perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN K KO ORELASI ANTAR A SIFA AT KOMPO ONEN HAS SIL DAN N SIDIK LIN NTAS TANA AMAN KE EPUH (Stercculia foetida a Linn) TERHA ADAP HASIIL DAN RENDEMEN M MINYAK
Tesiss Untuk Mem menuhi Sebaagian Persyaaratan Guna Meemperoleh Derajat D Magiister
Proggram Studi Agronomi
Oleh : BIN NSAR SIMA ATUPANG S-6109077002
PROGR RAM PASC CASARJAN NA UNIVERS SITAS SEB BELAS MAR RET SURAKA ARTA 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN KORELASI ANTAR SIFAT KOMPONEN HASIL DAN SIDIK LINTAS TANAMAN KEPUH (Sterculia foetida Linn) TERHADAP HASIL DAN RENDEMEN MINYAK
Disusun Oleh :
BINSAR SIMATUPANG S-610907002
Telah disetujui oleh Pembimbing :
Susunan Tim Pembimbing Jabatan
Nama
Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc NIP. 131 470 953
Pembimbing II
Dr. Ir. Djati Waluyo DJoar, M.S. NIP. 130 814 566
Tanda Tangan
Mengetahui Ketua Program Studi Agronomi,
Prof. Dr. Ir. Supriyono, M.S. NIP. 131 407 037
commit to user
Tanggal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN KORELASI ANTAR SIFAT KOMPONEN HASIL DAN SIDIK LINTAS TANAMAN KEPUH (Sterculia foetida Linn) TERHADAP HASIL DAN RENDEMEN MINYAK
Disusun Oleh :
BINSAR SIMATUPANG S-610907002
Telah disetujui oleh Tim Penguji : Jabatan
Tanda Tangan
Nama
Tanggal
Ketua
Prof. Dr. Ir. Supriyono, M.S. NIP. 131 407 037 Sekretaris Dr. Ir. Supriyadi, M.S. NIP. Anggota Penguji 1. Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc NIP. 131 470 953 2. Dr. Ir. Djati Waluyo DJoar, M.S. NIP. 130 814 566
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana,
Ketua Program Studi Agronomi,
Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc., Ph.D. NIP. 131 472 192
Prof. Dr. Ir. Supriyono, M.S. NIP. 131 407 037
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama
: Binsar Simatupang
NIM
: S-610907002
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis ini yang berjudul : ”Kajian Korelasi Antar Sifat Komponen Hasil dan Sidik Lintas Pada Tanaman Kepuh (Sterculia foetida Linn.) Terhadap Hasil dan Rendemen Minyak”, adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta,
Juli 2009
Yang Membuat Pernyataan,
Binsar Simatupang
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tesis Ini Saya Persembahkan Buat : Isteri-Ku Tercinta “Tetty Masta Panjaitan” Dan Anak-Anak Ku Tercinta “Abang Markus, Adek Okto & Gadis Kecilku Karen Simatupang” Serta Kedua Orang-Tua Ku, Keluarga Besar Op. Markus Simatupang, dan Keluarga Besar Op. Bintang Panjaitan Yang Selalu Senantiasa Memberikan Dukungan, Kasih Sayang Dan Doanya. Terima Kasih Buat Semuanya Semoga Tuhan Memberkati Amien.........
Motto dalam hidup : Jadikan Kelemahan Mu menjadi Kekuatanmu karena disanalah sukses gilang gemilang menjadi milik anda....
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
egenap hati dan jiwa, syukur serta kemuliaan,
penulis panjatkan
hanyalah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan rahmat-NYA, tesis ini yang berjudul “Kajian Korelasi Antar Sifat Komponen Hasil dan Sidik Lintas Tanaman Kepuh (Sterculia foetida Linn.) Terhadap Hasil dan Rendemen Minyak” dapat diselesaikan oleh penulis. Penyusunan tesis ini adalah dalam rangka memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh Derajat Magister Program Studi Agronomi pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Banyak pihak yang telah mendukung penulis selama penyelesaian studi, penelitian, dan penyusunan tesis.
Berkaitan dengan itu, penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Direktur Program Pascasarjana, Ketua dan Sekretaris Program Studi, yang telah mengizinkan penulis untuk mengikuti pendidikan jenjang magister pada Program Studi Agronomi, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2. Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian, Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Pertanian, Kepala Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian, dan Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan Noelbaki Kupang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. 3. Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc dan Dr. Ir. Djati Waluyo DJoar, M.S., masingmasing sebagai pembimbing pertama dan pembimbing kedua.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Dr. Ir. Endang Yuniastuti, M.Si, sebagai Ketua Peneliti Program Insentif Riset Dasar Kementrian Negara Riset dan Teknologi, Bidang Fokus Sumber Energi Baru, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 5. Kepala Dinas dan Kepala Tata Usaha Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karang Anyar, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Klaten, yang telah membantu penulis untuk mengumpulkan data sekunder berupa informasi data agroekologi. 6. Semua sahabatku Viva Agronomi 2007, ”Adri HS, Heru S, Iswahyudi, Sunanto, Fahruddin, Ito Retno Setyaningsih, Tri Retno Indriati, Ismi, dan Puji”, juga buat sahabatku Detia Tri Yunandar, Yasmin Sihotang dan Idaman Harahap. Trims buat kalian semua, selamat bekerja dan semoga Tuhan memberkati kita semua. 7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhirnya, semoga tesis ini dapat bermanfaat terutama dalam pengembangan tanaman penghasil biofuel untuk pemberdayaan masyarakat dan pembangunan pertanian.
Surakarta, Juli 2009 Penulis.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
ii
PERSEMBAHAN.......................................................................................
iii
PRAKATA..................................................................................................
iv
PERNYATAAN.........................................................................................
v
DAFTAR ISI...............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
xi
ABSTRAK..................................................................................................
xii
ABSTRACT................................................................................................
xiv
I. PENDAHULUAN...............................................................................
1
A. Latar Belakang.............................................................................
1
B. Perumusan Masalah.....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................
7
D. Manfaat Penelitian.......................................................................
8
II. KAJIAN TEORI..................................................................................
9
A. Tinjauan Pustaka..........................................................................
9
1. Deskripsi Tanaman Kepuh......................................................
9
2. Komponen Hasil Tanaman Kepuh..........................................
11
3. Korelasi Antar Sifat.................................................................
14
4. Analisis Sidik Lintas (Path Analysis)......................................
16
B. Kerangka Berpikir........................................................................
20
C. Hipotesis Penelitian......................................................................
23
III. METODE PENELITIAN...................................................................
24
A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................
24
B. Bahan dan Alat Penelitian............................................................
27
C. Rancangan Penelitian...................................................................
28
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Tata Laksana Penelitian...............................................................
29
E. Variabel Pengamatan...................................................................
32
F. Analisis Data Penelitian...............................................................
33
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................
37
A. Korelasi Antar Sifat.....................................................................
39
1. Korelasi Antar Sifat Komponen Hasil.....................................
40
2. Korelasi Antar Sifat Komponen Hasil Terhadap Berat Biji/Pohon................................................................................
44
3. Korelasi Antar Sifat Komponen Hasil Terhadap Berat Rendemen................................................................................
48
B. Sidik Lintas..................................................................................
51
1. Analisis Sidik Lintas Antar Komponen Hasil Terhadap Berat Biji/Pohon......................................................................
51
2. Analisis Sidik Lintas Antar Komponen Hasil Terhadap Rendemen Minyak..................................................................
58
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................
64
A. Kesimpulan..................................................................................
64
B. Saran.............................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
67
V.
LAMPIRAN
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
1.
Berbagai Tanaman Penghasil Sumber Energi Biofuel......................
21
2.
Lokasi Penelitian dan Sampel Pengamatan.......................................
24
3.
Jenis Tanah dan Ketinggian Tenpat Lokasi Penelitian.....................
25
4.
Penggolongan Tipe Iklim Menurut Schmidt dan Ferguson..............
26
5.
Tipe Iklim Lokasi Penelitian menurut Schmidt dan Ferguson..........
26
6.
Pengamatan Hasil dan Analisa Rendemen Minyak..........................
38
7.
Korelasi Fenotipik Antar Sifat Komponen Hasil.............................
40
8.
Korelasi Fenotipik Antara Sifat Komponen Hasil Terhadap Berat Biji/Pohon..........................................................................................
9.
44
Korelasi Fenotipik Antara Sifat Komponen Hasil Terhadap Rendemen..........................................................................................
10.
48
Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Untuk Karakter Jumlah Cabang
Primer (X1), Jumlah Cabang Sekunder (X2), Jumlah
Buah/Janjang (X3), Jumlah Lokus/Buah (X4), Jumlah Biji/Lokus (X5), Berat Buah (X6), Dan Berat 100 Biji (X7) Terhadap Berat Biji/Pohon.......................................................................................... 11.
52
Sumbangan Total Untuk Masing-Masing Peubah Bebas Melalui Semua Lintasan Terhadap Berat Biji/Pohon..................................
12.
56
Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Untuk Karakter Jumlah Cabang
Primer (X1), Jumlah Cabang Sekunder (X2), Jumlah
Buah/Janjang (X3), Jumlah Lokus/Buah (X4), Jumlah Biji/Lokus (X5), Berat Buah (X6), Dan Berat 100 Biji (X7)
Terhadap
Rendemen Minyak............................................................................ 13.
59
Sumbangan Total Untuk Masing-Masing Peubah Bebas Melalui Semua Lintasan Terhadap Rendemen Minyak................................
commit to user ix
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
1.
Diagram lintas antara peubah Y (faktor akibat) dengan peubah x1,
17
x2, dan x3 (faktor sebab).................................................................... 2.
Kerangka Berpikir Penelitian............................................................
3.
Diagram Sidik Lintas Korelasi Antar Sifat Komponen Hasil Terhadap Berat Biji/Pohon................................................................
4.
23
51
Diagram Sidik Lintas Korelasi Antar Sifat Komponen Hasil Terhadap Rendemen Minyak............................................................
commit to user x
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
Halaman
1.
Data Lokasi Penelitian......................................................................
71
2.
Jadwal Penelitian...............................................................................
73
3.
Data Curah Hujan 10 Tahunan.......................................................
74
4.
Instrumen Penelitian..........................................................................
80
5.
Data Pengamatan Jumlah Cabang Primer (JCP)...............................
81
6.
Data Pengamatan Jumlah Cabang Sekunder (JCS)...........................
81
7.
Data Pengamatan Jumlah Buah/Janjang (JBJ)..................................
82
8.
Data Pengamatan Jumlah Lokus/Buah (JLB)...................................
84
9.
Data Pengamatan Jumlah Biji/Lokus (JBL)......................................
86
10.
Data Pengamatan Berat/Buah (BB)...................................................
88
11.
Data Pengamatan Berat 100 Biji (BSB)............................................
90
12.
Data Pengamatan Berat Biji/Pohon...................................................
91
13.
Data Pengamatan Analisa Rendemen Minyak di Laboratorium.......
93
14.
Data Input Tanaman Kepuh..............................................................
96
15.
Output Program SPSS untuk Matriks Korelasi.................................
97
16.
Output Program SPSS untuk Koefisien Lintas Sifat Komponen Hasil Terhadap Berat Biji/Pohon dan Rendemen Minyak................
98
17.
Penampilan Fenotifik Aksesi Kepuh.................................................
99
18.
Penampilan Fenotifik Distribusi Buah Aksesi Kepuh.......................
104
19.
Penampilan Fenotifik Biji Dalam Lokus...........................................
105
20.
Ekstraksi Biji Kepuh Dalam Gambar................................................
106
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Binsar Simatupang, S610907002. 2009. Kajian Korelasi antar Sifat Komponen Hasil dan Sidik Lintas Tanaman Kepuh (Sterculia foetida Linn.) terhadap Hasil dan Rendemen Minyak. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kebutuhan energi meningkat terus setiap tahun sedangkan persediaan energi semakin berkurang. Oleh karena itu, sudah saatnya mengembangkan sumber energi alternatif dengan memanfaatkan sumber daya alam dan tumbuhan yang ada. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antar sifat komponen hasil, korelasi antar sifat-sifat komponen hasil terhadap hasil dan rendemen minyak dan sifat komponen hasil yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil dan rendemen minyak. Penelitian telah dilaksanakan di 50 lokasi penelitian pada 5 kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dan Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, mulai bulan Oktober 2008 sampai dengan April 2009. Jenis penelitian yaitu penelitian survey. Populasi penelitian adalah aksesi tanaman kepuh di lokasi penelitian. Sampel pengamatan ditentukan sebanyak 50 aksesi dengan menggunakan teknik cluster proportional random sampling. Variabel penelitian meliputi : jumlah cabang primer (X1), jumlah cabang sekunder (X2), jumlah buah/janjang (X3), jumlah lokus/buah (X4), jumlah biji/lokus (X5), berat/buah (X6), dan berat 100 biji (X7), berat biji/pohon (Y1) dan rendemen minyak (Y2). Teknik analisis data meliputi analisis korelasi dari Pearson, analisis sidik lintas terhadap variabel terikat (berat biji/pohon dan rendemen minyak) dan analisis koefisien determinasi untuk menentukan derajat pengaruh terhadap variabel terikatnya. Hasil penelitian menunjukkan hasil korelasi antar sifat komponen hasil yang diamati menunjukkan bahwa sifat yang mempunyai korelasi positif sangat kuat adalah sifat jumlah cabang primer dengan sifat jumlah cabang sekunder, sifat jumlah buah/janjang dengan jumlah lokus/buah mempunyai korelasi negatif sangat kuat, sifat jumlah buah/janjang dengan berat/buah mempunyai korelasi negatif cukup kuat, sedangkan sifat yang lain menunjukkan korelasi yang kurang kuat. Hasil korelasi antar sifat komponen hasil yang mempunyai hubungan paling kuat dengan berat biji/pohon berturut-turut adalah jumlah cabang sekunder, sifat jumlah buah/janjang, sifat jumlah biji/lokus, sifat jumlah lokus/buah, sifat jumlah cabang primer dan sifat berat 100 biji. Sedangkan sifat komponen hasil yang mempunyai hubungan paling kuat dengan rendemen minyak berturut-turut adalah sifat berat 100 biji, jumlah cabang primer, dan jumlah cabang sekunder. Hasil analisis sidik lintas dan besar sumbangan total dari sifat komponen hasil terhadap berat biji/pohon menunjukkan bahwa komponen hasil yang sangat efektif sebagai kriteria seleksi secara langsung berturut-turut adalah sifat jumlah cabang sekunder dengan sumbangan total sebesar 37,2108 %, sifat jumlah buah/janjang dengan sumbangan total sebesar 14,756 %, sifat jumlah biji/lokus dengan sumbangan total sebesar 14,284 % dan sifat berat 100 biji dengan sumbangan total sebesar 11,009 %, sedangkan terhadap rendemen minyak komponen hasil yang sangat efektif
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai kriteria seleksi secara langsung berturut-turut adalah sifat berat 100 biji dengan sumbangan total sebesar 20,7151 % dan sifat jumlah cabang primer dengan sumbangan total sebesar 8,8449 %, sedangkan kriteria seleksi tidak langsung pada sifat jumlah cabang sekunder melalui sifat jumlah cabang primer dengan sumbangan total sebesar 2,1996 %. Kata kunci: korelasi, sidik lintas, sifat komponen hasil
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Binsar Simatupang, S610907002. 2009. Study of Correlation between the Characters of Yield Components and Path Analysis of Kepuh (Sterculia foetida Linn.) toward Yield and Content of Oil. Thesis: Post Graduate Program of Sebelas Maret University. The needs of energy increase every year while its supply more and more to decrease. Therefore, time has come to develop the source of alternative energy by exploiting natural resources and existing plant. The goals of the study was to know the correlation between the characters of yield components, the correlation between the characters of yield components toward the yield and content of oil, and the characters of yield components which effects either direct and also indirect toward the yield and content of oil. The study was conducted in 50 locations at 5 regencies in Central Java Province, and Soil Biological Laboratory of Agriculture Faculty of Sebelas Maret University, from October 2008 until April 2009. The type of study was a survey research. Population of study was Kepuh accession in research location. Sample of study determined 50 accessions by using cluster proportional random sampling technique. The variables of study that covered primary branch number (X1), secondary branch number (X2), fruit number per bunch (X3), locus number per fruit (X4), seed number per locus (X5), weight per fruit (X6), and 100 seeds weight (X7); and dependent variables that covered seed weight per tree (Y1) and content of oil (Y2). The analysis tools were Pearson’s correlation coefficient, path analysis toward dependent variables (seed weight per tree and content of oil), and determination coefficient analysis to determine degree of the influence. Results of study showed that the correlation between the characters of yield components indicated that the characters with positive and very strong correlation were primary branch number with secondary branch number, fruit number per bunch with locus number per fruit have negative and very strong correlation, fruit number per bunch with fruit weight have negative and strong enough correlation, while other characters indicate less strong correlation. The correlation between the characters of yield components with strongest correlation with seed weight per tree were successively secondary branch number, fruit number per bunch, seed number per locus, locus number per fruit, primary branch number, and 100 seed weight. While the characters of yield components with strongest correlation with content of oil were successively 100 seeds weight, primary branch number, and secondary branch number. The results of path analysis and value of total contribute (R2) of the characters of yield component toward seed number per tree showed that the characters of yield components so that very effective as the criterion for directly selection were successively secondary branch number with total contribution equal to 37,2108, fruit number per bunch with total contribution equal to 14,756 %, seed number per locus with total contribution equal to 14,284 %, and 100 seeds weight with total contribution equal to 11,009 %. While the characters of yield components toward
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
content of oil so that very effective as the criterion for directly selection were successively 100 seed weight with total contribution equal to 20,7151%, and primary branch number with total contribution equal to 8,8449 %, while the criterion for indirectly selection were secondary branch number through primary branch number with total contribution equal to 2,1996 %. Keywords: correlation, path analysis, characters of yield component.
