LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL PEMBAURAN BUDAYA MASYARAKAT SANGER DAN LOKAL (Studi kasus di Kecamatan Pinogaluman) OLEH RIRIN SULEMAN 231409047
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014
ABSTRAK Ririn Suleman. NIM. 231 409 047. “Pembauran Budaya Masyarakat Sanger dan Lokal”. Jurusan S1 Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. 2013. Permasalahan yang ada dalam penulisan ini adalah (1). Bagaimana awal terjadinya Pembauran Budaya antara Masyarakat Sanger dan Lokal ? (2). Faktorfaktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya Pembauran Budaya antara masyarakat Sanger dan Lokal? Penelitian ini bertujuan (1). Untuk memperoleh informasi yang objektif tentang awal terjadinya Pembauran Budaya antara masyarakat Sanger dan Lokal di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. (2). Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya Pembauran budaya masyarakat. Metode yang dipakai untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, Cara ini dimaksud akan dapat menganalisis dan menjelaskan masalah sesuai dengan tema yang diangkat. Dengan deskripsi secara kualitatif terhadap data yang telah dikumpulkan maka penulis mengharapkan bahwa permasalah dalam karya ilmiah ini dapat diulas sehingga memberi solusi alternatif sebagaimana yang diharapkan. Data yang dikumpulkan dalam mendukung hasil penulisan ilmiah ini adalah data yang benar-benar dipercaya keabsahannya dan bersumber dari berbagai literatur ilmiah seperti buku, artikel-artikel baik yang berasal dari media cetak maupun internet. Selain sumber di atas maka penulis juga melakukan wawancara dengan masyarakat setempat yang ada di Daerah Pinogaluman. Untuk mendapatkan data yang akurat dan empirik, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi dan wawancara. Teknik dokumentasi bertujuan untuk memberikan ruang gerak kepada penulis untuk mengumpulkan data kepustakaan sebanyak mungkin, observasi bertujuan agar penulis mengetahui kondisi rill dari masalah yang akan ditulis dalam karya ini. Sementara itu, wawancara dilakukan guna mengetahui bagaimana Pembauran Budaya Masyarakat Sanger dan Lokal. Penulisan ilmiah ini dianalisis secara deskriptif dengan mengacu pada metode kepustakaan, studi lapangan (observasi) dan wawancara. Artinya, penulis mengumpulkan berbagai sumber kepustakaan, hasil observasi dan wawancara yang mendukung permasalah penulisan yakni Pembauran Budaya Masyarakat Sanger dan Lokal, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Kata Kunci : Pembauran Budaya, Masyarakat sanger, dan Lokal
PEMBAURAN BUDAYA MASYARAKAT SANGER DAN LOKAL (Studi Kasus di Kecamatan Pinogaluman) Pembimbing : Drs. Joni Apriyanto M. Hum.* H. Lukman D. KATILI S.Ag.,M.ThI.** Oleh: RirinSuleman JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PENDAHULUAN Didalam kehidupan manusia sebagai anggota suatu masyarakat maka hubungan dengan anggota lain dalam masyarakat merupakan suatu keperluan yang tidak dapat diabaikan. Adakalanya terjadi seseorang manusia berniat hidup menyendiri dan meninggalkan dunia dalam arti menjauhkan diri dari masyarakat. Jika seseorang manusia yang selama hidupnya tidak mendapat kesempatan untuk berhubungan dengan manusia lain maka jiwanya akan tumbuh hanya dari sumber naluri (instinct) saja seperti binatang yang bersama-sama dengan dia hidup mengisi lingkungan dengan alam yang mengelilinginya. Manusia diciptakan dengan memiliki kemampuan berakal budi, maka manusia secara intelektual dapat lebih unggul dari pada binatang
disekitarnya, akan tetapi
kemampuan yang bersifat intelektual tersebut tetap akan bertaraf rendah. Sehubungan dengan hal tersebut bahwa struktur masyarakat di tandai oleh dua cirinya Pertama, secara horisontal, ditandai dengan kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan agama, adat serta perbedaan kedaerahan dan Kedua, secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan bawah yang cukup tajam.
