METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status gizi siswa sekolah dasar. Desain ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi pengetahuan gizi ibu, kebiasaan jajan, dan status gizi pada siswa-siswi kelas 4-6 dari populasi siswa sekolah dasar dalam satu waktu. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cipicung 01 di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi sekolah dilakukan secara purpossive sampling, yaitu berdasarkan pertimbangan bahwa sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang menjadi bagian dalam program yang digagas Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama PT Ajinomoto Indonesia. IPB bekerja sama dengan PT Ajinomoto Indonesia meluncurkan program kantin sehat melalui program Ajinomoto IPB Nutrition Program (AINP). Program ini bertujuan menyediakan jajanan bergizi dan sehat bagi anak sekolah. SDN Cipicung 01 merupakan sekolah yang menjadi controll project AINP. Dalam pelaksanaan kegiatan program tersebut, siswa, orang tua siswa, dan pedagang jajanan di lingkungan sekolah ikut dilibatkan. IPB dan Ajinomoto memberikan edukasi kepada siswa, orang tua, guru, dan pedagang makanan tentang makanan yang sehat dan berkualitas terutama tentang makanan jajanan dan segala aspek yang berkaitan dengannya. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei sampai dengan Juni 2012. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi adalah siswa Sekolah Dasar Negeri Cipicung 01 di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Penentuan contoh dilakukan secara purpossive terhadap semua siswa kelas 3, 4, dan 5 yang totalnya berjumlah 119 siswa. Pada proses penelitian ini terdapat enam siswa yang drop out sehingga jumlah contoh pada penelitian ini adalah 113 siswa dengan rincian 38 siswa kelas 3, 38 siswa kelas 4, dan 37 siswa kelas 5. Pemilihan siswa kelas 3, 4, dan 5 tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa siswa seusia tersebut mampu memiliki respon dan memahami pertanyaan dari suatu kuesioner. Siswa sekolah dasar sudah mampu berpikir secara sistematik terhadap obyek dan sudah dapat mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan (Hurlock 1999).
28
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Tipe data, peubah, dan metode pengumpulan disajikan dalam Tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Peubah, alat, dan cara pengumpulan serta skala pengukuran No
Peubah
1.
Data Primer Karakteristik contoh
2.
Indikator
Karakteristik sosial ekonomi keluarga
Wawancara menggunakan kuesioner
Ordinal Ordinal Nominal Rasio
Wawancara menggunakan kuesioner
Ordinal
Ordinal
Nominal
Ordinal
Wawancara menggunakan kuesioner Wawancara menggunakan kuesioner
Rasio
Ordinal
Nominal
Nominal Nominal
Wawancara langsung dengan menggunakan Food Frequencies Questionnaires
Nominal Ordinal
Nominal
Wawancara menggunakan Recall 1x24 jam Penimbangan Pengukuran
Nominal Rasio
Pengetahuan ibu
gizi
Skor jawaban
4.
Kebiasaan sarapan
6.
Konsumsi pangan
Frekuensi sarapan Tempat sarapan Jenis Orang yang menyediakan sarapan Jenis Frekuensi jajan Alasan membeli makanan Jenis Jumlah
7.
Status gizi
Berat badan Tinggi badan
8.
Data Sekunder Profil SD
Lokasi SD Jumlah siswa
5.
Kebiasaan jajan
Skala data
Kelas Usia Jenis kelamin Besar uang saku Usia orang tua Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Pendapatan keluarga
3.
Alat dan cara pengumpulan
Rasio
Data dari Tata Usaha
Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan dengan teknik wawancara dan pengukuran menggunakan alat timbangan berat badan dan microtoise. Data sekunder diperoleh dari dokumen sekolah. Data karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi keluarga, kebiasaan sarapan,
29
kebiasaan jajan, dan pengetahuan gizi ibu diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Frekuensi kebiasaan jajan contoh dilakukan dengan wawancara menggunakan instrumen FFQ (Food Frequency Questionnaire). Contoh diwawancarai tentang frekuensi konsumsi suatu jenis makanan jajanan dalam satu minggu. Data konsumsi pangan contoh diperoleh dengan wawancara menggunakan Food Recall 1 x 24 jam. Contoh diminta untuk mengingat kembali pangan yang dikonsumsi satu hari sebelum waktu wawancara. Status
gizi
dinilai
dengan
menggunakan
indikator
antropometri.
