MENGGERAKKAN DAYA-KREATIF MENDORONG GENERASI BERKEMAJUAN
MATERI MUKTAMAR IPM XX Samarinda, 12-16 November 2016
1
TIM MATERI Ketua : Fauzan Anwar Sandiah (PP IPM) Sekretaris: Septi Nasution (PP IPM) Anggota: Khoirul Arifin (PW IPM DIY) Rahmawati Idrus (PW IPM Sulawesi Selatan) Muhammad Rangga (PW IPM Riau)
2
DAFTAR ISI
PENGANTAR TIM MATERI MUKTAMAR XX PIDATO IFTITAH KETUA UMUM PP IPM 2014-2016 M. KHOIRUL HUDA DAFTAR ISI JADWAL MUKTAMAR XIX TATA TERTIB KONPIWIL 2016 DRAFT TATA TERTIB MUKTAMAR XX BAGIAN I
PENDAHULUAN
BAGIAN II BEDAH TEMA MUKTAMAR XX MENGGERAKKAN DAYA KREATIF, MENDORONG GENERASI BERKEMAJUAN BAGIAN III KEBIJAKAN PROGRAM JANGKA PANJANG IPM 2014-2024 BAGIAN IV ALUR LOGIKA MATERI MUKTAMAR XIX BAGIAN V
PROGRAM KERJA IPM PERIODE 2016-2018 A. SISTEM GERAKAN IPM B. PENGEMBANGAN PROGRAM 1. Visi 2. Sistem gerakan 3. Kepemimpinan dan organisasi 4. Jaringan 5. Sumber Daya 6. Aksi Pelayanan C. PROGRAM KERJA BIDANG-BIDANG 1. Bidang Organisasi 2. Bidang Perkaderan 3. Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan (PIP) 4. Bidang Kajian dan Dakwah Islam (KDI) 5. Bidang Apresiasi Seni Budaya dan Olahraga (ASBO) 6. Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik (AKP) 7. Bidang Pengembangan Kreativitas dan Kewirausahaan (PKW) 8. Bidang Pemberdayaan Pelajar Perempuan (PPP) 9. Bidang Lingkungan Hidup (LH) 10. Bidang Media Komuniasi Teknologi dan Informasi (MKTI) 11. Bidang Pendidikan Politik Pelajar (PPP) 12. Bidang Hubungan dan Kerjasama Internasional (HKI):
3
BAGIAN IV AGENDA AKSI A. Gerakan 1961 (19 buku, 61 hari) B. Gerakan Pendampingan Teman Sebaya C. Gerakan Konservasi Ekologi D. Gerakan Jihad Literasi E. Gerakan Green School F. Gerakan Pendidikan Ramah Anak BAGIAN V PENUTUP Lampiran I Struktur Pimpinan IPM Lampiran II
4
BAGIAN I PENDAHULUAN Perjalanan organisasi di masa ini dan masa mendatang sangat bergantung pada pemahaman atas kondisi-kondisi mendesak yang tengah terjadi, baik itu melingkupi kondisi lokal, nasional, hingga internasional. Dalam Muktamar, berbagai persoalan yang berkaitan dengan organisasi dibahas dan ditentukan. Oleh karena itu, materi Muktamar IPM XX disusun melalui pemahaman-pemahaman atas kondisi yang mendesak hari ini dan bagi masa yang akan datang dengan tujuan supaya roda organisasi berjalan maksimal. Materi Muktamar IPM XX disusun atas kajian mengenai beragam kondisi yang terjadi di Indonesia, dengan harapan dapat memajukan gerak IPM. Pengenalan atas kondisi-kondisi tersebut akan membantu organisasi memetakan jalan yang tepat dan bermakna bagi semua kalangan. Indonesia tentu saja mengalami beberapa kondisi yang hanya bisa diatasi oleh partisipasi kelompok sipil. Reformasi dunia pendidikan, kebijakan yang bersifat inklusif, penegakan HAM, dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggungjawab dan sadar, adalah beberapa hal penting yang harus terus didorong kemajuannya. Peran kelompok sipil terutama dari kalangan muda pada akhir-akhir ini semakin terasa pentingnya. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah bagian dari kelompok sipil yang memiliki peran penting, terutama dalam memfasilitasi aspirasi dan kebutuhan kelompok muda. Muktamar IPM XX menjadi momentun untuk memikirkan ulang apa saja yang dapat dilakukan oleh IPM. Selama ini IPM telah melakukan banyak kontribusi besar dalam mengadvokasi kepentingan pelajar. Perlu disebutkan beberapa di antaranya ialah mengembangkan paradigma pendidikan yang tercermin lewat upaya serius merumuskan Sistem Perkaderan IPM (SPI); mendorong kebijakan yang ramah terhadap perkembangan kualitas pelajar dengan menolak standardisasi Ujian Nasional (UN) sebagai patokan kelulusan; memastikan hak-hak pelajar tidak dilangkahi oleh penyedia jasa pendidikan; sistematisasi gerakan dan spirit „Iqro (literasi) dalam setiap kegiatan dan aktivitas IPM; hingga menempatkan posisi pelajar sebagai stakeholder langsung Negara. Kontribusi-kontribusi semacam itu bukan perkara mudah. Organisasi pelajar di Indonesia pada umumnya harus berjibaku demikian keras dan konsisten untuk mencapai hasil yang demikian gemilang. Kita tidak bermaksud untuk mengutarakan apa saja yang telah dicapai oleh IPM sebagai kebanggaan yang nostalgik. Lebih daripada itu, IPM membutuhkan lagi terobosan yang menjawab kebutuhan mendasar pelajar pada khususnya, dan masyarakat Indonesia secara umum. Ada beberapa pencapaian IPM yang bagus, baik yang dilakukan secara individual atau organisatoris yang seringkali kurang diapresiasi. Tindakan semacam ini
5
tidak dibenarkan, sebab tidak menjadi ajang pembelajaran yang berguna bagi IPM. Bagaimana caranya mengulangi kembali pencapaian-pencapaian gemilang IPM? Caranya ialah dengan memahami dan siap mengambil peran sekecil apa pun atas apa yang sedang terjadi. Berikut beberapa pemetaan kondisi yang dialami oleh pelajar Indonesia secara umum, yang harus disadari oleh IPM, dan membuka kemungkinan strategi seperti apa yang dapat dilakukan oleh IPM. Informasi-infomasi di bawah ini berfungsi secara praktis bagi perencanaan-perencaaan program terutama bagi struktur Pimpinan Pusat IPM karena berkaitan dengan realitas di tingkat nasional, dan menjadi isu tingkat global.
Jumlah kelompok muda Indonesia1 Dalam statistik sensus tahun 2014, kelompok muda seringkali dikategorikan sebagai “pemuda”, berjumlah 61,8 juta jiwa atau sekitar 24,58 % dari 252,04 juta jiwa penduduk Indonesia. Dirincikan sebagai berikut: Usia Di bawah 16 tahun Di atas 30 tahun
Jumlah 76,68 juta jiwa 113,53 juta jiwa
Jumlah pemuda laki-laki lebih besar daripada pemuda perempuan (atau yang disebut pemudi). Proporsi keberadaan pemuda di daerah perkotaan mencapai 25,92 % sedangkan di pedesaan 23,14 %. Sebesar 23, 52 persen berstatus pelajar (masih bersekolah), dan ada sekitar 75,43 % yang berstatus tidak bersekolah (terdiri dari pelajar putus sekolah, tamat sekolah, melanjutkan ke bangku kuliah, dan bekerja). Jumlah pemuda yang belum pernah mengakses pendidikan sebesar 1,05%. Pertumbuhan partisipasi sekolah meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2012 berjumlah 19,05%, dan pada 2014 menjadi 23,52 %. Angka pelajar yang berhasil menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah Menengah (SMA/sederajat) berjumlah 43,78% sedangkan SMP/sederajat berjumlah 31,99%, dan 18,51% yang berhenti sekolah ketika tamat SD/sederajat, dan 4,67 % yang tidak melanjutkan menyelesaikan pendidikan SD.
1
BPS, Statistik Pemuda Indonesia 2014, (Jakarta: BPS, 2015). Seluruh data diolah dari hasi statistik tahun 2014.
6
Minat Membaca dan Tantangan Buta Huruf Menurut data statistik BPS tahun 2014, sebesar 0,64 % pemuda Indonesia yang tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf. Angka buta huruf pemuda di pedesaan sebesar 1,26%, dan di perkotaan sebesar 0,10%. Rincian mengenai kondisi minat baca dapat disajikan dalam kenyataan mengenai kemampuan rata-rata manusia Indonesia dalam membaca. Berikut adalah data dua tahun terakhir yakni antara tahun 2014 hingga 2015. Tabel berikut menjelaskan persentase penduduk buta huruf berdasarkan tiga kategorisasi usia yakni usia 15 tahun ke atas, usia 15-44 tahun, dan usia 45 tahun ke atas. Persentase ini juga dirincikan berdasarkan provinsi.
Tabel Persentase Penduduk Buta Huruf Berdasarkan Usia tahun 2014-2015
Provinsi ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEP. BANGKA BELITUNG KEP. RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR BANTEN BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA
2014 Persentase Penduduk Buta Huruf (Persen) 15+ 15-44 45+ 2.58 0.43 8.31
2015 Persentase Penduduk Buta Huruf (Persen) 15+ 15-44 45+ 2.37 0.27 7.73
1.43
0.66
3.19
1.32
0.51
3.08
1.56
0.43
3.72
1.44
0.32
3.52
1.25 2.23
0.48 0.57
3.59 6.34
1.13 2.16
0.33 0.49
3.42 6.06
1.86
0.52
5.06
1.78
0.48
4.73
2.48 3.46
0.54 0.42
7.20 9.91
2.37 3.33
0.48 0.34
6.77 9.52
2.40
0.91
5.94
2.37
0.87
5.86
1.29 0.46 2.04 7.02 5.56 8.64 2.76 7.44
0.38 0.08 0.41 0.65 0.09 1.43 0.48 1.06
4.62 1.44 5.56 16.68 13.71 19.66 9.21 18.72
1.21 0.41 1.99 6.88 5.50 8.53 2.63 7.23
0.29 0.06 0.29 0.50 0.19 1.24 0.33 0.61
4.42 1.26 5.45 16.10 12.80 19.24 8.69 18.31
13.04
3.54
34.32
13.03
3.31
33.78
8.82
3.48
19.87
8.55
3.10
19.47
7
TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN UTARA SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA INDONESIA
7.70
2.06
21.18
7.68
2
20.78
1.18
0.32
3.56
1.12
0.30
3.32
1.81
0.28
5.46
1.79
0.19
5.40
1.41
0.19
4.75
1.31
0.13
4.34
-
-
-
5.01
1.36
14.89
0.40
0.18
0.77
0.37
0.17
0.71
2.92
1.38
6.45
2.66
0.91
6.42
8.74
2.58
21.44
8.71
2.22
21.34
5.97
1.62
17.10
5.90
1.37
17.07
2.10 7.73 1.23 1.64 3.25 29.22 4.88
1.10 3.93 0.81 0.57 2.27 28.50 1.24
4.43 17.66 2.21 4.67 6.36 31.85 12.25
1.76 7.36 1.15 1.51 3.12 29.17 4.78
0.61 3.33 0.80 0.47 2.09 28.47 1.10
4.35 17.37 1.96 4.28 6.32 31.57 11.89
Data yang disajikan dalam statistik di atas menunjukkan bahwa tingkat minat baca, akses bahan bacaan, dan tersedianya pendidikan alternatif bagi pemuda usia pelajar secara khusus, dan rakyat Indonesia secara umum belum maksimal. Rilis tambahan dari PISA tahun 2012 menempatkan tingkat literasi Indonesia pada peringkat 64 dari 65 negara. Indonesia tertinggal dari Vietnam yang berada pada posisi 20 besar. Posisi minat baca pelajar Indonesia berada pada angka 57 dari 65 negara yang diteliti. Data ini memang tidak bisa dipegang sebagai gambaran utuh kondisi literasi di Indonesia, akan tetapi cukup baik untuk memulai agenda gerakan literasi kembali masif, baik itu di sekolah, universitas, hingga di sekitar masyarakat.
Kondisi Kerusakan Lingkungan Hidup Kerusakan lingkungan hidup merupakan salah-satu tantangan yang tak bisa dihindari oleh manusia. Pelajar di Indonesia harus segera menyadari tantangan yang bersumber dari 8
kerusakan lingkungan hidup sebelum terlambat. Kerusakan lingkungan tidak saja mengakibatkan konflik kemanusiaan tetapi juga mengakitbakan sumber daya alam yang tak terwarisi untuk generasi selanjutnya di masa depan. Sekitar 70% kerusakan diakibatkan oleh eksploitasi pertambangan. Sebesar 34% daratan di Indonesia telah diserahkan sebagai area eksploitasi, yang dapat dirinci dari 10.235 surat izin.2 Data terbaru juga disajikan oleh BPS yang di antaranya memperlihatkan tingkat eksploitasi yang berbahaya bagi sistem ekologi, termasuk tercemarnya sungai dan laut, penebangan hutan yang melanggar ketentuan UU yang telah menyebabkan kelompok adat tersingkir. Tabel Bencana Ekologi/Lingkungan Hidup Bencana Ekologi Lokasi Sekolah, lingkungan tempat Sampah tinggal, kawasan pesisir laut, badan sungai Sungai, laut, pemukiman Limbah pabrik dan polusi masyarakat Pedesaan dan perkotaan Kekurangan cadangan air industri atau padat pembangunan hotel dan mall Ancaman kekurangan pangan (sayur, ikan, daging, Pedesaan dan perkotaan dlsb) Ancaman gizi/ kelaparan Kota-kota menengah
Hak akses informasi dan ketersediaan informasi bermutu bagi pelajar Salah-satu hal penting bagi pelajar adalah hak akses informasi dan ketersediaan informasi bermutu bagi pelajar. Kendati demikian akses informasi pelajar masih sangat terbatas. Sarana dan prasarana yang mendukung akses informasi bagi pelajar sangat terbatas. Berikut adalah daftar kebutuhan akses informasi bagi pelajar:
2
Kompas, “70 Persen Kerusakan Lingkungan Akibat Operasi Tambang”, http://regional.kompas.com/read/2012/09/28/17313375/70.Persen.Kerusakan.Lingkungan.akiba t.Operasi.Tambang (akses September 2016). Berita ini penting untuk mengingatkan bahwa peningkatan ekses dari proses eksploitasi alam terus terjadi dan cenderung meningkat hingga tahun 2016. Ada banyak data baru yang diberikan untuk menggambarkan dampak kerusakan ekologis bagi masyarakat rentan yang terdiri atas kelompok masyarakat kelas menengah, dan kelas menengah ke bawah. Dua kelompok ini harus menanggung dampak buruh kebijakan pro pertambangan dan keserakahan korporasi. Hingga tahun 2012, kondisi terus memburuk.
