21
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan inferensia menggunakan desain cross sectional study, yaitu pengumpulan data dilakukan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik contoh dan hubungan antar variabel. Penelitian ini dilakukan di SMK Pelita Ciampea. SMK Pelita Ciampea berada di wilayah Kabupaten Bogor dan merupakan sekolah menengah ke bawah. Data primer wawancara siswi SMK dipilih sesuai persyaratan yang telah ditentukan. Data sekunder didapatkan melalui dokumen, arsip dan buku pada saat penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei 2012 hingga Juni 2012. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh adalah siswi kelas X jurusan butik dan X-XI keperawatan SMK Pelita Ciampea Bogor yang berjumlah 74 orang. Cara penarikan contoh diambil secara purposive yaitu siswi yang memiliki kriteria yang meliputi remaja putri yang sudah menstruasi, bersedia berpartisipasi dan diwawancarai sampai selesai, telah mengisi informed consent dan tidak sedang menderita sakit. Pemilihan SMK dikarenakan populasi contoh siswa perempuan yang lebih banyak dibandingkan dengan SMA. Kelas butik dan kelas keperawatan dipilih berdasarkan proporsi banyaknya jumlah siswi perempuan dibandingkan laki-laki pada jurusan lainnya. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh merupakan hasil dari konsumsi pangan yang dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner oleh contoh setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti dan wawancara langsung oleh peneliti. Karakteristik contoh meliputi umur, usia mencarche, lama menstruasi, siklus menstruasi, uang saku, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, berat badan dan tinggi badan didapatkan dengan cara pengisian kuesioner, pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan. Konsumsi pangan didapatkan dari pengisian kuesioner berupa recall 2x24 jam yang dilakukan dengan menanyakan jenis serta jumlah makanan dan minuman yang
22
dikonsumsi oleh contoh selama 24 jam. Adapun data sekunder yang dikumpulkan adalah nilai raport pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Status gizi diketahui melalui berat badan dan tinggi badan (antropometri). Status besi sampel diketahui dari kadar hemoglobin (Hb) darah. Pemeriksaan darah dilakukan menggunakan analisa Hb dengan menggunakan metode cyanmethemoglobin oleh tim kesehatan dari Klinik Pandu Bogor. Produktivitas siswi didapatkan melalui prestasi belajar yang terdapat pada rata-rata nilai ujian semester. Pengolahan dan Analisis Data Data-data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder kemudian dikumpulkan untuk diolah dan dianalisis secara statistik. Proses pengolahan data meliputi editing, coding dan entry data. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan statistik inferensia. Data dianalisis secara deskriptif dengan melihat distribusi frekuensi, nilai maksimum, nilai minimum, standar deviasi, nilai tengah dan rata-rata variabel penelitian (karakteristik contoh, status gizi, konsumsi pangan, bioavailabilitas zat besi, status anemia dan prestasi belajar). Data status gizi dikelompokan menjadi lima yaitu gizi sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obese berdasarkan indeks massa tubuh (IMT/U). Status besi dikelompokan menjadi anemia apabila kadar hb <12 g/dl dan tidak anemia apabila kadar hb>12 g/dl. Umur contoh dibagi menjadi dua kategori yaitu remaja pertengahan (13-17 tahun) dan remaja akhir (18-20 tahun). Uang saku dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu kurang (Rp. <5.000, sedang (Rp. 5.000-10.000) dan cukup (Rp. >10.000). Besar keluarga dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (≥ 7 orang). Pendidikan orang tua dikategorikan menjadi lima yaitu tidak sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Pekerjaan orang tua dibagi ke dalam tujuh kategori yaitu PNS, TNI/POLRI, petani, buruh bangunan, wiraswasta, karyawan swasta dan lainnya. Data konsumsi pangan diperoleh dari kuesioner recall yang diolah meliputi jumlah dan jenis pangan kemudian dikonversikan dalam kandungan energi, protein, zat besi dan vitamin C dengan menggunakan Microsoft Excel 2000 selanjutnya konsumsi energi, protein, zat besi dan vitamin C dibandingkan dengan angka kecukupan gizi individu yang didapat berdasar umur (remaja). Tingkat kecukupan zat gizi pada remaja dihitung menggunakan Angka
23
Kecukupan Gizi (WNPG 2004) yang dibagi berdasarkan kelompok umur. Angka kecukupan energi kategori 13-15 tahun yaitu 2350 kkal, usia 16-19 tahun 2200 kkal, angka kecukupan protein usia 13-15 tahun yaitu 57 g dan usia 16-19 tahun 55 g, untuk vitamin A usia 13-15 tahun dan 16-19 tahun sebesar 600 RE, angka kecukupan vitamin C usia 13-15 tahun dan 16-19 tahun sebesar 75 mg. Angka kecukupan Fe usia 13-15 tahun sebesar 19 mg dan usia 16-19 tahun sebesar 26 mg. Tingkat konsumsi energi, protein diukur dalam tiga kategori yaitu defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat ringan (80-89 % AKG), normal (90-119% AKG), dan lebih (≥120% AKG). Konsumsi zat besi dan vitamin C digolongkan dalam tiga kategori yaitu baik (kontribusi>100%), sedang (kontribusi (70-100%) dan kurang (kontribusi <70% kebutuhan sehari). Data prestasi belajar digolongkan menjadi empat kategori berdasarkan nilai rata-rata rapot yang dikeluarkan oleh Depdiknas, kategori tersebut adalah baik (nilai rapot >80), lebih dari cukup (nilai rapot 70-79), cukup (nilai rapot 60-69), dan kurang (nilai rapot 60). Adapun kategori dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel 5 Kategori variabel penelitian No. 1.