Pengukuran antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak yang memiliki ketelitian 0.5 kg dan kapasitas maksimum 120 kg. Contoh berdiri di atas timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa menggenggam atau menyentuh apapun, dan tas, sepatu, dan barang lain dilepas kemudian angka penunjuk dibaca. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan microtoise. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak. Adapun data sekunder terdiri dari data kesiswaan berupa nama, kelas, dan jumlah siswa tiap kelas yang diperoleh dari dokumen sekolah serta program pemerintah terkait pangan jajanan anak sekolah. Pengolahan dan Analisis Data Data primer yang telah diperoleh diolah dengan tahapan-tahapan, meliputi entry, coding, editing, cleaning, reviewing, dan perhitungan untuk dianalisis selanjutnya. Data kuesioner yang telah diperoleh dilakukan entry untuk kemudian dilakukan coding sesuai dengan peubah yang telah dibuat oleh peneliti agar memudahkan dalam proses editing untuk mengecek konsistensi informasi. Cleaning dilakukan apabila data terlalu berlebihan atau terlalu kurang sehingga terjadi pencilan, yaitu dengan cara menghapus data tersebut atau menghapus data tersebut dan menggantinya dengan data rata-rata. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excell 2007 dan WHO Antro Plus dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS version 16.0 for Windows untuk melihat hubungan antara pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan contoh, pengetahuan gizi ibu dan status gizi contoh, kebiasaan jajan dan status gizi contoh, pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu contoh, pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan sarapan contoh, dan hubungan kebiasaan jajan dan sarapan contoh.
30
Karakteristik individu contoh, yaitu kelas, usia, jenis kelamin, dan besar uang saku, serta karakteristik sosial ekonomi keluarga dan ibu, yaitu pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga diolah dengan memberikan kategori atau pengelompokan pada masing-masing peubah. Usia contoh dikelompokkan berdasarkan sebaran data yaitu 8 tahun, 9 tahun, 10 tahun, 11 tahun, 12 tahun, dan 13 tahun. Jenis kelamin dibedakan menjadi 1) perempuan dan 2) laki-laki. Besar uang saku contoh yang diperoleh kemudian dicari interval kelas dan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi dengan cara mengurangi skor terbesar dengan skor terkecil kemudian dibagi dengan jumlah kelas yang akan dikategorikan (Sugiyono 2011). Berdasarkan sebaran data diperoleh kategori uang saku yang terdiri dari: 1) Rendah (≤Rp 3000/hari), 2) Sedang (Rp 3000-Rp 5000/hari), 3) Tinggi (≥Rp 5000/hari). Pada penelitian ini usia orang tua contoh dibagi menjadi tiga kategori, yaitu usia dewasa muda (20-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir atau usia lanjut (>60 tahun) (Ghozaly 2011). Tingkat pendidikan orang tua contoh dikategorikan menjadi tidak pernah sekolah, tidak tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, diploma, sarjana, dan pasca sarjana. Pekerjaan ayah contoh dibedakan menjadi tidak bekerja, petani, pedagang, pegawai negeri sipil (PNS), supir, pegawai swasta, dan lainnya. Adapun pekerjaan ibu contoh dibedakan menjadi ibu rumah tangga, petani, pedagang, pegawai negeri sipil (PNS), bibi cuci, pegawai swasta, dan lainnya. Pendapatan keluarga contoh diindikasikan menjadi tingkat kesejahteraan ekonomi keluarga yang dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu miskin apabila pendapatan
