"
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah DAS Citarum Hulu, di Gunung Wayang yang terletak di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Hulu Sungai Citarum berada pada ketinggian 2 182 m diatas pennukaan !aut. Sungai Citarwn Hulu dan Waduk Saguling dijadikan lokasi penelitian untuk menentukan kualitas air yang berlokasi di daerah Kabupaten Bandung. Jawa Barat. Waktu penelitian dimulai sejak I Februari 2003 sampai dengan 31 Oktober 2003 . Penelitian kualitas air untuk mendapatkan data primer (kuantitatif) dilakukan di tujuh titik lokasi (Lampiran 2).
Mctode Pcnclitian ,
Penelitian didahului dengan melakukan pemeriksaan terhadap kualitas air
scbagai dasar untuk mengevaluasi kualitas perairan di sekitar wad uk. Data kualitas air tersebut dipadukan dengan hasil anaJisis persepsi stakeholders, yang selanjutnya digunakan sebagai faktor untuk mengevaluasi kinerja kebijakan yang ada pada saat ini. Kajian pengembangan kebijakan
dilakukan dengan cara
mengkaji ulang kebijakan (descriptive atau retrospective analysis) terhadap keputusan
pemerintah
selama
ini.
Kajian
tersebut
dilakukan
untuk
mempertahankan kualitas DAS dengan menggunakan pendekatan bukan pasar yaitu command and control (CAe) yaitu adrninistrasi dan penmdang-undangan (Turner et aJ. 1994; Fauzi 2004). Ada tiga aspek yang
acuan pokok menuju
strategi pengernbangan kebijakan ke depan bagi efektivitas Waduk Saguling. Indikator yang digunakan untuk mengukurefektivitas kebijakan yang diformulasikan adalah umur waduk sesuai dengan rencana desain awal yaitu selama 50 tabun dan kualitas air yang memenuhi persyaratan agar tidak terjadi korosivitas terhadap turbin-turbin pembangkit listrik tenaga air di Waduk Saguling, serta terjaganya kualitas DAS Citarum Hulu sesuai peruntukkannya
40
Jenis dan Sumber Data
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan terdifi atas data kualitas air sungai Citarum dan Waduk Saguling, persepsi stakeholders, sosial-ekonomi masyarakat di sekitar Waduk Saguling, serta fonnulasi pengembangan kebijakan yang diperoleh dari pendapat para stakeholders. Sebagai sumber data primer untuk. kualitas air diambillangsung dari lokasi penelitian dengan empat titik pengambilan sampel, sedangkan data persepsi stakeholders,
sosial-ekonomi masyarakat di sekitar Waduk. Saguling, dan
formulasi strategi kebijakan dari responden. Pengumpulan data primer untuk mengetahui kualitas air Sungai Citarum dilakukan dengan analisis air terhadap dua parameter: sifat fisika air, yaitu: ·suhu dan daya hantar listrik (DHL) serta sifat kimia air, yaitu: pH, total dissolved solid (TDS), dissolved oxygen (DO), biological oxygen demand (BOD), serta logam-logam
raksa (Hg), arsenik (AS), boron (8), kadmium (Cd), kromium
heksavalen (Cr6+), Mangan (Mn). natrium, (Na), nikel (NO, selen (Se), seng (Zn), tembaga (Cu), dan timbal (Pb). Parameter yang diukur secara langsung di Japangan adalah suhu, DO, DHL, dan pH. Untuk parameter yang tidak dapat di~ur
di lapangan seperti TDS, BOD, dan logam dilakukan di laboratorium
FMIPA-IPB. Pengambilan sampel ini dilakukan untuk menganaiisis kualitas air Sungai Citarum Hulu yang mengaliri Waduk Saguling. Pengumpulan data persepsi stakeholders untuk mengetahui pemikiran dari stakeholders sebagai pelaku dari pelaksanaan kebijakan di DAS Citarum Hulu tentang pemanfaatan roang, kelembagaan dan kebijakan umum. Selanjutnya, hal yang sarna dilakukan pada masyarakat yang bermukim di Desa Saguling dan Desa Cisameng untuk
mengetahui persepsi dan pemilcinm responden tentang
keberadaan Waduk Saguling dengan memberikan pertanyaan pada aspek sosial ekonomi.
keberadaan
waduk
di
sekitar
masyarakat,
dan
kelembagaan.
Pengambilan data primer dari stakeholders dan dari masyarakat ini bersifat purposive sampling dengan menggunakan analisa statistika deskriptif memakai alat SPSS versi 6.1.