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang cukup padat, sehingga kebutuhan akan energi cukup tinggi dari tahun ke tahun selalu meningkat, sedangkan persediaan energi semakin berkurang. Keadaan yang demikian mendorong manusia mencari sumber energi yang baru. Indonesia kaya akan sumber daya alam dan tumbuhan, memiliki potensi yang besar dalam mencari energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, sudah saatnya mengembangkan sumber energi alternatif dengan memanfaatkan sumber daya alam dan tumbuhan yang ada yang bersifat renewable (terbarukan). Pemerintah melalui peraturan yang dikeluarkan mendorong untuk mendapatkan sumber energi baru yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Inpres nomor 1 tahun 2006 menyatakan tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar alternatif dan Perpres nomor 5 tahun 2006 tentang energi nasional bahwa pemanfaatan biofuel tahun 2010 sebesar 1,7 juta kilo liter (kl), tahun 2015 sebesar 4,0 juta kl, tahun 2025 sebesar 22,0 juta kl. Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan untuk menghasilkan 7,5 billion gallon biofuel pada tahun 2012 dan diharapkan mampu menjadi negara produsen dan konsumen biofuel terbesar kedua setelah Barazilia. Demikian juga dengan negara Jepang pada tahun 2010 berusaha menghasilkan Gasohol E10 (etanol 10%). Salah satu negara di Amerika Latin, Brazilia mentargetkan pada tahun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
2015 diharapkan telah melakukan penanaman tebu sampai 10 juta hektar. Dari penanaman tebu bertujuan untuk menghasilkan 18 miliar liter etanol per tahun. Cina telah mempersiapkan dengan membangun pabrik etanol dengan kapasitas 1,5 miliar liter per tahun. India yang merupakan negara berkembang dan kondisi iklimnya yang kering mempunyai program pengembangan tanaman jarak pagar untuk biodisel di areal yang disediakan seluas 30 juta hektar. Dibandingkan negara-negara yang tersebut di atas, Indonesia produksi etanol masih rendah baru mencapai 200 juta liter per tahun. Namun demikian Indonesia memiliki potensi yang cukup tinggi untuk mengembangkan energi alternatif (Lolita Anggraini, 2005). Kepuh (Sterculia foetida Linn.) atau lebih sering dikenal dengan nama Kepuh merupakan salah satu spesies tanaman di Indonesia yang berasal dari Afrika Timur, Asia Tropik dan Australia. Tanaman ini berupa pohon yang cukup besar dengan tinggi mencapai 30 meter. Tanaman kepuh dapat tumbuh dengan cepat dan merupakan spesies pada setiap bagian organ tubuhnya banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Biji dari tanaman ini mengandung minyak nabati yang dapat digunakan sebagai ramuan produk industri dan telah ditetapkan sebagai salah satu dari 49 (empat puluh sembilan) spesies tanaman alternatif penghasil biofuel (Tatang HS, 2006). Selanjutnya H.S. Tatang dalam Sugiyono. A., 2006, menyatakan bahwa biji (kernel) tanaman kepuh mengandung rendemen minyak kering 45 -55%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Menurut Tirto Prakoso, dkk (2006), Suprapto (2003), H.S. Tatang (2006), biji kepuh atau pranajiwa mengandung minyak nabati yang terdiri atas asam lemak yaitu asam sterkulat yang berumus molekul C19H34O2 dapat dikonversi menjadi asam lemak bercabang yaitu asam 10 - metil oktadekanoat C19H38O2 atau turunannya dapat digunakan sebagai komponen racikan/ramuan berbagai produk industri seperti kosmetik, pelumas, sabun, shampoo, pelembut kain, cat, dan plastik. Ester Isopropilnya diharapkan dapat digunakan sebagai bubuhan (additive), penurun titik tuang (pour point depressant) pada pelumas dan biodisel (Soerawidjaja, 2005). Asam lemak minyak kepuh atau pranajiwa juga dapat digunakan sebagai zat adaptif bio-diesel yang memiliki titik tuang 180C menjadi 11,250C. Keunggulan minyak kepuh/pranajiwa inilah yang melebihi biofuel/biodisel yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak kelapa yang memiliki titik tuang 180C. Titik tuang yang relatif tinggi ini menyebabkan biodisel Indonesia tidak dapat diekspor ke negara bertemperatur rendah (Lolita Anggraini, 2005). Selanjutnya Teddy (2007), mengemukakan bahwa minyak kepuh, yang diekstrak dari bijinya mempunyai potensi untuk di konversi menjadi ester bercabang. Minyak kepuh mengandung gugus sikiopropenoid, salah satu struktur paling reaktif dalam kimia organik, dalam jumlah yang tinggi. Ester bercabang mempunyai karakteristik yang baik pada temperatur rendah, oleh karena itu dapat digunakan sebagai aditif untuk biodisel Indonesia. Minyak kepuh mengandung 50 – 60% - mol gugus siklopropenoid. Berdasarkan analisis Differensial Scanning Calorimetry (DSC), produk dari reaksi Diets Alder dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 reaksi metatesis dengan olefin menghasilkan TCO yang rendah (-5.5 0C hingga 10.5 0C). Titik awan dan titik tuang dapat diperkirakan dari TCO. Sebagai perbandingan, bahan bakar diesel nomor dua mempunyai TCO sebesar -11.9 0C. Stabilitas minyak kepuh diinvestigasi dan gugus siklopropenoid menunjukkan kestabilan setelah disimpan selama delapan bulan pada temperatur 6 0C. Selain itu Zanzibar dan Siskasari (2001), juga menyatakan bahwa buah, biji, kulit pohon, dan daun kepuh/pranajiwa dapat digunakan sebagai bahan jamu atau obat. Kulit pohon dan daun kepuh dapat digunakan sebagai obat untuk beberapa penyakit antara lain rheumatic, diuretic, dan diaphoretic. Kulit buah kepuh juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan untuk membuat kue dan bijinya dapat dimakan (Tjitro Supomo, 1991). Kayu pohon kepuh dapat digunakan sebagai konstruksi bangunan rumah, bahan pembuat kapal, kotak kontainer, dan kertas pulp (Brown, 2003 ; Zanzibar dan Siskasari, 2001). Walaupun kepuh merupakan tanaman yang banyak bermanfaat bagi kehidupan, namun sekarang ini sudah sangat jarang ditemukan. Tanaman ini hanya ditemukan pada tempat-tempat keramat, makam-makam, punden-punden, dan sedikit dipinggiran sungai serta penampungan air. Keberadaan tanaman ini biasanya dalam satu lokasi tidak lebih dari satu pohon dengan rata-rata usia tanaman mencapai ratusan tahun. Faktor yang menyebabkan kelangkaan tanaman kepuh ini adalah belum diketahuinya manfaat atau faedah yang jelas sehingga masyarakat enggan untuk menanamnya. Suprapto (2003), menyatakan bahwa kehidupan kepuh di Indonesia dan di Jawa Tengah khususnya merupakan tanaman yang tergolong sangat langka dan perlu penanganan pelestarian serius.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Hasil eksplorasi dilokasi penelitian menunjukkan bahwa tanaman kepuh memiliki keragaman genetik yang tinggi dilihat dari penampilan fenotipenya. Adanya perbedaan fenotipe yang tinggi ini memungkinkan untuk dilakukan seleksi kearah perbaikan sifat. Bari et al., 1974, menyatakan bahwa apabila nilai keragaman genetik rendah berarti individu-individu dalam suatu populasi cenderung seragam, sebaliknya bila nilai keragaman genetik tinggi berarti individu dalam populasi tersebut berbeda-beda dan seleksi yang akan diterapkan lebih efektif sehingga peluang untuk memperoleh genotipe unggul semakin besar.
B. Perumusan Masalah Indonesia sebagai negara tropis memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku untuk produksi energi alternatif untuk menggantikan bahan bakar minyak, baik berupa bio-ethanol sebagai pengganti premium maupun bio-diesel sebagai pengganti minyak solar. Peningkatan kebutuhan energi harus diimbangi dengan peningkatan sumberdaya energi yang ada dialam. Keadaan ini mendorong bangsa Indonesia untuk segera menyediakan dan membangun energi alternatif berbasis kerakyatan yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumberdaya alam dan tumbuhan yang ada. Salah satu jenis tanaman yang potensial untuk dikembangkan sebagai penghasil bahan baku biofuel adalah kepuh/pranajiwa. Selain produktivitas dan rendemen minyak yang lebih tinggi dari tanaman penghasil biofuel lainnya, tanaman kepuh juga tidak berpeluang pada konflik pemanfaatan bahan pangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
menjadi biofuel. Masalah yang dihadapi sekarang didalam pengambangan tanaman penghasil biofuel dari kelapa sawit, jarak, tebu, kelapa, ubi jalar adalah dapat menjadi konflik pemanfaatan bahan pangan menjadi biofuel. Hartarto (2008) dalam diskusi panel peran bioteknologi modern dalam meningkatkan ketahanan pangan menyatakan bahwa selama masih ada alternatif lain, sebaiknya bahan pangan tidak dikonversi untuk energi. Strategi untuk mendapatkan tanaman kepuh yang memiliki produktivitas dan rendemen minyak yang tinggi dapat diperoleh dengan melakukan seleksi. Seleksi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam program pemuliaan tanaman, namun seleksi tidak efektif untuk sifat kuantitatif karena sifat kuantitatif dipengaruhi oleh gen kompleks dan memerlukan waktu yang cukup lama (Poespodarsono, 1998). Untuk mengatasi permasalahan ini maka diperlukan suatu strategi yaitu dengan mengetahui derajat keeratan masingmasing sifat yang berkorelasi dengan hasil, yang dapat memberikan sumbangan untuk perbaikan sifat komponen hasil. Pengetahuan tentang adanya korelasi antar sifat-sifat tanaman merupakan hal yang sangat berharga dan dapat digunakan sebagai dasar program seleksi agar lebih efisien. Dengan sidik lintas masing-masing sifat yang berkorelasi dengan hasil dapat diurai menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung. Sidik lintas dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pertumbuhan dan hasil tanaman yang mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dengan hasil tanaman (Prajitno, 1981; Gasperz, 1995; Gomez dan Gomez, 1995; Sastrosupadi, 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Informasi tentang sifat-sifat yang berpengaruh terhadap hasil tanaman kepuh dan hubungan antar sifat tersebut belum ada, untuk itu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antar sifat dan sifat yang berpengaruh terhadap hasil dan rendemen minyak. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana korelasi antar sifat-sifat komponen hasil pada aksesi kepuh. 2. Bagaimana korelasi antar sifat-sifat komponen hasil terhadap hasil dan rendemen minyak. 3. Karakter apa yang sifatnya berpengaruh langsung dan tidak langsung dari sifat komponen hasil terhadap hasil dan rendemen minyak.
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan sifat komponen hasil yang akan dijadikan sebagai kriteria seleksi langsung maupun tidak langsung dalam rangka perbaikan sifat komponen hasil tanaman kepuh berpotensi hasil dan rendemen tinggi. Tujuan tersebut dapat diuraikan secara spesifik seperti dibawah ini : 1. Untuk mengetahui korelasi antar sifat-sifat komponen hasil. 2. Untuk mengetahui korelasi antar sifat-sifat komponen hasil terhadap hasil dan rendemen minyak. 3. Untuk mengetahui sifat apa yang berpengaruh langsung dan tidak langsung dari sifat komponen hasil terhadap hasil dan rendemen minyak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah untuk mengetahui keeratan hubungan antar sifat/karakter komponen hasil dan pengaruh langsung serta pengaruh tidak langsungnya yang akan dijadikan kriteria seleksi yang tepat untuk mendapatkan tanaman kepuh yang berpotensi hasil dan rendemen tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
II. KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Deskripsi Tanaman Kepuh Kepuh atau sering dikenal dengan nama pranajiwa (Sterculia foetida Linn.) merupakan salah satu spesies tanaman di Indonesia yang berasal dari Afrika Timur, Asia Tropik dan Australia. Tanaman ini berupa pohon yang cukup besar dengan tinggi mencapai 8 - 32 m, diameter batang dapat mencapai antara 13 - 226 cm, berbentuk berkayu, tidak membulat, membulat berdiri tegak, miring dan berlubang. Batang memiliki ciri khas tegak dengan kulit mengelupas dan sering dijumpai memiliki batang kembar. Warna batang luar abu-abu, coklat muda sampai tua. Sedang warna kulit batang dalam coklat tua. Bentuk percabangan tanaman kepuh membentuk sudut condong mendatar sampai keatas dengan tipe percabangan monopodial.
Cabang terbentuk pada
batang utama dengan distribusi cabang tidak merata sampai merata. Percabangan pertama pada ketinggian 0,5 - 14 m. Jumlah cabang utama dapat mencapai 4 - 18 buah. Daun tumbuh berumpun pada penghujung dahan-dahan, merupakan daun majemuk dengan tulang daun (nervatio or venation) berbentuk menjari/menyirip (penninervis) dengan 7 - 9 anak daun (foliolum). Foliolum berbentuk lanset, panjang helaian daun (lamina) antara 5 - 21 cm, lebar daun antara 3 - 9 cm dengan warna permukaan atas daun hijau sampai hijau tua dengan tekstur agak kasar sampai kasar karena tidak memiliki lapisan lilin. Tangkai daun (petiolus) relatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 pendek dengan ukuran 12,5 - 37 cm. Panjang daun dapat mencapai 5 - 22 cm dengan ketebalan 0,025 - 0,06 cm. Bunga tumbuh pada penghujung dahan bercabang-cabang membentuk rumpun, berwarna kuning hingga merah keunguan. Diameter bunga 2 - 2,5 cm bersifat uniseksual. Tipe mahkota bunga adalah beraturan/bintang dengan warna merah darah, hijau pada ujungnya dengan ukuran 1,5 - 2,1 cm. Jumlah tajuk mahkota bunga 4 – 6 buah. Ukuran tangkai bunga 0,2 - 0,6 cm dengan panjang putik 0,1 - 1,7 cm. Aroma bunga pada tanaman ini mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Buah memiliki tipe buah tidak berdaging dengan warna mentah/muda adalah hijau muda dan berwarna hitam jika sudah matang. Rasa buah kepuh ini sama dengan rasa kelapa muda. Panjang tangkai buah 6 - 35 cm. Di dalam buah terdapat lokus-lokus dengan ukuran sedang - besar dengan jumlah lokus 2 - 6 lokus. Ketebalan kulit lokus antara 0,6 - 1,9 cm, lebar lokus antara 7 - 11 cm, panjang lokus 6,5 - 13 cm. Berat buah dapat mencapai 0,325 gr/lokus atau 1,4 kg/buah - 1kg/4 lokus. Di dalam buah terdapat lokus-lokus yang berisi biji. Jumlah biji/lokus 2 – 20 biji. Jumlah biji/buah dapat mencapai 10 – 100 biji. Biji berbentuk lonjong dengan panjang 2,06 – 3,03 cm, lebar biji 1,0 – 2,1 cm. Biji kulit luar berwarna putih muda dan biji kulit dalam berwarna kuning muda.