9
Media Akses Informasi Perpustakaan Buku braile Biaya internet murah dan berkualitas (Indonesia salahsatu negara dengan biaya internet termahal dengan layanan yang terburuk di dunia) Sosialisasi rutin informasi Selain mendapatkan akses informasi yang mudah, pelajar juga memiliki hak untuk disediakan informasi yang berkualitas. Pelajar Indonesia yang berasal dari kelas menengah ke bawah pada umumnya hanya diberikan informasi dengan kualitas terburuk; sinetron TV, channel berita yang tidak edukatif, dan program-program TV yang tidak bermutu (infotainment selebriti, kuis game yang mengandung rasisme dan kekerasan). Maka penting bagi IPM untuk menjalankan gerakan tandingan yang mampu memberikan pelajar akses informasi yang bermutu.
Mekarnya Gerakan Sosial Baru Beberapa tahun terakhir, gerakan sosial baru berkembang begitu pesat di Indonesia. Gerakan sosial baru tidak saja muncul sebagai gerakan sosial yang memperjuangkan gender, hak politik sipil, gerakan pasifisme/ perdamaian. Muncul juga dua jenis gerakan sosial baru yakni berbentuk komunitas, dan berbentuk kolektif. Jenis yang pertama disebut sebagai gerakan sosial berbasis komunitas. Sedangkan jenis kedua disebut sebagai Kolektif. Gerakan sosial baru berbentuk komunitas misalnya yang digagas oleh pegiat literasi, misalnya Rumah Baca Komunitas (Yogyakarta), Griya Membaca (Lampung), Radiobuku (Yogyakarta) dan masih banyak lagi. Gerakan sosial baru berbentuk komunitas literasi menurut data RBK3 higga pertengahan tahun 2016 berjumlah lebih dari 70 komunitas yang tersebar di kota-kota besar hingga kota-kota menengah di Indonesia. Sedangkan gerakan sosial baru berbentuk Kolektif misalnya digagas oleh kelompok pekerja seni, mulai dari Kolektif Mural (misalnya Mural Kediri), Kolektif Stensil (Media Legal, Anti-Tank, di Yogyakarta),
3
Sebagian besar data diperoleh lewat penelusuran berbasis jejaring. Data resmi gerakan literasi di Indonesia (gerakan literasi dengan definisi Taman Baca Masyarakat atau TBM) berjumlah 5.000 TBM. Jumlah Kolektif di Indonesia juga tidak tersedia secara resmi. Tetapi diperkirakan lebih dari di atas 30 hingga 50 jenis Kolektif tersebar di Indonesia. Jumlah sebenarnya lebih banyak daripada itu. Sulitnya mendata Kolektif disebabkan oleh polanya sebagai gerakan sosial yang sangat fleksibel, di luar jangkauan definitif formal.
10
Kolektif Pro Hak Belajar Anak-Anak (Ketjil Bergerak Yogyakarta), jumlahnya juga sangat banyak.
Paradigma Islam Berkemajuan Muhammadiyah Konsep Islam Berkemajuan menurut Abdul Mu‟ti dapat dilandaskan pada lima fondasi dasar. Pertama adalah karakter tauhid yang murni. Kedua, memahami Al-Qur‟an dan Sunnah secara mendalam. Ketiga, melembagakan amal shalih yang fungsional dan solutif. Keempat berorientasi kekinian dan masa depan. Kelima, bersikap toleran, moderat, dan suka bekerjasama.4 Fondasi pertama yang menyatakan bahwa Tauhid yang murni sebagai landasan primer atau yang utama didasarkan pada kenyataan historis bahwa Muhammadiyah lahir dari satu model “puritanisme” dalam pendekatan gerakan sosialkeagamaan. Fondasi pertama tersebut menyatakan bahwa Muhammadiyah sebagai sosial-keagamaan senantiasa membuat rujukan literer atau kepustakaan dari kitab AlQur‟an serta Sunnah. Posisi sentral Kitab Al-Qur‟an serta Sunnah merupakan keniscayaan atau konsekuensi dari doktrin keagamaan Islam yang meletakkannya sebagai acuan historis sekaligus kontemporal. Dalam konteks historis Muhammadiyah, makna dari jargon kembali kepada AlQur‟an serta Sunnah merupakan bagian dari implikasi kehendak gerakan untuk mengkonsolidasi pemahaman bahwa hanya dengan memahami Islam secara utuh dari sumber utamanya, umat Islam dapat mencapai kemajuan. Berhubungan dengan kehendak tersebut, maka proses ajakan untuk kembali kepada tauhid yang murni, seringkali dilekatkan dengan persuasi merujuk Al-Qur‟an dan Sunnah sebagai faktor kunci dalam membangun kemajuan umat Islam. Fondasi pertama tersebut berhubungan secara khas dengan kenyataan bahwa Islam Berkemajuan sebagai konsepsi mengharuskan terdapatnya pemahaman sumbersumber epistemologi, ontologi, dan aksiologi Islam yang mendalam. Sumber-sumber tersebut, di antara yang utama tentu saja adalah Al-Qur‟an dan Sunnah. Oleh karena itu, antara fondasi pertama dan kedua, berhubungan sangat erat dan membentuk satu relasi yang integratif. Dalam doktrin Islam sebagai agama tauhid, dimensi manusia didekati melalui fungsi-fungsi perubahan evolutif
4
Abdul Mu’ti, “Lima Fondasi Islam Berkemajuan” dalam Faozan Amar (ed), Anang Rohwiyono (ed), Mohammad Dwi Fajri (ed), Reaktualisasi & Kontekstualisasi Islam Berkemajuan di Tengah Peradaban Global, (Jakarta: Al-Wasat, 2009), hlm. 27-45.
11
manusia menjadi komunitas yang komunal. Artinya, manusia dalam pandangan Islam memanifestasikan kehidupannya melalui dua dimensi pertama berkaitan dengan manusia sebagai makhluk yang mampu liberatif (merdeka, bebas, dan berdaulat), sekaligus sebagai makhluk yang meniscayakan kehidupan komunal atau saling membutuhkan. Maka tidak heran dalam Islam, manusia mengemban misi selain untuk menjadi individu yang taat kepada Allah Swt, sekaligus melakukan transformasi sosial sebagai bentuk amal shalih. Dalam bahasa normatif disebutkan bahwa manusia harus berkelompok dan berbuat, menyeru, mengajak kepada yang ma‟ruf dan meninggalkan yang mungkar. Berkaitan dengan eksplanasi tersebut, maka fondasi tiga, empat, dan lima diderivasikan, sehingga mewujud dalam kehidupan manusia. Paradigma Islam Berkemajuan penting untuk dipahami oleh setiap aktivis IPM karena berkaitan sebagai landasan epistemologi, ontologi, dan aksiologi Islam menurut Muhammadiyah. Paradigma Islam Berkemajuan akan memberi arah bagi aktivis IPM dalam membaca realitas. Paradigma Islam Berkemajuan memberi implikasi bahwa segala gerak IPM harus memuat dimensi dakwah Muhammadiyah.
12
BAB II BEDAH TEMA MUKTAMAR XX “MENGGERAKKAN DAYA KREATIF MENDORONG GENERASI BERKEMAJUAN”. Titik tolak perumusan konsep dasar Muktamar IPM XX terutama yang menyangkut dengan materi muktamar, sebagian besar berangkat dari pemahaman atas tantangan dan kondisi yang telah dijelaskan di BAB I. Oleh karena itu penting untuk memahami penjelasan-penjelasan BAB I sebagai bagian dari pengetahuan utama yang menyusun dasar-dasar asumsi materi ini secara keseluruhan hingga ke bidang-bidang yang dibutuhkan IPM dan agenda aksi. Sebelum membahas konsep dasar Muktamar IPM XX, ada baiknya menjelaskan secara singkat dan garis besar perjalanan IPM. Serangkaian transformasi penting di tubuh Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) menjadi petunjuk bagaimana dinamika gerakan ini terus hidup. Dinamika tersebut tidak saja yang terlihat pada diskursus formal semacam keputusan Muktamar yang sifatnya internal organisasi, melainkan juga sikap IPM dalam merespon realitas. Satu hal yang seringkali terlupakan adalah peran IPM dalam sejarah pembentukan identitas pelajar Muslim Indonesia. Peran tersebut berkelindan dengan sejarah benturan ideologis yang terjadi di arena kebudayaan populer. Gerakan Membaca, Gerakan Matikan TV, Gerakan Tolak UN, Gerakan Anti-Kekerasan Tanpa Kekerasan, Gerakan Komunitas Kreatif, adalah beberapa polarisasi eksperimentasi kebudayaan populer IPM. Tentu saja jika hari ini kelas menengah muslim tengah memanen kesadaran baru identitas pelajar Muslim, maka IPM tak bisa lepas dari proses tersebut. Dua tahun belakangan ini antara 2014 hingga 2016, eksperimentasi IPM semakin berwarna, yakni gerakan berbasis komunitas yang perhatian terhadap isu literasi dan isu lingkungan. Mengapa eksperimentasi gerakan di IPM masih memberikan sisi lain semacam itu?. Perkembangan gerakan pelajar di Indonesia sesungguhnya menerima cukup banyak tantangan (beberapa di antaranya sudah dijelaskan pada bagian A). Distribusi bahan literasi, kasus-kasus kekerasan yang dialami oleh pelajar, eksploitasi pelajar, kebijakan yang memicu kekerasan-kekerasan baru terhadap pelajar, hingga rekonstruksi pop culture yang menyajikan kelaziman teror, intimidasi, dan kekerasan pada pelajar. Sejak tahun 1945, bahan-bahan literasi tertumpuk di kota-kota besar Indonesia. Jumlah rata-rata buku yang diterbitkan di Indonesia menurut data IKAPI hanya berjumlah 30.000. Hal ini berbeda dengan Inggris yakni sebesar 184.000, dan Amerika yang mencapai 304.912 publikasi. Kasus-kasus korupsi juga kerap menghantui pengadaan buku di Indonesia. Sejumlah kasus menunjukkan bahwa pelajar tak bisa lepas dari rantai kekerasan, baik yang dilakukan oleh sipil maupun simbolisasi dari impunitas negara. Tahun 2015, dua orang pelajar di Mimika Papua menjadi korban tembak aparat. Tahun 2016, kasus kekerasan seksual yang menimpa pelajar juga tak diusut tuntas. Negara dalam hal ini tak mampu melakukan banyak hal. Kebijakan perundangundangan di tingkat Provinsi semacam Perda No. 1 tahun 2014 di DIY sarat memicu kekerasan terhadap anak dan remaja. Sekali lagi, tantangan advokasi yang dihadapi IPM sesungguhnya semakin kompleks.