41
Data sekunder bersumber dari kajian pustaka dan laporanldokumen dari berbagai instansi terkait dengan bidang penelitian. Dokumen yang dikumpulkan antara lain:
1) Undang-Undang No. 11 Tabun 1974 tentang Pengairan;
2)
Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; 3) Undang-Undang No. 23 Tabun 1997 tentang PengeJolaan Lingkungan Hidup; 4) Undang- Undang No. 41 Tabun 1999 tentang Kehutanan; 5) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 6) Undang-Undang No. 33 Tabun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah; 7) Undang- Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Swnberdaya Air; 8) Peraturan Pemerintah No. 22 Tabun 1982 tentang Tata Pengaturan Air; 9) Peraturan Pemerintah No. 35 TahWl 1991 tentang Sungai; 10) Peraturan Pemerintah No. 94 Tabun 1999 tentang Perusahaan Vroum (Perum) Jasa Tirta 11; 11) Peraturan Pemerintah No. 82 TallUn 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air; 12) Peraturan Pemerintah No . 77 Tahun 2001 tentang lrigasi; dan 13) Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, serta peraturan hukum lain yang berkaitan dan Peraturan Daerah seperti Peraturan Daerah No. 15 Tabun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat dan Peraturan Daerah No. 16 Tabun 2000 tentang Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Bamt. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai instansi terkait mulai dari tingkat Pemerintah (Pusat) sampai Pemerintah Daerah. Pemerintah (pusat) diwakili pihak Depertemen Dalam Negeri, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah khususnya Puslitbang Air, Departemen Pertanian, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Departemen Kehutanan, Meneg Lingkungan Hidup, dan
Lembaga Hmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Pada tingkat
pemerintah Provinsi Jawa Barat diwakili oleh Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat,
Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD).
Badan
Perencanaan Daerah (BAPEDA). Dinas Tata Ruang dan Pemukiman, Dinas Kchutanan. BaJai Pengelolaan Sumberdaya Air, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Pemerintah Kabupaten Bandung diwakili oleh Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA). Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas Pemukiman dan Tata
Wi Jayah, dan Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung di Soreang. Selain itu. instansi yang mempunyai k.eterkaitan dengan masyarakat di lokasi,
42
yaitu badan usaha seperti Indonesia Power, unit bisnis pembangkit listrik, sebagai pengelola Waduk Saguling.
Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel untuk pemeriksaan kualitas air di Sungai Citarum dan Waduk Saguling diambil pada tujuh titik yang menyebar di beberapa lokasi dengan kondisi perairan yang berbeda. Lima titik diambil di hulu Waduk Saguling di Wilayah Cikawao, Majalaya, Cijeruk, Kampung Melayu, Desa Mekar Rahayu, dan Nanjung, satu titik di Waduk Saguling, dan satu titik di lokasi setelah air turbin yang masuk ke badan Sungai Citarum Hulu. Pengambilan contoh air ini dikerjakan dengan empat kaH kunjungan selama empat bulan, yaitu bulan Maret, April. Mei. dan Juni 2003.
Pengambilan sampel untuk analisis persepsi stdreholders dan sosialekonomi masyarakat dilakukan dengan menentukan sampel secara sengaja (purpose sampling). Dasar pertimbangan dalam penentuan responden adalah sebagai berikut: 1) Kesediaan yang bersangkutan untuk dijadikan responden; 2) Memiliki pengetahuan atau karena kedudukannya tentang objek yang dikaji; 3) Memiliki pengalaman atau sebagai pelaku dari objek yang dikaji. Secara rinei jumlah
sampel yang dijadikan sebagai responden dalam
