dengan derajat kepercayaan 95% Berdasarkan jumlah contoh minimal tersebut di atas, maka jumlah contoh yang diteliti adalah 60 contoh dengan status gizi normal dan 30 contoh dengan status gizi kegemukan selanjutnya diberi kuisioner penelitian untuk mengetahui tingkat konsumsi mie, susu, dan minuman ringan. Sebanyak 90 contoh yang akan dijadikan sasaran penelitian diperoleh dengan terlebih dahulu mengunjungi Badan Pengurus Asrama (BPA) untuk meminta perizinanan dalam melakukan survey awal penelitian. Melalui survey awal diperoleh jumlah mahasiswi yang tinggal di Asrama TPB. Setelah itu, dilakukan penimbangan berat badan dan pengkuran tinggi badan terhadap mahasiswi yang status gizi normal dan kegemukan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Setelah diketahui hasil status gizi dari keseluruhan mahasiswi di Asrama TPB maka secara acak (simple random sampling) akan diambil mahasiswi yang berstatus gizi normal dan kegemukan berdasarkan perhitungan di atas yaitu 60 contoh dengan status gizi normal dan 30 contoh dengan status gizi kegemukan yang akan diberikan kuisioner penelitian. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua data, yaitu data primer dan data sekunder. Jenis data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data karakteristik individu, pengetahuan individu yang meliputi pengetahuan gizi dan pengetahuan produk (product knowledge), sikap terhadap produk pangan pilihan, atribut produk, dan konsumsi pangan termasuk konsumsi produk mie, susu, dan minuman ringan. Data primer ini diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada individu menggunakan kuisioner yang dirancang oleh peneliti dengan acuan penelitian sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini adalah gambaran umum tentang asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor yang diperoleh dari Badan Pengawas Asrama TPB.
18
Data karakteristik individu meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pendidikan, dan alokasi uang saku. Data tersebut diperoleh dengan pengisian kuisioner yang dilakukan sendiri oleh contoh dengan panduan peneliti. Data antropometri yang terdiri dari berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui pengukuran secara langsung menggunakan timbangan injak (bathroom scale) dengan ketelitian 0.1 kg dan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm sedangkan data lainnya diperoleh melalui pengisian kuisioner yang telah dirancang oleh peneliti. Pada waktu dilakukan penimbangan, contoh diminta untuk melepaskan sepatu dan tidak diperkenankan untuk membawa dompet, handphone maupun barang lain di sakunya. Sedangkan saat pengukuran tinggi badan, contoh diminta melepaskan sepatu/alas kaki dan topi atau aksesoris rambut lainnya (jika ada). Pengetahuan contoh diukur dengan memberikan kuisioner yang berisikan pertanyaan yang berkaitan dengan gizi dan pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan produk. Pengetahuan gizi meliputi 15 pertanyaan yang berkaitan tentang gizi secara umum yang disesuaikan dengan instrumen pengetahuan gizi pada remaja dalam desertasi Emillia (2008). Pengetahuan produk meliputi 13 pertanyaan yang meliputi kandungan zat gizi, manfaat, merek, dan keamanan (safety) dari masing-masing produk. Pengisian kuisioner dilakukan sendiri oleh contoh dengan panduan peneliti. Sikap terkait dengan mie, susu, dan minuman ringan diperoleh dengan cara memberikan 15 pernyataan “positif” terkait manfaat mengkonsumsi, pengolahan atau penyajian, kandungan zat gizi, dan keamanaan (safety) dari dari masing masing produk tersebut. Data tersebut diperoleh dengan pengisian kuisioner yang dilakukan sendiri oleh contoh dengan panduan peneliti. Data atribut produk diperoleh dengan cara terlebih dahulu mengetahui merek produk yang paling sering dikonsumsi individu. Setelah mengetahui merek produk yang paling sering dikonsumsi, maka dilakukan survey pasar untuk melihat atribut produk yang meliputi harga, rasa, merek, informasi nilai gizi (nutrition fact), dan produsen dari produk mie, susu, dan minuman ringan yang biasa dikonsumsi oleh individu tersebut. Data konsumsi pangan termasuk produk mie, susu, dan minuman ringan diperoleh dengan me-recall 1 x 24 jam terakhir dalam waktu sehari, dan frekuensi konsumsi dari masing-masing produk tersebut dalam waktu seminggu.