13
Tantangan-tantangan yang dihadapi IPM bagaimana pun akan merefleksikan arti penting keberadaannya. Jika IPM tak mampu membangun dialektika terhadap tantangan-tantangan tersebut, bisa jadi IPM akan kehilangan perannya menyusul sejumlah gerakan pelajar yang redup ditelan pragmatisme. Maka sangat penting bagi IPM untuk mengolah daya-kreatif yang dimilikinya sebagai kekuatan penting dalam menyikapi berbagai tantangan yang ada. IPM harus mampu menggerakkan daya-kreatif dan kekuatannya melalui banyak strategi. Era IPM yang baru bersandar pada dua kata kunci penting sebagai cara merawat daya-kreatifnya. Pertama adalah kemampuan IPM untuk berkolaborasi dengan gerakan lain dan seluas-luasnya dalam rangka memperkaya khazanah internal. Meskipun IPM tergolong gerakan yang tua, tetapi etos kolaborasi harus terus melekat dalam dirinya. Etos kolaborasi akan memberi IPM banyak kesempatan dalam mengolah strategi-strategi baru memperbaharui posisi elanvitalnya. Perkembangan gerakan sosial berbentuk komunitas dengan eksperimentasi yang kian beragam merupakan kesempatan IPM memperdalam daya-kreatifnya. Etos kolaborasi akan membawa IPM pada eksperimentasi baru gerakan Muhammadiyah yang kreatif dan mampu menjawab tantangan zaman. Perubahan konstelasi gerakan sosial menjadi komunitas harus menjadi catatan penting IPM untuk merespon perubahan-perubahan yang terjadi. Daya-kreatif IPM sangat bergantung pada kemampuannya berkolaborasi. Kehadiran banyak komunitas seharusnya direspon oleh IPM sebagai sumberdaya baru yang akan membantunya menemukan solusi menghadapi berbagai tantangan. Kolaborasi IPM dengan komunitas-komunitas literasi misalnya akan menjadi salah-satu terobosan berbagi peran antara IPM dan para penggerak eksperimen komunitas literasi. Melalui etos kolaborasi, IPM justru akan semakin memperkuat gerakannya sekaligus memperkuat berbagai inisiasi-inisiasi eksternal lainnya. IPM tidak mungkin menafikan perkembangan terbaru dari perubahan konstelasi yang sangat cepat akibat dari perkembangan teknologi. Sama seperti platform inisiasi lainnya yang ikut berubah atau memanfaatkan perubahan zaman, IPM juga dapat melakukan hal yang serupa. Kehadiran platform semacam petisi online misalnya merupakan cerminan dari pemutakhiran platform inisiasi model baru. Petisi online misalnya mendorong perubahan cara partisipasi banyak individu atau kelompok menembus batas-batas geografis. Tentu saja dengan berbagai kelemahan latennya, perubahan partisipasi individu atau kelompok melalui platform era baru ini tetap patut diperhatikan. Bukti bahwa etos kolaborasi merupakan kunci dari cara menyambut era menggerakkan daya-kreatif IPM lainnya ialah munculnya gap baru antara generasi muda urban yang beralih dari konsumsi media konvensional menjadi media digital sekaligus sebuah generasi muda yang terbatas akses literasinya. Generasi muda urban tentu saja merupakan sebuah klas sosial baru yang menikmati berbagai kemudahan teknologi, sedangkan pada sisi lain terdapat generasi muda di beberapa tempat di Indonesia yang akses informasinya dibatasi. Pentingnya cara pikir yang kolaboratif akan menyelamatkan IPM dari dilema laten dalam proses penyusunan disain program. Maka selain memperhatikan wujud kolaborasi IPM dengan berbagai inisiasi yang lahir dari kekayaan urban semacam (akses literasi; internet, perpustakaan, universitas, sekolah) maka
14
pentingnya juga untuk melihat kemungkinan kolaborasinya dengan gerakangerakan kecil yang berusaha merawat kehidupan generasi muda. Misalnya gerakan mural di desa-desa, jaringan Kaukus (semacam kolaborasi jaringan antara organisasi, individu yang fokus pada advokasi) dan gerakan literasi yang beberapa tahun belakangan ini berorientasi-kerja pada kelompok sub-altern atau juga kelompok lainnya yang seringkali disebut sebagai Kaum Miskin Kota (KMK; anak jalanan, buruh anak/remaja) merupakan partner kolaborasi penting IPM. IPM sebagai gerakan tak dapat bekerja sendiri dalam menghadapi berbagai pemutakhiran tantangan. IPM harus mampu membuka kembali wajah barunya dalam merespon berbagai perkembangan. IPM harus menghidupkan kembali spirit kolaborasi dalam berbagai aspek. Meksipun begitu sebagaimana yang telah dicatat di atas, kerja-kerja kolaboratif IPM harus meningkat menjadi mitra kolaborasi yang setara. Hal ini untuk menghindarkan model kolaborasi yang selama ini diperankan oleh IPM misalnya dengan Negara yang selalu saja timpang. IPM memiliki kualitas-kualitas yang seharusnya menjadi kebanggaan aktivisnya; kekuatan massa aktif yang besar, dinamika yang terus dirawat dalam setiap muktamar, gerakan pelajar dengan kordinasi yang kolektif-setara. Kualitaskualitas itu harusnya menjadi identitas penting IPM ketika berhadap dengan mitra kolaborasi semacam Negara. Kualitas itu juga menjadi peluang IPM dalam memperkuat berbagai gerakan-gerakan berbasis komunitas yang diinisiasi oleh masyarakat sipil. Kesadaran IPM terhadap kerja kolaborasi sebenarnya merupakan sebuah kekuatan baru yang akan menjadi salah-satu jawaban bagaimana caranya IPM berkelindan menemukan ejawantahnya. Kehadiran inisiasi-inisiasi transformatif kontemporer sebagai wujud dari gerakan sosial baru (New Social Movement) seperti komunitas literasi atau komunitas pro-ekologi merupakan kekuatan bagi IPM dalam menggembirakan proses transformatif. Kerja-kerja kolaborasi dengan demikian bermakna bagi penguatan antar setiap gerakan dalam mendorong transformasi yang bermakna. Maka kerja kolaboratif harus membawa dimensi keberpihakan yang kuat jika tidak, kerja kolaboratif akan dianggap sebagai pembenaran dari relasi-relasi yang justru memperlemah transformasi. Misalnya dengan menetapkan prinsip menghindari kolaborasi bersama pihak-pihak yang teridentifikasi merusak lingkungan, atau yang terlibat dalam kasus-kasus pelanggaran HAM. Kata kunci selanjutnya bagi IPM dalam menggerakan daya-kreatifnya adalah berbagi (sharing). Etos berbagi merupakan kunci bagi IPM untuk menemukan kembali kesegaran cara-cara IPM berpartisipasi dalam transformasi sosial. Era baru yang tengah dihadapi oleh IPM adalah era distribusi informasi. Era sharing ditandai dengan munculnya ruang-ruang publik baru baik digital maupun non-digital. Perubahan ruang-ruang publik baru ini juga diikuti oleh perebutan arah diskursus. Maka etos sharing akan menjaga IPM dari kecenderungan yang sangat laten terjadi dalam perebutan arah diskursus yakni sikap pasif. Jika IPM tak mampu mengambil bagian dari perebutan arah diskursus, dengan mudah dapat ditenggelamkan. IPM akan jadi kehilangan dayakreatifnya. IPM punya kepentingan dalam mempertahankan etos berbagi, yang dengan demikian juga harus mau mengubah caranya berpartisipasi selama ini.
15
Pada tahun 2015 saat diluncurkan aplikasi IPM berbasis sistem android smartphone, wujud sharing IPM yang baru sebenarnya telah diupayakan kembali. Hanya saja perlu ditekankan bahwa etos berbagi IPM harus dibarengi oleh spirit berdaya aktivisnya. Artinya, masing-masing aktivis IPM memiliki caranya masing-masing dalam berpartisipasi. Aktivis IPM yang memiliki bakat dalam bidang teknologi tentu akan menentukan jalan sendiri dibandingkan dengan aktivis IPM yang menyenangi sastra. Etos berbagi harus berangkat dari perasaan berdaya setiap aktivis IPM. Persis dalam konteks inilah etos berbagi akan menemukan kegairahannya melahirkan daya-kreatif yang senantiasa segar dan bermakna. Etos berbagi yang berlandaskan pada rasa berdaya akan menghasilkan inisiasi-inisiasi yang membawa makna bagi kemanusiaan. Secara otomatis, program-program yang dibentuk pun akan membawa warna yang tak sekedar baru, mengikuti tren, atau dengan setting yang mewah. Penekanannya adalah bahwa dalam etos berbagi, inisiasi-inisiasi kreatif aktivis IPM memiliki nilai yang setara terutama bagi misimisi kemanusiaan. Misalnya gerakan pro-ekologi aktivis IPM dapat dipandang sebagai percobaan kreatif yang membawa makna. Generasi Berkemajuan ditandai oleh keberhasilannya menemukan ruang diri yang selalu kontekstual dengan semangat zaman. KH. Ahmad Dahlan menjadi contoh generasi muda yang berhasil mengejawantahkan etos kolaborasi dan etos berbagi yang sangat kuat bagi kemanusiaan. KH. Ahmad Dahlan tak segan-segan berkolaborasi dengan gerakan lainnya semacam Syarikat Dagang Islam (berdiri tahun 1905, kemudian berubah nama menjadi Syarikat Islam pada tahun 1906) atau Budi Utomo (berdiri tahun 1908). Begitu juga yang terjadi ketika KH. Ahmad Dahlan membangun komunikasi dengan Jam‟iatul Khair yang baru berdiri pada tahun 1919, lebih muda dari Muhammadiyah yang didirikan bersama para muridnya. Etos kolaborasi dan berbagi yang dirawat oleh KH. Ahmad Dahlan merupakan salah-satu topik yang seringkali kurang diapresiasi sebagai salah-satu faktor daya-tahan dan daya-kreatif Muhammadiyah sejak tahun 1912. Catatan penting dari contoh kerja kolaborasi dan berbagi KH. Ahmad Dahlan terletak pada orientasi kemanusiaan yang dibangunnya, bukan sekedar pada siapa mitranya. Bagi KH. Ahmad Dahlan, tujuan transformatif merupakan tujuan utamanya memperkuat Muhammadiyah dengan berkolaborasi dengan berbagai gerakan lain. Daya-Kreatif Istilah “kreatif” berarti bentuk aktivitas, tindakan, atau strategi, dalam mengatasi hambatan dan tantangan secara inovatif. Istilah kreatif juga mengacu pada proses menciptakan suatu hal baru berdasarkan inspirasi atau imajinasi. Individu atau kelompok yang mampu menjadikan tindakan-tindakan keseharian dan memberi dampak bagi perubahan penting dapat dikategorikan sebagai kreatif. Tindakan kreatif tidak selalu mendatangkan manfaat praktis seperti peningkatan pada aspek ekonomi masyarakat, tetapi pada perannya secara aktual dan historis. Makna diksi “kreatif” yang digunakan terletak pada dua pertimbangan. Pertama, diksi ini bisa dipahami oleh banyak kalangan dengan definisi yang sekalipun berbeda secara prinsipil tetapi punya potensi untuk membuka cara baru memahami keadaan. Kata “kreatif” sendiri bisa berubah posisi dan dipertukarkan
16
dengan berbagai istilah (baik sepadan atau tidak) untuk kepentingan dan peruntukan yang dengan kadar tertentu bisa saja sama. Diksi kreatif memainkan peran penting dalam ungkapan apresiatif. Sewaktu menggunakan kata “kreatif” pertama kali, ada pertimbangan bahwa kata ini dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan-tindakan kreatif. Pada satu sisi ada semangat untuk mengapresiasi segala sesuatu dengan bumbu sifat “kreatif”, dan itu peluang baik untuk dipergunakan. Daya-kreatif berarti dorongan setiap individu atau kelompok dalam menciptakan kemungkinan-kemungkinan alternatif dari suatu wujud yang tampak terbatas, terhambat, atau tidak mungkin. Daya-kreatif pada umumnya muncul karena kepempimpinan, peran, strategi, kebijakan, kesempatan, atau situasi mendorong daya-kreatif menciptakan alternatif yang inovatif. Menurut Bernard Rose dalam bukunya Breakthrough Thinking for Nonprofit Organizations (2002) menjelaskan bahwa daya-kreatif adalah proses mengungkap dan mengolah realitas menjadi menarik yang berguna bagi manusia dan alam. Daya-kreatif yang diasah akan menjadi keterampilan penting bagi individu atau pun organisasi. Rose juga menjelaskan bahwa daya-kreatif merupakan faktor pendorong kerja maksimal setiap organisasi nonprofit. IPM adalah organisasi nonprofit yang berfungsi sebagai wadah pengembangan diri mau pun komunitas pelajar tentu saja membutuhkan pengetahuan dalam mengelola daya-kreatif sehingga membantu organisasi mencapai visinya. Daya-kreatif juga telah menjadi jawaban mengapa IPM mampu bertahan konsisten sebagai organisasi sejak tahun 1961. Dalam IPM, daya-kreatif anggota sangat diapresiasi dan telah menginspirasi. Daya-kreatif yang diapresiasi terbukti mendorong replikasi yang bermakna bagi setiap anggota dan struktur yang tercermin dalam kebijakan-kebijakannya. Daya-kreatif memungkinkan IPM mengembangkan eksistensinya karena selalu merespon perubahan zaman dengan pemahaman yang matang dan visioner. Generasi Berkemajuan Generasi berkemajuan menurut Muhammadiyah, merujuk pada kelompok, atau komunitas yang “mendorong pada kebaikan, dan mencegah kemungkaran” (amar ma’ruf dan nahy munkar). Generasi berkemajuan memanfaatkan etos kolaborasi dan etos berbagi sebagai caranya memperoleh inspirasi sekaligus caranya memperkuat proses amar ma’ruf dan nahy munkar. Bercermin dari KH. Ahmad Dahlan, generasi berkemajuan merupakan kelompok, atau komunitas yang mampu berpikir mendalam atas kondisi realitas, potensi mengubahnya, dan cara memanfaatkan kekuatan yang tersedia. KH. Ahmad Dahlan memiliki visi mendalam terhadap kondisi masyarakat yang tertindas di bawah hegemoni suprastruktur baik yang dijalankan oleh kolonial maupun feodalisme para priyayi. Dengan demikian berpikir kritis-analitis melalui telaah literasi yang mendalam akan menjadi landasan penting generasi berkemajuan. Arti penting menjadi generasi berkemajuan bagi aktivis IPM terletak pada lima hal. Pertama, sebagai proses pemurnian tauhid, yang juga berarti purifikasi motif segala tindakan transformasi sosial sebagai bentuk pengabdian terhadap Allah Swt. Kedua, sebagai proses pembelajaran kembali nilai-nilai al-Qur‟an dan
17
hadits yang mendorong inisiasi kreatif bagi ummat dalam rangka rahmatan lil alamin. Ketiga, pelembagaan inisiasi-inisiasi kreatif dalam rangka merawat keberlanjutan transformasi sosial sehingga mudah direplikasi. Keempat, berorientasi pada pembaruan-pembaruan yang mampu mendukung kebermanfaatan yang bermakna. Kelima, bersikap kolaboratif dengan berbagai pihak sebagai kehendak murni mendorong kemajuan kehidupan.
