6/14/2013
PENDAHULUAN •
Pemetaan Kawasan Rawan Kebakaran Hutan dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis: Sebuah Studi Kasus di Taman Nasional Bali Barat
• •
• • • •
Oleh: Arina Miardini 1) dan Nunung Puji Nugroho 2) E-mail:
[email protected],
[email protected]
•
TNBB: kawasan pelestarian alam berdasar SK MenHut No. 493/Kpts-II/1995, luas kawasan 19.002,89 ha ytd keterwakilan ekosistem hutan yang tergolong lengkap al cenderung rentan terhadap gangguan hutan yang dapat mengancam keutuhan dan integritas ekologi kawasan. intensif mengancam yaitu kebakaran hutan hutan musim dan savanna, dom musim kemarau, rentan terhadap kebakaran mencegah atau meminimalkan risiko kebakaran hutan: informasi kawasan yang rawan terhadap kebakaran. pengalokasian sumber daya yang ada untuk mencegah, mengatasi atau meminimalkan dampak kebakaran Tujuan: memetakan kawasan rawan kebakaran hutan di TNBB dengan menggunakan teknik penginderaan jauh (PJ) dan sistem informasi geografis (SIG).
Jl. A. Yani Pabelan P.O. BOX 295 Kartasura, Surakarta 57102 Telepon/Fax: 0271-716709/716959
METODE 1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tahun 2012
2. Bahan dan Alat • Bahan wetness index yang diturunkan dari citra Landsat-7 ETM+ path 117/row 66 res, 21 Mei 2011 koreksi Scan Line Corrector (SLC) Off dengan citra pengisi 18 Maret 2011, peta kemiringan lereng dan arah lereng yang diturunkan dari ASTER DEM (Digital Elevation Model), peta batas kawasan TNBB dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah VIII Denpasar, peta jaringan jalan dari peta RBI tahun 2009, peta tipe ekosistem hutan dan peta enclave dari PPSDALH Unud 1997 Lokasi kejadian kebakaran di TNBB dari Data Lahan Kritis dan Rawan Kebakaran SPTN I dan II 2009
• Alat perangkat keras: laptop, dan perangkat lunak: Frame Fill NASA and ArcGis 9.3 Microsoft Excel 2007 (untuk tabulasi).
1
6/14/2013
Koreksi SLC OFF
3 M E T O D E D I A G R A M A L U R
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Analisa Data Tabel 1. Pembobotan Parameter Kebakaran Hutan di TNBB Parameter Tutupan vegetasi (Vegetation cover)
Bobot 7
dalam
Kelas
Penilaian Faktor
Penilaian
Savanna (Sangat kering) Hutan Pantai dan Hutan Musim (Kering) Hutan Dataran Rendah (Lembab) Mangrove (Agak basah) Perairan (Basah ) > 35% 35-25% 25-10% 10-5% < 5%
5
Sangat Tinggi
4
Tinggi
3 2 1 5 4 3 2 1
Sedang Rendah Sangat Rendah Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Lereng (Slope)
5
Orientasi/arah lereng (Aspect)
5
Selatan Barat Timur Utara
5 4 3 2
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Jarak dari jalan (Distance from road)
3
< 100 m 100-200 m 200-300 m 300-400 m > 400 m
5 4 3 2 1
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Jarak dari permukiman (Distance from settlements)
3
< 1000 m 1000-2000 m 2000-3000 m > 3000 m
5 4 3 2
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
(Erten et al, 2004)
Parameter dalam Penilaian Kerawanan Kebakaran Hutan di TNBB 1. Vegetasi
Kerawanan
RC = 7 * VT + 5 * (S + A) + 3 * (DR + DS) dimana: RC : Indeks numerik zona rawan kebakaran hutan VT : Tipe vegetasi S : Kemiringan A : Aspek DR : Jarak dari jalan DS : Jarak dari permukiman
Resiko Kebakaran Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah
% 25.29 12.71 23.35 11.23 27.42 100.00
Luas (ha) 4805.49 2416.14 4436.77 2133.47 5211.03 19002.89
Bobot tinggi (*7): vegetasi memiliki peran penting sebagai bahan bakar Dom kerawanan sangat tinggi-tinggi terdapat di hutan musim dan savanna Sangat rendah mangrove dan perairan tingkat kekeringan: kadar air menentukan kemudahan bahan bakar untuk menyala, kecepatan proses pembakaran, kecepatan penjalaran api wetness index tipe ekosistem hutan Makin rendah WI makin rawan
