25
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
dilaksanakan
di
Situ
Sawangan-Bojongsari,
Kecamatan
Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5 bulan, dimulai dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juni 2012.
3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ialah berupa perangkat uji kualitas air, kamera, alat perekam suara, perangkat komputer dengan program MINITAB 16 dan Expert Choice 11.
3.3. Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari sumber/obyek penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dari obyek penelitian, melainkan sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain. Data primer meliputi data pengelolaan kualitas perairan situ yang telah dilakukan oleh Pokja Situ, data kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari, data kegiatan antropogenik sekitar situ, data persepsi dan pengetahuan masyarakat sekitar situ, dan data wawancara dengan pihak atau instansi terkait. Data sekunder meliputi data kualitas air Situ Sawangan-Bojongsari pada penelitian maupun pengamatan sebelumnya. Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu: 1.
Pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari oleh Kelompok Kerja (Pokja) Situ Sawangan-Bojongsari
2.
Kegiatan antropogenik sekitar situ
3.
Parameter kualitas air situ terkait wisata air ditambah dengan beberapa parameter fisik, kimia, dan biologi lainnya, terdiri dari: suhu air, suhu udara, kecerahan cakram secchi, total padatan tersuspensi, pH, total fosfat, amonia, nitrat, nitrit, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologis (BOD), minyak dan lemak, bakteri fecal coliform, dan kedalaman situ
26
4.
Persepsi pengunjung tentang Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata.
5.
Pengetahuan masyarakat sekitar situ tentang situ dan pengembangan wisata air
6.
Pendapat para pakar yang berasal dari pihak atau instansi terkait pengelolaan kualitas Situ Sawangan-Bojongsari untuk menyusun strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.
3.4. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Metode pengumpulan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berbeda-beda sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan (Tabel 1). Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari teknik wawancara, pengukuran langsung di lapangan (in situ), pengukuran di laboratorium, pengamatan langsung di lapangan, dan penggunaan kuisioner, sedangkan metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis uji korelasi Pearson, dan analisis proses hierarki analitik atau analytical hierarchy process (AHP). Tabel 1 Jenis, metode pengumpulan, dan analisis data penelitian No. 1
2
3
Data Pengelolaan Situ SawanganBojongsari Kegiatan antropogenik sekitar situ Kualitas perairan Situ SawanganBojongsari
Uraian Pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari di Kota Depok Kegiatan antropogenik yang mempengaruhi kualitas perairan situ Parameter Fisik: Suhu Kecerahan Total padatan tersuspensi Kedalaman situ Parameter Kimia: pH DO BOD Total fosfat Amonia Nitrat Nitrit Minyak dan lemak
Metode pengumpulan data Wawancara
Analisis data Analisis deskriptif
Wawancara dan pengamatan di lapangan
Analisis deskriptif
Pengukuran in situ Pengukuran in situ Analisis sampel air (lab) Pengukuran in situ
Pengukuran in situ Pengukuran in situ Analisis sampel air (lab) Analisis sampel air (lab) Analisis sampel air (lab) Analisis sampel air (lab) Analisis sampel air (lab) Analisis sampel air (lab)
Analisis deskriptif (membandingkan dengan baku mutu kualitas air menurut PP No. 82 Tahun 2001, Permen LH No. 28 Tahun 2009 (status trofik), dan literatur lain yang mendukung)
27
Tabel 1 (Lanjutan) No. 3
4
5
Data Kualitas perairan Situ SawanganBojongsari Persepsi pengunjung dan pengetahuan masyarakat terhadap situ
Pengelolaan kualitas perairan Situ SawanganBojongsari
Uraian Parameter Biologi: Bakteri fecal coliform Persepsi masyarakat tentang Situ SawanganBojongsari sebagai kawasan wisata Pengetahuan masyarakat tentang situ dan pengembangan wisata air Strategi pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari
Metode pengumpulan data
Analisis data Analisis deskriptif
Analisis sampel air (lab) Kuisioner dan wawancara
Analisis deskriptif
Kuisioner dan wawancara
Analisis deskriptif Uji korelasi Pearson
Wawancara dan kuisioner
AHP
3.4.1. Data Pengelolaan Situ Pengumpulan data pengelolaan situ dilakukan melalui wawancara langsung dengan lembaga Pokja setempat di lokasi penelitian, sedangkan data pengelolaan situ di Kota Depok diperoleh dari instansi berwenang terkait situ di Kota Depok. Data pengelolaan situ kemudian dianalisis secara deskriptif.