perkapita
<1GK
(garis
kmiskinan),
hampir
miskin
apabila
pendapatan perkapita antara 1GK-2GK, dan menengah atas apabila pendapatan perkapita >2GK (Puspitawati 2010). Garis kemiskinan Propinsi Jawa Barat di daerah pedesaan yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar 2012 yaitu Rp. 231.438/kap/bulan. Data kebiasaan sarapan terdiri atas jenis, frekuensi, tempat, dan orang yang menyediakan sarapan contoh. Jenis sarapan antara lain makanan pokok (nasi dan lauk-pauk), mi, roti, dan lainnya. Kebiasaan sarapan dikategorikan menjadi tidak pernah (0 kali sehari), jarang (1-3 kali sehari), kadang-kadang (4-6 kali sehari), dan selalu (> 7 kali sehari). Tempat sarapan dibedakan menjadi rumah, sekolah, atau keduanya. Orang yang menyediakan contoh dibedakan menjadi ibu dan atau ayah, membeli, lainnya. Kebiasaan jajan terdiri atas jenis,
31
jumlah, frekuensi konsumsi, dan alasan memilih makanan jajanan contoh. Frekuensi jajan diukur dengan Food Frequencies Questionnaires (FFQ). Makanan jajanan yang sering dikonsumsi contoh kemudian dikelompokkan menjadi sembilan kelompok makanan jajanan, yaitu makanan sepinggan, makanan tradisional, produk ekstruksi, aneka gorengan, biskuit dan wafer, hasil olahan daging dan ikan, aneka kue, minuman, dan buah dan olahannya. Kebiasaan jajan ditentukan berdasarkan hasil jawaban mengenai kebiasaan konsumsi makanan jajanan dan dinilai dengan menggunakan FFQ dalam seminggu. Frekuensi jajan, dikelompokkan menjadi tidak pernah (0 kali sehari), jarang (1-3 kali sehari), kadang-kadang (4-6 kali sehari), dan selalu (> 7 kali sehari). Tingkat kecukupan yang dihitung meliputi Tingkat Kecukupan Energi (TKE), Tingkat Kecukupan Protein (TKP), Tingkat Kecukupan Kalsium (TKCa), Tingkat Kecukupan Besi (TKFe), Tingkat Kecukupan Vitamin A (TKVitA), dan Tingkat Kecukupan Vitamin C (TKVitC). Data jumlah makanan yang dikonsumsi responden dikonversikan dari Ukuran Rumah Tangga ke dalam ukuran berat dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan sehingga diperoleh konsumsinya sendiri (Supariasa et al. 2001). Sebelum menentukan tingkat kecukupan gizi contoh, terlebih dahulu menghitung konsumsi zat gizi contoh. Konsumsi zat gizi dapat dihitung menggunakan rumus: KGij
= (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
Keterangan: KGij
= Kandungan zat gizi dalam bahan makanan j yang dikonsumsi
Bj
= Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram)
Gij
= Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j
BDDj = Persen bahan makanan j yang dapat dimakan (%BDD) Setelah konsumsi zat gizi dihitung kemudian angka kecukupan zat gizi (AKG) baik energi maupun protein dihitung. Perhitungan AKG aktual baik energi maupun protein menggunakan koreksi berat badan contoh. Contoh dengan status gizi di atas atau di bawah normal menggunakan berat badan ideal sedangkan contoh yang mempunyai status gizi normal menggunakan berat badan aktual untuk koreksi berat badan. Perhitungan AKG aktual dihitung dengan rumus: AKG = BBi x zat gizi yang dianjurkan BBj
32
Keterangan: BBi
= berat badan aktual atau ideal
BBj
= berat badan standar Nilai AKG yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung TKG.