2
6/14/2013
SAVANNA TAMAN NASIONAL BALI BARAT
SAVANNA BRUMBUN
2. Kemiringan lereng
Resiko Kebakaran Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah
HUTAN MUSIM TAMAN NASIONAL BALI BARAT
Dom sedang 10-25% 25-35%->35% hanya sebagian kecil, di Mtn Prapat Agung, Klatakan, Microwave Makin miring makin rawan Semakin besar sudut maka kecepatan penjalaran api akan semakin besar pula Kemiringan yang tinggi ini memungkinkan terjadinya lidah api yang besar, sehingga dapat % Luas (ha) mempercepat pengeringan bahan 28.57 5428.50 bakar. 17.24 31.29 8.98 13.93 100.00
3275.53 5945.46 1706.00 2647.39 19002.89
3
6/14/2013
4. Jarak dari Jalan
3. Arah Lereng
Resiko Kebakaran
%
Luas (ha)
Sangat Rendah
18.53
3521.56
Rendah
34.39
6534.49
Sedang
9.10
1729.95
Tinggi
10.26
1950.51
Sangat Tinggi
27.71
5266.38
100.00
19002.89
Jumlah
Dom rendah menghadap utara Wilayah dengan arah lereng menghadap matahari akan lebih cepat terjadinya pengeringan bahan bakar Arah lereng yang memiliki kerawanan sangat tinggi terdapat di arah selatan sebesar 27,71% arah lereng barat tergolong kerawanan tinggi (10,26%).
% Luas (ha) 67.38 12805.06 12.66 2406.04 11.33 2152.53 8.63 1639.26 100.00 19002.89
% Luas (ha) 84.34 16026.56 4.15 789.51 3.95 750.40 3.81 724.83 3.74 711.58 100.00 19002.89
Kerawanan Kebakaran Hutan di TNBB
5. Jarak dari enclave
Resiko Kebakaran Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah
Resiko Kebakaran Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah
Dom Sangat Rendah > 400 m dari badan jalan Bobot kecil (*3) peta jalan dari RBI setapak tidak terpetakan Makin dekat daerah dengan jaringan jalan maka makin mempertinggi risiko terjadinya kebakaran hutan. Kawasan dengan radius paling dekat dari jalan (< 100 m) hanya sebesar 3,74% dari luas kawasan TNBB.
Dom rendah >3000 m dari garis enclave terluar. Enclave mempengaruhi intervensi Bobot kecil (*3) peta enclave kecil (tidak mengelompok) tidak terpetakan Semakin dekat daerah dengan aktivitas pemukiman, maka semakin rawan pula terhadap kebakaran hutan.
Resiko Kebakaran Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah
% Luas (ha) 27.22 5172.03 31.08 5906.98 31.28 5944.33 10.01 1902.19 0.41 77.35 100.00 19002.89
4
6/14/2013
Validasi
Tabel 3. Lokasi Tingkat Kerawanan kebakaran Hutan pada Masing-masing Blok di TNBB No
1
2
3
4
5
Tingkat Lokasi Kerawanan Kebakaran Hutan Sangat rendah Kawasan perairan dan mangrove di Teluk Gilimanuk, Teluk Tarima, Teluk Banyuwedang, Sepanjang Lampu merah sampai Brumbun dan Pulau Menjangan Hutan pantai di pulau menjangan, Rendah Hutan dataran rendah di sekitar Bakungan, Melaya, Klatakan dan Panginuman Hutan musim di Ulu Teluk Terima, Sedang Sumber Klampok, Prapat Agung dan Poh Lengkong savana cekik, tanjung gelap, prapat Tinggi agung, teluk brumbun, teluk kelor dan teluk kotal Sangat Tinggi Savana Lampu merah
Upaya pencegahan kebakaran hutan di TNBB 1. Patroli dan operasi pengamanan kawasan, 2. Penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat dan pegawai serta polisi hutan lingkup TNBB, 3. Pelatihan penanggulangan dan pencegaan kebakaran hutan, 4. Pembuatan sekat bakar pada daerah yang berpotensi terjadi kebakaran hutan antara lain: blok Tanjung Gelap, Prapat Agung, Teluk Brumbun, Teluk Kelor dan Teluk Kotal, 5. Pemasangan papan peringatan daerah rawan kebakaran hutan.
Hasil validasi dari terjadi, sebanyak 8 TNBB terjadi pada tinggi, sedangkan kerawanan rendah.
