MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Biokimia Fisiologi Mikrobiologi Nutrisi Fakultas Peternakan, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Helmintologi Fakultas Kedokteran Hewan dan Laboratorium Nutrisi Unggas Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Ternak Jumlah ternak yang digunakan adalah 80 ekor ayam kampung umur 12 minggu. Pemeliharaan ayam kampung ini dilakukan selama 28 hari (umur 12-16 minggu). Ayam kampung dipelihara secara intensif dengan sistem litter. Daun Jarak Pagar Daun jarak pagar yang digunakan diperoleh dari perkebunan tanaman jarak di daerah Cibedug, Bogor. Ransum dan Air Minum Ransum yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk crumble. Bahan baku ransum yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari PT Indofeed, Bogor. Bahan-bahan tersebut adalah jagung kuning, dedak padi, bungkil kedelai, Meat Bone Meal (MBM), minyak, garam, premix dan DL-Methionine. Ransum perlakuan yang dipakai dalam penelitian ini mendekati kebutuhan nutrisi untuk ayam leghorn yang berumur 10-16 minggu (Leeson dan Summers, 2005), yaitu Energi Metabolis 2850 kkal/kg, Protein Kasar 16%, Ca 0,92%, P 0,4%, Metionin 0,39%, dan Lisin 0,8%. Air minum yang digunakan merupakan air yang berasal dari sumur yang berada di sekitar kandang. Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Komposisi bahan pakan dan kandungan zat makanan ransum penelitian disajikan pada Tabel 1. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah kandang sistem litter berjumlah 16 petak dan tiap petak kandang berukuran 1x1 m. Tiap petak terdapat lima ekor ayam
20
kampung. Tiap ulangan diacak terlebih dahulu untuk mengurangi galat pada perhitungan. Peralatan yang digunakan adalah timbangan, tirai plastik, tempat air minum, termometer, plastik untuk ransum, spuit dan sonde untuk pencekokan. Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan dan Kandungan Zat-zat Makanan Ransum Penelitian Nama Bahan
% dalam ransum
Jagung Kuning
51,23
Dedak padi
20,5
Bungkil kedelai
17
MBM ( Meat Bone Meal )
7,5
Minyak
3
Garam
0,1
Premix
0,5
DL Methionine
0,17
Jumlah
100
Kandungan zat makanan berdasarkan perhitungan : Energi Metabolis (kkal/kg)
2855,64
Protein (%)
18,23
Lemak (%)
5,60
Serat Kasar (%)
3,80
Metionine (%)
0,36
Sistin (%)
0,26
Metionine + Sistin (%)
0,62
Lisin (%)
0,83
Ca (%)
0,91
Ptersedia (%)
0,61
Na (%)
0,14
Cl (%)
0,17
Sumber : Kandungan zat makanan bahan pakan berdasarkan Leeson dan Summers (2005)
Vaksinasi dan Obat-obatan Vaksin yang digunakan pada penelitian ini adalah vaksin New Castle Disease (ND) untuk mencegah penyakit tetelo. Vaksin ND diberikan saat ayam umur 11
21
minggu melalui air minum. Obat cacing yang digunakan dalam penelitian ini adalah albendazole. Vita Chick digunakan sebagai suplemen vitamin. Metode Perlakuan dan Rancangan Percobaan Pemberian ekstrak daun jarak pagar dan albendazole yaitu dengan cara dilarutkan terlebih dahulu di dalam air kemudian dicekokkan ke ayam sebanyak 1 ml. Perlakuan terdiri atas: R1 = Ransum basal (kontrol), R2 = Ransum basal + 5% ekstrak daun jarak dalam 1 ml air ( 0,05 g/ml air) R3 = Ransum basal + 10% ekstrak daun jarak dalam 1 ml air ( 0,1 g/ml air) R4 = Ransum basal + 1 % albendazole dalam 1 ml air Dosis albendazole yang dipakai adalah 5 mg/kg bobot badan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan tiap perlakuan memiliki 4 ulangan. Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut :
Xij = µ + πi + Σij Xij
= Perlakuan pakan ke-i dan ulangan ke-j
µ
= Rataan umum
πi
= Efek perlakuan ke-i
Σij
= Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Ragam (analysis of
variance /ANOVA). Perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1993). Peubah yang diamati 1. Pertambahan Bobot Badan (gram/ekor) Pertambahan bobot badan dihitung dengan cara mengurangi bobot badan ayam akhir dengan bobot badan ayam awal. 2. Konsumsi Ransum (gram/ekor) Konsumsi ransum didapatkan dari menghitung selisih jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum yang masih ada dalam satu minggu.