19
Selain itu, diberikan juga 10 pertanyaan yang terkait dengan ketiga produk yang dikonsumsi contoh. Data sekunder pada penelitian ini adalah karateristik kampus yang meliputi letak/lokasi kampus, sarana dan prasarana, dan jumlah mahasiswa tingkat pertama yang diperoleh dari buku profil Badan Pengawas Asrama (BPA), Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama, Insititut Pertanian Bogor. Pengolahan dan Analisis Data Tahapan pengolahan data dimulai dari coding, entri, cleaning dan analisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entri data, kemudian cleaning data dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 16.0 for Windows. Data karakteristik contoh terdiri dari usia, jenis kelamin, status gizi, uang saku per hari dan alokasi pengeluaran. Data usia dikategorikan sama menjadi (1) 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, (2) 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan (3) 18-21 tahun termasuk remaja akhir (Monks, Knoers, & Haditono 1994). Data jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Data status gizi dikategorikan berdasarkan nilai (IMT/U) menurut WHO (2007) yang dikategorikan menjadi sangat kurus (z < -3 SD), kurus (-3 SD ≤ z ≤ -2 SD), normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD), overweight (+1 SD ≤ z ≤ +2 SD), dan obese (z > +2 SD). Data uang saku dan alokasi uang saku dikategorikan berdasarkan sebaran data yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Pengetahuan contoh terkait gizi dan produk (kandungan zat gizi, manfaat, dan keamanan) dianalisa dengan cara menjumlah skor jawaban yang benar, kemudian diberi skor. Dari total skor yang diperoleh kemudian digolongkan ke dalam tiga kriteria tingkat pengetahuan gizi yaitu: 1) baik jika skor > 80%, 2) sedang jika skor 60 – 80%, dan 3) kurang jika skor < 60% (Khomsan 2000). Pengukuran sikap terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan didasarkan pada skala Likert dengan lima skala dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Lima skala tersebut adalah sangat setuju, setuju, biasa, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skala biasa, pada penelitian ini tidak digunakan untuk mengukur sikap remaja. Alasan meniadakan skala biasa adalah agar remaja jelas menunjukkan sikapnya terhadap produk tersebut. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa pada beberapa hasil penelitian yang menggunakan lima
20
skala termasuk skala biasa, responden sering memiilih skala biasa ketika raguragu dalam menentukan penilaian sehingga hasil persentase skala biasa menjadi lebih besar dari skala yang lain. Menurut Pranowo (2001) yang melakukan penelitian tentang keterkaitan konsumsi produk susu dan coklat dengan sikap dan preferensi remaja terhadap iklan televisi di kota Semarang, keraguan dalam memberikan penilaian biasanya disebabkan responden tidak mengetahui secara pasti tentang hasil yang dimaksud dalam pertanyaan. Selain itu dari hasil uji coba kuisioner yang dilakukan peneliti terhadap 10 mahasiswa tingkat satu dan 10 pelajar SMU Semarang, menunjukkan sebanyak 45 % responden mempunyai sikap netral terhadap suatu produk dan iklan. Dari hasil uji pendahuluan inilah, ditetapkan bahwa pada penlitian ini skala biasa tidak digunakan. Sehingga penilaian sikap dimulai dari nilai terbesar yaitu sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak setuju = (TS), dan sangat tidak setuju (STS) = 1. Pengukuran sikap dilakukan dengan cara memberikan 15 pernyataan “positif” terkait sikap contoh terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan kemudian diberikan penilaian masing-masing dengan memberi skor 1 apabila setuju dan sangat setuju, akan diberi skor 0 apabila tidak setuju dan sangat tidak setuju. Selanjutnya total skor sikap contoh terhadap produk tersebut akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) sikap negatif, apabila skor <60% dari total jawaban yang benar, (2) sikap netral, apabila skor 60% - 80% dari total jawaban yang benar, serta (3) sikap positif, apabila skor >80% dari total jawaban yang benar (Khomsan 2000). Data konsumsi pangan diperoleh dengan me-recall 1 x 24 jam terakhir. Data konsumsi pangan yang telah didapatkan lalu dikonversikan ke dalam satuan energi (kkal), protein (g), karbohidrat (g), dan lemak (g) merujuk pada Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM 2004) dan informasi nilai gizi yang terdapat pada produk mie, susu, dan minuman ringan yang konsumsi. Konversi dihitung dengan menggunakan rumus (Hardinsyah dan Briawan 1994) sebagai berikut: KGij= (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan: KGij
= Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j
Bj
= Berat makanan j yang dikonsumsi (g)
Gij
= Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan
BDDj
= Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan
21
Data konsumsi mie, susu, dan minuman ringan dihitung dengan kesetaraan dalam bentuk padat dikonversi ke dalam satuan gram (g) dan bentuk cair dikonversi ke dalam satuan milliliter (ml). Jumlah mie yang dikonsumsi contoh dalam seminggu (per bungkus) diperoleh dari hasil perkalian antara frekuensi mengkonsumsi mie dalam seminggu dengan jumlah mie yang biasa dikonsumsi dalam sekali makan. Jumlah susu yang dikonsumsi contoh dalam seminggu
(per
gelas)
diperoleh
dari
hasil
perkalian
antara
frekuensi
mengkonsumsi susu dalam seminggu dengan jumlah susu yang biasa dikonsumsi dalam sekali makan. Sedangkan, jumlah soft drink yang dikonsumsi contoh dalam seminggu (per botol/kemasan) diperoleh dari hasil perkalian antara frekuensi mengkonsumsi soft drink dalam seminggu dengan jumlah soft drink yang biasa dikonsumsi dalam sekali makan. Tingkat konsumsi diperoleh dari hasil pembagian antara konsumsi dengan kecukupan, kemudian dikali seratus persen. Tingkat asupan energi dan protein dari konsumsi pangan dikriteriakan menjadi defisit tingkat berat jika <70% AKG, defisit tingkat sedang jika (70-79% AKG), defisit tingkat ringan jika (80-89% AKG), normal jika (90-119% AKG), dan kelebihan jika kelebihan (≥ 120% AKG) (Depkes 1996). Analisis data dilakukan dalam dua tahap yaitu univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan seluruh variabel. Melalui uji deskriptif tersebut dapat diketahui nilai minimal, nilai maksimal, nilai rata-rata serta frekuensi dan sebaran data. Analisis bivariat dilakukan dengan tiga uji statistik, yaitu uji korelasi Pearson, uji korelasi Spearman, dan uji beda t-test. Uji korelasi Pearson dilakukan untuk menganalisis hubungan tingkat konsumsi dan kontribusi zat gizi terhadap kecukupan gizi, menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi mie, susu, dan minuman ringan. Uji korelasi Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara uang saku dengan status gizi. Uji beda t-test dilakukan untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan nilai ratarata dari contoh yang memiliki IMT normal dan kegemukan terhadap variabel pengetahuan, sikap, konsumsi, dan kontribusi zat gizi terhadap kecukupan gizi.