Tekstur biji luar
licin/halus, tekstur biji dalam lunak dan berdaging (Yuniastuty, 2008). Secara taksonomis tanaman kepuh tersusun di dalam suatu klasifikasi sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 Divisio
:
Spermatophyta
Sub Divisio
:
Angiosperme
Klass
:
Dicotyledoneae
Sub Klass
:
Dilleniidae
Ordo
:
Malvales
Familia
:
Sterculiaceae
Genus
:
Sterculia
Species
:
Sterculia foetida, Linn
(Backer dan Backnizen Van Den Brink, 1963 ; Tjitrosoepomo, 1991). Tanaman kepuh dapat tumbuh dengan cepat di daerah tropik atau daerah beriklim panas yang bersuhu sekitar 18 - 27 0C mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut (Soeprapto, 2003).
2. Komponen Hasil Tanaman Kepuh Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangan suatu spesies. Secara empiris pertumbuhan tanaman dapat dinyatakan sebagai fungsi interaksi genotif dan lingkungan. Faktor-faktor eksternal (lingkungan) yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain (a) Iklim : cahaya, temperatur, panjang hari, angin, dan gas-gas (CO2, O2, N2, SO2, Nitrogen Oksida, Fe, Cl dan O3), kecuali CO2, O2, N2, dimana seringkali merupakan polutan atmosfir dan konsentrasinya yang cukup tinggi dapat menghambat pertumbuhan, (b) Edafik (tanah) : tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation, pH, kejenuhan basa dan nutrien dan (c) Biologis : gulma, serangga, organisme penyebab penyakit, nematoda, herbivora dan mikro organisme tanah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 Suhu yang berbeda berpengaruh terhadap penampilan fenotipik suatu karakter tanaman (Borges, 1987 dalam Sutaryo dan Suprihatno, 1996). Sedangkan faktor-faktor internal (genetik) yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain (Gardner et al., 1991) (a) Ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis, (b) Laju fotosintetik, (c) Respirasi, (d) Pembagian hasil asimilat dan N, (e) Klorofil, karoten dan kandungan pigmen lain, (f) Tipe dan letak meristem, (g) Kapasitas penyimpanan cadangan makanan, (h) Aktifitas enzim, (i) Pengaruh langsung gen (heterosis, epistasis), dan (j) Diferensiasi. Komponen hasil merupakan salah satu komponen yang bersifat kuantitatif, yang nilainya dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk lingkungan tumbuh, sehingga untuk menduga keragamannya diperlukan karakter lain misalnya komponen hasil yang diketahui memiliki hubungan fungsional dengan hasil (Budiarti et al., 2004). Peningkatan hasil dapat diakukan dengan memperbaiki komponen penentu hasilnya. Komponen hasil tidak bertindak secara bebas. Kadang-kadang pengaruhnya sejajar, saling mengendalikan dan kadang-kadang bertindak berlawanan dimana kenaikan pada satu komponen hasil mengakibatkan penurunan pada komponen hasil lainnya. Yang termasuk komponen hasil pada tanaman kepuh yaitu jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, jumlah lokus/buah, jumlah buah/janjang, berat buah, jumlah biji/lokus, berat 10 biji dan berat biji/pohon. Cabang primer pada tanaman kepuh terbentuk pada batang utama atau anak batang, sedangkan cabang sekunder terbentuk dari cabang primer. Terbentuknya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 cabang primer dan sekunder bergantung pada banyaknya karbohidrat yang tersedia, sedangkan banyaknya karbohidrat bergantung pada banyaknya fotosintat yang dihasilkan oleh daun-daun dan organ-organ yang mengkonsumsi karbohidrat untuk pertumbuhan dan respirasinya. Percabangan akan berkurang pada keadaan yang rindang (Wilkins, 1989). Semakin banyak jumlah cabang primer yang terbentuk mengakibatkan semakin banyak juga jumlah cabang sekunder yang terbentuk. Buah pada tanaman kepuh terbentuk pada cabang ke 4 - 6 dari cabang primer. Buah terangkai dalam satu janjang atau tandan yang terdiri dari 2 - 3 buah. Sedangkan satu buah terdiri dari 2 - 5 lokus yang berisi biji-biji (Yuniastuti, 2008). Kemampuan tanaman menghasilkan buah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesa seperti suhu, intersepsi cahaya, kapasitas sink. Sebaliknya apabila terjadi stress air, cahaya, suhu dan hara mengakibatkan terganggunya keserasian hubungan source dan sink (Dwidjoseputro, 1983). Kondisi ini akan mengakibatkan terganggunya pembentukan jumlah lokus/buah, jumlah buah/janjang, jumlah lokus/buah, berat buah, jumlah biji/lokus, berat 100 biji dan berat biji/pohon. Berat 100 biji juga dipengaruhi oleh ukuran biji.
Gejala umum
memperlihatkan bahwa besarnya biji dipengaruhi ketinggian tempat, iklim dan musim. Ukuran biji cenderung lebih besar pada musim penghujan dibanding pada musim kemarau. Bila pada musim pematangan biji sampai dengan menjelang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 buah matang sempurna keadaan udaranya sangat kering dan suhu sangat tinggi, maka menyebabkan penurunan kwalitas biji (Anonimous, 1980).
3. Korelasi Antar Sifat Pemuliaan tanaman bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang lebih baik, oleh karena itu pengetahuan yang cukup mengenai tanaman yang bersangkutan sangat diperlukan sifat tanaman tersebut meliputi sifat morfologis, anatomis maupun fisiologis. Kenyataan menunjukkan bahwa diantara sifat-sifat yang ada pada tanaman sering kali ada hubungan satu dengan yang lain. Adanya hubungan diantara sifat-sifat tanaman ini sangat membantu usaha-usaha pemuliaan tanaman khususnya dalam pekerjaan seleksi. Oleh karena itu perlu dilakukan serangkaian penelitian dan pengembangan yang lebih intensif, antara lain dari segi pemuliaan (Hadiati dkk, 2003). Agar langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka usaha pemuliaan tanaman tepat, maka derajat hubungan yang ada diantara sifat-sifat perlu diketahui.
Derajat hubungan antara dua sifat tanaman, biasanya dinyatakan
dengan suatu bilangan yang disebut koefisien korelasi.
Korelasi dinyatakan
dengan koefisien (r) dan merentang dari -1 sampai +1. Koefisien 1, dengan tanda + atau - menunjukkan korelasi sempurna antara dua peubah. Sebaliknya koefisien nol berarti tidak ada korelasi sama sekali. Keseragaman dalam derajat korelasi dinyatakan oleh koefisien yang merentang dari 0 sampai 1 dan dari -1 sampai 0. (Gomez dan Gomez, 1995).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 Disebut koefisien korelasi negatif ditunjukkan bila derajat hubungan antara dua sifat menunjukkan hal yang berlawanan. Artinya bertambahnya nilai sifat yang satu akan diikuti oleh berkurangnya nilai sifat yang lain. Sedangkan koefisien korelasi positif bila derajat hubungan antar dua sifat tanaman menunjukkan hal yang nyata, artinya bertambahnya nilai sifat yang satu akan diikuti oleh bertambahnya nilai sifat yang lain. Sebaliknya, berkurangnya nilai sifat yang satu akan diikuti oleh berkurangnya nilai sifat yang lain. Sedangkan apabila nilai koefisien korelasi = 0, berarti tidak ada hubungan sama sekali antar kedua sifat tersebut. Gomez dan Gomez (1995), mengatakan bahwa realibilitas dan tingkat signifikansi nilai koefisien korelasi sangat nyata bila r > 0,569 ; positif nyata bila 0,428 ≤ r ≤ 0,569 ; positif tidak nyata bila r < 0,428 ; negatif sangat nyata bila r < -0,569 ; negatif nyata bila
-0,569 ≤ r ≤ -0,428 dan negatif tidak
nyata bila r > -0,428. Dalam mempelajari hubungan antara hasil dengan komponen hasil, telah dilakukan berbagai penelitian pada berbagai jenis tanaman. Akan tetapi penelitian yang mempelajari hubungan antara komponen hasil dengan hasil tanaman kepuh belum ada sama sekali, sehingga hasil penelitian ini belum dapat dibandingkan dengan penelitian sejenis. Hasil penelitian Yawen, Yong dan Xinhua (1997) pada tanaman padi di Cina menunjukkan bahwa hasil gabah berkorelasi positif nyata dengan biji berisi per penikel, berat biji per tanaman dan spikelet per penikel. Benediktus (2007) melakukan penelitian pada tanaman jarak untuk mengetahui korelasi antar komponen hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah tandan, jumlah bunga jantan dan jumlah bunga betina berkorelasi positif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 sangat nyata dengan jumlah kapsul per tanaman. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Ganefianti et al., (2006) pada tanaman cabai, menunjukkan bahwa jumlah cabang dikotom berkorelasi yang sedang dengan gugur buah, sedangkan bobot satu buah, panjang tangkai buah, panjang buah dan diameter tangkai buah pada tanaman cabai berkorelasi sangat nyata dengan penyakit gugur buah.
4. Analisis Lintas (Path Analysis) Penggunaan metode korelasi yang melibatkan banyak faktor akan menghasilkan hubungan antara faktor-faktor tersebut menjadi lebih kompleks, sulit dan membingungkan (Badwal dan Singh, 1973). Oleh karena itu, Li (1956) dan Dewey dan Lu (1959) mengemukakan bahwa untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan analisis sidik lintas. Dalam analisis sidik lintas variabel bebas yang diamati yang disajikan dalam bentuk data sudah dibakukan (standardized variables) yang tidak mempunyai satuan lagi dan koefisien korelasi dapat dipecah kedalam komponen-komponennya yang berupa pengaruh langsung dan tidak langsung, sehingga dapat diperlihatkan dengan jelas sumbangan suatu faktor terhadap nilai korelasi yang diamati. Selanjutnya Budiarti et al., (2004), menyatakan bahwa metode perhitungan dengan menggunakan analisis korelasi memiliki kelemahan, karena terjadi salah penafsiran yang disebabkan adanya saling interaksi antar komponen hasil.
Pengaruh tidak langsung melalui
komponen lain dapat lebih berperan daripada pengaruh langsung. hubungan sebab akibat tidak dapat dijelaskan dengan baik.
commit to user
Selain itu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 Analisis Lintas (path analysis) diperkenalkan oleh Wright (1934) yang penelitiannya telah dimulai sejak tahun 1920, yakni untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari sifat-sifat yang menentukan kisaran sifat kuantitatif seperti komponen produksi terhadap produksi. Analisis lintas ini merupakan suatu bentuk regresi linier yang dibuat dengan sistem tertutup. Menurut Singh dan Chaudary (1979), jika hubungan antar sebab dan akibat dapat didefinisikan dengan baik, dimungkinkan untuk menggambarkan semua peubah dalam bentuk diagram yang disebut diagram lintas. Berdasarkan diagram tersebut, apabila peubah Y (faktor akibat) merupakan fungsi dari berbagai komponen (faktor sebab) x1, x2, x3 dan sebagainya serta diasumsikan bahwa faktor-faktor tersebut memperlihatkan tipe hubungan satu dengan yang lain maka bentuk hubungan tersebut dapat dilukiskan seperti pada gambar 1. X1 Px1Y r1r2 Y
Px2Y Px3Y
R
r1 r 3
X2 r2r3 X3
Gambar 1. Diagram lintas antara peubah Y (faktor akibat) dengan peubah x1, x2, dan x3 (faktor sebab).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa Y merupakan hasil dari x1, x2, dan x3 serta beberapa faktor yang tidak dapat dijelaskan dengan baik dan ditunjukkan oleh R.
Menurut Li (1956), garis dengan dua tanda panah
memperlihatkan hubungan timbal balik yang diukur oleh koefisien korelasi dan garis dengan satu tanda panah menunjukkan pengaruh langsung yang disebut koefisien lintas. Lebih lanjut ditegaskan bahwa analisis koefisien lintas merupakan bentuk regresi linier yang dilaksanakan pada sistem tertutup. Keuntungan dari diagram lintas adalah satu set persamaan simultan dapat ditulis langsung dari diagram dan penyelesaian dari persamaan tersebut memberikan informasi tentang kontribusi langsung maupun tidak langsung peubah sebab terhadap pengaruh. Sebagai pedoman untuk menginterpretasikan hasil analisis lintas sebagai berikut (Singh dan Chaudary, 1979) : 1. Apabila koefisien korelasi antara faktor penyebab dan akibat hampir sama dengan pengaruh langsungnya, korelasi menjelaskan hubungan yang sesungguhnya, dan seleksi langsung pada karakter itu sangat efektif. 2. Apabila koefisien korelasi positif, tetapi pengaruh langsung negatif bisa diabaikan, pengaruh tidak langsung yang menyebabkan korelasi. Pada keadaan ini, faktor-faktor penyebab tidak langsung dipertimbangkan secara simultan. 3. Koefisien korelasi mungkin negatif, tetapi pengaruh langsung positif dan tinggi. Pada keadaan ini model seleksi simultan terbatas dimungkinkan. Beberapa peneliti telah banyak menggunakan metode analisis lintas untuk menjelaskan hubungan antara sifat-sifat pada materi yang digunakan.
commit to user
James
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 (1971) mempelajari hubungan langsung dan tidak langsung antara jumlah batang, diameter batang, dan panjang batang dengan hasil pada suatu populasi tanaman tebu yang berasal dari biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah batang mempunyai efek langsung terbesar terhadap hasil tebu diikuti diameter batang dan panjang batang. Suhartini et al., (1999) telah mengkaji pengaruh langsung dan tidak langsung antara beberapa sifat terhadap hasil tanaman padi.
Hasil
menunjukkan bahwa skor keracunan Fe mempunyai korelasi dan lintasan tertinggi terhadap hasil tanaman padi.