Rumus yang digunakan untuk menghitung TKG adalah: TKG = ∑ Asupan zat gizi x100 AKG
Tingkat kecukupan energi dan protein diklasifikasikan ke dalam lima tingkat, yaitu defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%) dan kelebihan (≥120%) (Depkes 1996). Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dihitung tanpa menggunakan koreksi berat badan. Perhitungan dilakukan dengan langsung membandingkan konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi (AKG) berdasarkan WNPG VIII tahun 2004. Tingkat kecukupan vitamin dan mineral <77% AKG tergolong kurang dan ≥ 77% tergolong cukup (Gibson 2005). Pengetahuan gizi ibu diukur dengan menggunakan 25 pertanyaan tentang sumber dan jenis zat gizi dalam pangan, manfaat zat gizi dan akibat kekurangan zat gizi tertentu, serta kebiasaan jajan. Masing-masing pertanyaan diberikan nilai 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah, sehingga total nilai maksimal yang diperoleh adalah 25 dan total nilai minimum yang diperoleh adalah 0. Penilaian pengetahuan gizi ibu dikategorikan menjadi tiga, yaitu pengetahuan gizi ibu baik apabila total nilai >80%, sedang apabila 6080%, dan kurang apabila<60% (Khomsan 2000). Pengolahan data status gizi menggunakan data hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan. Pengukuran status gizi dilakukan dengan dua indeks antropometri, yaitu indeks TB/U dan indeks IMT/U. TB/U dan IMT/U direkomendasikan sebagai indikator terbaik yang dapat digunakan pada remaja (WHO 2007). Kedua indeks tersebut dapat menggambarkan status gizi yang merupakan akumulasi dari keadaan gizi masa lampau yang dikaitkan dengan indikator usia dan pertumbuhan fisik. Berdasarkan indeks TB/U, status gizi dikategorikan ke dalam status gizi sangat pendek, pendek, normal, dan tinggi, sedangkan indikator IMT/U, status gizi dikategorikan ke dalam status gizi sangat kurus, kurus, nomal, gemuk, dan obesitas. Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan uji statistik sesuai jenis data. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik
33
inferensia. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tiap-tiap peubah dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Statistik inferensia yang digunakan adalah uji korelasi. Jenis analisis disesuaikan dengan jenis datanya. Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui sebaran distribusi data. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Rank Spearman. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui kecenderungan hubungan antar peubah-peubah penelitian dengan skala ordinal, meliputi hubungan antara kebiasaan jajan contoh dengan pengetahuan gizi ibu contoh, dan pengetahuan gizi ibu contoh dengan status gizi contoh baik menurut TB/U maupun IMT/U, kebiasaan jajan dengan status gizi contoh menurut TB/U maupun
IMT/U,
kebiasaan
sarapan
dengan
kebiasaan
jajan
contoh,
pengetahuan gizi ibu dengan kebiasaan sarapan contoh, dan pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi ibu contoh. Pengkategorian peubah disajikan pada Tabel 4 di bawah ini: No 1
Peubah Karakteristik individu - Kelas
-
Usia
-
Jenis kelamin
-
Besar uang saku
Tabel 4 Kategori peubah Kategori 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2.
3 4 5 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun 13 tahun Laki-laki Perempuan
1. < Rp 3000 2. Rp 3000-Rp 5000 3. > Rp 5000 2
Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh - Usia ayah
-
Usia Ibu
-
Pendidikan Orangtua
1. Dewasa muda (20-40 tahun) 2. Dewasa madya (41-60 tahun) 3. Dewasa akhir (> 61 tahun) 1. Dewasa muda (20-40 tahun) 2. Dewasa madya (41-60 tahun) 3. Dewasa akhir (> 61 tahun) 1. Tidak Pernah Sekolah 2. Tidak Tamat SD 3. SD/sederajat
Keterangan Sebaran data
Sebaran data
Sebaran data Sugiyono (2010)
Ghozaly (2011)
Ghozaly (2011)
Sebaran data
34
No
3
4
Peubah
-
Pekerjaan Ayah
-
Pekerjaan Ibu
-
Pendapatan
-
Besar keluarga
Kebiasaan sarapan dan jajan - Jenis
-
Kebiasaan sarapan
-
Yang menyediakan sarapan
Tempat sarapan
-
Kebiasaan jajan
-
Alasan makanan
memilih
Asupan zat gizi - Tingkat kecukupan
4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1.
Kategori SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma/Akademi Sarjana Pasca Sarjana/S2/S3 Tidak Bekerja Petani Pedagang PNS Supir Pegawai Swasta Lainnya Ibu Rumah Tangga Petani Pedagang PNS Bibi Cuci Pegawai Swasta Lainnya Rendah
2. 1. 2. 3.
Tinggi Kecil (<4 orang) Sedang (5-6 orang) Besar (>6 orang)
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1.
Nasi dan lauk-pauk Mi Roti Lainnya Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Rumah Sekolah Rumah dan sekolah Sekolah
2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5.
Ibu atau ayah Membeli Lainnya Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Organoleptik Kebiasaan Ekonomi Sosial Lainnya
1. Defisit berat (<70%)
Keterangan
Sebaran data
Sebaran data
Puspitawati (2010) Hurlock (2004)
Andarwulan et al. (2008)
Andarwulan et al. (2008)
Depkes (1996)
35
No
Peubah energi dan protein
-
5
Tingkat kecukupan kalsium, zat besi, vitamin A, dan vitmin C Pengetahuan gizi
2. 3. 4. 5. 1. 2.