18
BAB III KEBIJAKAN PROGRAM JANGKA PANJANG 2014-2024 IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH Program IPM bukan semata-mata rencana dan pelaksanaan seperangkat kegiatan yang praktis. Program IPM ialah perwujudan dari misi utama IPM yaitu “Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Adapun visi ideal (tujuan utama), misi ideal (misi utama), dan agenda aksi IPM diwujudkan melalui program sebagai berikut. A. VISI IDEAL IPM Terwujudnya pelajar Muslim yang Berkemajuan B. MISI IDEAL IPM 1. Membebaskan pelajar dengan Tauhid yang murni berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. 2. Mencerdaskan pelajar dari kebodohan, dengan melakukan tradisi Iqra‟ dan keilmuan 3. Memberdayakan individu dan komunitas pelajar, dengan pendekatan apresiatif terhadap minat, bakat dan potensi pelajar. C. LANDASAN YURIDIS Bahwa program Muhammadiyah dengan rangkaian kebijakan dan kegiatannya senantiasa berpijak pada: 1. Al Quran dan As Sunnah sebagai sumber ajaran dan hukum Islam. 2. Mengindahkan falsafah dan dan dasar negara serta hukum yang sah dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. 3. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan-peraturan yang berlaku dalam Persyarikatan. D. PRINSIP PELAKSANAAN PROGRAM Program IPM dirumuskan dan dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Prinsip Ketauhidan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan perwujudan dari iman dan tauhid kepada Allah; 2. Prinsip Kerahmatan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi rahmatan lil alamin 3. Prinsip Kerisalahan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi kerisalahan umat Islam, yaitu dakwah amar makruf nahi munkar dalam arti yang luas;
19
4.
Prinsip Kemaslahatan; maksudnya program IPM hendaknya memperhatikan kemaslahatan umum; 5. Prinsip Keilmuan; maksudnya program IPM direncanakan dan dilaksanakan secara rasional dengan memperhatian dan memanfaatkan secara ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan; 6. Prinsip Kekaderan; maksudnya program IPM selalu dijiwai nilai-nilai kekaderan. Semua yang dilakukan IPM dalam rangka proses kaderisasi yang bersifat pemberdayaan anggota; 7. Prinsip Kemandirian; maksudnya program IPM direncanakan dan dilaksanakan secara mandiri dengan tujuan menciptakan kemandirian pelajar. 8. Prinsip Kreativitas; maksudnya program IPM hendaknya merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi kekhalifahan umat Islam dalam mengelola kehidupan secara kreatif; 9. Prinsip Kemanusiaan; maksudnya program IPM direncanakan dan dilaksanakan tidak secara ekslusif. Artinya orientasi program IPM selalu diarahkan untuk kemanusiaan, tanpa memandang suku, agama, ras, dan budaya. E. TUJUAN PROGRAM JANGKA PANJANG (VISI IPM 2024) Program IPM Jangka Panjang adalah suatu tahapan pencapaian tujuan IPM itu sendiri. Secara spesifik rumusan tujuan Program Jangka Panjang sebagai Visi IPM 2024 adalah: “Membumikan Gerakan Pelajar Berkemajuan dengan Menjadikan IPM sebagai Rumah Minat dan Bakat Pelajar Indonesia disertai Nilai-nilai Ajaran Islam sebagai Komponen Masyarakat Islam yang SebenarBenarnya ”, yang ditandai dengan: 1. Tebentuknya sistem gerakan IPM sebagai gerakan pelajar Indonesia yang unggul di bandingkan gerakan-gerakan pelajar lain dalam melaksanakan misi dakwah dan pencerdasan yang ditunjukkan dengan sistem gerakan yang maju, profesional, modern yang dilandasi nilai keikhlasan dan komitmen penggerakknya, disertai dengan pemahaman ideologi, paradigma, dan visi gerakan IPM yang didalam individu-individu teraktualisasi nilai-nilai publik dan sosial dalam ruang organisasi. 2. Terbentuknya sistem manajemen organisasi dan kepemimpinan kolektifkolegial yang efektif, produktif, dinamis sehingga mampu menghadirkan keteladanan, memproyeksikan masa depan (berkemajuan) untuk perubahan dengan memobilisasi seluruh potensi pelajar Indonesia untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berkualitas dengan meningkatnya kehidupan keagamaan, moralitas, keilmuan, dan etos kerja kemanusiaan. 3. Terbentukknya model dan pola jaringan pada level komunitas, keummatan, kebangsaan dan cita-cita menuju peradaban global dengan mendorong berkembangnya fungsi-fungsi kekuatan sosial dan pemerintahan yang menjamin terwujudnya kehidupan bangsa dan negara yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat di bawah naungan ridha Alah SWT (baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur).
20
4. Terbentukknya sumberdaya sebagai wahana melahirkan generasi Islami yang berkemajuan (sumberdaya manusia) ditandai dengan sistem kaderisasi yang berkelanjutan dan anggota organisasi sebagai subyek gerakan serta transformasi kader di berbagai lini kehidupan, juga tersedianya modal bagi berjalannya roda organisasi yang berorintasi sosial (sumberdaya finansial), serta membangun tatanan infrastruktur seperti sistem informasi,komunikasi dan karya yang memadai untuk keberlangsungan IPM. 5. Terbentuknya kesadaran bahwa IPM dalam melakukan aksi dan pelayanan ialah sebagai wahana dakwah di dunia pelajar, baik lewat karya kreatif, program dan kegiatan unggul yang sesuai dengan kebutuhan pelajar Indonesia. Sehingga nilai-nilai ajaran Islam dan tumbuhnya kesadaran sebagai warga dunia yang lebih luas akan keutamaan kehidupan Islami, yang menjamin terciptanya tatanan kehidupan (pergaulan) yang utama di segala bidang kehidupan sebagai wujud kehadiran Islam yang bersisifat rahmatan lil’’alamin. F. TAHAPAN KEBIJAKAN PROGRAM Pokok kebijakan program jangka panjang merupakan pedoman dan arah gerak Persyarikatan yang dilaksanakan secara bertahap melalui program dua (2) tahunan selama sepuluh (10) tahun. Tahapan-tahapan program jangka panjang tersebut adalah sebagai berikut. 1. Muktamar XVIII (2012-2014) : diarahkan kepada penumbuhan kesadaran kritis dan aksi kreatif pelajar serta penjagaan karakter pelajar dengan paradigma gerakan pelajar berkemajuan menuju gerakan yang kritis dan progresif. 2. Muktamar XIX (2014-2016): diarahkan kepada pembangunan kekuatan dan kualitas pelaku gerakan, ideologi gerakan IPM dengan mengoptimalkan sistem perkaderan sebagai pendukung terwujudnya “Gerakan Pelajar Berkemajuan” dan berorientasi ke masa depan, sehingga IPM memiliki sumberdaya yang siap menjadi aktor dan subyek gerakan. 3. Muktamar XX (2016-2018) : diarahkan kepada IPM sebagai gerakan ilmu sebagai manifestasi Gerakan Pelajar Berkemajuan yang unggul di kalangan pelajar serta terciptanya tradisi dan habitus iqra’ di dunia pelajar sebagai faktor-faktor pendukung bagi terwujudnya masyarakat utama yang berperadaban. 4. Muktamar XXI (2018-2020), diarahkan kepada pembangunan komunitas kreatif sebagai strategi kultural Gerakan Pelajar Berkemajuan untuk melakukan transformasi individu, transformasi sosial, dan transformasi kebudayaan di tengah masyarakat global. 5. Muktamar XXII (2020-2022), diarahkan transformasi (perubahan cepat ke arah kemajuan) dan terciptanya seluruh elemen sistem organisasi dan jaringan IPM yang maju, profesional, dan modern; berkembangnya sistem kaderisasi, gerakan ilmu, serta peningkatan dan pengembangan peran strategis IPM dalam kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global.
21
6. Muktamar XXIII (2022-2024), diarahkan perjuangan pembentukan masyarakat ilmu sebagai cikal bakal terwujudnya tujuan Muhammadiyah, yaitu masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau masyarakat utama, yang bertujuan terbentuknya peradaban utama. G. SASARAN KEBIJAKAN IPM Sasaran kebijakan IPM diarahkan pada dua, sasaran persoal dan sasaran institusional. Berikut ini penjelasannya. 1. Sasaran Personal. Diarahkan pada terwujudnya tradisi kesadaran kritisprogresif dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan maksud dan tujuan IPM. 2. Sasaran Institusional. Diarahkan pada terciptanya struktur kelembagaan yang kuat dan fungsional melalui pengembangan ranting serta mekanisme kepemimpinan yang mantap dalam mendukung gerakan Ikatan menuju gerakan ilmu yang berparadigma pelajar berkemajuan. H. HIRARKI KEBIJAKAN 1. PP IPM a. Penentu kebijakan organisasi secara nasional b. Melakukan koordinasi dengan PW IPM Se-Indonesia c. Melakukan kerja-kerja dalam lingkup menggagas nilai-nilai baru dan penguatan kapasitas kader IPM secara nasional 2. PW IPM a. Menerjemahkan kebijakan-kebijakan Muktamar atau kebijakan yang telah diputuskan oleh PP IPM di tingkat wilayahnya b. Mensosialisasikan keputusan-keputusan PP IPM atau keputusan bersama di tingkat nasional c. Mengatur kebijakan-kebijakan strategis dalam lingkup kewilayahannya d. Melakukan koordinasi dengan PP IPM dan konsolidasi dengan PD IPMnya e. Melakukan kerja-kerja konkrit di tingkat wilayah sebagai upaya pengembangan jaringan dan penguatan kapasitas organisasi maupun para kadernya 3. PD IPM a. Motor penggerak IPM secara daerah b. Melakukan aksi-aksi riil yang telah menjadi keputusan Muktamar dan keputusan musywarah di atasnya c. Selalu berkoordinasi dengan PW IPM dan konsolidasi dengan PC IPM atau PR IPM di tingkat daerahnya 4. PC IPM a. Melakukan aksi-aksi riil yang telah menjadi keputusan Muktamar dan keputusan musywarah di atasnya b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang langsung tertuju dan bermanfaat pada sekolah dan kalangan pelajar c. Selalu berkoordinasi dengan PD IPM dan konsolidasi dengan PR IPM di tingkat daerahnya 5. PR IPM
22
a. Melaksanakan kebijakan-kebijakan kongkrit yang telah keputusan Muktamar dan keputusan musywarah di atasnya b. Selalu berkoordinasi dengan PD IPM atau PC IPM-nya
menjadi
I. INDEKS PROGRESIVITAS GERAKAN IPM Indeks Progresivitas Gerakan (IGP) IPM merupakan satu metode yang digunakan oleh IPM untuk mengukur keberhasilan sebuah organisasi dalam satu periode tertentu. Di sini, IPM telah merumuskan empat ranah yang menjadi tolok ukur keberhasilan gerakan IPM dalam setiap satu periodenya di berbagai jenjang struktur, baik dari Ranting hingga Pusat. Keempat ranah itu adalah ranah kepemimpinan, ranah kaderisasi, ranah program kerja, dan ranah produk Masingmasing ranah memiliki indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan dari masing-masing ranah tersebut. Berikut ini penjelasannya: No.
1.
Ranah 1. 2. 3. Kepemimpinan 4. 5. 6. 1.
2.
Kaderisasi
2. 3. 4. 1.
3.
Program Kerja
2. 3. 4. 1.
4.
Produk 2.
Indikator Visi tentang IPM yang ideal Mampu membangun kesadaran kolektif Memproduksi wacana-wacana gerakan Mampu menggerakkan aktor dan struktur Mampu mengartikulasikan kepentingan basis gerakan Mampu membangun jaringan eksternal Ada Taruna Melati atau kegiatan kaderisasi pendukung lainnya yang sesuai SPI Ada kegiatan follow up kaderisasi Pendampingan yang berkelanjutan Munculnya komunitas-komunitas hasil perkaderan sebagai basis gerakan Adanya program-program di setiap bidang sebagai penerjemahan gerakan Adanya follow up dari program Adanya komunitas-komunitas pascapelaksaan program Ada kegiatan rutin di masing-masing bidang Setiap bidang melahirkan produk dalam bentuk artefak-artefak, seperti: buku, majalah, buletin, website, kaos, striker, dll. Distribusi artefak baik di internal IPM maupun ke eksternal.