penelitian ini disajikan pada Tabeill. Tabel II Perincian responden dari berbagai Stakehoders No
I
Per.n
Regulator
• • •
2
Valuator
3
Implementor/ Developer
4
User
StIIkelloltkn ProvilUli
Pemerintllb
• •
Meneg LH (5) Dt..'PdllW"i (9) BPDAS, Departemen Kehutanan (3)
• • •
• • •
BPLHD (6) Dinas I'SDA (5) Dines Tala Ruang dan Pemukiman (6) Dinas Pcrindustrian & Pcrdagangan (2) Bappeda (4) Dinas Kehutanan(4)
BBPT (8) Pumt Penelitian Air, Dep. Kimpraswil (3) Indonesia Power (4)
LSM (I) I Masyarakat (30)
K.buoalen
•
• •
Dinas Lingkungan Hidup (2) Oapeda (3) Dinas Pcmukiman danTata Wilayah (5)
43
Tabel 11 tersebut menunjukkan bahwa jumlah responden untuk analisis persepsi stakeholders sebanyak 57 orang. Stakeholders sebagai responden terdiri atas staf dan pejabat daerah mulai dari eselon dua sampai empat sebanyak 32 orang. Sedangkan staf, peneliti dan pejabat Pusat mulai dari eselon dua sampai empat sebanyak 25 orang. Latar belakang pendidikan para responden bervariasi, yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Atas lima orang, Smjana strata satu (81) 27 orang, Sarjana strata dua (S2) 22 orang. dan Sarjana strata tiga (S3) 3 orang. Jumlah sampel untuk analisis sosial-ekonomi masyarakat di sekitar Waduk Saguling sebanyak 30 orang. Masyarakat tersebut terdiri atas masyarakat yang bcrmukim di Dcsa Saguling, Kecamatan Batujajar sebanyak 15 orang dan masyarakat yang bermukim di Desa Cisameng, Kecamatan Cipatat dengan jumlah 15 orang. Pertanyaan yang ditujukan kepada responden meliputi mata pencaharian dan lahan yang dimanfaatkan, pengaruh waduk terhadap kehidupan keluarga serta kelembagaan ekonomi yang ada di desa tersebut.
Metode Analisis Data Metode analisis data dilakukan dengan empat tahap, yaitu: I) Analisis kualitas air untuk beberapa parameter yang sudah ditetapkan dilakukan di laboratoriwn yang bertempat di FMIPA IPB. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif dengan carn menguraikan
nilai dari
masing-masing parameter pada titik lokasi pengambilan sampel dengan satuan waktu tertentu dan acuan baku mutu Peraturan PemeriIitah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 2) Analisis data dengan metode statistik deskriptif unhlk mengetahui persepsi sJakeholders dan sosial-ekonomi masyarakat di sekitar Waduk Saguling
menggunakan software SPSS 6.1. Namun sebelum kuesioner diberikan kepada responden terlebih dahulu dilakukan
uji validitas, yaitu uji esensi akurasi
dengan menggunakan standar Guilford (1954) dan Mueller (1983) serta uji reliabilitas (konsistensi) dengan menggunakan 'Standar Cronbach's alpha. Rumus uji validitas dan reliabilitas tertera pada Lampiran 3. Langkah kedua ini dilakukan untuk menguji apakah kuesioner yang dipakai layak digunakan. J:lasil dari uji validitas dan reliabilitas tersebut disajikan pada Lampiran 4.
44
3) Analisis internal dan ek temal melalui metodc analisis Strengths (Kekuatan),
Weaknesses (Kelemaban), Opportunities (Peluang), dan Threals (Ancaman) atau disingkat dengan SWOT. Diagram SWOT adalah hasil perpaduan antara perbandingan kekualan dan kelemahan yang diwakiti garis horizontal dengan perbandingan peluang dan ancaman yang diwakiH garis vertikal (Garnbar 4). Pada diagram tersebut kekuatan dan peluang ruben tanda posiliI, sedangkan kelemahan dan ancaman diberi tanda negatiI. Selisih nilai kekuatan (S) kejemahan (W) ditempatkan pad a sumbu X, dan seJisih nilai peluang (0) ancaman (T) ditempatkan pada sumbu Y . Ordinat pada X, Y akan menernpati salah satu sel dari diagram SWOT. Letak nilai S-W dan 0- T dalam wagram akan menentukan arab strategi kebijakan yang akan ditempuh seorang pengambil keputusan. PELUANG (0)
ill
I
WO
KEKUATAN
KELEMAHAN (W)
IV
SO
(s)
WT
II
ST
ANCAMAN (T)
Gambar 4 Diagram SWOT (Rangkuli 2002).