Hasil penelitian Malligan et al., (1990)
menunjukkan bahwa jumlah batang mempunyai efek langsung terhadap hasil rato pertama, kedua dan panen akhir pada tanaman tebu. Hasil penelitian Benediktus (2007) melakukan penelitian pada tanaman jarak untuk mengetahui korelasi antar komponen hasil dan sidik lintas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah tandan, jumlah bunga jantan dan jumlah bunga betina berkorelasi positif sangat nyata dengan jumlah kapsul per tanaman. Namun hasil sidik lintas menunjukkan bahwa variabel jumlah tandan berpengaruh langsung paling besar terhadap jumlah kapsul pertanaman, sehingga variabel jumlah tandan merupakan sifat yang termasuk dalam kriteria seleksi untuk pengembangan varietas unggul tanaman jarak pagar. Selanjutnya Penelitian sejenis juga dilakukan oleh
Ganefianti et al., (2006) pada tanaman cabai,
menunjukkan bahwa variabel jumlah cabang dikotom, diameter buah, diameter tangkai buah dan panjang buah sangat menentukan persentase gugur buah, sebaliknya tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah biji per buah, bobot satu buah dan panjang tangkai buah memberikan pengaruh yang relatif kecil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
B. Kerangka Berpikir Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang cukup padat, sehingga kebutuhan akan energi cukup tinggi dari tahun ke tahun selalu meningkat, sedangkan persediaan energi semakin berkurang. Peningkatan kebutuhan energi tidak diimbangi dengan peningkatan sumber energi yang ada dialam. Keadaan ini mendorong bangsa Indonesia untuk segera menyediakan dan membangun energi alternatif berbasis kerakyatan yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya alam dan tumbuhan yang ada. Tanaman kepuh merupakan salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan dasar penghasil energi alternatif karena memiliki produktivitas dan rendemen minyak yang tinggi. Jati (2008), mengemukakan bahwa tanaman kepuh merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini dilirik untuk dapat dikembangkan sebagai sumber energi alternatif, disamping jarak pagar, ubi jalar, ubi kayu, tebu, kelapa sawit, kelapa, bunga matahari, kapuk randu.
Tanaman ini dipilih selain memiliki
multifungsi, produktivitas dan rendemen minyaknya juga tinggi serta tidak berpeluang terhadap konflik pemanfaatan bahan pangan menjadi biofuel. Sedangkan biofuel yang dihasilkan kelapa sawit, jarak, ubi kayu, tebu, dalam pengembangannya menjadi konflik pemanfaatan bahan pangan menjadi biofuel. Hartarto (2008) dalam diskusi panel peran bioteknologi modern dalam meningkatkan ketahanan pangan menyatakan bahwa selama masih ada alternatif lain, sebaiknya bahan pangan tidak dikonversi untuk energy.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 Dari aspek potensi hasil dan rendemen minyak, tanaman kepuh lebih unggul jika dibandingkan dengan tanaman penghasil sumber energi biofuel yang lain. Duke, 1983 cit Nurcholis et al., 2008, biodiesel dapat dibuat dari berbagai tanaman penghasil sumber energi biofuel seperti minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil atau CPO), minyak jarak (Crude Jatropha curcas Oil (CJcO), dan tanaman-tanaman lain yang berpotensi hasil tinggi dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Berbagai tanaman penghasil sumber energi biofuel. No
Nama Umum
Nama Latin
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelapa sawit Jarak pagar Tebu Jarak kepyar Ketela pohon
E. guineensis Jatropha curcas Aleurites fordii S. officinarum R. communis M. esculenta
Produksi Tanaman (MT/ha) 18 - 20 6-8 4-6 35 3-5 6
Produksi Biofuel (Liter/ha) 3.600 - 4.000 2.100 - 2.800 1.800 - 2.700 2.450 1.200 - 2000 1.020
Energi Ekivalen (kwh/ha) 33.900 - 37.700 19.800 - 26.400 17.000 - 25.500 16.000 11.300 - 18.900 6.600
Sumber : Duke, 1983 cit Nurcholis et al., 2008. MT = Metrik Ton.
Selanjutnya menurut anonim (2008), tanaman nyamplung berpotensi sebagai sumber energi biofuel dan produktivitas mencapai 20 ton/ha melebihi jarak pagar 5 ton/ha dan sawit 6 ton/ha, sedangkan rendemen minyak nyamplung 40 - 73% melebihi rendemen minyak jarak pagar 40 - 60 % dan sawit 46 - 54%, minyak nyamplung juga sebagian parameter telah memenuhi standar kualitas biodisel Indonesia dan memiliki daya bakar dua kali lebih lama dibandingkan minyak tanah. Salah satu usaha/upaya dalam memperoleh tanaman kepuh yang produktivitas dan kandungan minyak tinggi adalah dengan cara mengetahui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 karakter komponen hasil dan korelasi antar sifat-sifat komponen hasil terhadap hasil dan kandungan minyak. Hubungan/korelasi antar sifat satu dengan lainnya mempunyai arti penting dalam pekerjaan seleksi.
Untuk meramalkan sifat
tertentu dapat digunakan penduga suatu sifat tertentu yang mudah diamati dan dibandingkan, serta mudah menunjukkan kemampuan genetiknya.
Dengan
demikian kita dapat mengetahui sejauh mana karakter komponen hasil dan korelasi antar sifat/karakter tanaman tersebut yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil dan kandungan minyak. Untuk itu perlu diadakan pengkajian tentang korelasi antar sifat komponen hasil terhadap hasil dan kandungan minyak pada tanaman kepuh yang ada dilapangan, sehingga diketahui/diperoleh hubungan antar sifat komponen hasil yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil dan kandungan minyak yang akan digunakan sebagai kriteri seleksi dalam proses pemuliaan tanaman.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini disajikan pada gambar 2
dibawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
BBM FOSIL
Krisis BBM • Bio Diesel • Bio Etanol • Bio Oil
BBN Tanaman Kepuh
Konflik Konversi Energi Tanaman Langka
Fungsi Multiguna
Upaya Peningkatan Produktivitas
Sifat Komponen Hasil
Pemuliaan Tanaman
Korelasi Antar Sifat Komponen Hasil
Kriteria Seleksi
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian
C. Hipotesa Penelitian 1. Diduga ada korelasi yang berbeda antar sifat komponen hasil. 2. Diduga ada korelasi yang berbeda antar sifat komponen hasil terhadap hasil dan rendemen minyak. 3. Diduga dari beberapa sifat komponen hasil memiliki berpengaruh langsung dan tidak langsung yang tidak sama terhadap hasil dan rendemen minyak .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 50 lokasi penelitian pada 5 kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dan dilanjutkan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta pada bulan Oktober 2008 sampai dengan bulan April 2009. Adapun lokasi penelitian dan sampel pengamatan yang ditetapkan disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Lokasi Penelitian dan Sampel Pengamatan. No. 1.
2.
3.
4.
5.
Kabupaten
Kecamatan
Kabupaten • Kec.Tasik Madu Karang Anyar • Kec.Karang Anyar • Kec. Jaten. Kabupaten • Kec. Sawit Boyolali • Kec. Kebon Bimo • Kec. Banyudono • Kec. Nogosari Kabupaten • Kec. Mojolaban Sukoharjo • Kec. Sukoharjo • Kec.Grogol • Kec. Bendosari. Kabupaten • Kec. Selogiri Wonogiri • Kec. Wonogiri. Kabupaten • Kec. Ceper Klaten • Kec. Trucuk • Kec. Bayat • Kec. Delanggu.
Desa/Kelurahan
• Desa Karangmojo, Desa Karangwuni, Desa Derman dan Desa Kodokan.
• Desa Ngaliyan, Desa Bibis, Desa Lalung. • Desa Jati, Desa Ngetal dan Desa Jetak. • Desa Tegalmuncar, Desa Klabang, Desa Kendal Gede. • Desa Tlatar. • Desa Jagoan, Desa Gatak Malangan. • Desa Tagung, Desa Mbadan, Desa Pojok dan Desa Bulu. • Desa Pancuran, Desa Cangkol, Desa Ngambak Lipuro, Desa Nderso, Desa Palur, Desa Triyangan. • Desa Macanan. • Desa Temulus dan Desa Pondok. • Desa Minggiran,. • Desa Krisak, Desa Bulak, Desa Brajan, dan Desa Nambangan. • Desa Kaloran, Desa Gerdu, Desa Gebang Wetan dan Desa Mblimbing. • Desa Kurung dan Desa Karang Dempel • Desa Kalikebo dan Desa Planggu • Desa Jetis, Desa Talang, Desa Kebon, Desa Pandan Rejo dan Desa Jerukan. • Desa Sabrang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 data lokasi penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan jadwal penelitian yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada lampiran 2. Deskripsi lokasi penelitian adalah sebagai berikut : 1. Jenis Tanah dan Ketinggian Tempat dari Permukaan Laut Jenis tanah dan ketinggian tempat dari permukaan laut lokasi penelitian disajikan pada pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Jenis Tanah dan Ketinggian Tempat Lokasi Penelitian No. 1.
2.
3.
4.
5.
Lokasi Penelitian Kabupaten Boyolali : a. Kec. Sawit b. Kec. Banyudono c. Kec. Nogosari Kabupaten Sukoharjo : a. Kec. Mojolaban b. Kec. Sukoharjo c. Kec. Grogol d. Kec. Bendosari Kabupaten Wonogiri : a. Kec. Selogiri b. Kec. Wonogiri Kabupaten Karang Anyar : a. Kec. Jaten b. Kec. Tasik Madu c. Kec. K. Anyar Kabupaten Klaten : a. Kec. Ceper b. Kec. Trucuk c. Kec. Bayat d. Kec. Delanggu
Sumber Data Keterangan
: :
Jenis Tanah RK, RC RK, RC, MC GK, RC, MC
Ketinggian Tempat (m dpl) 75-400 m
MC, AK GK, AK GK, RK GK, MC
89 m 95 m 80 m 110 m
GK, AK, RK Gl K, MC, RK
101-200 m
AK, GK MC MC
120-240 m 240-480 m 90-105 m
RK AK, RK GKT, AK, L RK
100-200 m
Distan Kab. Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Karang Anyar dan Klaten. RK : Regosol Kelabu MC : Mediteran Coklat RC : Regosol Coklat GK : Grumosol Kelabu AK : Aluvial Kelabu GKT : Grumosol Kelabu Tua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 2. Curah Hujan Penentuan curah hujan terkait dengan penyebaran bulan basah dan bulan kering menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Penentuan iklim berdasarkan periode kering dan basah, dengan kriteria sebagai berikut : a. Bulan basah (BB) adalah bulan dengan rata-rata curah hujan > 100 mm b. Bulan lembab (BL) adalah bulan dengan rata-rata curah hujan 60 – 100 mm c. Bulan kering (BK) adalah bulan dengan rata-rata curah hujan < 60 mm. Untuk menentukan jenis iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951) menggunakan harga perbandingan Q yang didefinisikan sebagai : Q=
Jumlah Rata-rata BK Jumlah Rata-rata BB
Penggolongan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951) disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Penggolongan Tipe Iklim Menurut Shcmidt dan Ferguson . Tipe Iklim
Kriteria
Keterangan
A B C D E F G H
0 ≤ Q < 0,143 0,143 ≤ Q < 0,333 0,333 ≤ Q < 0,600 0,600 ≤ Q < 1,000 1,000 ≤ Q < 1,670 1,670 ≤ Q < 3,000 3,000 ≤ Q < 7,000 7,000 ≤ Q
Sangat basah Basah Agak Basah Sedang Agak Kering Kering Sangat Kering Luar Biasa Kering
Sumber : Tjasyono, 2004. Berdasarkan data curah hujan selama 10 tahunan dapat ditentukan tipe iklim pada lokasi penelitian dan disajikan pada tabel 4, sedangkan data curah hujan dilokasi penelitian selama 10 tahun dapat dilihat pada lampiran 3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Tabel 4. Tipe Iklim Lokasi Penelitian menurut Schmidt dan Ferguson. No 1.
2.
3.
4.
5.
Lokasi Penelitian Kabupaten Boyolali : a. Kec. Sawit b. Kec. Banyudono c. Kec. Nogosari Kabupaten Sukoharjo : a. Kec. Sukoharjo b. Kec. Grogol Kabupaten Wonogiri : a. Kec. Wonogiri b. Kec. Selogiri Kabupaten Klaten : a. Kec. Trucuk b. Kec. Bayat c. Kec. Ceper d. Kec. Delanggu Kab. Karang Anyar *): a. Kec. Karang Anyar b. Kec. Tasik Madu c. Kec. Jaten
Sumber Data Keterangan
: :
Bulan Basah (BB)
Bulan Lembab (BL)
Bulan Kering (BK)
Nilai Q
Kriteria
5,8 6,5 6,6
1,5 0,9 1,0
4,7 4,6 4,4
1,2340 1,4130 1,5000
AK AK AK
6,1 6,6
1,4 0,8
4,5 4,6
1,3556 1,4347
AK AK
5,5 5,9
1,7 0,8
4,8 5,0
1,1458 1,1800
AK K
5,8 5,5 6,4 6,6
0,8 0,6 1,1 0,6
5,4 5,9 4,5 4,8
1,0741 0,9322 1,4222 1,3750
AK S AK AK
5,5
1,1
5,4
1,0185
AK
Distan Kab. Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Karang Anyar dan Klaten. AK : Agak Kering, K : Kering, S : Sedang. *) : Stasiun Tasik Madu
B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Pengamatan dan Pengumpulan Data Langsung di Lapangan Bahan-bahan yang
digunakan
dalam kegiatan
pengamatan
dan
pengumpulan data di lapangan adalah : tanaman kepuh yang ada dilokasi penelitian. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah : Plastik pembungkus (wadah), penggaris, meteran, steaples, timbangan elektrik, kertas label, spidol. 2. Pengamatan
dan
Analisa
Rendemen
Minyak
di
Laboratorium
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan dan analisa rendemen minyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 dilaboratorium adalah tanaman : Biji kepuh matang, pelarut organik (Petrolium ether), air murni. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah : Blender, Satu set ekstraksi Soxhlet, Eksikator, Kertas Saring bebas lemak, Oven, Timbangan Digital, Gelas Ukur, Botol volume 100 cc, Lakban bening, palu, dll. Untuk mendokumentasikan rangkaian kegiatan baik dilapangan maupun di laboratorium digunakan kamera digital.
C. Rancangan Penelitian Pendekatan utama yang digunakan dalam kajian ini adalah untuk melihat hubungan fungsional antar sifat komponen hasil terhadap hasil dan rendemen minyak. Jenis penelitian adalah penelitian survey, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data dari lokasi tertentu yang alamiah dan peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data primer dan sekunder. Instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran 4. Data primer diambil dari aksesi kepuh yang dijadikan sampel, sedangkan data sekunder diambil melalui wawancara langsung kepada sesepuh desa dan juru kunci makam, sedangkan data informasi agroekologi dari instansi terkait dalam hal ini dinas pertanian dan dinas pengairan kabupaten setempat. Populasi penelitian adalah aksesi tanaman kepuh yang tumbuh secara alamiah yang diperoleh dari hasil eksplorasi.
Hasil eksplorasi menunjukkan
bahwa tanaman kepuh sudah dinyatakan sebagai tanaman langka, sehingga didalam penentuan sampel penelitian diasumsikan telah mewakili tanaman yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 ada pada wilayah penelitian.
Dengan demikian terdapat banyak keragaman
karakteristik dalam sampel pengamatan ditinjau dari umur tanaman, ketinggian tempat dari permukaan laut, kondisi agro-ekologi yang mempengaruhi tanaman. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara teknik cluster proporsional random sampling. Pengambilan sampel dipilih berdasarkan kelompok habitat tanaman dan dilakukan secara acak (random). Pengelompokan berdasarkan atas penyebaran aksesi kepuh diwilayah penelitian. Untuk memperkecil keragaman, maka sampel pengamatan ditetapkan 10 aksesi setiap wilayah sehinggga diperoleh 50 sampel aksesi kepuh yang ditetapkan sebagai sampel pengamatan.