3.4.2. Data Kegiatan Antropogenik Sekitar Situ Data kegiatan antropogenik sekitar situ diperoleh melalui wawancara dengan Pokja Situ Sawangan-Bojongsari dan warga masyarakat sekitar situ, sertadengan pengamatan langsung di lapangan. Data kegiatan antropogenik sekitar situ dianalisis secara deskriptif.
3.4.3. Data Kualitas Perairan Situ Sampel air diambil dari tujuh stasiun atau titik pada Situ SawanganBojongsari (Gambar 1). Penentuan stasiun pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling berdasarkan jenis kegiatan antropogenik dan kondisi sekitar lokasi penelitian. Tujuh stasiun tersebut yaitu: 1. Area wisata air Situ Sawangan 2. Dekat warung-warung makanan Situ Sawangan 3. Dekat lapangan golf
28
4. Tengah situ 5. Dekat permukiman warga Bojongsari 6. Inlet 7. Outlet
Gambar 1 Peta lokasi stasiun pengambilan sampel air Situ Sawangan-Bojongsari. Sampel air diambil dari bagian permukaan setiap dua minggu sekali selama 4 minggu, pada pagi hari antara pukul 08.00-10.00. Pengukuran parameter suhu air, suhu udara, pH, kecerahan cakram secchi, oksigen terlarut, dan kedalaman situ dilakukan secara in-situ, sedangkan parameter lainnya yaitu total padatan tersuspensi, total fosfat, amonia, nitrat, nitrit, kebutuhan oksigen biologis, minyak dan lemak, dan bakteri fecal coliform dianalisis di laboratorium. Data sekunder kualitas perairan situ diperoleh dari instansi berwenang terkait situ di Kota Depok. Data kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Data kualitas air situ dibandingkan dengan baku mutu air kelas dua berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Status trofik situ ditentukan dengan cara membandingkan data kualitas air situ dengan nilai kriteria status trofik danau/waduk berdasarkan Permen LH No. 28 tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk.
29
3.4.4. Data Responden Pengunjung Situ dan Masyarakat Sekitar Situ Data responden pengunjung dan masyarakat sekitar situ dikumpulkan dengan metode purposive sampling dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Responden pengunjung terdiri dari warga masyarakat yang ditemui sedang melakukan kunjungan ke Situ Sawangan-Bojongsari pada satu waktu. Masyarakat sekitar situ yang dijadikan sebagai responden penelitian terdiri dari warga yang tinggal di sekitar situ termasuk yang biasa beraktivitas di sekitar kawasan wisata Situ Sawangan-Bojongsari. Responden yang diteliti terdiri dari 60 orang pengunjung situ dan 53 orang warga sekitar situ. Data responden pengunjung dan masyarakat sekitar situ dianalisis secara deskriptif. Uji korelasi Pearson antara beberapa parameter data responden masyarakat dilakukan dengan bantuan program MINITAB 16.
3.4.5.