22
3. Konversi Ransum (konsumsi ransum/pertambahan bobot badan) Konversi ransum didapatkan dari membandingkan konsumsi ransum terhadap pertambahan bobot badan. 4. Persentase Bobot Organ Dalam (hati, limpa, jantung, ginjal, usus halus, dan rempela) Persentase bobot organ dalam merupakan perbandingan bobot organ dalam dengan bobot hidup dikalikan 100. 5. Panjang Relatif Usus (cm/100 gram bobot badan) Panjang relatif usus merupakan perbandingan panjang usus dengan bobot hidup dikalikan 100. Prosedur Penelitian Penyediaan Telur Infektif Cacing Ascaridia Galli. Telur cacing diambil dari uterus cacing dewasa yang terdapat pada ayam kampung. Cacing dewasa tersebut diambil dari usus ayam kampung dari rumah makan Galuga, Bogor. Uterus cacing dewasa diisolasi dibawah mikroskop di laboratorium helminthologi untuk memperoleh telur cacing A. galli. Telur cacing A. galli yang diperoleh diinkubasi dalam cawan petri berisi NaCl 0,9% selama 14 hari di laboratorium helminthologi sampai terbentuk telur infektif. Dosis yang diberikan adalah 2000 telur cacing/ ekor. Telur infektif yang telah siap diinfeksikan pada ayam kampung disimpan dalam gelas piala yang ditutupi dengan aluminium foil. Pembuatan Ekstrak Daun Jarak. Daun jarak diblender menggunakan pelarut air dengan perbandingan 1:2 (1 daun jarak : 2 pelarut air), kemudian dilakukan maserasi dengan shaker selama 24 jam menggunakan aquadest dengan perbandingan 1:7 (1 hasil blender daun jarak : 7 pelarut air). Setelah dilakukan maserasi, bahan tersebut disaring dan diambil filtratnya. Filtrat tersebut dimasukkan ke dalam alat evaporator untuk diambil ekstraknya (bentuk serbuk). Proses pembuatan ekstrak daun jarak ditunjukkan pada Gambar 7.
23
Gambar 7. Proses Pembuatan Ekstrak Daun Jarak Persiapan Kandang. Sisa kotoran ayam, baik berupa ekskreta, sisa litter, bulu maupun debu dikeluarkan dari kandang dengan cara disapu. Setelah itu, dilakukan penyemprotan air bertekanan dengan memakai jetspray. Setelah kandang disemprot dengan jetspray, kandang disemprot dengan desinfektan dimana seluruh bagian kandang harus basah atau terkena cairan desinfektan. Alat pakan dan minum unggas dibersihkan dengan menggunakan deterjen. Sekam ditaburkan dengan ketebalan 5-8 cm di lantai. Bagian samping kandang ayam ditutup dengan tirai plastik untuk menjaga agar ayam tidak kedinginan. Gambar kandang pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.
24
Gambar 8. Gambar Kandang saat Penelitiaan Pemeriksaan Derajat Infeksi Kecacingan Prainfeksi. Pemeriksaan derajat infeksi kecacingan pada ternak dilakukan dua hari sebelum penginfeksian untuk memastikan bahwa ternak tersebut tidak terinfeksi cacing. Pemeriksaan ini dilakukan dua hari sebelum penginfeksian. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan larutan pengapung. Lima gram ekskreta diambil dari ternak kemudian diperiksa dengan menggunakan metode (Cringoli et al., 2004). Larutan pengapung disiapkan yang terdiri dari campuran 800 gram garam dan 1000 gram gula yang dilarutkan dalam 2 liter air. Dua gram ekskreta dilarutkan ke dalam 24 ml larutan pengapung yang kemudian disaring dan dihomogenkan kembali kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung Mc Master. Kamar hitung diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui jumlah telur didalamnya. Jika telur atau larva ditemukan di dalam ekskreta, maka ternak tersebut tidak boleh digunakan. Analisis Kandungan Tanin dan Saponin Ekstrak Daun Jarak Pagar Analisis kuantitatif terhadap kandungan tanin dan saponin pada ekstrak daun jarak pagar dilakukan di Balai Penelitian Peternakan (Balitnak) Ciawi dengan metode sebagai berikut (Harborne, 1987) : 1.