D. Tata Laksana Penelitian 1. Pengamatan dan Pengumpulan Data Langsung di Lapangan Pengamatan dan pengumpulan data langsung dilapangan adalah variabel Jumlah Cabang Primer (JCP), Jumlah Cabang Sekunder (JCS), Jumlah Buah/Janjang (JBJ), Jumlah Lokus/Buah (JLB), Jumlah Biji/Lokus (JBL), Berat Buah (BB), Berat 100 Biji (BSB), dan Berat Biji/Pohon (BBP). Data diamati dan dicatat dengan menuliskan nama aksesinya untuk selanjutnya diolah. Data hasil pengamatan di sajikan pada lampiran 5 – 12. 2. Pengamatan di Laboratorium Untuk pengamatan kandungan minyak dilakukan di Laboratorium. Jenis pengamatan dan analisis biji kepuh adalah untuk mengetahui :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 a. Persentase Kadar Lemak (KL) Kadar Lemak diketahui untuk mengetahui persentase kadar lemak pada biji kepuh dari setiap aksesi. Untuk mengetahui kadar lemak adalah dengan melakukan ektraksi lemak metode Soxhlet. Kadar lemak dihitung dengan rumus : (Berat Kertas Saring + Berat Sampel)- Berat Setelah KL = Berat Sampel Awal
x 100 %
b. Kadar Air (KA) Kadar Air diketahui untuk mengetahui persentase kadar air pada biji kepuh dari setiap aksesi. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus :
KA =
Berat Biji Sebelum Oven - Berat Biji Setelah
x 100 %
Berat Biji Sebelum Oven
c. Persentase Rendemen Minyak (R) Rendemen minyak (R) diketahui untuk mengetahui persentase rendemen minyak pada biji kepuh dari setiap aksesi. Untuk mengetahui persentase rendemen minyak yaitu dengan melakukan ektraksi lemak metode Soxhlet (Woodman, 1941). Rendemen minyak dihitung dengan rumus:
R=
Volume Ekstrak – Berat Jenis Lemak Berat Sampel
commit to user
x 100 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 Prosedur kerja ekstraksi biji kepuh adalah sebagai berikut : • Biji kepuh yang matang sempurna dimasukkan kedalam oven dengan suhu 70 – 80 0c selama 2 x 24 jam. • Timbang dan teliti 2 -3 gr bahan yang telah dihaluskan, bungkus dengan kertas saring bebas lemak untuk sampel kadar lemak dan timbang 80 – 100 gr bahan untuk sampel rendemen. • Keringkan dalam oven 1050C selama 5 jam, dinginkan dan timbang (H). • Labu penampung, alat ekstraksi soxhlet dan alat pendingin dipasang. • Tuangkan pelarut organik (Petroleum Eter) melalui lubang alat pendingin sampai pelarut turun kedalam labu penampung dan diisi lagi sampai setengah isi alat ekstraksi. • Alirkan air pendingin dan pemanas dihidupkan selama 2 – 3 jam atau sampai pelarut terlihat jernih (kira-kira 8-10 x sirkulasi). • Matikan pemanas saat pelarut didalam alat ekstraksi mengalir turun ke labu penampung. • Bungkusan sampel dikeluarkan, diangin-anginkan dan dikeringkan dalam oven sampai semua ether menguap dan ditimbang dalam keadaan panas. • Panaskan kembali lemak yang berada pada labu penampung hasil ekstraksi untuk memisahkan lemak dengan eter selama 30 menit. • Masukkan kedalam botol dan dikering anginkan sampai benar-benar eter menguap, kemudian diukur volume ekstraknya. Data hasil analisa persentase kadar lemak, kadar air dan rendemen dapat dilihat pada lampiran 13.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
E. Variabel Pengamatan Variabel pengamatan dibagi dalam 2 (dua) jenis variabel, yaitu : 1. Variabel Bebas : Variabel bebas yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Jumlah Cabang Primer (JCP). Penghitungan
jumlah
cabang
primer
dilakukan
untuk
mengetahui
banyaknya jumlah cabang primer. Jumlah cabang primer yang diamati sebagai sampel adalah 40 %. b. Jumlah Cabang Sekunder (JCS). Penghitungan jumlah cabang sekunder dilakukan untuk mengetahui banyaknya jumlah cabang sekunder. Jumlah cabang sekunder yang diamati sebagai sampel adalah 20 %. c. Jumlah Buah/Janjang (JBJ). Penghitungan jumlah buah/janjang dilakukan untuk mengetahui banyaknya jumlah buah/janjang. Sedangkan jumlah buah yang dihitung adalah dari cabang yang dijadikan sampel pengamatan. d. Jumlah Lokus /Buah (JLB). Penghitungan jumlah lokus/buah dilakukan untuk mengetahui banyaknya jumlah lokus/buah.
Sedangkan jumlah lokus yang dihitung adalah dari
cabang yang dijadikan sampel pengamatan. e. Berat/Buah (BB) Penghitungan berat/buah dilakukan untuk mengetahui berat/buah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 f. Jumlah Biji/Lokus (JBL). Penghitungan jumlah biji/lokus dilakukan untuk mengetahui jumlah biji/lokus. g. Berat 100 Biji (BSB). Penimbangan berat biji dilakukan dengan mengambil biji kepuh yang telah matang sempurna sebanyak 100 biji dengan menggunakan timbangan digital.
2. Variabel Terikat : Variabel Terikat yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Berat Biji/Pohon (BBP). Penghitungan hasil tanaman dilakukan melalui hitungan perbandingan matematis sehingga menghasilkan data yang akurat. Berat biji/pohon dapat dihitung/diprediksi dengan mengetahui jumlah cabang primer (JCP), jumlah cabang sekunder (JCS), jumlah buah/janjang (JBJ), jumlah lokus/buah (JLB), jumlah biji/lokus (JBL) dan berat 100 biji (BSB). Berat biji/pohon (BBP) dihitung dengan menggunakan rumus :
{{
BBP =
( ∑Lokus x JBL) X ∑JCS JCS Sampel
100
x BSB
dimana : JBL = Jumlah biji/lokus; JCS = Jumlah cabang sekunder; BSB = Berat 100 biji.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 b. Rendemen Minyak (RM). Rendemen minyak dapat diketahui dengan melakukan ekstraksi biji kepuh dan dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
F. Analisis Data Penelitian Analisis statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Analisa Korelasi Regresi Analisis
korelasi
regresi
digunakan
untuk
mengetahui
keeratan
korelasi/hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Sastrosupadi, 2003). Besarnya keeratan hubungan antar sifat dapat dilihat dari nilai korelasinya. Korelasi yang digunakan untuk menduga besarnya keeratan hubungan antar sifat adalah korelasi fenotipe. Besarnya koefisien korelasi fenotipe (rpxy) dihitung dengan rumus sebagai berikut (Gomez and Gomez, 1995) :
rpxy =
∑ xy √( ∑ x2)( ∑ y2)
di mana : ∑ xy = ∑ ( Xi – X)(Yi – Y) = Cov pxy = Kovarian fenotipe sifat ke x, ke y ∑ x2 = ∑ ( Xi – X)2
= σ2px
= Varian fenotipe sifat ke x
∑ y2 = ∑ ( Xi – Y)2
= σ2py
= Varian fenotipe sifat ke y
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 2. Analisis Lintas / Path Analysis Analisis Lintas /path analisys digunakan untuk mengetahui pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung (Direct and Indirect Effect) dari variabel-variabel bebasnya terhadap variabel terikatnya. Pengaruh langsung adalah merupakan pengaruh suatu peubah bebas (x) terhadap hasil (y) tanpa dipengaruhi oleh peubah bebas lainnya. Pengaruh tidak langsung yaitu pengaruh bebas (x) terhadap hasil (y) yang masih dipengaruhi oleh peubah bebas lainnya. Sedangkan pengaruh residual (sisa) merupakan pengaruh lain terhadap hasil (y) yang bukan disebabkan oleh peubah bebas (x) (Sastrosupadi, 2003). Persamaan analisis lintas secara sederhana adalah : Ŷ = β0 + β1X1 + β 2X2 + β3X3 + ... + βnXn, Ŷ β0 β1- βn
= = =
dimana :
Sifat yang diakibatkan atau dipengaruhi, Konstanta Koefisien dari X1 - X7 (merupakan koefisien regresi linier Y terhadap X1 - X7 ). Peubah bebas yang dibakukan.
X1-Xn =
Untuk
menghitung
koefisien lintas digunakan
matriks seperti
dikemukakan oleh Singh dan Chaudary (1995), dan Sastrosupadi (2003).
r1y r2y r3y . . . r7y A
=
r11 r21 r31 . . . r71
r12 r22 r32 . . . r72
r13 r23 r33 . . . r73
.
.
.
.
.
.
.
. . . . B
commit to user
.
. . . .
.
. . . .
r17 r27 r37 . . . r77
P1y P2y P3y . . . P7y C
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 Keterangan : • Matriks A merupakan nilai korelasi antar karakter komponen hasil dengan Berat Biji/Pohon (BBP). • Matriks B merupakan nilai korelasi antar komponen hasil (rij) • Matriks C merupakan nilai pengaruh langsung komponen hasil terhadap Berat Biji/Pohon (BBP) (Pij). Untuk mendapatkan matriks C diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut : C = B-1A Penentuan pengaruh sisa (residu) sebagai berikut : Rsisa Y12 =
1
∑riyPiy ,
dimana : ∑riyPiy = Jumlah semua pengaruh tidak langsung dari sifat-sifat yang diamati. 3. Analisis Koefisien Determinasi Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk menentukan derajat atau besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikatnya (Y). Besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap variabel Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinasi sebagai berikut : KP= r2 x 100% , dimana :
KP = Nilai Koefisien Determinasi r =`Nilai Koefisien Korelasi
Sedangkan perangkat lunak (soft ware) yang digunakan untuk menganalisis data adalah SPSS version 16.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Komponen hasil pada tanaman kepuh memiliki pengaruh yang sangat berarti dalam mewariskan /pemberian sumbangan terhadap berat biji/pohon maupun rendemen minyak pada biji. Berat biji/pohon dan rendemen minyak merupakan komponen penting dan bernilai ekonomis. Berat biji/pohon dan rendemen minyak merupakan sifat yang diwariskan secara kuantitatif dan melibatkan banyak gen yang masing-masing gen pengaruhnya sangat kecil (Poespodarsono, 1998). Dari hasil pengamatan dan penghitungan buah pada bulan November 2009 dan analisis rendemen minyak seperti yang disajikan pada tabel 6 dibawah ini, tanaman kepuh sangat berpeluang untuk dikembangkan sebagai tanaman penghasil sumber energi biofuel. Produktivitas tanaman kepuh berkisar antara 179 – 831 kg biji kering/pohon/musim. Menurut sumber dari sesepuh desa dan juru kunci makam dimana tanaman itu berada, tanaman kepuh berbuah sepanjang tahun dan masa panen bisa 2-3 kali/tahun. Dengan asumsi jarak tanam 10 x 15 m, populasi tanaman antara 66 - 67 pohon/ha, maka produktivitas tanaman berkisar antara 11.993 - 55.677 kg biji kering/ha/musim. Sedangkan rendemen minyak antara 55 – 80 %. Jika rendemen minyak rata-rata 68 % dan kadar inti 60 %, maka setiap hektare lahan dapat menghasilkan 4.893 – 22.716 liter minyak/ha/musim.
Selain itu minyak yang
dihasilkan tanaman kepuh diarahkan untuk minyak pelumas sehingga nilai ekonomisnya lebih tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 Tabel 6. Hasil pengamatan berat biji/pohon dan analisa rendemen minyak pada biji tanaman kepuh (Sterculia foetida Linn). No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Aksesi BYL - 1 BYL - 2 BYL - 3 BYL - 4 BYL - 5 BYL - 6 BYL - 7 BYL - 8 BYL - 9 BYL-10 SKH - 1 SKH - 2 SKH - 4 SKH - 5 SKH - 6 SKH - 7 SKH - 9 SKH-10 KRA - 1 KRA - 2 KRA - 3 KRA - 4 KRA - 5 KRA - 6 KRA - 8 KRA - 9 KRA-10 KLA - 1 KLA - 2 KLA - 3 KLA - 4 KLA - 5 KLA - 6 KLA - 7 KLA - 8 KLA-10 WNG- 1 WNG- 2 WNG- 3 WNG- 4 WNG- 5 WNG- 6 WNG- 7 WNG- 8 WNG- 9
Berat Biji / Pohon (gr)
Rendemen (%)*)
306156,775 546659,855 396971,825 377753,362 389459,317 831304,799 304996,953 473980,289 465273,698 581676,191 287032,160 192162,120 393619,846 438350,840 179502,915 195831,245 396667,096 354434,585 485877,561 337071,350 714746,406 427607,120 524453,102 353026,307 437945,754 252049,007 294801,151 276131,009 453724,049 234233,884 322230,888 399550,408 179088,234 453209,283 282393,679 339139,875 350193,226 228757,250 263956,889 343515,585 442262,499 221785,422 256885,126 328837,107 203826,193
69,544 68,559 73,328 56,763 63,929 73,754 77,867 62,345 55,670 70,971 57,052 63,846 68,679 72,331 72,109 60,759 66,259 63,042 72,432 70,365 61,870 56,503 65,381 70,996 61,976 65,190 60,826 73,737 66,537 77,001 78,077 58,873 63,475 61,375 67,253 68,162 80,399 74,183 63,750 71,833 72,996 68,897 67,611 71,927 61,983
Keterangan : *) Pengamatan dan penghitungan buah periode November 2009. *) Analisis rendemen minyak di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian UNS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 Untuk mengetahui korelasi antara karakter komponen hasil dengan berat biji/pohon, rendemen dan korelasi antar sifat komponen hasil dilakukan analisis dengan bantuan program SPSS. Data input rekapitulasi tanaman kepuh, output untuk matriks korelasi, output untuk koefisien lintas komponen hasil terhadap berat biji/pohon dan rendemen minyak terlampir pada lampiran 14 -17. Dari hasil analisa data penelitian dengan teknik analisa korelasi pearson diperoleh nilai korelasi antar komponen hasil, berat biji/pohon dan rendemen minyak disajikan pada tabel 7 - 9 dan diagram sidik lintas komponen hasil terhadap berat biji/pohon dan rendemen minyak dapat dilihat pada gambar 3 dan 4. Selanjutnya untuk koefisien lintas yang menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung sifat komponen hasil terhadap berat biji/pohon dan rendemen disajikan pada tabel 10 dan 12, kemudian besar sumbangan total untuk masing-masing peubah bebas melalui semua lintasan terhadap berat biji/pohon dan rendemen minyak disajikan pada tabel 11 dan 13.
A. Korelasi Antar Sifat Derajat keeratan hubungan antar komponen hasil maupun terhadap hasil, biasanya dinyatakan dengan suatu bilangan yang disebut dengan koefisien korelasi. Menurut Gomez dan Gomez (1995) menyatakan bahwa korelasi yang dilambangkan dengan (r) mempunyai nilai/harga (-1≤ r ≤ +1), apabila nilai r = -1 korelasi negatif sempurna ; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = +1 korelasi positif sempurna. Nilai koefisien korelasi positif nyata menunjukkan bahwa bertambahnya nilai suatu sifat akan diikuti oleh bertambahnya nilai sifat yang lain atau berkurangnya nilai suatu sifat akan diikuti oleh berkurangnya nilai sifat yang lain, nilai koefisien
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 korelasi = 0 menunjukkan tidak ada korelasi, dan nilai koefisien korelasi negatif nyata menunjukkan bahwa dengan bertambahnya nilai suatu sifat akan diikuti berkurangnya nilai sifat yang lain atau berkurangnya nilai suatu sifat akan diikuti oleh bertambahnya nilai sifat yang lain.
1. Korelasi Antar Sifat Komponen Hasil Dari hasil analisis data penelitian dengan teknik analisis korelasi pearson diperoleh nilai korelasi antar sifat komponen hasil disajikan pada tabel 7 dibawah ini. Tabel 7. Korelasi fenotifik antar sifat komponen hasil. SIFAT
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
. 0.777** 0.156 -0.064 0.167 0.011 -0.173
0.777** . 0.222 -0.181 0.164 -0.100 -0.152
0.156 0.222 . -0.573** 0.173 -0.296* 0.201
-0.064 -0.181 -0.573** . -0.070 0.178 -0.155
0.167 0.164 0.173 -0.070 . 0.020 -0.135
0.011 -0.100 -0.296* 0.178 0.020 . -0.100
-0.173 -0.152 0.201 -0.155 -0.135 -0.100 .