Data Pendapat Para Pakar Data pendapat para pakar dikumpulkan dengan metode purposive sampling,
teknik wawancara, serta menggunakan kuisioner model analytical hierarchy process (AHP). Responden pakar adalah orang yang paham mengenai kondisi atau perkembangan Situ Sawangan-Bojongsari dan orang yang ditunjuk oleh instansi terkait pengelolaan situ di Kota Depok karena dianggap memahami kondisi situ-situ di Kota Depok. Adapun pihak yang dimaksud terdiri dari : 1. Staf Bidang Sumberdaya Air, Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air Kota Depok 2. Kepala Seksi Produksi Perikanan, Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok 3. Kepala Seksi Pengembangan Pariwisata, Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Seni Budaya Kota Depok 4. Staf Bidang Fisik dan Prasarana, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok 5. Kepala Sub Bidang Konservasi, Badan Lingkungan Hidup Kota Depok 6. Ketua Forum Pokja Situ Kota Depok Strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari dirumuskan dengan menggunakan model analytical hierarchy process (AHP) berdasarkan berbagai jenis informasi yang diperoleh
30
dari pengukuran dan pengamatan di lapangan. Model AHP digunakan untuk mengorganisir informasi dan pendapat ahli dalam memilih alternatif yang paling disukai. Pemberian pendapat dan pembobotan terhadap rumusan hierarki alternatif pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari dilakukan oleh responden pakar dengan bantuan kuisioner. Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program Expert Choice 11. Tiga alternatif dengan bobot teratas dianggap mampu menjadi solusi bagi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan
wisata
air Situ Sawangan-Bojongsari.
Rumusan
strategi
pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ SawanganBojongsari dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2
Hierarki strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.
Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi upaya pencapaian gol di dalam rumusan hierarki strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman tentang situ Pemahaman manusia mengenai fungsi dan manfaat situ dapat mempengaruhi tingkat pencapaian dan jenis upaya pengelolaan kualitas
31
perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari yang dilakukan. Manusia harus dapat memahami situ yang dikelolanya merupakan bagian dari ekosistem alam agar hasil yang diperoleh sesuai dengan kaidahkaidah alam. Tingkat pemahaman seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya ialah tingkat pendidikan, pengalaman, dan akses terhadap informasi. 2. Pemahaman mengenai pengembangan wisata Pemahaman pengelola situ mengenai materi pengembangan wisata juga berpengaruh terhadap pelaksanaan pengelolaan situ yang dilakukan. Terdapat kriteria-kriteria yang harus dipenuhi di dalam mewujudkan situ sebagai kawasan wisata air. Hal tersebut harus dapat dipahami oleh pihak pengelola situ agar situ mampu menarik minat pengunjung untuk berwisata ke situ tersebut. Potensi-potensi yang dimiliki situ perlu didukung oleh sistem manajemen yang baik, sehingga situ tidak hanya dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat melalui peningkatan aktivitas wisata, namun juga dapat dilestarikan keberadaannya. 3. Dampak sosial, ekonomi, dan budaya (Sosekbud) dari keberadaan situ bagi masyarakat Situ sebagai bagian dari lingkungan hidup tentu memiliki arti tersendiri bagi kelompok atau individu masyarakat. Situ dapat memiliki nilai sosial dan ekonomi, serta menjadi bagian dari perkembangan budaya masyarakat setempat. Pengembangan kegiatan wisata kawasan situ juga dapat mempengaruhi aspek sosial, ekonomi, dan budaya dalam masyarakat yang selama ini telah terbentuk. 4. Sumberdaya Manusia (SDM) Elemen sumberdaya manusia (SDM) dapat dinilai dari dua aspek, yaitu melalui kualitas dan kuantitas SDM. Kualitas SDM seperti dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama bagi para pengambil keputusan dan aparaturnya, dapat mempengaruhi jenis upaya pengelolaan yang dilakukan. Penguasaan IPTEK yang baik serta kehandalan SDM dalam bekerja diharapkan mampu menciptakan pengelolaan yang efektif sehingga tujuan pengelolaan dapat tercapai dan tidak menjadi sia-sia. Bentuk