Analisis Tanin Analisis tanin dilakukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu. Larutan standar dengan konsentrasi 0,1 mg/ml diambil sebanyak 0,02 ml, 0,04 ml, 0,06 ml, 0,08 ml dan 0,1 ml lalu ditambahkan akuades hingga 0,5 ml kemudian ditambahkan 0,25 ml pereaksi Folin-Ciocalteu dan 1,25 ml larutan NaCO3.
25
Setelah itu, larutan divortex dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 725 nm setelah 40 menit. Larutan contoh diencerkan sebanyak 6 kali lalu diambil sebanyak 0,05 ml dijadikan 0,5 ml dengan penambahan akuades. Setelah itu, larutan contoh diperlakukan sama dengan larutan standar. Kandungan tanin = 2.
X konsentrasi standar X faktor pengencer
Analisis Saponin Analisis saponin dilakukan dengan menggunakan metode Hiai, yaitu larutan standar yang berisi 10 mg diosgenin ditambahkan 20 ml MeOH (0,5 mg/ml) dalam suhu kamar kemudian disimpan dalam waterbath es. Setelah itu, larutan dikeluarkan dan dilakukan penambahan pereaksi vanilin sulfat yang berisi 1,6 gram vanilin yang ditambah 20 ml etanol dan 28 ml akuades yang ditambah 72 ml H2SO4 pekat. Larutan dipanaskan pada suhu 600 C selama 10 menit kemudian didinginkan dalam air es. Setelah itu, larutan divortex dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 544 nm. Kandungan saponin =
X konsentrasi standar X faktor pengencer
Metode Penginfeksian Ayam kampung yang digunakan berumur 12 minggu sebanyak 80 ekor. Pada awal penelitian, ayam ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan bobot awalnya. Penginfeksian telur infektif cacing A. galli dilakukan satu kali saat ayam berumur 12 minggu. Telur infektif diberikan dengan cara dicekok ke dalam mulut ayam dengan menggunakan spuit yang dihubungkan dengan sonde. Dosis cacing yang diberikan adalah 2000 telur cacing/ekor. Seminggu kemudian, ayam diberikan perlakuan dengan melarutkan ekstrak daun jarak pagar dan albendazole ke dalam air dan kemudian dicekokkan ke dalam mulut ayam. Pencekokan ini dilakukan selama tujuh hari pemeliharaan. Bobot badan ayam kampung ditimbang setiap satu minggu sekali untuk mengetahui pertambahan bobot badan selama periode penelitian. Pemeriksaan Telur Tiap Gram Ekskreta (TTGE) Pemeriksaan ttge dilakukan pada akhir penelitian dengan cara mengambil dua gram ekskreta dari tiap ulangan. Ekskreta dilarutkan ke dalam 24 ml larutan pengapung yang kemudian disaring dan dihomogenkan kembali kemudian
26
dimasukkan ke dalam kamar hitung Mc Master. Kamar hitung diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui jumlah telur didalamnya. Pengukuran dan Pengamatan Organ Dalam Setelah pemeliharaan selama 28 hari, diambil satu ekor ayam kampung betina dari setiap ulangan untuk dipotong dan diamati organ dalamnya. Sebelum ayam dipotong, ayam ditimbang bobot hidupnya terlebih dahulu. Setelah dipotong, ayam ditimbang bobot potong dan bobot tanpa bulunya. Organ dalam dikeluarkan dari ayam kampung untuk ditimbang berat karkasnya. Organ dalam ayam kampung dikeluarkan untuk diamati dan diukur persentase bobot organ dalam serta saluran pencernaannya. Pemeriksaan Usus Semua Perlakuan Setelah usus halus semua perlakuan dikeluarkan dari ayam kampung, usus ayam kampung dipotong untuk dilihat jumlah telur cacing dan peradanganperadangan yang terjadi pada usus ayam kampung.
27