Menmut Lembaga Administrasi Negara (2001a: 2001b) Hunger & Wheelen (2001) dan Rangkuti (2002), strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT dapat dikelompokkan menjadi empat kategori. Strategi I (SO) adalab simasi yang paling menguntungkan karena mempunyai peluang dan kekuatan (support
an aggressive strategy). Strategi 2 (ST) mempunyai kekuatan tetapi menghadapi ancaman yang tidak menguntungkan (support a diversification
45
strategy). Strategi 3 (WO) berarti sistem tersebut mempunyai peluang tetapi dihambat oleh adanya kelemahan-kelemahan internal (support a turn-around
oriented strategy). Sedangkan strategi 4 (Wf) berarti sistem tersebut menghadapi situasi yang paling tidak menguntungkan
yaitu mempunyai
ancaman dan kelemahan iilternal (support a defimsive strategy). Dari pengelompokan analisis SWOT tersebut, WO merupakan solusi (problem
solving), karena diperlukan pengurangan kelemahan untuk memanfaatkan peluang atau opportunities yang ada, sedangkan WT yaitu mengurangi kelemahan untuk mencegah dan mengatasi ancaman yang dilaksanakan berupa saran dan rekomendasi ke depan dalamjangka panjang (Gambar 5).
Kekuatan
No 1
(Strengths = S)
loternaVEksteroal
(Weaknesses = W)
!
Peluang
+SO
(Opportunities"" 0)
(Desired) Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peiuang.
2
Kelemaban
Ancaman (Threats = T)
WO (ProbJemalics) 'Jangka Pendek' Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan·untuk memanfaatkan peiuang.
ST
WT (Issues)
(No concerned)
t Menciptakan strategi yang rnenggunakan kekuatan untuk mengatasi aneaman.
-.
Oamhar 5
Matriks empat strategi Wheelen 200 I).
Berdasarkan
faktor-faktor
yang
'Jangka Panjang' Menciptakan strategi yang rnerninimalkan kelemahan untuk menghindari aneaman.
utama dalam analisis SWOT (Hunger &
teridentifikasi
dalam
analisis
SWOT,
pengembangan kebijakan penge)olaan DAS Citarum Hulu diawali dengan
46
melakukan pembobotan. untuk
masing-masing faktOr tersebut,
sehingga
diperoleh faktor-faktor kunci keberhasilan. Faktor-faktor kunci keberhasilan yang memiliki bobot tertinggi menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian pada saat merumuskan pengembangan kebijakan pengelolaan DAS Citarum Hulu dan Waduk Saguling. yang difonnulasikan dalam bentuk beberapa skenario strategi. Untuk menentukan startegi yang menjadi prioritas dalam pengembangan kebijakan, digunakanAnalytical Hierarchy Process (AHP).
4) Analytical Hierarchy Process (AHP), digunakan untuk menentukan strategi prioritas terhadap beberapa altematif strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT, sehingga diperoleh strategi yang paling tepat untuk diimplementasikan
dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan DAS Citarum Hulu dan Waduk Saguling sesuai dengan
fungsi dan tujuannya. AHP adalah suatu metode
yang sederhana dan fleksibel menampung kreativitas dalam pendekatannya terhadap suatu masalah, dibuat sesuai dengan kebutuhan masing-masing pemakai. Metode ini menstruktur
masalah
dalam bentuk hierarki
dan
memasukkan pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif. Tiga prinsip yang melekat dalam menggunakan metoda AHP, yaitu: prinsip menyusun hierarki, prinsip menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis (Saaty 1980). Prinsip menyusun hierarki yaitu mengelompokkan elemen pokok dan membuat menjadi bagian-bagian dan unit-unit sesuatu objek basil
pengumpulan data dan pemikiran yang disusun secara realitas. menetapkan
prioritas
yaitu
menentukan
preferensi
dengan
Prinsip melakukan
perbandingan preferensi yang satu dengan yang lain dengan pertirobangan nilai positif yang paling besar memberikan manfaat. Dalam penelitian ini, tabel preferensi yang digunakan disajikan pada Lampiran Sa, b, c, dan d. Prinsip konsistensi logis yaitu sehingga mempunyai koheren menunjukkan konsistensi.
melaksanakan konsistensi pemikiran,
yaitu terkait satu dengan lainnya
yang
Prinsip konsistensi logisdapat dinilai dari dua hal,
yaitu konsistensi menurut homogenitas dan relevansinya dan selanjutnya adalah intensitas relasi antar gagasan dan antar objek yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu dan saling membenarkan secara logis, sebagaimana terIihat pada
47
Lampiran 6. Oleh karena itu. konsistensi
penilaian
di dalam AHP dengan
menggunakan konsistensi ratio (consistency ratio = CR) yaitu parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsisten atau tidak.
Untuk menghitung CR diperoleh dari hasil
penetapan nilai consistency index (CI) dibagi dengan nilai random index (RI) . Dalam menentukan prioritas, masing-masing CR mempunyai nilai yang tidak melebihi 0.1 0 atau 10% (Saaty 1980, 2000).