23
BAB IV ALUR LOGIKA MATERI MUKTAMAR IPM XX A. Alur Logika Alur logika materi muktamar IPM XX disusun berdasarkan pada tahapan kebijakan program IPM sebagaimana yang termaktub di dalam Tanfidz Muktamar IPM XIX tahun 2014. Tahapan kebijakan program IPM tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 2022-2024 Pembentukan masyarakat ilmu
2020-2022 Sistem organisasi yang profesional dan modern, jaringan IPM mencapai lingkup global (internasional), peran IPM bagi bangsa
2018-2020 Terbentuknya komunitas kreatif, mendorong transformasi individu, sosial, dan kebudayaan
2016-2018 Gerakan Ilmu, pematangan habitus ‘Iqra, mendukung terwujudnya masyarakat utama
24
Bagan Alur Logika Materi Daya-Kreatif 1. DISCOVERY -What gives life -The best of what is
Pendampingan Apresiasi
2. DREAM What might be
5. Delivery -Function Distribution Who does what, when,How to evaluate
Gerakan literasi
3. DESIGN What should be the ideal
4. DESTINY Empower-learns Adjust,do, Check,revise
Gerakan Ilmu
Program literasi Pengembangan kapasitas pelajar Program pro-lingkunan
Penggunaan AI dan Ansos sebagai pendekatan
Program pro-gender
Memperkuat sosioentrepreneurship pelajar
Penguatan bidang media
Alur materi Muktamar IPM XX disusun menggunakan siklus Appreciative Inquiry (AI). Definisi “that inquires into, identifies, and further develops the best of what is in an organization in order to create a better future” (Coghlan, Preskill, Catsambas, 2003). AI adalah pendekatan yang digunakan untuk mempelajari, menganalisis, dan membuat perencanaan pengembangan organisasi berdasarkan pada kekuatan apa saja yang selama ini berfungsi dan bermakna bagi organisasi. AI memanfaatkan best practice atau keberhasilan-keberhasilan yang selama ini dicapai oleh organisasi, kemudian mengembangkannya sebagai kekuatan yang akan mendorong perubahan lebih baik di masa ini dan di masa yang akan datang. Bagan alur materi Muktamar IPM XX terdiri atas lima siklus; Discovery, Dream, Design, Delivery. Masing-masing siklus akan dijelaskan sebagai berikut: Discovery: berkaitan dengan proses penemuan inti kekuatan yang menggerakkan organisasi. Pertanyaannya diawali dengan apa yang selama ini berfungsi dan bermakna bagi setiap aktivis IPM?, dalam kondisi yang bagaimana semua aktivis IPM memaknai keberadaannya bersama IPM?.
25
Dream: berkaitan dengan apa yang diimpikan oleh organisasi. Dream adalah visi dan atau misi yang ditentukan oleh organisasi dalam jangka waktu tertentu. Design: berkaitan dengan apa yang harus dilakukan, disediakan, atau dikondisikan agar Dream muncul?. Destiny: berkaitan dengan strategi atau bentuk aksi semacam apa yang harus dilakukan agar Design dapat berjalan?. Delivery: berkaitan dengan strategi apa yang dibutuhkan agar destiny mampu berjalan maksimal. Delivery juga berkaitan dengan upaya mendampingi proses penerapan rancangan strategi, hingga mengevaluasinya. Alur logika materi Muktamar IPM XX dibuat untuk memfasilitasi diskursus bagi periode kepemimpinan IPM 2016-2018. Alur logika materi Muktamar IPM XX dengan demikian tidak saja menyangkut dengan kepentingan muktamar, melainkan juga berkaitan dengan keseluruhan rancangan besar arah kebijakan IPM selama 2016-2018. Segala yang tergambar pada bagan alur logika materi merupakan dasar dari pembahasan materi secara keseluruhan. Cara membaca alur logika materi adalah sebagai berikut: Discovery (kekuatan yang ditemukan dalam IPM): Kekuatan atau faktor mendasar yang menggerakkan aktivitas IPM adalah dayakreatif. Daya-kreatif dimaknai sebagai kesempatan yang diberikan IPM bagi setiap anggotanya untuk menjadikan IPM sebagai tempat pembelajaran sekaligus sebagai tempat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang bermakna. Daya-kreatif juga menjadi ciri utama dari faktor yang menggerakkan banyak organisasi atau komunitas berbasis pelajar secara umum, tidak saja IPM. Organisasi atau komunitas mana pun yang ingin mempertahankan eksistensinya memerlukan pengapresasian dayakreatif yang dimilikinya, terutama yang bermanfaat bagi banyak orang. Dream (mimpi apa yang dibangun oleh IPM untuk periode 20162018?): berdasarkan pada tahapan kebijakan, mimpi utama IPM pada periode 2016-2018 adalah terwujudnya IPM sebagai gerakan ilmu. Daya-kreatif sebagai kekuatan IPM harus digunakan untuk mewujudkan mimpi IPM sebagai gerakan ilmu. Design (apa yang harus dirancang oleh IPM?): tujuan IPM menjadi gerakan ilmu dirancang melalui sejumlah program dan kebijakan yang memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai. Program yang dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan program literasi, program peduli lingkungan, program yang berkaitan langsung dengan kebutuhan Ipmawati (peka gender), dan penguatan media informasi (dibutuhkan bidang yang khusus mengelola media informasi IPM). Destiny (strategi apa yang harus digunakan IPM): strategi yang dibutuhkan IPM untuk mewujudkan visi sebagai gerakan ilmu, 26
setidaknya membutuhkan tiga strategi. Pertama adalah memperkuat gerakan literasi dan sosio-entrepreneurship, serta menggunakan AI sebagai metode pengembangan organisasi (struktur dan wujud program). Delivery: IPM harus mendampingi proses untuk mewujudkan visi gerakan ilmu melalui program-program yang telah dirancang dan sedang digerakkan. Setiap jenjang kepemimpinan IPM wajib mendampingi perkembangan struktur kepemimpinannya (internal) mau pun struktur kepemimpinan di bawahnya (PP PW PD PC PR). B. Dasar-Dasar Sistem Gerakan IPM Sistem Gerakan IPM berkaitan dengan nilai-nilai yang mendasari seluruh program dan aktivitas IPM. Sistem Gerakan IPM dirumuskan sebagai acuan utama yang mendasar untuk IPM sebagai gerakan dakwah dan gerakan amar ma’ruf nahyi munkar. Sistem Gerakan IPM dilandaskan pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Secara spesifik, dasar nilai dari Sistem Gerakan IPM adalah surat Al-Qolam ayat 1. Sistem Gerakan IPM juga dapat dimaknai sebagai “kesadaran mendasar” yang dimiliki oleh setiap aktivis IPM. Sistem Gerakan IPM sebagai kesadaran mendasar mengambil inspirasi dari surat Al-Qolam ayat 1, sehingga bisa disebut sebagai kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn. Surat Al-Qolam ayat 1 berbunyi “Nûn, WalQalami Wamâ Yasthurûn”. Nun dapat dimaknai sebagai “nur” atau “cahaya”. Allah Swt di dalam surat Al-Qolam ayat 1 mengumpakan Al-Qolam (pena) sebagai media untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman. AlQolam menjadi simbol pencerahan bagi akal dan nurani manusia (tanwir al-.uqul wa al-qulub). Melalui Al-Qolam manusia diajak untuk mendorong perubahan, sebagaimana sifat tajdid Muhammadiyah (Z. Baidhawy, dalam Azaki Khoirudin, 2015). Nûn adalah salah satu huruf hijaiyah, unsur sebuah kalimat. Nûn sebagai huruf yang bergerak-dinamis, menjadi tanda atau simbol yang mengandung pesan untuk memahami realitas sosial. Nûn juga dapat dimaknai sebagai teori-teori atau rumus-rumus pengetahuan yang merupakan hasil kerja keras keilmuan para ilmuan terdahulu (Azaki Khoirudin, 2015). Kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn dengan demikian menuntun manusia untuk membaca, menulis, dan mengupayakan transformasi sosial sebagai konsekuensi logisnya. Kesadaran Nûn mengajarkan manusia bahwa realitas dapat dipahami dengan memaksimalkan peran akal. Segala upaya yang ditempuh atas kesadaran Nûn akan membawa manusia mengenal Allah Swt sebagai Yang Maha Memiliki Ilmu. Dengan demikian kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn tidak saja menuntun manusia ke jalan yang lurus tetapi juga membuka pemahaman atas tanggungjawabnya sebagai khalifah filardh. Di antara beberapa tugas manusia ialah menjaga alam semesta dari kerusakan yang ditimbulkan akibat pengabaian kesadaran Nûn. Maka penting bagi
27
IPM untuk menjadikan kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn sebagai basis dari ideologi, paradigma, dan gerakannya. Al-Qolam/ Nûn
Ideologi
Paradigma
Gerakan
Ideologi berarti teori atau strategi perjuangan untuk mewujudkan nilai-nilai Al-Qolam dalam kehidupan sehari-hari. IPM memaknai ideologi sebagai panduan mengimplementasikan keyakinan dan cita-citanya secara konkret di kehidupan pelajar Indonesia. Ideologi juga mempengaruhi cara pandang IPM dalam empat aspek pokok pembahasan; kebangsaan, kenegaraan, kemanusiaan, dan persyarikatan. Dalam perihal kebangsaan sudah jelas, berdasarkan nilai Al-Qolam yang berarti melek terhadap realitas sejarah mengakui bahwa sifat kebangsaan Indonesia adalah “bhineka tunggal ika” yang tidak keras menghadapi perbedaan. Dalam perihal kenegaraan berarti IPM memegang prinsip darul ahdi wa syahadah, dan tidak mengakui kategori selain itu karena akan bertentangan dengan ajaran Islam Berkemajuan. Perihal kemanusiaan, ideologi IPM sudah sangat jelas mengacu pada prinsip “pencerdasan, pembelaan, pemberdayaan, dan pembebasan”. Sedangkan perihal persyarikatan, ideologi dituntun oleh konsep Islam Berkemajuan yang memegang teguh tauhid dan sikap moderat serta mengedepankan amal sosial. Paradigma sebagai aspek kedua dari Al-Qolam berarti kerangka berpikir utama IPM selalu disandarkan pada nilai-nilai Al-Qolam. Paradigma bagi IPM didefinisikan sebagai seperangkat konsep yang berhubungan sama lain secara logis dan membentuk sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memahami, menafsirkan dan menjelaskan realitas yang dihadapi. Paradigma Al-Qolam dengan demikian membantu IPM untuk menerjemahkan konsep Islam Berkemajuan yang sesuai dengan konteks gerakan IPM. Terdapat paling tidak tiga paradigma AlQolam IPM:
28
Tertib Belajar, Tertib Ibadah, Tertib Organisasi
Pencerdasan, Pemberdayaan, dan Pembebasan
Tiga Paradigma IPM
Penyadaran, Pemberdayaan, dan Pembelaan
Pelajar Berkemajuan
Gerakan sebagai aspek ketiga dari Al-Qolam berarti IPM harus konsisten dengan tiga identitas besarnya yakni sebagai gerakan ilmu, gerakan aksi, gerakan transformatif. Muktamar XIX merumuskan gerakan ilmu IPM sebagai berikut: “..(gerakan ilmu adalah) perwujudan dari etos pengabdian sebagai dasar dalam paradigma pelajar berkemajuan..Nilai utama dari ilmu adalah ”beribadah” sebagai ”pengabdian”, penghambaan. Penghambaan atau pengabdian ini dalam Islam berupa rukun Islam. Dalam “paradigma gerakan ilmu”, pengabdian ditransformasikan menjadi pengabdian pada lima hal, yakni pada (a) Allah; (b) Pengetahuan; (c) diri-sendiri;(d) sesama dan (e) alam [baca: tiga implikasi praktis; diri-sendiri, sosial, dan lingkungan].” Diri Sendiri Sosial
Implikasi Praktis
Lingkungan
Dengan demikian gerakan ilmu memiliki cakupan; yakni gerakan ilmu sebagai proses transformasi diri menjadi dekat dengan Allah Swt. Gerakan ilmu juga sebagai proses menimba pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri, orang lain, dan bagi alam semesta (ilmu pengetahuan sebagai cara mengerem kerusakan alam). Oleh karena itu dalam IPM muncul empat narasi besar gerakan IPM: Gerakan Tiga T; Gerakan KritisTransformatif (GKT); Gerakan Pelajar Kreatif (GPK); dan Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB). Empat narasi besar gerakan IPM itu bersumber dari inspirasi surat Al-Qolam ayat 1.
29
Gerakan ilmu mendapat prioritas utama karena basis IPM berasal dari komunitas pelajar. IPM memaknai gerakan ilmu sebagai proses mengejawantahkan pemikiran-pemikiran yang memungkinkan masyarakat terberdayakan sehingga membuat kehidupan sosial semakin dinamis dan transformatif. Oleh karena itu gerakan ilmu selalu bersamaan dengan dua jenis gerakan aksi dan gerakan transformatif. Ketiganya tidak dapat dipisahkan. Gerakan ilmu akan memperkuat basis pengetahuan aksi sehingga memungkinkan proses transformatif terjadi. C. Aktualisasi Sistem Gerakan IPM Aktualisasi Sistem Gerakan IPM adalah sejumlah nilai-nilai yang dipegang oleh IPM dalam menyusun sistem gerakan, baik untuk program kerja organisasi maupun untuk program kerja bidang. Aktualisasi nilai dibagi ke dalam tiga aspek; individu, organisasi, dan sosial, yakni sebagai berikut: 1. Nilai Individu bagi setiap aktivis IPM Kemurnian Aqidah Ketaatan beribadah Istiqamah Keikhlasan Berjiwa gerakan Suka beramal Bermasyarakat Keteladanan Moderat Tajdid Ekoliterasi 2. Nilai Berorganisasi Good Governance Tersistem Kolektif-kolegial Musyawarah Menggembirakan (tabsyir) Shidiq Amanah Fathonah Disiplin Komitmen Ukhuwah Visioner Dinamis Ekoliterasi
30
3. Nilai Sosial Keunggulan Amar ma‟ruf Nahyi munkar Orientasi misi Amal shalih Kemashlahatan umum Ekoliterasi Pro-dhuafa Keandalan Keterpaduan Kesinambungan Pencerahan Demokrasi Transparansi Toleransi Anti kekerasan
31
BAB VI PROGRAM KERJA IPM PERIODE 2016-2018 A. Dasar Program Kerja Sistem Gerakan IPM adalah seperangkat nilai spesifik yang melandasi segala aktivitas IPM, baik dalam manajemen organisasi, landasan program, atau aktvitias IPM. Sistem Gerakan IPM berarti apa saja yang menjadi kriteria keberhasilan gerakan IPM baik itu yang melingkupi pendekatan struktural (struktur kepemimpinan) atau pun pendekatan kultural (komunitas). Terdapat enam Sistem Gerakan IPM; keilmuan, kekaderan, keberpihakan, pemberdayaan, keislaman, kemanusiaan, dan keorganisasian.