Keterangan : - * = - ** = - X1 = - X2 = - X3 =
Korelasi significant pada α = 0.05 Korelasi significant pada α = 0.01 Jumlah Cabang Primer(JCP) Jumlah Cabang Sekunder (JCS) Jumlah Buah / Janjang (JBJ)
-
X4 X5 X6 X7
= = = =
Jumlah Lokus/ Buah (JLB) Jumlah Biji / Lokus (JBL) Berat /Buah (BB) Berat 100 Biji (BSB)
Untuk mengetahui nilai korelasi antar sifat pada tanaman dapat dilihat pada tabel 7. Nilai koefisien korelasi fenotifik antar sifat komponen hasil bernilai positif dan negatif. Nilai koefisien korelasi fenotifik antara sifat jumlah cabang primer dengan sifat jumlah cabang sekunder adalah positif sangat nyata (r12=0,777**).
commit to user
Ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah cabang primer akan meningkatkan sifat jumlah cabang sekunder. Selain itu jumlah cabang primer juga berkorelasi positif tidak nyata dengan jumlah buah/janjang (r13=0,156tn), jumlah biji/lokus (r15=0,167tn) dan berat/buah (r16=0,011tn) walau nilainya tidak besar.
Ini
menunjukkan bahwa peningkatan sifat jumlah cabang primer dan jumlah cabang sekunder juga akan meningkatkan sifat jumlah buah/janjang, sifat jumlah biji/lokus dan sifat berat/buah. Namun sebaliknya korelasi jumlah cabang primer dengan sifat jumlah lokus/buah (r14= -0,064tn) dan berat 100 biji (r17= -0,173tn) adalah negatif tidak nyata yang memberi pengertian kecenderungan penurunan pada dua sifat tersebut. Diduga peningkatan jumlah cabang primer cenderung diikuti oleh peningkatan sifat jumlah buah/janjang. Peningkatan sifat jumlah buah/janjang yang tidak didukung oleh asupan asimilat akan menyebabkan sifat jumlah lokus/buah dan sifat berat 100 biji cenderung menurun. Pada korelasi sifat jumlah buah/janjang dengan sifat jumlah lokus/buah (r34= -0,573**) berkorelasi negatif sangat nyata dan dengan sifat berat/buah berkorelasi negatif nyata (r36= -0,296*). Ini menunjukkan bahwa peningkatan sifat jumlah buah/janjang akan menyebabkan penurunan pada sifat jumlah lokus/buah dan sifat berat/buah. Diduga asupan asimilat kurang mendukung pembentukan lokus yang banyak. Darjanto dan Satifah (1990), menyatakan bahwa pohon yang menghasilkan buah yang banyak, biasanya tidak dapat menghasilkan asimilat yang cukup banyak untuk mendukung pertumbuhan semua buah tersebut. Selanjutnya untuk mendukung pertumbuhan buah yang normal kadang-kadang diperlukan jumlah biji minimum sehingga bakal-bakal biji (ovulum) dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 jumlah maksimum yang mengalami pembuahan, maka jumlah biji yang dapat tumbuh terus hingga menjadi besar dan matang tinggal sedikit atau kurang daripada semestinya. Sifat jumlah cabang sekunder berkorelasi positif tidak nyata dengan jumlah buah/janjang (r23=0,222tn) dan jumlah biji/lokus (r25=0,164tn). Ini menunjukkan bahwa peningkatan sifat jumlah cabang sekunder cenderung diikuti oleh peningkatan pada ke dua sifat tersebut yang semakin banyak. Sedangkan korelasi dengan jumlah lokus/buah (r24= -0,181tn), berat/buah (r26= -0,100tn) dan dengan berat 100 biji (r27 = -0,152tn) berkorelasi negatif tidak nyata yang menunjukkan bahwa kenaikan sifat jumlah cabang sekunder cenderung diikuti oleh penurunan pada ke dua sifat tersebut. Diduga adanya kecenderungan banyaknya sifat jumlah buah/janjang akan mengakibatkan penurunan jumlah lokus/buah sebagai akibat asupan asimilat yang kurang untuk mendukung proses pembentukan lokus yang banyak dan biji-biji yang terbentuk relatif berukuran kecil dan biji yang terbentuk jumlahnya kurang maksimal, sehingga akan cenderung menurunkan sifat berat/buah dan sifat berat 100 biji. Korelasi antara sifat jumlah lokus/buah dengan berat buah (r46= 0,178tn) adalah positif tidak nyata sedangkan dengan sifat jumlah biji/lokus (r45= -0,070tn) dan sifat berat 100 biji (r47= -0,155tn) nilai koefisien korelasinya negatif tidak nyata. Ini menunjukkan bahwa peningkatan pada sifat jumlah lokus/buah akan cenderung diikuti oleh peningkatan sifat berat buah sedangkan dengan
sifat
jumlah biji/lokus dan berat 100 biji cenderung akan mengalami penurunan. Diduga adanya peningkatan pada sifat jumlah lokus/buah akan menurunkan sifat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 jumlah buah/janjang yang ditunjukkan oleh nilai korelasinya (r43= -0,573**), sehingga sifat jumlah biji/lokus cenderung rendah dan sifat berat 100 biji cenderung ukuran biji relatif kecil dan biji yang terbentuk jumlahnya kurang maksimal. Pada korelasi antara sifat jumlah biji/lokus dengan sifat berat buah (r56 = 0,020tn) positif tidak nyata tetapi dengan sifat berat 100 biji (r57= -0,135tn) negatif tidak nyata. Ini menunjukkan bahwa peningkatan sifat jumlah biji/lokus cenderung akan diikuti oleh peningkatan pada sifat berat buah dan penurunan pada sifat berat 100 biji yang diakibatkan kecenderungan ukuran biji relatif kecil dan biji yang terbentuk jumlahnya kurang maksimal. Korelasi antara sifat berat/buah dengan sifat berat 100 biji (r6y1= -0,132tn) adalah negatif tidak nyata yang mengindikasikan bahwa peningkatan sifat berat/buah cenderung diikuti oleh penurunan sifat berat 100 biji yang diakibatkan kecenderungan ukuran biji relatif kecil dan biji yang terbentuk jumlahnya kurang maksimal.
Dari 7 sifat komponen hasil yang diamati menunjukkan bahwa sifat yang mempunyai korelasi paling kuat adalah sifat jumlah cabang primer dengan sifat jumlah cabang sekunder (r12= 0,777**).
Diduga peningkatan jumlah cabang
primer akan meningkatkan jumlah cabang sekunder. Sifat jumlah buah/janjang dengan jumlah lokus/buah mempunyai korelasi sangat kuat (r34= -0,573**) yang menunjukkan bahwa peningkatan jumlah buah/janjang akan menurunkan sifat jumlah lokus/buah. Sifat jumlah buah/janjang dengan berat buah mempunyai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 korelasi cukup kuat (r36= -0,296*) yang yang menunjukkan bahwa peningkatan jumlah buah/janjang akan menurunkan sifat berat/buah. Sedangkan pada sifat yang lain menunjukkan korelasi yang kurang kuat.
2. Korelasi Antar Sifat Komponen Hasil terhadap Berat Biji/Pohon. Dari hasil analisis data penelitian dengan teknik analisis korelasi pearson diperoleh nilai korelasi antar komponen hasil terhadap berat biji/pohon disajikan pada tabel 8. Tabel 8. Korelasi fenotifik antara komponen hasil terhadap berat biji/pohon. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Sifat-sifat yang diamati Jumlah cabang primer Jumlah cabang sekunder Jumlah buah/ janjang Jumlah lokus/ buah Jumlah biji/ lokus Berat buah Berat 100 biji
Koefisien korelasi 0.342* 0.563** 0.543** -0.407** 0.419** -0.132 tn 0.308*
Keterangan : * = Korelasi significant pada α = 0.05 ** = Korelasi significant pada α = 0.01
Pada tabel 8 menunjukkan bahwa korelasi fenotifik antara sifat komponen hasil terhadap berat biji/pohon bernilai positif dan negatif. Hasil korelasi yang menunjukkan nilai koefisien korelasi positif sangat nyata adalah sifat jumlah cabang sekunder (r2y1= 0,563**), sifat jumlah buah/janjang (r3y1= 0,543**) dan sifat jumlah biji/lokus (r5y1= 0,419**) dan korelasi yang menunjukkan nilai koefisien korelasi positif nyata adalah sifat jumlah cabang primer (r1y1= 0,342*) dan sifat berat 100 biji (r7y1= 0,308*).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Jumlah cabang sekunder merupakan sifat yang mempunyai korelasi paling kuat dengan berat biji/pohon yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi r2y1= 0,563**. Peningkatan sifat jumlah cabang sekunder akan cenderung menghasilkan sifat jumlah buah/janjang dan sifat jumlah biji/lokus yang banyak/tinggi yang ditunjukkan oleh nilai korelasinya positif tidak nyata (r23= 0,222tn ; r25=0,164tn). Dengan adanya kecenderungan peningkatan pada sifat jumlah buah/janjang dan sifat jumlah biji/lokus, meskipun sifat jumlah lokus/buah cenderung menurun namun akumulasi sifat berat 100 biji yang tinggi akan meningkatkan berat biji/pohon.
Ini sesuai dengan hasil penelitian Ganefianti
(2006) menunjukkan bahwa komponen hasil yang berkorelasi sangat nyata dengan jumlah buah per tanaman pada tanaman cabai adalah jumlah cabang primer dan cabang sekunder. Berarti semakin banyak jumlah cabang primer dan sekunder akan menghasilkan jumlah buah yang banyak, karena tanaman cabai paling banyak berbuah pada cabang primer dan sekunder. Sifat komponen hasil yang mempunyai korelasi sangat kuat kedua dengan berat biji/pohon adalah sifat jumlah buah/janjang yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi positif sangat nyata (r3y1= 0,543**). Korelasi tersebut menunjukkan
bahwa
peningkatan
jumlah
buah/janjang
cenderung
akan
meningkatkan sifat jumlah biji/lokus dan berat 100 biji yang ditunjukkan oleh nilai korelasinya positif (r35=0,173tn ;r37= 0,201tn). Dengan adanya kecenderungan peningkatan pada sifat jumlah biji/lokus dan sifat berat 100 biji, meskipun sifat jumlah lokus/buah dan sifat berat buah menurun namun akumulasi sifat jumlah biji/lokus dan sifat berat 100 biji yang cenderung tinggi, maka akan meningkatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 berat biji/pohon. Jadi pada tanaman kepuh, komponen hasil yang berperan untuk hasil tinggi adalah dengan melihat sifat jumlah buah/janjang tinggi atau dengan melihat sifat jumlah lokus yang rendah (r34= -0,573**). Ini sesuai dengan penelitian Benediktus (2007) pada tanaman jarak menunjukkan bahwa sifat jumlah tandan memiliki korelasi positif sangat nyata dengan jumlah kapsul per tanaman. Sifat komponen hasil yang mempunyai korelasi sangat kuat berikutnya dengan berat biji/pohon adalah sifat jumlah biji/lokus yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi positif sangat nyata (r5y1= 0,419**). Korelasi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan jumlah biji/lokus akan meningkatkan sifat berat biji/pohon. Demikian juga korelasi antara sifat jumlah cabang primer (r1y1= 0,342*) dan berat 100 biji (r7y1= 0,308*) menunjukkan korelasi positif nyata. Peningkatan jumlah cabang primer akan meningkatkan berat biji/pohon. Korelasi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan jumlah cabang primer sangat nyata akan meningkatkan sifat jumlah cabang sekunder dan cenderung akan menghasilkan sifat jumlah buah/janjang dan sifat jumlah biji/lokus yang banyak atau tinggi yang ditunjukkan oleh nilai korelasinya (r12=0,777**; r23=0,222tn; r25=0,164tn). Dengan adanya peningkatan pada sifat jumlah cabang sekunder, jumlah buah/janjang dan sifat jumlah biji/lokus, maka akumulasinya akan meningkatkan berat biji/pohon. Sedangkan peningkatan berat 100 biji akan meningkatkan berat biji/pohon karena didukung oleh kecenderungan banyaknya sifat jumlah buah/janjang (r73 =0,201tn)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 dan sifat jumlah biji/lokus (r75 = -0,135tn) walaupun ukuran biji relatif kecil, namun akumulasinya akan meningkatkan berat biji/pohon. Selain korelasi fenotifik antara sifat komponen hasil terhadap berat biji/pohon yang bernilai positif, terdapat juga korelasi yang bernilai negatif. Hasil korelasi yang menunjukkan nilai koefisien korelasi negatif sangat nyata terhadap berat biji/pohon adalah sifat jumlah lokus/buah (r4y1= -0,407**), sedangkan sifat berat/buah (r6y1= -0,132tn) berkorelasi negatif tidak nyata. Jumlah lokus/buah merupakan sifat yang mempunyai korelasi negatif sangat kuat dengan berat biji/pohon (r4y1=-0,407**). Peningkatan sifat jumlah lokus/buah akan menurunkan sifat berat biji/pohon. Pada tanaman kepuh yang memiliki jumlah buah/janjang tinggi akan menurunkan jumlah lokus/buah dan atau sebaliknya.
Korelasi ini ditunjang oleh nilai korelasi antara sifat jumlah
buah/janjang dengan sifat jumlah lokus/buah (r34= -0,573tn). Diduga akibat asupan asimilat kurang mendukung pembentukan lokus yang banyak, sehingga untuk mendapatkan berat biji/pohon yang tinggi pada tanaman kepuh adalah jika sifat jumlah buah/janjangnya tinggi atau sebaliknya jika sifat jumlah lokus/buah rendah merupakan kriteria berat biji/pohon yang tinggi. Sifat berat/buah berkorelasi negatif tidak nyata dengan berat biji/pohon (r6y1= -0,132tn). Ini menunjukkan bahwa peningkatan sifat berat/buah akan cenderung menurunkan sifat berat biji/pohon. Diduga peningkatan sifat berat buah akan menyebabkan penurunan sifat jumlah buah/janjang yang ditunjukkan oleh nilai korelasinya (r63= -0,296*), sehingga terdapat kecenderungan sifat berat 100 biji memiliki ukuran relatif kecil dan sifat berat biji/pohon cenderung menurun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
3. Korelasi Antar Sifat Komponen Hasil terhadap Rendemen minyak. Dari hasil analisis data penelitian dengan teknik analisis korelasi pearson diperoleh nilai korelasi antar sifat komponen hasil terhadap rendemen minyak disajikan pada tabel 9. Tabel 9. Korelasi fenotifik antara sifat komponen hasil terhadap rendemen. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Sifat-sifat yang diamati Jumlah cabang primer Jumlah cabang sekunder Jumlah buah/ janjang Jumlah lokus/ buah Jumlah biji/ lokus Berat /buah Berat 100 biji Berat biji/pohon
Koefisien korelasi 0.383** 0.329* 0.124 tn -0.037 tn 0.039 tn 0.175 tn -0.458** -0,027 tn
Keterangan : * = Korelasi significant pada α = 0.05 ** = Korelasi significant pada α = 0.01
Pada tabel 9 menunjukkan bahwa korelasi fenotifik antara sifat komponen hasil terhadap rendemen minyak bernilai positif dan negatif. Dari beberapa sifat komponen hasil yang diamati yang mempunyai korelasi positif sangat nyata dengan rendemen minyak adalah sifat jumlah cabang primer (r1y2= 0,383**) dan korelasi dengan sifat jumlah cabang sekunder berkorelasi positif nyata (r2y2= 0,329*), sedangkan korelasi dengan sifat jumlah buah/janjang (r3y2= 0,124tn), sifat jumlah biji/lokus (r5y2= 0,039tn) dan sifat berat/buah (r6y2= 0,175tn) adalah positif tidak nyata. Jumlah cabang primer merupakan sifat yang mempunyai korelasi paling kuat dengan sifat rendemen minyak yang disusul oleh sifat jumlah cabang sekunder yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r1y2= 0,383**;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 r2y2 = 0,329*). Peningkatan sifat jumlah cabang primer dan sifat jumlah cabang sekunder akan menghasilkan rendemen minyak yang positif tinggi. Diduga pada biji yang memiliki ukuran kecil rendemen minyaknya tinggi yang ditunjukkan pada korelasi sifat jumlah cabang primer dan sifat jumlah cabang sekunder dengan berat 100 biji bernilai negatif (r17= -0,173tn ; r27= -0,152tn). Sifat komponen hasil yang berkorelasi positif nyata dengan rendemen adalah sifat jumlah buah/janjang (r3y2 =0,124tn), sifat berat/buah (r6y2 =0,175tn) dan sifat jumlah biji/lokus (r5y2 =0,039tn). Korelasi ini mengindikasikan bahwa peningkatan ketiga sifat tersebut cenderung tidak mempunyai kaitan dengan besar biji, karena pada tanaman kepuh biji yang ukurannya kecil memiliki rendemen yang tinggi. Sifat komponen hasil yang berkorelasi negatif sangat nyata dengan rendemen minyak adalah sifat berat 100 biji (r7y2 = -0,458**).