Variabel Status gizi (IMT/U)
2.
Status gizi (TB/U)
3.
Tingkat kecukupan energi dan protein
4. 5.
Tingkat kecukupan vitamin dan mineral Bioavailabilitas
6.
Status Besi
7.
Prestasi belajar
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Kategori Sangat Kurus : z< -3 Kurus : -3 ≤ z < -2 Normal : -2 ≤ z ≤ +1 Gemuk : +1 < z ≤ +2 Obese : z > +2 Sangat pendek z ≤ -3 Pendek -3 ≤ z ≤ -2 Normal z >-2 Defisit tingkat berat: <70% AKG Defisit tingkat sedang: 70-79% AKG Kurang: <90 % AKG Cukup: 90-119% AKG Lebih: ≥120% AKG Kurang <77% AKG Cukup ≥77% AKG Rendah (5-10%) Sedang (≥10-15%) Tinggi (≥15%) Anemia <12 g/dl Tidak Anemia 12-14 g/dl Baik (nilai rapot > 80) Lebih dari cukup (nilai rapot 70-79) Cukup (nilai rapot 60-69) Kurang (nilai rapot 60)
Keterangan WHO (2007)
WHO (2007)
Depkes (2003)
Gibson (2005) WNPG (2004)
Almatsier (2002) Depdiknas (2008)
24
Bioavailabilitas
zat
besi
yang
dimiliki
pangan
bervariasi,
dalam
penyerapannya dipengaruhi oleh zat besi heme dan non-heme yang berasal dari pangan yang dikonsumsi. Vitamin C juga berpengaruh sebagai faktor pendorong (enhancer) penyerapan zat besi. Total vitamin C dihitung untuk melihat jumlah bioavailabilitas Fe (% bioavailabilitas) yang dapat diserap oleh tubuh. Metode yang digunakan dalam estimasi tingkat ketersediaan biologis zat besi (bioavailabilitas) dalam penelitian ini adalah metode Du et al. (1999). Tabel contoh cara perhitungan bioavailabilitas konsumsi pangan metode Du et al. dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6 Contoh perhitungan bioavailabilitas konsumsi pangan metode Du et al. (1999) Bioavailabilitas (%)
Besi Terserap
Total Hewani (g)
Fe (mg)
Vit. C (mg)
Heme Faktor
Besi Heme (mg)
Besi Non Heme (mg)
Heme
Non Heme
Heme (mg)
Non Heme (mg)
Total (mg)
Persen Total (%)
(1) 117
(2) 19.9
(3) 9.12
(4) 0.4
(5) 7.96
(6) 11.94
(7) 23
(8) 0.65
(9) 1.83
(10) 0.08
(11) 1.91
(12) 9.95
Keterangan: 1. Kolom pertama yaitu jumlah berat bahan pangan hewani yang dikonsumsi selama satu hari. 2. Kolom kedua yaitu total zat besi (mg) yang dijumlahkan dari nilai zat besi pada tiap pangan yang dikonsumsi. 3. Kolom ketiga yaitu total vitamin C (mg) yang dijumlahkan dari nilai vitamin C pada tiap pangan yang dikonsumsi. 4. Kolom keempat yaitu heme faktor dengan nilai tetapan litelatur 0.4. 5. Kolom kelima yaitu besi heme (mg), dihitung dengan perkalian antara heme faktor (kolom 4) dan total zat besi (kolom 2). 6. Kolom keenam yaitu besi non-heme (mg), merupakan selisih antara total zat besi (kolom 2) dengan besi heme (kolom 5). 7. Kolom ketujuh yaitu bioavailabilitas heme (%), nilai bioavailabilitas sesuai dengan literatur sebesar 23%. 8. Kolom kedelapan yaitu bioavailabilitas non-heme (%) dihitung dari rumus sebagai berikut, % (Bioavailabilitas non-heme) = 1.7653+1.1252 In(Efs/Ifs) Keterangan: EFs : Asam askorbat (mg) + sumber hewani (g) + sayuran dan buah (g) + 1 IFs : Serealia (g) + Kacang-kacangan (g) + teh (g) + 1 Contoh perhitungan: EFs = 9.12+11.7+98+1= 225.12 IFs = 480+115+10+1= 606 %(Bioavailabilitas non-heme)= 1.7653+1.1252 In(225.12/606)= 0.85 9. Kolom kesembilan yaitu penyerapan besi heme (mg), dihitung dari perkalian antara bioavailabilitas heme (kolom 7) dengan besi heme (kolom 5). 10. Kolom kesepuluh yaitu penyerapan besi non-heme (mg), dihitung dari perkalian antara bioavailabilitas non-heme (kolom 8) dengan besi non-heme (kolom 6). 11. Kolom kesebelas yaitu total penyerapan (mg), dihitung dari jumlah penyerapan heme (kolom 9) dan penyerapan non-heme (kolom 10). 12. Kolom keduabelas yaitu persen total (%), dihitung dari perbandingan total penyerapan (kolom 11) dengan jumlah zat besi (kolom 2) dikalikan 100.