Keilmuan Keberpihakan Pemberdayaan
1. Keilmuan, maksudnya program dan aktivitas IPM sebagai organisasi harus Capaian Umum dilandasi oleh prinsip keilmuan yang dicirikan sebagai berikut: Keislaman Rasional/logis Berbasis kebutuhan pelajar Kemanusiaan Berbasis riset Memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan yang sedang Keorganisasian terjadi. Keilmuan juga berarti segala program dan aktivitas IPM harus karena tujuan keilmuan yakni sebagai sarana mempelajari ilmu dan pengetahuan. 2. Kekaderan, maksudnya program dan aktivitas IPM selalu dilandasi oleh nilai-nilai kekaderan. Semua yang dilakukan IPM dalam proses berorganisasi selalu bersifat pemberdayaan anggota. Kekaderan meliputi: IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam aspek pemahaman ideologi. IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam aspek pemahaman paradigma. IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam aspek pemahaman gerakan. 3. Keberpihakan Keberpihakan maksudnya ialah segala program dan aktivitas IPM harus jelas letak keberpihakannya terhadap aspirasi pelajar. IPM memiliki tanggungjawab untuk membawa aspirasi pelajar dan mengadvokasinya. 32
Kata “keberpihakan” menunjukkan bahwa posisi IPM tidak netral terhadap keadaan. IPM harus terlibat aktif atas kepentingan pelajar. Keberpihakan adalah salah-satu kriteria capaian umum yang sangat penting bagi IPM. Dalam banyak kasus IPM harus mampu berpihak pada mengadvokasi kepentingan kelompok pelajar-rentan (pelajar difabel, pelajar perempuan, pelajar putus sekolah, pelajar dari kelas sosial menengah ke bawah). Dengan demikian capaian umum keberhasilan IPM terletak pada kemampuannya menunjukkan keberpihakan yang semakin dibutuhkan. 4. Pemberdayaan Pemberdayaan sebagai kriteria capaian umum IPM berarti segala gerak IPM senantiasa ditujukan bagi proses pengembangan kemampuan anggotanya. Pemberdayaan berarti proses pengembangan kapasitas, kemampuan, kreatifitas, dan kekuatan pelajar. Konsep pemberdayaan yang digunakan oleh IPM selalu bersifat partisipatoris dan dua arah. Proses pemberdayaan dalam IPM bertujuan sebagai cara membentuk integritas, kemandirian, kecakapan, dan keterampilan yang dibutuhakn dalam kehidupan sehari-hari. 5. Keislaman IPM merupakan organisasi berbasis pelajar dengan nilai-nilai keislaman; tauhid. Keislaman sebagai salah-satu kriteria capaian umum berarti IPM dalam menjalankan organisasi harus menyadari posisinya sebagai sayap dakwah Islam Muhammadiyah. IPM bertanggungjawab memformulasikan model dakwah yang ramah, menyenangkan, dan membawa manfaat bagi pelajar dan remaja pada umumnya. IPM dituntut untuk selalu menawarkan inovasi dakwah bagi mad‟u muda. 6. Kemanusiaan Kemanusiaan berarti segala proses yang terjadi di dalam pengembangan organisasi harus bersifat manusiawi. Mengakomodir segala kapasitas yang ada pada anggota IPM. IPM bertanggungjawab untuk menjadi wadah bagi pelajar secara keseluruhan tanpa terkecuali. IPM tidak hanya mewadahi aspirasi kelompok sosial pelajar tertentu, tetapi secara menyeluruh. 7. Keorganisasian Keorganisasi berarti berfungsinya IPM sebagai sebuah sistem. Landasan semua program IPM adalah sistem, di mana IPM bergerak atas sistem yang berfungsi. Pemimpin IPM harus mampu mengayomi dan mewadahi setiap anggota agar dengan ikhlas berperan maksimal di IPM, dengan berbagai strategi manusiawi yang dapat ditempuhnya. IPM adalah organisasi, maka sudah sewajarnya dijalankan berdasarkan pada sifat keorganisasian. Semua program dan kebijakan IPM harus didasarkan pada musyawarah mufakat. Organisasi IPM dijalankan dengan melibatkan kesepakatan semua pihak.
33
B. Lima Aspek Pengembangan Program Kerja Sistem Gerakan IPM adalah bentuk konkret penerapan sistem gerakan. Capaian bidang berbasis program ditentukan melalui lima aspek pengembangan program kerja: Visi: visi adalah tujuan yang sifatnya adiluhung, berjangka panjang, dan menunjukkan kedalaman nilai. Sistem Gerakan: Sistem Gerakan berkaitan dengan alur internalisasi dan eksternalisasi nilai organisasi. Internalisasi nilai berarti nilai apa saja yang diharapkan menjadi pegangan bersama antara setiap anggota organisasi. Jika berkaitan dengan bidangbidang, berarti nilai semacam apakah yang diharapkan oleh bidang yang bersangkutan menjadi pegagan dan komitmen bersama. Sedangkan eksternalisasi nilai berarti nilai apa sajakah yang diharapkan mampu menjadi tujuan organisasi atau secara spesifik setiap bidang yang ada di IPM. Sistem gerakan disusun dengan berpedoman pada nilai-nilai yang tertuang dalam Aktualisasi Sistem Gerakan IPM (BAB IV, Sub-Bab C). Organisasi dan Kepemimpinan: organisasi dan kepemimpinan berarti hal apa saja yang dibutuhkan atau harus disediakan oleh organisasi dan kepemimpinan dalam memfasilitasi perjalanan organisasi menuju terwujudnya visi. Jaringan: jaringan berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh bidang atau organisasi dalam memfasilitasi tercapainya visi yang berkaitan dengan kemitraan. Misalnya untuk mencapai visi gerakan Iqro‟ maka perlu ditentukan bagaimana, dengan siapa, IPM harus membangun jejaring. Sumber daya: sumber daya adalah hal apa saja yang dapat dicapai oleh kerja organisasi atau bidang berkaitan dengan peningkatan kapasitas anggota dan sasaran program. Sumber daya juga berarti dukungan apa yang dibutuhkan oleh organisasi atau bidang agar visinya tercapai (dukungan finansial atau infrastruktur). Aksi: aksi adalah wujud konkret dari strategi perencanaan visi. Aksi juga berarti garis besar dari apa yang dapat dilakukan agar visi tercapai. C. Program Kerja Bidang-Bidang Aspek-Aspek
Bidang-Bidang
Bidang Organisasi Visi
Terbangunnya pengelolaan organisasi IPM sebagai gerakan pelajar terdepan (leading) dalam manajemen organisasi maupun dalam menjalankan
34
perannya di tengah dinamika dan perkembangan global.
Sistem Gerakan
Organisasi dan Kepemimpinan
Jaringan
Sumber daya
Aksi
Mengembangkan sistem organisasi IPM yang maju, efektif, dan profesional berbasis data untuk menjalankan perannya sebagai gerakan pelajar yang berkemajuan. Meningkatkan kualitas dan fungsi-fungsi kepemimpinan organisasi di berbagai tingkatan yang berbasis pada penerapan budaya kerja organisasi yang manusiawi, apresiatif, amanah dan terukur. Memperkuat jaringan kelembagaan IPM di Indonesia melalui komunikasi intensif dan pendampingan sehingga mampu bersinergi membangun organisasi. Meningkatkan kualitas kepemimpinan di berbagai tingkatan yang mampu menjalankan misi ikatan. Meningkatkan konsolidasi gerakan di berbagai tingkatan yang berorientasi pada penguatan jejaring internal dan akar rumput. Melengkapi dan menguatkan basis data organisasi sebagai dasar pelaksanaan program yang terukur dan tepat sasaran.
Bidang Perkaderan
Visi
Sistem Gerakan
Organisasi dan Kepemimpinan
Berkembangnya kualitas anggota dan kader IPM sebagai pelaku gerakan yang memiliki keunggulan kapasitas, komitmen ideologis, dan mampu memajukan serta menyebar-luaskan peran IPM sebagai gerakan pelajar dalam dinamika kemanusiaan, umat, bangsa, dan Muhammadiyah. Membangun kekuatan dan kualitas kader, ideologi dengan mengoptimalkan sistem kaderisasi IPM yang menyeluruh, berkesinambungan dan berorientasi ke masa depan dengan dijiwai Islam yang berkemajuan dan menjadikan perkaderan sebagai budaya orgnisasi diseluruh tingkatan IPM. Menyelenggarakan Ideopolitor (Ideologi,Politik, dan Organisasi) bagi ipimpinan di lingkungan IPM untuk meneguhkan komitmen ideologis, memperluas visi dan pemikiran, dan mengembangkan organisasi sebaga iinstrumen 35
gerakan Islam yang berkemajuan.
Jaringan
Sumber daya
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama secara tersistem antar pimpinan dalam hal pelaksanaan perkaderan dilingkungan masing-masing. Membentuk dan meningkatkan kualitas Instruktur dan membina instruktur yang mampu mengembangkan perkaderan fungsional yang lebih relevan dan kompatible dengan kepentingan dan kebutuhan para kader.
Mengadakan kajian-kajian perkaderan untuk pengem-bangan konsep, model, pendekatan, dan metode yang lebih berkualitas dalam pelaksanaan perkaderan IPM untuk dijadikan standart operasional prosedur (SOP) kegiatan perkaderan di level masing-masing Aksi pimpinan. Identifikasi, penyusunan data base, dan pemetaan kader yang dimiliki IPM di semua lini. Mengadakan hari-ber-IPM disaat momenmomen liburan sekolah atau saat milad IPM. Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan Terbentuknya tradisi iqro‟ (membaca, menulis, riset), serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dan eksplorasi aspek-aspek Visi kehidupan yang bercirikan Islam, sehingga mampu menjadi alternatif kemajuan dan keunggulan Peradaban.
Sistem Gerakan
Organisasi dan Kepemimpinan
Jaringan
Mengembangkan tradisi iqro‟ dan pengarusutamaan teknologi di lingkungan IPM sebagai bagian dari tradisi literasi dan gerakan ilmu. Menguatkan kapasitas kepemimpinan yang mampu mengembangkan program-program penelitian dan ilmu pengetahuan-teknologi sebagai basis pengambilan kebijakan dan pengembangan kemajuan. Membentuk dan bersinergi dengan komunitas literasi untuk menumbuhkan tradisi keilmuan di 36
kalangan pelajar.
Sumber daya
Meyiapkan kader yang mampu berpikir kreatif dan bersikap ilmiah dalam mengoptimalkan gerakan ilmu di kalangan pelajar.
Aksi
Membentuk pusat-pusat keilmuan, seperti perpustakaan, rumah baca, dan komunitas kreatif-ilmiah di kalangan pelajar. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pencerdasan seperti bedah buku, seminar, bedah film, diskusi, dan lain-lain.
Bidang Kajian dan Dakwah Islam Berkembangnya pembinaan keagamaan pelajar yang bersifat menggembirakan dan mencerahkan pada berbagai komunitas dan dunia pelajar yang Visi luas dengan memahami karakteristik mad‟u kontemporer. Sehingga Islam dihayati, dipahami, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari pelajar. Menghidupkan tradisi kajian Islam dalam IPM sebagai gerakan ilmu yang berjiwa Islam yang berkemajuan dalam kehidupan pelajar. Selalu proaktif dalam menjawab problem dan tantangan Sistem Gerakan perkembangan sosial-budaya dan kehidupan pada umumnya sehingga Islam selalu menjadi sumber pemikiran dan moral pelajar di tengah kehidupan yang sangat kompleks. Mengoptimalkan peran bidang kajian dakwah IPM dalam rangka peningktan kuantitas dan kualitas dakwah dalam segala Organisasi dan dimensi kehidupan sesuai dengan prinsip Kepemimpinan gerakan Muhammadiyah. Mengoptimalka pengelolaan masjid dan mushallah sebagai sarana pembinaan keislaman. Meningkatkan sinergi dankerjasama secara tersistem untuk mengintensif-kan dan memperluas gerakan Jaringan dakwah .
Sumber daya Aksi
Meningkatkan kualitas dan kuantitas mubaligh untuk memenuhi kebutuhan dakwah dikalangan pelajar sehingga ajaran Islam semakin diterima kehidupan pelajar secara luas. Membentuk dan mengembangkan pusat
37
penelitan, kajian, dan informasi bidang keislaman dan Menyusun pedomanpedoman/tuntunan-tuntunan dan materi keislaman dengan merujuk pada Himpunan Putusan Tarjih yang bersifat praktis dan menjadi acuan bagi pelajar, anggota IPM seperti pedoman kultum, kurikulum kultum, materi khutbah, dan tuntunan kehidupan beragama sehari-hari Meningkatkan fungsi media dakwah seperti buletin, leaflet, website, tabligh seluler, android, dan media lainnya yang menyajikan materi/pesan Islam yang bersifat membimbing, meneguhkan, menggembirakan, dan mencerahkan Responsive terhadap isu-isu lokal, nasional bahkan inter-nasional pelajar terutama berkenaan dengan moralitas, etika, dan akhlak pelajar. Bidang Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga Berkembangnya seni-budaya dan olahraga di kalangan pelajar yang bernapaskan Islam dan mencerahkan peradaban manusia sebagai makhluk Visi yang berbudaya dan berakhlak mulia dan sehat jasmani-rohani.