Kategori Defisit sedang (70-79%) Defisit ringan (80-89% Normal (90-119%) Lebih (≥120%) Kurang (<77%) Cukup (>77%)
1. Kurang (<60%)
Keterangan
Gibson (2005)
Khomsan (2000)
2. Sedang (60-80%) 3. Baik (>80%) 6
Status gizi - TB/U
-
IMT/U
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat pendek : z< -3 SD Pendek : -3 ≤ z < -2 SD Normal : -2 ≤ z ≤ +2 SD Tinggi : z > +2 SD Sangat kurus : z< -3 SD Kurus : -3 ≤ z < -2 SD Normal : -2 ≤ z < +1 SD Gemuk : +1 ≤ z < +2 SD Obesitas : > +2 SD
WHO (2007)
WHO (2007)
Definisi Operasional Contoh adalah siswa-siswi sekolah dasar kelas 3, 4, dan 5 di SDN Cipicung 01 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Karakteristik contoh adalah kondisi pribadi contoh meliputi kelas, usia, jenis kelamin, dan uang saku per hari. Usia adalah umur contoh pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun dan berada pada usia anak sekolah. Jenis kelamin adalah jenis kelamin contoh yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Uang saku adalah jumlah uang jajan yang diberikan oleh orang tua contoh per hari untuk makanan dan atau minuman. Karakteristik sosial ekonomi adalah ciri khas sosial ekonomi keluarga contoh yang meliputi usia, pendidikan, dan pekerjaan, orang tua serta besar keluarga dan pendapatan keluarga contoh. Pendidikan adalah tingkatan orang tua contoh dalam belajar dan menuntut ilmu di pendidikan formal berupa perhitungan, ilmu alam, ilmu sosial, dan kejuruan berdasarkan kategori tidak pernah sekolah, tidak tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Diploma/Akademi, Sarjana, Pascasarjana/S2/S3.
36
Pekerjaan adalah adalah profesi yang dimiliki oleh orang tua contoh dalam usaha memperoleh penghasilan berupa uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari berupa kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebiasaan sarapan adalah tindakan sarapan contoh yang telah dilakukan secara berulang untuk memenuhi kebutuhan gizinya, menggunakan instrumen kuesioner. Kebiasaan jajan adalah tindakan jajan contoh yang telah dilakukan secara berulang dan dengan frekuensi selama seminggu untuk memenuhi kebutuhan gizinya, menggunakan instrumen kuesioner. Konsumsi pangan adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi contoh dan diperoleh melalui recall 1x24 jam. Tingkat kecukupan adalah persentasi asupan zat gizi aktual contoh dibandingkan kecukupan energi dan zat gizi. Pola makan yaitu kebiasaan siswa dalam mengonsumsi makanan yang meliputi jenis, jumlah, dan frekuensi makan rata-rata per hari dalam dua kali waktu pengukuran. Jumlah makanan adalah angka yang menunjukkan berapa banyak makanan yang dikonsumsi siswa per hari dalam satuan kkal. Makanan jajanan adalah jenis makanan dan minuman yang siap dikonsumsi, yang dipersiapkan dan dijual di tempat-tempat umum. Makanan sepinggan adalah hidangan yang biasanya sudah mengandung seluruh lauk terdapat dalam satu porsi. Makanan tradisional adalah segala jenis makanan olahan khas daerah setempat, mulai dari makanan lengkap, selingan dan minuman, serta biasa dikonsumsi oleh contoh Produk ekstruksi adalah makanan jajanan yang telah diolah lebih lanjut sehingga memiliki keragaman jenis produk pangan dalam berbagai bentuk, tekstur, warna, dan cita rasa dan biasanya diiklankan. Pengetahuan gizi adalah skor pengetahuan contoh tentang hal yang berhubungan
dengan
gizi
dan
kesehatan
yang
diukur
dengan
menjumlahkan seluruh jawaban yang benar dari 25 pertanyaan yang diberikan melalui kuesioner. Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dengan penggunaan atau pengeluarannya.