25
Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan Chi Square dan kolerasi Pearson untuk mengetahui hubungan antar peubah melalui program komputer SPSS 16 for windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Kolerasi Pearson
digunakan
untuk
melihat
hubungan
konsumsi
pangan
yaitu
bioavailabilitas dan hubungan status besi dengan prestasi belajar. Walpole (1993) menyatakan bahwa Uji Chi Square dapat digunakan untuk menguji adanya hubungan satu sama lain. Uji Chi Square digunakan untuk menguji apakah dua atau lebih populasi mempunyai distribusi yang sama. Uji Chi Square secara umum dipakai dalam penelitian untuk mencari kecocokan ataupun menguji ketidakadaan hubungan dalam beberapa populasi. Selain itu, untuk melihat hubungan yang terjadi antara satu variabel dan dengan variabel lain dapat digunakan korelasi. Derajat atau tingkat hubungan antara dua variabel diukur dengan indeks korelasi yang disebut koefesien kolerasi. Korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson. Derajat korelasi dapat dicari dengan menggunakan koefesien kolerasi Pearson dengan rumus:
r=
SP SS x .SS y
Keterangan: SP : sum of product SSx : sumsquare dari variabel X SSy : sumsquare dari variabel Y r : koefesien kolerasi (r bernilai -1 sampai +1, menunjukan adanya hubungan antara X dan Y, semakin tinggi hubungan nilai r mendekati +1) r (-) : jika nilai suatu variabel menaik sedangkan nilai variabel yang lain menurun r (+) : jika nilai suatu variabel menaik dan diikuti pula dengan menaiknya variabel lain.
Ada beberapa syarat dalam menghitung koefesien kolerasi, yaitu jumlah variabel harus sama atau kedua nilai variabel harus berpasangan. Secara relatif semakin besar koefesien kolerasi semakin tinggi pula derajat hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya, secara relatif semakin kecil koefesien kolerasi maka semakin rendah pula derajat hubungan antara kedua variabel. Nilai r apabila mendekati +1 atau -1 menunjukan hubungan antara kedua peubah itu kuat dan dikatakan terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya, akan tetapi apabila r mendekati nol maka hubungan linear antara variabel sangat lemah atau mungkin tidak ada sama sekali. Nilai signifikansi ditunjukan dengan nilai p (sig 2-tailed) dengan selang kepercayaan (z) 95% dan nilai kesalahan 5%. Nilai signifikan apabila p<0.05 dan tidak signifikan apabila p>0.05 (Walpole 1993).
26
Definisi Operasional Bioavailabilitas Zat Besi adalah ketersediaan biologi Fe (zat besi) yang terkandung dalam makanan yang dapat digunakan tubuh untuk menjalankan metabolisme dan fungsi fisiologis. Cara perhitungan bioavailabilitas Fe didapatkan menggunakan metode Du et al. 1999 Contoh adalah siswi SMK PELITA Ciampea Bogor jurusan keperawatan dan butik. Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam satu hari (1x24 jam). Prestasi belajar adalah nilai rapot contoh yang diukur menggunakan nilai ratarata yang terdapat pada rapot contoh semester satu dan dua tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari nilai semua pelajaran SMK dan nilai kejuruan. Nilai pelajaran umum adalah nilai yang didapat dari rata-rata semua mata pelajaran
umum
di
SMK
yang
meliputi
pendidikan
agama,
kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa inggris, seni budaya, penjaskes, IPA, IPS, Matematika, computer, kewirausahaan, bahasa sunda dan pendidikan lingkungan hidup. Nilai pelajaran kejuruan adalah nilai yang didapat dari rata-rata mata pelajaran kejuruan sekolah menengah, pelajaran kejuruan terdiri dari mata pelajaran produktif yaitu menggambar busana, membuat busana, membuat pola dan hiasan untuk kelas butik dan patologi, anatomi fisiologi, pemberian obat dan kebutuhan dasar manusia untuk kelas keperawatan. Status besi adalah tingkatan status besi berdasar status anemia contoh yaitu keadaan Hb darah contoh yang menunjukkan anemia atau non-anemia (anemia jika kadar Hb < 12 g/dL darah). Status gizi adalah keadaan kesehatan seseorang sebagai hasil dari absorbsi dan metabolisme makanan yang dapat diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT/U) dan TB/U. Tingkat kecukupan zat gizi adalah rata-rata asupan pangan sumber energy, protein, vitamin C, vitamin A dan zat besi yang dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).