Sistem Gerakan Organisasi dan Kepemimpinan
Jaringan
Sumber daya
Aksi
Meningkatkan upaya pengembangan seni budaya dan olahraga di kalangan pelajar yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan Muhammadiyah. Menguatkan kapasitas kelembagaan seni, budaya, dan olahraga di semua jenjang kepemimpinan IPM. Menguatkan jejaring komunitas-komunitas seni, baik di IPM, sekolah, ataupun luar dalam pengembangan seni, budaya, dan olahraga di kalangan pelajar. Mengangkat potensi seni, budaya, dan olahraga pelajar agar mampu bersaing di kancah yang lebih luas. Membentuk komunitas-komunitas seni, budaya, dan olahraga serta menyelenggarakan kegiatan pelatihan, apresiasi, dan penciptaan seni budaya.
38
Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik Terwujudnya kesadaran advokasi di lingkungan IPM atas persoalan-persoalan agama, pendidikan, budaya, sosial-politik, dan ekonomi yang menjadi Visi lokus gerakan IPM sebagai “Gerakan Pelajar Berkemajuan” wujud dakwah amar ma‟ruf dan nahi munkar di kalangan pelajar. Membangkan kesadaran hukum dan meningkatkan usaha-usaha advokasi serta mengintensifkan kajianSistem Gerakan kajian khusus tentang isu-isu strategis serta kebijakan nasional yang menyangkut kepentingan pelajar. Menguatkan kapasitas kepemimpinan dan kelembagaan dikalangan pelajar yang responsif Organisasi dan terhadap isu-isu strategis dan kebijakan publik serta Kepemimpinan menjadi rumah advokasi bagi pelajar muhammadiyah. Meningkatkan usaha dan Mengembangkan kerjasama dengan pemerintah dan berbagai lembaga Jaringan untuk kepentingan penegakkan hukum dalam berbagai aspek termasuk dalam pemberatasan korupsi. Memfasilitasi pengembangan kualitas pelajar yang Sumber daya memiliki kapasitas dalam bidang advokasi yang amanah,professional dan mengemban misi IPM. Melakukan pencerdasan kepada masyarakat pelajar tentang kesadaran hukum melalui berbagai lembaga sosial termasuk lewat jalur pendidikan Menyelenggarakan pendidikan kader advokasi dan menyusun panduan tentang politik yang Islami disertai pengembangan Aksi forum dan jaringan kader. Mengembangkan forum-forum kajian khusus tentang berbagai isu internasional yang strategis, seminar/public mengenai situasi dunia, untuk menjadi bahan penyikapan dan langkah IPM dalam menghadapi perkembangan dunia internasional. Bidang Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan Berkembangnya budaya kewirausahaan di kalangan Visi pelajar untuk mendorong terciptanya mental kemandirian bangsa yang kuat. Sistem Gerakan
Menumbuhkan kemandirian pelajar dengan nilai-
39
nilai entrepreneurship sejak dini menuju Indonesia yang berkemajuan yang berdaulat secara ekonomi. Menguatkan lembaga/bidang kewirausahaan, Organisasi dan mengembangkan sistem manajemen bisnis dan tata Kepemimpinan keola ekonomi serta pemfaatan aset-aset untuk mendorong produktifitas ekonomi IPM. Mengintensifkan kerjasama potensi dan pelaku Jaringan ekonomi dikalangan pelajar serta mobilisasi sumbersumber permodalan dan pemasaran Sumber daya Menciptakan sikap mandiri, terampil, dan kreatif Memberikan motivasi bagi para pelajar untuk berwira-usaha yang berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta minat bakat pelajar. Pemberdayaan pelajar dalam meningkatkan keterampilan diri sejak dini menuju Aksi kemandirian Pemberdayaan pelajar dalam meningkatkan keterampilan diri sejak dini menuju kemandirian seperti: membentuk unit-unit bisnis,koperasi,kedai/warung,bisnis online dll Bidang Pemberdayaan Pelajar Perempuan Mengembalikan eksistensi peran perempuan sebagai Visi generasi ummat, bangsa dan negara. Pengkjian dan Mengemangkan isu-isu tentang kesetaraan gender dan akses yang setara. Meningkatkan kepedulian dan respon terhadap permasalahan pelajar putri serta permasalahan perempuan pada umumnya. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya memahami kesehatan reproduksi Meningkatkan pengkajian gerakan-gerakan perempuan peduli pendidikan baik Sistem Gerakan dikalangan pelajar dan kalangan perempuan pada umumnya. Meningkatkan kepedulian terhadap isu-isu perekambangan hukum, politik, sosial, ekonomi dan budaya. Meningkatkan progrefitas perempuan dalam memandang isu-isu kekinian terutama kekerasan pelajar perempuan dan perempuan pada umumnya. Mengoptimalisasi potensi kader putri
40
Organisasi dan Kepemimpinan
Jaringan
Sumber daya
Aksi
Muhammadiyah dan proses kaderisasi Mampu mengajak dan meningkatkan usahausaha advokasi terhadap kekerasan perempuan terutama human trafficking yang merusak kehidupan keluarga dan masa depan bangsa dikalangan antar organisasi perempuan maupun OKP. Menjadikan kader perempuan seagai penyelaras dan penegasan terkait perannya dengan isuisu kontenporer seperti perdagangan perempuan khususnya diawah umur, ekploitasi pelajar sampai pada persoalan secara struktur mapun secara teologis . Mampu memperjuangkan hak-hak pelajar perempuan tanpa memandang diskriminasi terhadap kelompok yang cenderung memarjinalkan perempuan. Mengoptimalisasikan potensi kader putri (IPM) dalam proses kaderisasi khususnya dilembaga ortom Muhammadaiyah yaitu Nasyiatul Aisyiyah dan Aisyiyah. Meningkatkan usaha dan kerjasama dengan beragai pihak dalam mencegah dan mengadvokasi kejahatan human Trafficking yang pada umumnya menimpa kaum pelajat perempuan. Mengemangkan kerjasama dengan pihak pemeritah serta lemaga sosial yang konsen terhdap perempuan dalam memberikan pendampingan serta, pencerdasan emosional maupun spirtual dikalangan pelajar. Mendukung program-program pemerintah yang konsesn terhadap perempuan melaui MOU-MOU dan meneruskan kepimpinanpimpinan yang ada diawahnya. Terus melakukan pencerdasan, pendampingan dan penyadaran terhdap perempuan di beragai sektor publik sehingga adanya tranformasi kader perempuan dari masa kemasa sehingga tidak adalagi diksriminatif, maupun termarjinalkan baik di lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat secara luas. Aktif melaksanakan pengajian dan diskusi dalam rangka peneguhan ideologi gerakan
41
Muhammadiyah dan IPM. Menguatkan gerakan perempuan melalui komunitas-komunitas anti kekerasan. Melaksanakan seminar kesehatan produksi yang mampu menamah pemahaman terhdap perempuan. Mengemangkan gerakan litarasi untuk mengajak para pelajar perempuan serta perempuan pada umumnya untuk terus ergerak pada pencerdasan diri. Konsen terhadap isu-isu terkini terkait persoalan perempuan melalui kerjsama antar LSM perempauan.
Bidang Lingkungan Hidup Visi
Sistem Gerakan
Organisasi dan Kepemimpinan
Jaringan
Membangun paradigma kesadaran atas lingkungan hidup di kalangan pelajar IPM sebagai wujud tanggungjawab khalifah filardh yang wajib melindungi lingkungan. Meningkatkan dan menyadarkan akan pentingnya menjaga lingkungan. Ikut terlibat mengkampanyekan gerakan peduli lingkungan hidup Meningkatkan budaya greenish sehingga menjadikan sekolah ramah lingkungan. Menjadikan organisai sebagai gerakan yang menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sehingga IPM mampu menjawab dan paling tidak sudah siap menjadi organisasi yang tidak hanya konsen pada isu-isu pendidikan melainkan ikut mengambil peran dalam mencegah kerusakan lingkungan. Mampu megartikulasi akan pentingnya basis gerakan berjamaah untuk ikut mencegah kerusakan lingkungan. sehingga IPM tidak hanya mampu memproduksi wacana-wacana gerakan serta melakukan aksi dan pelayanan tetapi juga sebagai wahana dakwah dikalangan pelajar dan masyarakat secara real action dan merata. Mampu membangun relasi sosial secara luas baik di kalangan pelajar, masyarakat, pemerintah, dan lembaga sosial sehingga semakin sadar akan pentingnya menjaga dan melindungi lingkungan
42
semakin terbangun. Menguatkan peran bersama Muhammadiyah Disaster Medical Centre (MDMC) dan Majelis Lingkungan Hidup (MLH) agar mampu bekerja Sumber daya sama dan tampil sebagai gerakan pelajar yang juga konsen terhadap konsekuensi alam, serta upaya melestarikan lingkunga hidup. Melakukan pencerdasan kepada masyarakat melalui gerakan sadar lingkungan baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Meningkatkan gerakan ekoliterasi (kesadaran melek lingkungan hidup) secara konsen sebagai upaya pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Aksi Mengembangkan forum-forum sadar lingkungan untuk mengkaji isu-isu kerusakan lingkungan serta terus melakukan seminar/publik mengenai situasi dunia terutama pemasan global, penipisan ozon, limbah pabrik, dan eksploitasi sumber daya alam oleh korporasi asing. Massif berpartisipasi dalam mengkampanyekan hidup cinta lingkungan. Bidang Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi Berkembangnya kemampuan pemanfaatan media, komunikasi, teknologi, dan informasi di IPM Visi sebagai sarana dakwah dan syiar Islam di kalangan pelajar.
Sistem Gerakan
Organisasi dan Kepemimpinan
Jaringan Sumber daya
Mengembangkan model pengembangan media, komunikasi, teknologi, dan informasi sebagai sarana penguatan internal organisasi dan penyebarluasan gagasan. Memperkuat kapasitas internal organisasi melalui pemanfaatan media, komunikasi, teknologi, dan informasi. Membangun jaringan dengan berbagai pihak di bidang media, komunikasi, teknologi, dan informasi sebagai langkah penguatan strategi gerakan. Melahirkan kader yang sadar dan mampu mengoptimalkan media, komunikasi, teknologi, dan
43
informasi sebagai sarana dakwah dan syiar IPM.
Aksi
Mengembangkan jaringan media yang dapat menyuarakan kepentingan pelajar dan sesuai dengan nilai-nilai dasar IPM.
Bidang Pendidikan Politik Pelajar Penguatan peran pelajar dalam mengaspirasikan hak Visi dan kewajibannya sebagai warga negara. Memberikan pemahaman melalui pendidikan politik sehingga tanggap terhadap isu politik yang mencakup bidang pendidikan, HAM, dan demokrasi. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik pelajar dalam isu pendidikan, HAM, Sistem Gerakan dan demokrasi. Mengembangkan budaya politik serta etika demokratis kepada pelajar baik laki-laki maupun perempun sebagai warga negara yang memiliki hak dan kewajiban sehingga mampu mengontrol kebijakan yang berkaitan dengan kebutuhan pelajar. Mampu memberi pemahaman politik baik di tingkat Organisasi dan organisasi, lembaga, dan invidu yang berkaitan Kepemimpinan dengan pendidikan, HAM, dan demokrasi. Menguatkan kerjasama IPM dengan berbagai pihak yang membantu IPM memahami kondisi nasional Jaringan dan global yang berkaitan dengan politik pendidikan, HAM, dan demokrasi. Menyiapkan kader IPM yang melek terhadap isu Sumber daya politik pendidikan, HAM, dan demokrasi. Menyelenggarakan pendidikan kader politik IPM dan Menyusun buku yang berkaitan dengan proses penyadaran hak politik pelajar. Aksi Menyelenggarakan forum-forum diskusi terkait isu-isu politik yang berkembang khususnya kebijakan pendidikan, HAM, dan demokrasi. Bidang Hubungan dan Kerjasama Internasional Pengembangan da n penguatan kapasitas organisasi melalui pembentukan jaringan kerja global dalam Visi rangka mengimplementasikan ciri gerakan pelajar berkemajuan
44
Sistem Gerakan
Organisasi dan Kepemimpinan Jaringan Sumber daya
Aksi
Membangun jejaring global sebagai cara meningkatkan kapasitas organisasi Mengembangan bentuk-bentuk kerjasama global sebagai strategi memperluas gagasan dan ruang lingkup yang meluas Memperkuat interaksi lintas bangsa dan negara sebagai media dan sarana partisipatif dalam kancah global Menggerakkan dan membangun kesadaran bahwa organisasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari situasi global sehingga memunculkan pengembangan organisasi, individu, dan proses manajerial. Menemukan, membentuk, dan mengembangkan jejaring sebagai wujud daya-ekspantif organisasi Mengembangkan kapasitas penggerak organisasi sebagai subjek utama dalam memasuki interaksi global Menjalankan progarm dan aktivitas yang berkaitan dengan peningkatan kesadaran untuk mewujudkan visi pelajar berkemajuan dan gerakan ilmu melalui prakarsa kerjasama global Menyinergikan pengembangan dan pencapaian organisasi hingga ke tingkat global Mengembangkan program dan aktivitas yang memuat visi bagi perbaikan dunia global, baik dalam isu lingkungan, demokrasi, perdamaian, dan mendorong kebijakan internasional yang tepat bagi kelompok muda.