32
kualitas SDM lainnya yang diperlukan adalah komitmen dan kesediaan untuk menjalankan program-program pengelolaan dan pengembangan situ dengan baik hingga tujuan yang ditetapkan tercapai. Jumlah (kuantitas) SDM yang terlibat dalam pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan situ. Permasalahan mengenai jumlah SDM diketahui hanya sedikit terdapat pada tingkat masyarakat sekitar situ. Tingkat kesadaran lingkungan yang rendah pada masing-masing individu adalah hal menjadikan potensi kuantitas SDM tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. 5. Kebijakan Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah juga dapat mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan sumberdaya alam seperti Situ Sawangan-Bojongsari. Kebijakan-kebijakan
yang
berjalan
saling
bersesuaian
tentu
akan
memudahkan proses pelaksanaan pengelolaan sumberdaya alam, sedangkan kebijakan-kebijakan yang saling bertentangan justru dapat menghambat proses tersebut. Kebijakan yang ditetapkan juga tidak boleh hanya memfasilitasi kepentingan satu pihak, tetapi harus melibatkan kepentingan pihak-pihak lainnya. Ketaatan pelaksanaan kebijakan yang ada akan mengurangi timbulnya permasalahan terkait pengelolaan sumberdaya alam. Kebijakan berkaitan erat dengan penetapan anggaran program-program pengelolaan situ di Kota Depok. Perihal anggaran dirasakan menjadi faktor yang cukup penting bagi terlaksananya pengelolaan dan pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat. Adanya alokasi anggaran untuk pengelolaan dan pengembangan Situ Sawangan-Bojongsari di dalam APBD ataupun anggaran pemerintah pusat tentu akan mempermudah pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.
33
Aktor-aktor yang dianggap terlibat dalam upaya pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat Masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari merupakan pihak yang bersentuhan langsung dengan Situ Sawangan-Bojongsari. Masyarakat turut berperan langsung dalam pengelolaan situ melalui Pokja Situ. Masyarakat adalah pihak pertama yang merasakan fungsi dan manfaat situ sebagai dampak dari keberadaan situ. Oleh karena itu, peran masyarakat menjadi sangat penting di dalam pengelolaan dan pengembangan kegiatan wisata air di Situ Sawangan-Bojongsari. 2. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lembaga
Swadaya
Masyarakat
merupakan
pihak
yang
perlu
diperhitungkan keterlibatannya dalam pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari. Lembaga ini biasanya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap keberlanjutan pengelolaan situ, terutama bagi yang fokus terhadap konservasi situ. Lembaga Swadaya Masyarakat berperan dalam memberikan solusi alternatif pemecahan masalah berdasarkan rasa keberpihakannya kepada masyarakat dan kelestarian lingkungan. 3. Swasta Pihak swasta yang memanfaatkan jasa lingkungan dari suatu sumberdaya alam harus mampu turut serta dalam upaya pengelolaan sumberdaya alam tersebut. Peran serta tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, mulai dari mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku hingga memberikan kompensasi atas jasa lingkungan yang diberikan. Hal yang sama berlaku bagi pihak swasta yang memanfaatkan jasa lingkungan Situ Sawangan-Bojongsari untuk kepentingannya. Pihak swasta tersebut sudah seharusnya turut berperan dalam upaya pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari. Jika perlu, pihak swasta dapat juga membantu pengembangan wisata air situ bagi masyarakat sekitar situ.
34
4. Pemerintah Pemerintah adalah pihak kunci yang akan menentukan arah dan pelaksanaan pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari, termasuk pengelolaan kualitas perairan situ. Pemerintah sebagai pengambil keputusan dan penetap kebijakan diharapkan dapat menengahi berbagai kepentingan yang terdapat dalam masyarakat. Kebijakan yang ditetapkan harus dapat meliputi kepentingan dari berbagai pihak agar konflik dapat dihindari. Oleh karena itu, pemerintah harus mampu bersikap peka dan memahami benar permasalahan yang ada di dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di wilayah yang menjadi kewenangannya.