22
Definisi Operasional Mie adalah produk pasta yang terbuat dari tepung terigu yang dapat digolongkan menjadi mie basah dan mie instan, biasanya digunakan sebagai pengganti nasi dan diproses dengan cara perebusan dan penggorengan serta dijual dalam kemasan berbentuk kantong, cup, atau mangkuk. Susu adalah hasil pemerahan dari sapi atau hewan lainnya yang sudah mengalami proses pengolahan yang biasa dikonsumsi baik dalam bentuk cair, bubuk atau susu kental manis termasuk produk olahannya seperti yoghurt, keju, dan es krim. Minuman Ringan adalah jenis minuman produk olahan industri yang dikemas dalam botol, kotak sachet dan sebagian besar komposisinya terdiri dari gula, essen atau konsentrat buah yang dicampur dengan air, tanpa atau mengandung karbondioksida (seperti Coca Cola, Fanta, Sprite, Pepsi-Cola, A&W, Adem Sari, Nutri Sari, Fruit Tea, Teh Sosro). Contoh adalah mahasiswi di Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang memiliki status gizi normal dan kegemukan, dan mengkonsumsi mie, susu, dan minuman ringan. Remaja adalah mahasiswi di Asrama putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berusia dari 18 sampai 21 tahun yang tergolong remaja akhir. Alokasi uang saku adalah jumlah uang saku yang digunakan contoh dalam satuan rupiah (Rp) untuk membeli makanan, minuman, dan keperluan akademik, keperluan pribadi, hiburan, dan transportasi dalam sehari, seminggu atau sebulan. Pengetahuan adalah kemampuan contoh dalam memahami 28 pertanyaan multiple choice yang meliputi 15 pertanyaan yang berhubungan dengan gizi secara umum dan 13 pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan produk (kandungan zat gizi, manfaat, dan keamanan) pada produk mie, susu, dan minuman ringan. Sikap adalah respon contoh terhadap 15 pernyataan
terkait manfaat,
pengolahan/penyajian, kandungan zat gizi, dan keamanan dari produk mie, susu, dan minuman ringan sebagai produk pangan pilihan yang diukur dengan skala Likert yaitu setuju, sangat setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
23
Atribut Produk adalah karakteristik dari produk mie, susu, dan minuman ringan yang mempengaruhi konsumsi contoh. Karakterisitik produk dalam hal ini adalah harga, rasa, merek, informasi nilai zat gizi (nutrition fact), dan produsen. Konsumsi pangan adalah jumlah konsumsi mie, susu, dan minuman ringan yang dikonsumsi oleh contoh dalam satuan gram (g) atau milliliter (ml) selama dilakukan recall 1 x 24 jam dan frekuensi konsumsi terhadap masing-masing produk dalam waktu seminggu terakhir. Kontribusi Zat Gizi adalah persantase zat gizi dari mie, susu, dan minuman ringan yang memberikan sumbangan energi, protein, karbohidrat, dan lemak terhadap kecukupan gizi. Kecukupan Zat Gizi adalah jumlah zat gizi seperti energi, protein, karbohidrat, dan lemak yang sebaiknya dipenuhi oleh mahasiswi di Asrama Putri TPB IPB yang dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, berat badan dan tinggi badan. Status gizi normal adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan contoh berada pada kisaran normal yang ditentukan dengan hasil Indeks Massa Tubuh (IMT/U) berada pada kisaran -2 SD ≤ z ≤ +1SD atau dengan IMT pada kisaran 16.5 – 25 kg/m2. Status gizi kegemukan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan contoh melebihi standar yang ditentukan dengan hasil Indeks Massa Tubuh (IMT/U) yang berada pada kisaran overweight yaitu +1 SD ≤ z ≤ +2 SD atau dengan IMT pada kisaran 25 – 29.7 kg/m2.