45
BAGIAN IV AGENDA AKSI Agenda aksi pada dasarnya merupakan bagian dari implementasi visi IPM yang bersifat langsung, nasional, dan kelanjutan dari diskursus yang dibangun praMuktamar (forum TMU, forum Konpiwil, dan Pleno). Agenda aksi dirancang sebagai strategi umum dalam upaya mendorong daya-kreatif sehingga mampu mewujudkan visi IPM sebagai gerakan ilmu. Skema agenda aksi bergantung pada strategi penguatan struktur, sekaligus strategi kultural berupa pengembangan komunitas. Struktur akan menjadi faktor penting dalam merancang dan mengimplementasikan agenda aksi. Sedangkan komunitas akan berperan sebagai strategi kreatif yang membantu struktur memaksimalkan implementasi agenda aksi. Komunitas Pelajar Peduli Lingkungan Komunitas Literasi Komunitas Sosio-Entrepreneurship Komunitas Seni-Sastra Struktur IPM Komunitas Pendampingan Teman Sebaya Komunitas Dakwah Generasi Z Komunitas Media dan Teknologi Komunitas Olahraga
46
BAGIAN V PENUTUP IPM dalam beberapa tahun belakangan ini semakin kuat dalam dua hal. Pertama adalah gerakan literasi, sebagai proses pematangan IPM dalam menjaga spirit Iqro‟. Kedua adalah keberhasilan IPM dalam gerakan sosio-entrepreneurship dalam kategori organisasi. Dua hal ini tentu saja menjadi catatan penting bagi IPM, tidak saja bagi beberapa wilayah yang telah dengan kerja keras melakukan inovasi-inovasi penting. Lebih daripada itu, semuanya adalah hasil dari kerja keras kolaborasi semua pihak. IPM seluruh Indonesia punya andil penting dalam mengembangkan dan meneruskan langkah positif organisasi. Pada masa yang ini IPM dengan massa nasional terbesar sebagai gerakan pelajar, dituntut untuk terus memperlihatkan kontribusinya yang bersifat global, terutama dalam isu-isu ekologi (lingkungan hidup). Pelajar memegang peranan penting dalam mengontrol atau mengerem kerusakan alam. Isu ini sama sekali tidak berhubungan dengan program-program lembaga funding dunia, tetapi menjadi kewajiban setiap aktivis IPM karena dengan jelas merupakan salah-satu amanah penting Islam Berkemajuan. Muhammadiyah periode 2005-2015 berhasil menggugat UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air serta merevisi UU Nomor 22 tahum 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menjadi UU Migas. Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan Islam Berkemajuan. Pelajar IPM pada masa ini memiliki kesadaran ekologis (ekoliterasi) yang tinggi. Terlihat dari pendekatan yang digunakan oleh pelajar IPM dalam mengkritisi proses kerusakan alam menggunakan pendekatan struktural dan analisa yang kritis atas peran lembaga funding melalui program MDG‟S dan SDG‟S. Hal ini menunjukkan bahwa IPM teliti dalam melihat akar persoalan yang dalam. Semoga hal ini dapat dilanjutkan terus. Demikian, materi Muktamar IPM XX disusun atas bantuan banyak pihak, oleh karena itu diucapkan penghargaan yang sebesar-besarnya. Semoga Allah senantiasa membantu kita dalam menggerakkan IPM.
47
LAMPIRAN I STRUKTUR PIMPINAN IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH Struktur Ikatan Pelajar Muhammadiyah bersifat desentralisasi dan kolektifkoligeal. Artinya, bahwa posisi ketua dan sekretaris tidak hanya dimiliki oleh satu orang, tetapi masing-masing bidang juga berhak memiliki posisi tersebut. Berikut ini adalah strukturnya. STRUKTUR PIMPINAN PUSAT IPM KETUA Umum KETUA (Organisasi) KETUA (Perkaderan) KETUA (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) KETUA (Kajian dan Dakwah Islam) KETUA (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) KETUA (Advokasi dan Kebijakan Publik) KETUA (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) KETUA (Lingkungan Hidup) KETUA (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) KETUA (Pendidikan Politik Pelajar) KETUA (Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri) SEKRETARIS Jenderal SEKRETARIS (Organisasi) SEKRETARIS (Perkaderan) SEKRETARIS (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) SEKRETARIS (Kajian dan Dakwah Islam) SEKRETARIS (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) SEKRETARIS (Advokasi dan Kebijakan Publik) SEKRETARIS (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) SEKRETARIS (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) SEKRETARIS (Lingkungan Hidup) SEKRETARIS (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) SEKRETARIS (Pendidikan Politik Pelajar) SEKRETARIS (Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri) BENDAHARA Umum Bendahara I Bendahara II ANGGOTA Bidang Anggota (Organisasi) Anggota (Perkaderan)
48
Anggota (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) Anggota (Kajian dan Dakwah Islam) Anggota (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota (Advokasi dan Kebijakan Publik) Anggota (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) Anggota (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) Anggota (Lingkungan Hidup) Anggota (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) Anggota (Pendidikan Politik Pelajar) Anggota (Hubungan dan Kejasama Luar Negeri) STRUKTUR PIMPINAN WILAYAH IPM KETUA Umum KETUA (Organisasi) KETUA (Perkaderan) KETUA (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) KETUA (Kajian dan Dakwah Islam) KETUA (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) KETUA (Advokasi dan Kebijakan Publik) KETUA (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) KETUA (Lingkungan Hidup) KETUA (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) KETUA (Pendidikan Politik Pelajar) SEKRETARIS Umum SEKRETARIS (Organisasi) SEKRETARIS (Perkaderan) SEKRETARIS (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) SEKRETARIS (Kajian dan Dakwah Islam) SEKRETARIS (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) SEKRETARIS (Advokasi dan Kebijakan Publik) SEKRETARIS (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) SEKRETARIS (Lingkungan Hidup) SEKRETARIS (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) SEKRETARIS (Pendidikan Politik Pelajar) BENDAHARA Umum Bendahara I Bendahara II ANGGOTA Bidang Anggota (Organisasi) Anggota (Perkaderan) Anggota (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) Anggota (Kajian dan Dakwah Islam) Anggota (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota (Advokasi dan Kebijakan Publik)
49
Anggota (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) Anggota (Lingkungan Hidup) Anggota (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) Anggota (Pendidikan Politik Pelajar) STRUKTUR PIMPINAN DAERAH IPM KETUA Umum KETUA (Organisasi) KETUA (Perkaderan) KETUA (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) KETUA (Kajian dan Dakwah Islam) KETUA (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) KETUA (Advokasi dan Kebijakan Publik) KETUA (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) KETUA (Lingkungan Hidup) KETUA (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) KETUA (Pendidikan Politik Pelajar) SEKRETARIS Umum SEKRETARIS (Organisasi) SEKRETARIS (Perkaderan) SEKRETARIS (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) SEKRETARIS (Kajian dan Dakwah Islam) SEKRETARIS (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) SEKRETARIS (Advokasi dan Kebijakan Publik) SEKRETARIS (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) SEKRETARIS (Lingkungan Hidup) SEKRETARIS (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) SEKRETARIS (Pendidikan Politik Pelajar) BENDAHARA Umum Bendahara I Bendahara II ANGGOTA Bidang Anggota (Organisasi) Anggota (Perkaderan) Anggota (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) Anggota (Kajian dan Dakwah Islam) Anggota (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota (Advokasi dan Kebijakan Publik) Anggota (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) Anggota (Lingkungan Hidup) Anggota (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) Anggota (Pendidikan Politik Pelajar)
50
STRUKTUR PIMPINAN CABANG IPM KETUA Umum KETUA (Perkaderan) KETUA (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) KETUA (Kajian dan Dakwah Islam) KETUA (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) KETUA (Advokasi dan Kebijakan Publik) KETUA (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) KETUA (Lingkungan Hidup) KETUA (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) KETUA (Pendidikan Politik Pelajar) SEKRETARIS Umum SEKRETARIS (Perkaderan) SEKRETARIS (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) SEKRETARIS (Kajian dan Dakwah Islam) SEKRETARIS (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) SEKRETARIS (Advokasi dan Kebijakan Publik) SEKRETARIS (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) SEKRETARIS (Lingkungan Hidup) SEKRETARIS (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) SEKRETARIS (Pendidikan Politik Pelajar) BENDAHARA Umum Bendahara I Bendahara II ANGGOTA Bidang Anggota (Perkaderan) Anggota (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) Anggota (Kajian dan Dakwah Islam) Anggota (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota (Advokasi dan Kebijakan Publik) Anggota (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) Anggota (Lingkungan Hidup) Anggota (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) Anggota (Pendidikan Politik Pelajar) STRUKTUR PIMPINAN RANTING IPM KETUA Umum KETUA (Perkaderan) KETUA (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) KETUA (Kajian dan Dakwah Islam) KETUA (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) KETUA (Advokasi dan Kebijakan Publik)
51
KETUA (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) KETUA (Lingkungan Hidup) KETUA (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) KETUA (Pendidikan Politik Pelajar) SEKRETARIS Umum SEKRETARIS (Perkaderan) SEKRETARIS (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) SEKRETARIS (Kajian dan Dakwah Islam) SEKRETARIS (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) SEKRETARIS (Advokasi dan Kebijakan Publik) SEKRETARIS (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) SEKRETARIS (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) SEKRETARIS (Lingkungan Hidup) SEKRETARIS (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) SEKRETARIS (Pendidikan Politik Pelajar) BENDAHARA Umum Bendahara I Bendahara II ANGGOTA Bidang Anggota (Perkaderan) Anggota (Pengembangan Ilmu Pengetahuan) Anggota (Kajian dan Dakwah Islam) Anggota (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota (Advokasi dan Kebijakan Publik) Anggota (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) Anggota (Pemberdayaan Pelajar Perempuan) Anggota (Lingkungan Hidup) Anggota (Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi) Anggota (Pendidikan Politik Pelajar)
KETERANGAN: 1. Struktur IPM bersifat desentralisasi. Artinya, setelah posisi Ketua Umum dan Sekretaris Umum tidak ada Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris, tetapi langsung Ketua dan sekretaris bidang yang bekerja sesuai dengan tugas bidangnya masing-masing. 2. Jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen) khusus untuk Pimpinan Pusat IPM. 3. Untuk Bidang Organisasi hanya ada pada struktur PP, PW, dan PD IPM. Sedangkan di tingkat PR dan PC IPM tidak ada. 4. Sesuai dengan ART IPM, bidang wajib yang ada di struktur Ranting adalah Bidang Perkaderan, KDI, dan PIP.
52
LAMPIRAN II PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN A. Pedoman LPJ Pelajar Berkemajuan Pedoman LPJ Pelajar Berkemajuan merupakan format penyusunan laporan kepemimpinan IPM masing-masing wilayah yang memanfaatkan pendekatan (Appreciative Inquiry). Pendekatan AI yang dimaksud adalah melibatkan empat unsur berikut: Discovery (Penemuan) Hal-hal menarik dan inspiratif apa saja yang dapat menjadi data penting bagi perkembangan IPM ke depan bagi masingmasing Kepemimpinan di setiap provinsi?. Dream Impian seperti apa yang dapat dibayangkan menjadi bentuk inovasi baru bagi perkembangan IPM di masing-masing provinsi bagi kepemimpinan mendatang? Design Bagaimana mendisain rencana baik bagi setiap kepemimpinan IPM di masa mendatang berdasarkan hasil refleksi dari Kepemimpinan sebelumnya? Hal yang mudah, sederhana, dan bermanfaat seperti apa yang harus direncanakan bagi perkembangan IPM ke depan untuk masing-masing provinsi? Destiny Bagaimana menggerakkan ide-ide inovatif yang muncul dari setiap IPM di masing-masing provinsi? Apa saja yang dibutuhkan untuk menggerakkan ide-ide inspiratif menjadi nyata bagi Kepemimpinan selanjutnya, baik di tingkat Provinsi hingga tingkat Nasional. Secara umum bentuk implementasi AI dalam sistematika Laporan Pertanggungjawaban Pelajar Berkemajuan dirinci menjadi enam hal berikut: Pendahuluan Visi Misi Organisasi (Untuk LPJ PP IPM) Visi Misi Bidang dan Arah Program Program Kerja Bidang Realitasi Program Kerja Bidang Keberhasilan dan Pencapaian Kepemimpinan/Bidang Evaluasi dan Harapan Pendahuluan berisi latar belakang, penjelasan umum, tujuan, yang berkaitan dengan organisasi (bagi Bidang Umum), atau bidang (jika LPJ dibuat oleh bidang).
53
Visi Misi Organisasi merupakan bagian dari LPJ yang disusun oleh bidang umum PP IPM atau yang dikenal sebagai LPJ PP IPM. Visi Misi Bidang dan Arah Program merupakan bagian dari LPJ yang membahas kebijakan internal masing-masing bidang, dan orientasi yang melatarbelakangi kebijakan bidang. Program Kerja Bidang adalah bagian dari LPJ yang membahas mengenai rancangan program yang dibuat. Realisasi Program Kerja Bidang adalah bagian dari LPJ yang membahas ketercapaian rancangan program. Keberhasilan dan Pencapaian Kepemimpinan/ Bidang adalah bagian dari LPJ yang membahas mengenai keberhasilan apa saja yang telah dicapai. Jika LPJ dibuat oleh Bidang Umum maka keberhasilan dan pencapaian organisasi lah yang dituliskan. Sedangkan jika yang menyusun adalah Bidang-Bidang, maka yang dibahas adalah keberhasilan bidangnya masing-masing. Evaluasi dan Harapan adalah bagian dari LPJ yang memuat tentang evaluasi organisasi (memberikan saran praktis bagi kepemimpinan berikut pada kepemimpinannya masing-masing). Sedangkan harapan berisi rekomendasi-rekomendasi penting bagi pengembangan organisasi di masa yang akan datang.
54