Korelasi ini
menunjukkan bahwa peningkatan sifat berat 100 biji akan menurunkan rendemen minyak. Diduga berat 100 biji yang tinggi menunjukkan biji-biji yang berukuran besar rendemen minyaknya rendah sedangkan berat 100 biji yang rendah menunjukkan biji-biji yang ukurannya kecil rendemen minyaknya tinggi. Sedangkan pada sifat jumlah lokus/buah dan sifat berat biji/pohon berkorelasi negatif tidak nyata dengan rendemen minyak yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasinya (r5y2=-0,037tn; r8y2= -0,027tn). Korelasi menunjukkan bahwa kedua sifat tersebut tidak ada kaitannya dengan ukuran biji dan berat biji/pohon tidak mempengaruhi rendemen minyak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 Dari tujuh sifat komponen hasil yang mempunyai hubungan paling kuat dengan berat biji/pohon berturut-turut adalah jumlah cabang sekunder, jumlah buah/janjang, jumlah biji/lokus, jumlah lokus/buah, jumlah cabang primer dan jumlah biji/lokus. Sedangkan sifat komponen hasil yang mempunyai hubungan paling kuat dengan rendemen minyak berturut-turut adalah sifat berat 100 biji, jumlah cabang primer dan jumlah cabang sekunder. Besar kecilnya nilai korelasi antara komponen hasil dengan berat biji/pohon dan rendemen diatas adalah ditunjukkan oleh koefisien korelasi fenotipik antar sifat-sifat yang diamati hanyalah untuk mengetahui derajat keeratan hubungan, yang sebenarnya masih dipengaruhi oleh sifat/peubah lain sehingga belum diketahui penyebab yang sesungguhnya.
Menurut Dewey dan Lu (1959)
perbedaan antara analisis koefisien korelasi dan analisis lintas terjadi dari kenyataan bahwa secara sederhana metode korelasi mengukur keeratan hubungan timbal balik tanpa melihat penyebabnya, sedangkan dengan metode analisis lintas pengaruh langsung peubah bebas terhadap peubah tidak bebas dapat diketahui, demikian pula pengaruh tidak langsungnya. Sedangkan menurut Sastrosupadi (2003), persoalan korelasi ingin mencari derajat keeratan hubungan dua peubah atau lebih, sedangkan dalam analisis lintas, koefisien korelasi total dapat dipecah menjadi pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
B. Analisis Sidik Lintas 1. Analisis Sidik Lintas Antar Komponen Hasil Terhadap Berat Biji/Pohon. Diagram yang tertera pada (gambar 3) memberikan gambaran tentang sistem hubungan komponen hasil dengan berat biji/pohon baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa berat
biji/pohon (Y1) merupakan gabungan atau resultante pengaruh jumlah cabang primer (X1), jumlah cabang sekunder (X2), jumlah buah / janjang (X3), jumlah lokus/buah (X4), jumlah biji/lokus (X5), berat buah (X6), berat 100 biji (X7) dan peubah campuran yang disebut pengaruh sisaan (residual) dan diasumsikan berdiri sendiri. X1 r12=0,777
P11=-0,214
r13=0,156
X2 P12=0,660
X3 P13=0,272
Y1
P14=-0,077
r14= -0,064 r15=0,167
r23=0,222
r24= -0,181 r25=0,164
r34= -0,573 X4
P15=0,341
r36= -0,296 r26= -0,100
r35= 0,173 r45= -0,070
X5 P16=0,059
r56=0,020
r17= -0,173
r37= 0,201
r47= -0,155
r27= -0,152
r57= -0,135 r67= -0,100
P17=0,357
RY1
r47= -0,155
r46= 0,178
X6
P1R = 0,3392
r16=0,011
X7
Gambar 3. Diagram Lintas Korelasi Antar Komponen Hasil Terhadap Berat Biji/Pohon (Y1) Tanaman Kepuh (Sterculia foetida Linn).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 Pada tahapan selanjutnya diuraikan pemecahan masing-masing hubungan dari komponen hasil dan berat biji /pohon tanaman kepuh. Peubah bebas saling berinteraksi sehingga setiap peubah akan mempengaruhi hasil dan rendemen minyak melalui sumbangan langsung maupun tidak langsung serta adanya pengaruh gabungan. Selanjutnya nilai koefisien korelasi fenotipe dijabarkan dengan metode Doolittle yang dipersingkat menggunakan penyelesaian langkah maju (Foreward Solution of Abbraviated Doolittle Method). Hasil perhitungan sidik lintas dari masing-masing komponen hasil terhadap berat biji/pohon, baik pengaruh langsung, tidak langsung. Dalam hal ini jumlah cabang primer (X1), jumlah cabang sekunder (X2), jumlah buah/janjang (X3), jumlah lokus/buah (X4), jumlah biji/lokus (X5), berat buah (X6), berat 100 biji (X7) disajikan pada tabel 10. Tabel 10. Pengaruh langsung dan tidak langsung untuk karakter jumlah cabang primer (X1), jumlah cabang sekunder (X2), jumlah buah/janjang (X3), jumlah lokus/buah (X4), jumlah biji/lokus (X5), berat buah (X6), dan berat 100 biji (X7) terhadap berat biji/pohon. Peubah Bebas Yang diBakukan
Pengaruh Langsung
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
-0,2140 0,6600 0,2720 -0,0770 0,3410 0,0590 0,3570
Pengaruh tidak langsung melalui peubah X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
. -0,1663 -0,0334 0,0137 -0,0357 -0,0024 0,0370
0,5128 . 0,1465 -0,1195 0,1082 -0,0660 -0,1003
0,0424 0,0604 . -0,1559 0,0471 -0,0805 0,0547
0,0049 0,0139 0,0441 . 0,0054 -0,0137 0,0119
0,0569 0,0559 0,0590 -0,0239 . 0,0068 -0,0460
0,0006 -0,0059 -0,0175 0,0105 0,0012 . -0,0059
-0,0618 -0,0543 0,0718 -0,0553 -0,0482 -0,0357 .
Koefisien Korelasi
0,3420 0,5638 0,5425 -0,4073 0,4189 -0,1325 0,3084
Berdasarkan analisis lintas pada tabel 10 dapat dilihat bahwa pengaruh langsung positif terbesar sifat komponen hasil terhadap berat biji/pohon berturutturut ditunjukkan oleh pengaruh langsung sifat jumlah cabang sekunder
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 (P2Y1=0,6600), sifat berat 100 biji (P7Y1=0,3570), sifat jumlah biji/lokus (P5Y1=0,3410), sifat jumlah buah/janjang (P3Y1=0,2720), dan sifat berat buah (P6Y1=0,0590) namun pengaruhnya sangat kecil.
Pengaruh langsung negatif
ditunjukkan oleh sifat jumlah cabang primer (P1Y1= -0,2140), dan sifat jumlah lokus/buah (P2Y1= -0,0770). Pengaruh langsung sifat jumlah cabang sekunder (P2y1=0,6600), merupakan pengaruh langsung terbesar terhadap berat biji/pohon yang ditunjang oleh nilai koefisien korelasinya positif sangat nyata (r2y1=0,5638).
Adanya pengaruh
langsung yang tinggi menunjukkan bahwa dengan peubah yang lain bersifat tetap, peningkatan jumlah cabang sekunder akan meningkatkan berat biji/pohon. Menurut Hutagalung (1998), koefisien lintas yang kurang dari 0,05 dapat diabaikan dan apabila nilai koefisien korelasi antara faktor penyebab dan akibat hampir sama besarnya dengan pengaruh langsungnya, maka koefisien tersebut menjelaskan hubungan yang sebenarnya dan seleksi langsung terhadap variabel tersebut akan sangat efektif.
Selanjutnya Singh dan Chaudary (1979),
menyatakan apabila koefisien korelasi antara faktor penyebab dan akibat hampir sama dengan pengaruh langsungnya, korelasi menjelaskan hubungan yang sesungguhnya, dan seleksi langsung pada karakter itu sangat efektif. Keadaan yang sama juga ditunjukkan oleh sifat berat 100 biji dan sifat jumlah biji/lokus. Pada sifat berat 100 biji, nilai koefisien korelasi dan pengaruh langsungnya hampir sama (P7Y1=0,3570 ; r7y1=0,3084), sedangkan pada korelasi antara jumlah biji/lokus dengan berat biji/pohon, nilai koefisien korelasi positif tinggi (r5y1= 0,4189) selain disebabkan oleh pengaruh langsungnya yang bernilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 positif tinggi (P5Y1 = 0,3410) juga didukung oleh pengaruh tidak langsungnya melalui jumlah cabang sekunder (0,1082), jumlah buah/janjang (0,0471), jumlah lokus/buah (0,0054) dan berat buah (0,0012). Dengan demikian ketiga sifat tersebut yaitu sifat jumlah cabang sekunder, sifat berat 100 biji dan sifat jumlah biji/lokus juga dapat digunakan sebagai kriteria seleksi yang efektif untuk menduga berat biji/pohon. Analisis koefisien lintas memberikan gambaran yang agak berbeda dengan analisis korelasi sederhana. Bila dilihat dari nilai koefisien korelasi sifat komponen hasil berkorelasi sangat nyata dan nyata, akan tetapi jika dilihat dari pengaruh langsungnya dapat menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai koefisien korelasinya. Hal ini terjadi pada sifat jumlah buah/janjang (P3Y1= 0,2720 ; r3Y1= 0,5425), sifat jumlah cabang primer (P1Y1 = -0,2140; r1Y1= 0,3420), dan sifat jumlah lokus/buah (P4Y1 = -0,0770 ; r4Y1 = -0,4073). Pada korelasi antara sifat jumlah buah/janjang dengan berat biji/pohon, koefisien korelasinya positif sangat nyata (r3y1=0,543**) dan menunjukkan korelasi positif sangat kuat terhadap terhadap berat biji/pohon. Akan tetapi dengan analisis sidik lintas dapat diungkap bahwa sesungguhnya sifat jumlah buah/janjang mempunyai pengaruh langsung yang kecil (P3y1 =0,2720). Kuatnya hubungan antara kedua sifat tersebut ditunjang dengan nilai korelasi antara sifat jumlah buah/janjang dengan sifat jumlah lokus/buah (r34 = -0,573**) dan pengaruh tidak langsung melalui sifat jumlah cabang primer (0,1465), sifat jumlah lokus/buah (0,0441), sifat jumlah biji/lokus (0,0590) dan sifat berat 100 biji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 (0,0718). Dengan demikian sifat jumlah buah/janjang dapat dijadikan kriteria seleksi yang efektif untuk menduga berat biji/pohon. Demikian juga pada korelasi antara sifat jumlah cabang primer dengan berat biji/pohon, koefisien korelasinya positif tidak nyata (r1y1=0,3420) dan memberikan sumbangan yang kuat terhadap terhadap berat biji/pohon. Akan tetapi dengan analisis sidik lintas dapat diungkap bahwa sesungguhnya sifat jumlah cabang primer mempunyai pengaruh langsung negatif tidak nyata terhadap berat biji/pohon (P1y1 =-0,2140). Kuatnya hubungan antara kedua karakter tersebut disebabkan adanya dukungan dari pengaruh tidak langsung jumlah cabang primer yang lebih besar dari pengaruh langsungnya melalui sifat jumlah cabang sekunder (P1r12y1=0,5128). Ini menunjukkan bahwa karakter jumlah cabang primer berpengaruh tidak langsung terhadap berat biji/pohon melalui karakter jumlah cabang sekunder. Singh dan Chaudary (1979), menyatakan apabila koefisien korelasi positif, tetapi pengaruh langsung negatif bisa diabaikan, pengaruh tidak langsung yang menyebabkan korelasi. Pada keadaan ini, faktor-faktor penyebab tidak langsung dipertimbangkan secara simultan. Hubungan antara jumlah lokus/buah dan berat biji/pohon, nilai koefisien korelasi negatif tinggi (r4y1=-0,4073) selain disebabkan oleh pengaruh langsungnya yang bernilai negatif (P4y1= -0,0770) juga didukung oleh pengaruh tidak langsungnya. Oleh karena itu analisis hubungan yang hanya mengandalkan nilai korelasinya saja dapat memberi kesan yang menyesatkan. Menurut Dewey dan Lu (1959) perbedaan antara analisis korelasi dengan analisis koefisien lintas timbul dari kenyataan bahwa secara sederhana metode korelasi hanya mengukur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 hubungan timbal balik tanpa melihat penyebabnya serta mengukur tingkat kepentingan relatifnya. Ini menunjukkan bahwa karakter jumlah lokus/buah berpengaruh tidak langsung terhadap berat biji/pohon melalui jumlah cabang sekunder, jumlah buah/janjang, jumlah biji/lokus dan berat 100 biji dan pengaruh langsung jumlah lokus/buah dapat diabaikan. Untuk mengetahui besar kecilnya sumbangan variabel sifat komponen hasil terhadap berat biji/pohon, maka dengan analisis sidik lintas dapat ditentukan dengan koefisien determinasi dari masing-masing komponen tersebut terhadap berat biji/pohon akan lebih menguntungkan dan diperoleh gambaran yang lebih tepat untuk petunjuk seleksi. Besarnya sumbangan total untuk
masing-masing
peubah bebas melalui semua lintasan terhadap berat biji/pohon dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini. Tabel 11. Sumbangan total untuk masing-masing peubah bebas melalui semua lintasan terhadap berat biji/pohon. No
Sifat-sifat yang diamati
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jumlah cabang primer Jumlah cabang sekunder Jumlah buah/janjang Jumlah lokus/buah Jumlah biji/lokus Berat/buah Berat 100 biji Residual Total ragam berat biji/pohon
R2 (%) (P1y1r1y1) (P2y1r2y1) (P3y1r3y1) (P4y1r4y1) (P5y1r5y1) (P6y1r6y1) (P7y1r7y1) (ry12)
7,3188 37,2108 14,7560 3,1362 14,2840 0,7817 11,0090 11,5035 100,000
Pada tabel 11 menunjukkan besarnya sumbangan total yang diakibatkan oleh pengaruh langsung sifat komponen hasil terhadap berat biji/pohon. Sifat jumlah cabang sekunder mempunyai pengaruh langsung paling kuat dengan sumbangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 total sebesar 37,2108 % (P2y1 = 0,6600, R2 = 37,2108 %, r = 0,5638), sifat jumlah buah/janjang mempunyai pengaruh langsung positif kuat kedua dengan sumbangan total sebesar 14,756% (P3y1 = 0,272, R2 = 14,756 %, r = 0,5425), sifat jumlah biji/lokus mempunyai pengaruh langsung kuat ketiga dengan sumbangan total sebesar 14,284 % (P5y1 = 0,341, R2 = 14,284 %, r = 0,4189), sifat berat 100 biji mempunyai pengaruh langsung kuat keempat dengan sumbangan total sebesar 11,009 % (P7y1 = 0,357, R2 = 11,009 %, r = 0,3084), sedangkan sifat jumlah cabang primer pengaruh langsungnya negatif kurang kuat (-0,2140) namun pengaruh tidak langsung melalui sifat jumlah cabang sekunder positif cukup kuat dengan sumbangan total sebesar 10,974 % (P1y1 = -0,214, R2 = 10,974 %, r = 0,5128). Berdasarkan ukuran faktor residual memberi arti bahwa pemilihan peubah bebas yang disertakan dalam analisis sidik lintas sudah tepat yaitu sumbangan total sebesar 88,4965 % dapat dijelaskan oleh peubah bebas yang diamati, sedangkan nilai residual/sisaan (R= 11,50 %) dijelaskan peubah bebas lain yang tidak diamati.