Subtujuan dari upaya pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari adalah sebagai berikut: 1. Konservasi situ Kawasan sekitar Situ Sawangan-Bojongsari telah ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat yang ditujukan untuk mempertahankan kawasan resapan air atau sebagai kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029. Oleh karena itu, kawasan sekitar Situ SawanganBojongsari perlu dipertahankan sebagai kawasan lindung sesuai amanat Perda tersebut. Meskipun begitu, upaya konservasi Situ Sawangan-Bojongsari tidak terbatas pada kawasan sekitarnya saja, namun juga mencakup sumberdaya air situ itu sendiri. Perairan Situ Sawangan-Bojongsari harus dihindarkan dari segala ancaman yang dapat menurunkan kualitas air situ, seperti pencemaran air situ akibat limbah domestik, wisata, maupun pertanian. Pengelolaan dan pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari perlu memperhatikan pencapaian kelestarian situ mengingat pentingnya keberadaan situ bagi ekosistem. Pengelolaan kualitas perairan Situ SawanganBojongsari untuk wisata air diharapkan dapat menjadi pintu bagi pengembalian fungsi-fungsi ekologis situ yang selama ini telah terabaikan. Hal tersebut didasari oleh alasan bahwa pengembangan situ sebagai kawasan wisata
35
merupakan upaya mensinergiskan tujuan menyelamatkan situ dengan tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Selain itu, jangan sampai kegiatan wisata yang dijalankan justru menurunkan kualitas perairan situ. 2. Peningkatan perekonomian masyarakat lokal Pengelolaan kualitas perairan situ yang ditujukan untuk pengembangan kegiatan wisata air diharapkan akan berujung pada peningkatan perekonomian masyarakat lokal. Peningkatan perekonomian tersebut dapat terjadi jika masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam yang ada secara optimal, yaitu dengan menjadikan situ sebagai sumber penghasilan mereka, salah satunya melalui pemanfaatan potensi wisata situ. Peningkatan perekonomian masyarakat kemudian akan mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian hidup masyarakat. 3. Peningkatan kegiatan wisata daerah Industri pariwisata diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan aktivitas wisata oleh masyarakat yang tinggal di kotakota besar seperti DKI Jakarta dengan tingkat kesibukan yang tinggi. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan kegiatan wisata daerah, tidak terkecuali bagi kegiatan wisata air di Kota Depok. Pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari akan meningkatkan potensi perairan situ dalam bidang pariwisata melalui bertambahnya daya tarik situ sebagai kawasan wisata air. Hal tersebut secara tidak langsung berpotensi untuk meningkatkan kegiatan wisata air di Situ Sawangan-Bojongsari.
Alternatif-alternatif dalam strategi upaya pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari adalah sebagai berikut: 1. IPAL Aspek keamanan dan kesehatan manusia merupakan hal terpenting dalam mewujudkan perairan yang sesuai dengan kriteria wisata air. Perairan yang tercemar tidaklah layak untuk dijadikan sebagai tempat tujuan wisata air karena akan membahayakan kesehatan manusia. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan
36
limbah di Kota Depok. Permukiman penduduk sebaiknya memiliki IPAL Komunal untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah domestik yang tidak terkontrol. Limbah yang dihasilkan dari setiap rumah akan dikumpulkan dan diolah oleh suatu sistem sehingga tidak akan memberikan dampak yang buruk ketika dilepaskan ke lingkungan. Pembangunan IPAL tidak hanya diberlakukan bagi permukiman penduduk. Setiap pihak yang akan menggelontorkan limbah buangannya ke situ atau saluran air yang menuju situ, diharapkan telah terlebih dulu mengolah limbah buangan yang dihasilkannya dengan IPAL. Pemerintah Kota Depok mengatur pelaksanaan pengolahan air limbah domestik melalui Peraturan Walikota Depok No. 17 tahun 2012 tentang Pengolahan Air Limbah Domestik. 2. Sosialisasi Sosialisasi merupakan kegiatan untuk memperkenalkan suatu program atau kebijakan kepada pihak-pihak yang terkait dengan implementasi program atau kebijakan tersebut. Sosialisasi bertujuan pula untuk menciptakan dukungan dari masyarakat atau pihak-pihak lain terhadap suatu program atau kebijakan. Sosialisasi diharapkan mampu membuat masyarakat dan pihakpihak lain merasa memiliki kepentingan dan dilibatkan dalam program atau kebijakan tersebut. Keterlibatan pihak-pihak tersebut tentu akan membuat tujuan program atau kebijakan dapat lebih mudah tercapai. Sosialisasi terhadap program dan kebijakan terkait pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari dan pengembangan wisata air situ perlu dilakukan, terutama kepada masyarakat sekitar situ sehingga keberhasilan program dapat tercapai dan keefektifan kebijakan dapat terlihat. 3. Pemberdayaan masyarakat Masyarakat sekitar situ merupakan pihak pertama yang akan mengetahui kondisi situ terkini. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat menjadi sangat penting di dalam upaya pelestarian situ. Selain itu, masyarakat juga perlu dilibatkan dalam pengembangan situ sebagai kawasan wisata air sebab masyarakat juga merupakan aktor pembangunan terutama bagi daerah dimana mereka tinggal.