10 lokasi titik kebakaran yang pernah titik lokasi kejadian kebakaran hutan di kelas kerawanan sedang sampai sangat 2 titik kebakaran berada pada kelas
Tabel 2. Kebakaran Hutan di TNBB dan Hasil Analisis Kerawanan Kawasan terhadap Kebakaran Hutan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Koordinat X 220955 230626 218353 217285 224038 221751 224367 218015 222577 217790
Y 9088100 9098749 9094441 9102663 9094149 9104107 9103340 9093486 9097010 9095288
Lokasi Panginuman Malaya Trimbawan Pura Bakungan Lampu Merah sumber klampok teluk kelor teluk brumbun Cekik tegal bunder Depan spbu gilimanuk
Tipe Ekosistem Pantai Musim Savana Savana Musim Musim Savanna Savanna Musim Savanna
Kerawanan Kebakaran Hutan Rendah Sedang Sedang Sangat Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi
KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil analisis kerentanan kawasan TNBB terhadap kebakaran hutan dengan mempertimbangkan faktor tipe vegetasi (dari sifat kekeringannya), kelerengan, arah lereng, jarak dari jalan, dan jarak dari permukiman, diperoleh informasi bahwa kerentanan kebakaran hutan pada kawasan TNBB didominasi oleh kelas sedang, yaitu sebesar 31,28% dari total luas kawasan. 2. Kelas kerawanan sedang tersebut terutama terdapat pada hutan musim dan hanya sebagian terdapat pada hutan dataran rendah. Kelas kerawanan sangat tinggi hanya menempati 0,41% dari total kawasan TNBB dan terdapat pada hutan musim dan savanna 3. Informasi peta kerawanan kebakaran hutan tersebut akan memudahkan pihak pengelola TNBB dalam proses perencanaan, pemantauan, dan evaluasi pembangunan serta dapat menjadi pedoman untuk pengambilan keputusan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan di TNBB
Swiss Winnasis
5
6/14/2013
DAFTAR PUSTAKA Akther, M.S. dan Q.K. Hassan. 2005. Remote sensing-based assessment of firedanger conditions over boreal forest. IEEE Journal of Selected Topics in Applied EarthObservations & Remote Sensing. Department of Geomatics Engineering, Schulich School of Engineering, University of Calgary, 2500University Dr NW, Calgary, Alberta, Canada T2N 1N4. Balai Taman Nasional Bali Barat. 2009. Data Lahan Kritis dan Rawan Kebakaran Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I. Laporan. Bali Balai Taman Nasional Bali Barat. 2010. Statistik Balai Taman Nasional Bali Barat. Bali Balai Taman Nasional Bali Barat. 2011. Taman Nasional Bali Barat. Diakses tanggal 4 Januari 2012. http://www.tnbalibarat.com/?page_id=42 Chuvieco, E. and R.G. Congalton. 1989. Application of Remote Sensing and Geographic Information Systems to Forest Fire Hazard Mapping. Remote Sensing of Environment, 29:147-159. Darwo. 2009. Perilaku Api dan Sebab Akibat Kebakaran Hutan.http://www.p3hka.org/pdf/394_Karo.pdf. Diakses tanggal 20 februari 2013 DeBano, L.F., D.G. Neary and P.F. Ffolliott. 1998. Fire’s Effects on Ecosystems. New York: John Wiley & Sons, Inc. 333 p. Departemen Kehutanan. 2007. Pedoman Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dati I Sumatera Utara. http://www.dephut.go.id. Diakses tanggal 20 Februari 2013 Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan. 1986. Pola Pengamanan Hutan di Areal HPH. Kerjasama Direktorat Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Erten, E., V. Kurgun and N. Musaoglu. 2004. Forest Fire Risk Zone Mapping from Satelite Imagery and GIS: a Case Study. ITU, Institute of Informatics, Civil Engineering Faculty, Remote Sensing Division. www.isprs.org/proceedings/xxxv/congress/yf/papers/927. Diakses tanggal 20 Februari 2013. Kasim, S. 1990. Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pemukim Liar Terhadap Tingkat Penggunaan Lahan di Taman Nasional Ujung Kulon. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Miardini, A. dan A.B. Supangat. 2011. Komposisi dan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Potensial pada Berbagai Tipe Ekosistem Hutan di Taman Nasional Bali Barat. Makalah Expose Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Surakarta NASA. 2003. NASA gap filling software. http://l7gapfill.sourceforge.net Purbowaseso, B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rinetka Cipta. Republik Indonesia. 1990. Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 No. 49. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta. Sabarno, M.Y. 2002. Savana Taman Nasional Baluran. Biodiversitas, 3(1): 207-212. Saharjo, B.H. 2003. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Yang Lestari: Perlukah Dilakukan?. Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan. Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Suratmo, F.G. 1985. Ilmu Perlindungan Hutan. Bagian Perlindungan Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
6