Dari hasil analisis sidik lintas dan analisis koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya sumbangan total (R2) dari masing-masing komponen hasil terhadap berat biji/pohon, yang mempunyai pengaruh langsung paling kuat berturut-turut adalah sifat jumlah cabang sekunder, sifat jumlah buah/janjang, sifat jumlah biji/lokus, sifat berat 100 biji dan sifat jumlah cabang primer. Sedangkan sifat jumlah lokus/buah dan sifat berat/buah sumbangan total melalui pengaruh langsung sifat tersebut kecil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
2. Analisis Sidik Lintas Antar Komponen Hasil Terhadap Rendemen Minyak. Diagram yang tertera pada (gambar 4) memberikan gambaran tentang sistem hubungan komponen hasil dengan rendemen minyak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa rendemen minyak (Y2) merupakan gabungan atau resultante pengaruh jumlah cabang primer (X1), jumlah cabang sekunder (X2), jumlah buah / janjang (X3), jumlah lokus/buah (X4), jumlah biji/lokus (X5), berat buah (X6), berat 100 biji (X7) dan peubah campuran yang disebut pengaruh sisaan (residual). X1 r12=0,777
P21=0,231
r13=0,156
X2 P22=0,067
X3
Y2
r24= -0,181 r25=0,164
r34= -0,573
P23=0,261 P24=0,024
r14= -0,064 r15=0,167
r23=0,222
X4
P25= -0,119
r36= -0,296 r26= -0,100
r35= 0,173 r45= -0,070
P2R = 0,7968
RY2
r47= -0,155
r46= 0,178 r56=0,020
X6 P27= -0,452
r17= -0,173
r37= 0,201
X5 P26=0,210
r16=0,011
r47= -0,155
r27= -0,152
r57= -0,135 r67= -0,100
X7
Gambar 4. Diagram Lintas Korelasi Antar Komponen Hasil Terhadap Rendemen (Y2) Tanaman Kepuh (Sterculia foetida Linn).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Hasil perhitungan sidik lintas dari masing-masing komponen hasil terhadap rendemen minyak, baik pengaruh langsung dan tidak langsung disajikan pada tabel 12. Tabel 12. Pengaruh langsung dan tidak langsung untuk karakter jumlah cabang primer (X1), jumlah cabang sekunder (X2), jumlah buah/janjang (X3), jumlah lokus/buah (X4), jumlah biji/lokus (X5), berat buah (X6), dan berat 100 biji (X7) terhadap rendemen minyak. Peubah Bebas Yang diBakukan
Pengaruh Langsung
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
0,2310 0,0670 0,2610 0,0240 -0,1190 0,2100 -0,4520
Pengaruh tidak langsung melalui peubah X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
. 0,1795 0,0360 -0,0148 0,0386 0,0025 -0,0400
0,0521 . 0,0149 -0,0121 0,0110 -0,0067 -0,0102
0,0407 0,0579 . -0,1496 0,0452 -0,0773 0,0525
-0,0015 -0,0043 -0,0138 . -0,0017 0,0043 -0,0037
-0,0199 -0,0195 -0,0206 0,0083 . -0,0024 0,0161
0,0023 -0,0210 -0,0622 0,0374 0,0042 . -0,0210
0,0782 0,0687 -0,0909 0,0701 0,0610 -0,100 .
Koefisien Korelasi
0,3829 0,3283 0,1246 -0,0367 0,0393 0,0452 -0,4583
Berdasarkan analisis lintas pada tabel 12 dapat dilihat bahwa pengaruh langsung negatif terbesar sifat komponen hasil terhadap berat biji/pohon berturutturut ditunjukkan oleh pengaruh langsung sifat berat 100 biji (P7y2= -0,4520), dan sifat jumlah biji/lokus (P5y2= -0,1190). Kemudian pengaruh langsung positif berturut-turut ditunjukkan oleh pengaruh langsung sifat jumlah buah/janjang (P3y2=0,2610), sifat jumlah cabang primer (P1y2=0,2310), sifat berat buah (P6y2=0,2100), sifat jumlah cabang sekunder (P2y2=0,0670), dan sifat jumlah lokus/buah (P4y2=0,0240). Pengaruh langsung sifat berat 100 biji (P7y2= -0,4520), merupakan pengaruh langsung terbesar terhadap rendemen minyak yang ditunjang oleh nilai koefisien korelasinya negatif sangat nyata (r7y2= -0,4583). Adanya pengaruh langsung yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 tinggi menunjukkan bahwa peubah yang lain bersifat tetap, peningkatan berat 100 biji akan menyebabkan turunnya rendemen minyak. Hasil analisis rendemen minyak menunjukkan bahwa bahwa biji-biji yang berukuran kecil cenderung memiliki rendemen yang tinggi sedangkan biji-biji yang berukuran besar memiliki rendemen yang agak rendah. Pasangan sifat ini memiliki nilai koefisien korelasi mendekati nilai koefisien lintasnya (P7= -0,4520; r7y = -0,4583) menunjukkan bahwa keeratan hubungan yang dinyatakan oleh koefisien korelasi tersebut mendekati kebenaran dan seleksi langsung terhadap sifat ini sangat efektif untuk menduga rendemen. Singh dan Chaudary (1979), menyatakan apabila koefisien korelasi antara faktor penyebab dan akibat hampir sama dengan pengaruh langsungnya, korelasi menjelaskan hubungan yang sesungguhnya, dan seleksi langsung pada karakter itu sangat efektif. Pada hubungan antara sifat jumlah buah/janjang dan rendemen nilai koefisien korelasinya positif (r3y2 =0,1246). Akan tetapi dengan analisis sidik lintas dapat diungkap bahwa sesungguhnya sifat jumlah buah/janjang mempunyai pengaruh langsung yang besar (P3y2=0,2610). Kuatnya pengaruh langsung karakter jumlah buah/janjang ditunjang dengan nilai korelasi antara sifat jumlah buah/janjang dengan sifat jumlah lokus/buah (r34 = -0,573**) dan didukung pengaruh tidak langsung melalui sifat jumlah cabang primer (r31 = 0,0360) dan jumlah cabang sekunder walau nilainya tidak besar dan (r32 = 0,0149). Demikian juga pada sifat jumlah cabang primer nilai koefisien korelasi dan koefisien lintasnya positif tinggi (P1y2= 0,2310; r1y1 = 0,3829) dapat memberi petunjuk bahwa sifat jumlah cabang primer dapat digunakan sebagai kriteria
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 seleksi melalui pengaruh langsungnya. Akan tetapi pada sifat jumlah cabang sekunder nilai koefisien korelasi positif nyata (0,329*) namun pengaruh langsungnya sangat kecil (P2y2= 0,0670). Ini menunjukkan sifat jumlah cabang sekunder berpengaruh tidak langsung melalui sifat jumlah cabang primer dengan nilai lebih besar dari pengaruh langsungnya (0,1795). Singh dan Chaudary (1979) menyatakan apabila koefisien korelasi positif, tetapi pengaruh langsung positif atau bisa diabaikan, pengaruh tidak langsung yang menyebabkan korelasi. Dalam hal ini faktor penyebab tidak langsung dipertimbangkan secara simultan. Untuk mengetahui besar kecilnya sumbangan variabel sifat komponen hasil terhadap rendemen minyak, maka dengan analisis sidik lintas dapat ditentukan dengan koefisien determinasi dari masing-masing komponen tersebut terhadap rendemen minyak akan lebih menguntungkan dan diperoleh gambaran yang lebih tepat untuk petunjuk seleksi. Besarnya sumbangan total untuk masing-masing peubah bebas melalui semua lintasan terhadap rendemen minyak dapat dilihat pada tabel 13 dibawah ini. Tabel 13. Sumbangan total untuk masing-masing peubah bebas melalui semua lintasan terhadap rendemen minyak. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
R2 (%)
Sifat-sifat yang diamati Jumlah cabang primer Jumlah cabang sekunder Jumlah buah/janjang Jumlah lokus/buah Jumlah biji/lokus Berat buah Berat 100 biji Residual Total ragam rendemen minyak
(P1y2r1y2) (P2y2r2y2) (P3y2r3y2) (P4y2r4y2) (P5y2r5y2) (P6y2r6y2) (P7y2r7y2) (ry22)
commit to user
8,8449 2,1996 3,2521 0,0880 0,4676 0,9492 20,7151 63,4835 100,000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Pada tabel 13 menunjukkan besarnya sumbangan total yang diakibatkan oleh pengaruh langsung sifat komponen hasil terhadap rendemen minyak. Sifat berat 100 biji mempunyai pengaruh langsung negatif tinggi dengan sumbangan total sebesar 20,7151 % (P7y2 =-0,452, R2=20,7151 %, r = -0,4583),
yang
nilainya mendekati koefisien korelasinya menunjukkan korelasi mendekati kebenaran, sifat pengaruh langsung positif kuat kedua adalah sifat jumlah cabang primer dimana pengaruh langsungnya memberikan sumbangan total sebesar 8,8449 % (P1y2 = 0,231, R2 = 8,8449 %, r = 0,3829), kemudian diikuti oleh sifat jumlah buah/janjang dengan sumbangan total sebesar 3,2521 % (P3y2 = 0,261, R2 = 3,2521 %, r = 0,1246). Berdasarkan ukuran faktor residual memberi arti bahwa pemilihan peubah bebas yang disertakan dalam analisis sidik lintas sudah tepat yaitu sumbangan total sebesar 36,5165 % dapat dijelaskan oleh peubah bebas yang diamati, sedangkan nilai residual/sisaan (R= 63,48 %) dijelaskan peubah bebas lain yang tidak diamati. Dari hasil analisis sidik lintas dan analisis koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya sumbangan total (R2) dari masing-masing komponen hasil terhadap rendemen minyak, yang mempunyai pengaruh langsung paling kuat berturut-turut adalah sifat berat 100 biji, sifat jumlah cabang primer dan sifat jumlah buah/janjang. Sedangkan sifat jumlah cabang sekunder, sifat berat/buah, sifat jumlah biji/lokus dan sifat jumlah lokus/buah besar sumbangan total melalui pengaruh langsung sifat tersebut nilainya kecil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 Dengan mempelajari koefisien korelasi antara beberapa sifat pada tanaman kepuh, dapat digunakan untuk menelaah keeratan hubungan antara sifat-sifat yang kompleks dengan sifat-sifat tertentu. Tetapi hal tersebut belum dapat dipakai untuk membuat kesimpulan secara efektif karena informasi tersebut hanya terbatas, tanpa memperhatikan ketergantungan yang kompleks diantara sifat-sifat tersebut (Board, et al., 1997). Analisis hubungan antara suatu sifat dengan sifat lain yang menggunakan analisis koefisien korelasi dapat digunakan secara efisien jika tidak terdapat peubah lain yang mempengaruhnya. Penggunaan analisis lintas dalam pemecahan koefisien korelasi dapat mengetahui pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dan dapat memperlihatkan tingkat kepentingan relatif suatu komponen terhadap sifat utamanya. Pada tanaman kepuh informasi dan referensi tentang genetik, morfologi, agronomi, sistem budidaya masih sangat terbatas dan hasil penelitian seperti ini belum banyak dilakukan, sehingga untuk mendapatkan pembanding mendapatkan kesulitan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil korelasi antar sifat komponen hasil yang diamati menunjukkan bahwa sifat yang mempunyai korelasi positif sangat kuat adalah sifat jumlah cabang primer dengan sifat jumlah cabang sekunder, sifat jumlah buah/janjang dengan jumlah lokus/buah mempunyai korelasi negatif sangat kuat, sifat jumlah buah/janjang dengan berat/buah mempunyai korelasi negatif cukup kuat, sedangkan sifat yang lain menunjukkan korelasi yang kurang kuat. 2. Hasil korelasi antar sifat komponen hasil yang mempunyai hubungan paling kuat dengan berat biji/pohon berturut-turut adalah jumlah cabang sekunder, sifat jumlah buah/janjang, sifat jumlah biji/lokus, sifat jumlah lokus/buah, sifat jumlah cabang primer dan sifat berat 100 biji. Sedangkan sifat komponen hasil yang mempunyai hubungan paling kuat dengan rendemen minyak berturut-turut adalah sifat berat 100 biji, jumlah cabang primer dan jumlah cabang sekunder. 3. Hasil analisis sidik lintas dan besar sumbangan total dari sifat komponen hasil terhadap berat biji/pohon, komponen hasil yang sangat efektif sebagai kriteria seleksi secara langsung berturut-turut adalah sifat jumlah cabang sekunder dengan sumbangan total sebesar 37,2108 %, sifat jumlah buah/janjang dengan sumbangan total sebesar 14,756 %, sifat jumlah biji/lokus dengan sumbangan total sebesar 14,284 % dan sifat berat 100 biji dengan sumbangan total sebesar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
11,009 %, sedangkan terhadap rendemen minyak komponen hasil yang sangat efektif sebagai kriteria seleksi secara langsung berturut-turut adalah sifat berat 100 biji dengan sumbangan total sebesar 20,7151 % dan sifat jumlah cabang primer dengan sumbangan total sebesar 8,8449 %, sedangkan kriteria seleksi tidak langsung pada sifat jumlah cabang sekunder melalui sifat jumlah cabang primer dengan sumbangan total sebesar 2,1996 %.
B. Saran Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diperoleh nilai korelasi fenotifik antar sifat komponen hasil dan sidik lintasnya untuk mengetahui besar sumbangan total dari masing-masing komponen hasil terhadap berat biji/pohon dan rendemen minyak. Namun demikian perlu disadari bahwa materi kriteria seleksi yang didapatkan dari hasil penelitian sebagai dasar awal informasi, sehingga perlu diadakan penelitian ulang yang akan menghasilkan kriteria seleksi yang lebih akurat guna dipakai sebagai pedoman pelaksanaan pemuliaan tanaman kepuh. Untuk penelitian sejenis selanjutnya disarankan dilakukan untuk mengetahui produktivitas tanaman kepuh yang sesungguhnya pada musim panen yang berbeda, karena menurut beberapa sumber informasi yang layak dipercaya (sesepuh desa dan juru kunci makam) tanaman kepuh berbuah sepanjang tahun dan musim panen mencapai 2 – 3x / tahun. Selain itu untuk menghasilkan materi kriteria seleksi yang lebih akurat guna dipakai sebagai pedoman pelaksanaan pemuliaan tanaman kepuh perlu menambah komponen hasil yang lain sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
variabel pengamatan dan disarankan sampel pengamatan pada aksesi tanaman yang belum berbuah seperti pada aksesi SKH -3, SKH -8, KRA -7, WNG -10, KLA -9 tidak diikut sertakan sebagai tanaman sampel guna mengurangi keragaman yang ditimbulkan dari aspek umur tanaman. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kualitas kandungan minyak pada biji tanaman kepuh sehingga diketahui bahwa tanaman kepuh memiliki prospek pengembangan sebagai tanaman penghasil bio energi.
commit to user