37
Pemberdayaan masyarakat Situ Sawangan-Bojongsari perlu dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan dan juga dalam rangka menciptakan masyarakat berwawasan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan ditujukan untuk menciptakan masyarakat mandiri yang mampu memanfaatkan potensi lokal yang mereka miliki sehingga kualitas hidup mereka dapat meningkat. Masyarakat juga diharapkan memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan mereka, salah satunya terhadap keberadaan dan kondisi situ. Kesadaran tersebut dapat timbul sendiri atau dibangkitkan oleh pemerintah atau lembaga lainnya, misalnya melalui kegiatan sosialisasi dan penyuluhan. 4.
Rekomendasi pengelolaan kawasan Situ beserta daerah tangkapan airnya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga pengelolaan kualitas perairan situ tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan daerah tangkapan airnya. Pengelolaan situ membutuhkan integritas pengelolaan kawasan yang mencakup seluruh aspek yang mempengaruhi kondisi dan keberadaan situ serta yang melibatkan banyak pihak, bahkan sangat memungkinkan bagi pengelolaan lintas administrasi. Selain itu, penataan pemanfaatan situ juga dapat dilakukan agar dapat memberi nilai dan manfaat optimal jangka panjang (berkelanjutan). Pengelolaan kawasan situ secara terpadu tersebut kemudian sebaiknya ditetapkan dalam bentuk regulasi yang mengikat yaitu kebijakan, baik itu berupa peraturan atau pedoman.
5. Pemantauan dan pengawasan pelaksanaan regulasi Pemantauan dan pengawasan perlu dilakukan terhadap regulasi-regulasi yang sudah ada selama ini. Pelaksanaan suatu regulasi sangat ditentukan oleh kesadaran semua pihak yang terkait untuk menaati regulasi tersebut. Penyimpangan tujuan dalam pelaksanaan regulasi dapat dihindari dengan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan regulasi, dalam kasus ini adalah regulasi terkait pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari. Pemantauan ditujukan untuk mencatat segala fakta yang terjadi selama pelaksanaan regulasi, sedangkan pengawasan dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian sasaran dan tujuan dari regulasi tersebut,
38
sehingga jika terdapat ketidaksesuaian dengan tujuan semula maka dapat segera dilakukan penanganan untuk mengatasinya. 6. Investor Pihak investor sebagai mitra pemerintah diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan yang tidak tertangani oleh pemerintah, misalnya permasalahan biaya pengelolaan dan pengembangan situ di Kota Depok. Pihak investor diketahui cenderung berorientasi pada keuntungan, namun pada kenyataannya keterlibatan pihak tersebut mampu membantu pemerintah dalam menggiatkan pembangunan daerah. Oleh karena itu, keberadaan investor dapat menjadi salah satu alternatif dalam upaya pengelolaan dan pengembangan situ di Kota Depok.