Hubungan antara satu kelompok etnis dengan kelompok etnis yang lain merupakan wujud interaksi sosial yang di dorong oleh adanya saling ketergantungan yang berorientasi pada pemerolehan kebutuhan hidup. Dengan demikian kebutuhan dengan mengadakan hubungan dengan sesamanya, didasarkan pada keinginan manusia untuk mendapatkan; pertama ,kepuasan dalam mengadakan hubungan serta mempertahankan, yang lazim disebut kebutuhan akan inklusi. Kedua, pengawasan dan kekuasaan, yang disebut sebagai kebutuhan dan kontrol, Ketiga, cinta dan kasih sayang yaitu kebutuhan akan afeksi. Dalam uraian diatas nampaklah dalam menjalin interaksi sosial, pola-pola interaksi yang terdapat nilai-nilai keharmonisan diharapkan tetap terpelihara. Perbedaan etnis bukanlah suatu hal yang dapat menghalangi suasana interaksi yang kondusif, akan tetapi perbedaan di harap menjadi pendorong untuk saling mengisi kekurangan masing-masing kelompok individu yang berbeda latar belakang sosial budaya dari sinilah gambaran mengenai pembauran budaya mulai tersentuh oleh masyarakat yang kemudian saling membutukan antara satu dengan yang lain demi kelangsungan hidup. Terjadinya interaksi sosial antara etnis yang kondusif seperti di Indonesia mencerminkan adanya saling ketergantungan, dan tidak saling merugikan satu sama lainnya. Banyaknya suku bangsa di Indonesia menimbulkan berbagai pendapat yang tidak sama diantara para ahli sosiologi dan antropologi. Di daerah kabupaten Bolaang Mongondow utara terdapat berbagai macam suku bangsa antara lain Suku Bolaang Mongondow, Suku Kaidipang Basar, Suku Bintauna, Suku Sanger ,Suku Bolaang Uki,Suku Gorontalo dan lain sebagainya. Akan tetapi hal tersebut tidak menyebabkan masyarakat bercerai berai satu sama lainnya. Khusus di Kecamatan Pinogaluman, peneliti ingin meneliti hubungan sosial yang melahirkan pembauran budaya antara masyarakat Sanger dan masyarakat lokal Pinogaluman, dimana suku Sanger merupakan suku pendatang dan mendiami beberapa desa di pinogaluman , sedangkan masyarakat lokal yang pada umumnya merupakan penduduk asli dari masyarakat kecamatan pinogaluman. Dimana kita
melihat struktur sosialnya mencerminkan adanya pembauran budaya atau terdapat interaksi yang kondusif diantara mereka yang berbeda latar belakang sosial budaya. Pembauran budaya mereka berlangsung dalam segala aspek kegiatan misalnya dalam interaksi sosial melahirkan kerja sama. Masyarakat sanger adalah mayarakat yang datang dari sanger lalu menetap di Pinogaluman mereka berbaur dengan mayarakat lokal yang ada disini, sangat jelas karena masyarakat sanger adalah pendatang harus menyesuaikan dengan budaya dan adat istiadat yang ada di sini tanpa memandang adat istiadat dari maing-masing kedua suku tersebut. Melalui seni alat musik sangat cepat membaur kedua ras ini seperti pada acara tertentu yang menggunakan musik. Maka terciptalah hubungan baik yang menimbulkan keakraban atau persaudaraan sesama dalam lingkungan Kecamatan Pinogaluman tanpa memandang perbedaan agama dalam pergaulan sehari-hari sehingga dari pergaulan yang begitu akrab itu menumbuhkan satu kemajuan diantara kedua suku terebut. Sehingganya di antara kedua kelompok masyarakat itu terjadi pembauran budaya dalam melakukan interaksi. METODE PENULISAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan secara deskriptif analisis kritis. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif-kualitatif dengan tehnik analisis interaktif. Adapun alasan penelitian kualitatif di atas dimaksudkan untuk lebih mementingkan proses pengumpulan data beragam dan disusun sebagai kekhususan untuk dikelompokkan bersama melalui proses pengumpulan data secara teliti serta saling berkaitan (bottom upgrounded theory) (Sutopo, 2006: 41). Analisis ini dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan di lapangan yang disusun secara lentur dan terbuka (Sutopo, 2006: 42) sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yang diperoleh dari Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dari kata-kata dan tindakan subyek data. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian dan melalui wawancara dengan subjek data. Untuk memperoleh data atau informasi yang akurat, maka penulis menggunakan pendekatan secara langsung kepada para tokoh masyarakat dan para informan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini,Dan Sumber Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber data tertulis berupa laporan, karya-karya ilmiah, arsip, buku-buku literatur serta dokumen-dokumen lain yang relevan yang terkait dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu yang pertama melakukan observasi dimana penulis melakukan observasi langsung tentang situasi dan kondisi dari lokasi yang menjadi tempat penelitian dan mencari informasi dari informan tentang bagaimana proses terjadinyapembauranbudayadalam kehidupan sosial masyarakat Pinogaluman, yang kedua yaitu melakukan Wawancara bebas yang mendalam dengan sifatnya terbuka dan tidak formal. Dan yang ketiga yaitu Mencatat dokumen yang dimana Dalam proses pencatatan diusahakan dicatat berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti baik yang tertulis dalam dokumen maupun yang tersirat. Teknik mencatat dokumen menurut (Sutopo, 2006: 81) disebut sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Dalam melakukan teknik ini perlu disadari bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat.Oleh karena itu dalam menghadapi beragam arsip dan dokumen tertulis sebagai sumber data, peneliti harus bisa bersikap kritis dan teliti Analisis data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data-data, setelah data-data terkumpul maka selanjutnya dianalisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif yang dimulai dengan menelaah data
yang telah terkumpul. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan data-data yang ada dan kemudian menyimpulkannya sebagai hasil penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Suku bangsa sanger sering di kenal sebagai orang sanger atau sangihe, nenek moyang orang sanger datang dari cina, masuk ke kepulauan ini melalui utara. Keberadaan suku sanger sampai di Kecamatan Pinogaluman yaitu ketika gunung karangetang di pulau siau meletus pada tahun 1943 dan menimbulkan banyak korban dan kerusakan, secara spontan penduduk yang tertimpah musibah ada yang pindah ke beberapa pulau dan daerah Bolang Mongondow. Dahulu di kenal dengan kolonisasi yang sekarang di kenal dengan transmigrasi, akibat meletusnya gunung karengetang tersebut sehingga kolonisasi suku sanger terjadi. Kolonisasi di daerah pinogaluman sebenarnya tujuannya ke marisa di desa londoun popayato. Karena perjalanan waktu itu lewat laut, dahulu yang mereka gunakan bukan kapal mesin sekarang yang di kenal kapal motor, dulu mereka berlayar dari pulau siau hanya menggunakan kapal layar. Dari pulau siau berlayar karena perjalanan cukup jauh maka mereka singgah untuk beristirahat di daerah pinogaluman, Raja pontoh atau raja kaidipang masi ada hubunganya dengan sangir mendapat kabar bahwa orang sanger berada di daerah pinogaluman maka di berikanlah lokasih untuk orang sanger. Kolonisasi tersebut di tempatkan dengan jumlah kepala keluarga 41, dan 230 jiwa, yang merupakan kolonisasi golombang pertama. Kemudian pada tanggal 19 agustus 1943 terjadi lagi kolonisasi gelombang kedua dengan jumlah kepala keluarga 49 dan jumlah 235 jiwa. Dengan jumlah kepala keluarga 90 dan 465 jiwa. Dengan bertambahnya jumlah penduduk orang sanger yang mendiami loaksih yang di berikan raja Pontoh maka berdirilah desa batubiluntu pada tahun 1944 untuk masyarakat sanger yang ada di Pinogaluman (wawancara Karel Ulundeda 13 April 2013). A. Sejarah Singkat Masyarakat Lokal di Kecamatan Pinogaluman
Kata Pinogaluman berasal dari bahasa Mongondow “Poyogalumon” dan bahasa Kaidipang “Pinohogolumo” yang berarti penggabungan, hal ini tidak terlepas dari keberadaan Kecamatan Pinogaluman sebelum dimekarkan dari kecamatan Kaidipang Kabupaten Bolaang Mongondow. Arti penggabungan pada kata pinogaluman diambil dari suku dan budaya yang ada di Kecamatan Pinogaluman yang beragam yang kemudian menyatu dan hidup berdampingan di satu daerah atau tempat yaitu Pinogaluman (wawancara Ritmon Amala 12 April 2013). Di bagian barat kecamatan kaidipang pada tahun 1961 pernah berdiri kecamatan perwakilan Buko sesuai dengan rekomendasi Gubernur Sulawesi Utara, rekomendasi tersebut dikeluarkan atas desakan tokoh – tokoh masyarakat Masyarakat Kecamatan Pinogaluman merupakan suatu masyarakat yang plural dimana terdiri dari berbagai macam kelompok etnis / suku yang telah diuraikan pada gambaran umum masyarakat Kecamatan Pinogaluman. Keberagaman merupakan benih konflik yang sewaktu-waktu akan timbul, sehingga fenomena ini merupakan penghambat bagi segala aspek kehidupan masyarakat itu sendiri. Adanya kesadaran masyarakat tentang kehidupan yang ada, perlu di jaga untuk kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri, dimana hubungan sosial yang harus dijaga itu adalah pembauran budaya antara satu kelompok dengan kelompok yang lain secara kondusif. Salah satu aspek yang di pengaruhi oleh adanya keberagaman adalah pembauran budaya masyarakat sangir dan masyarakat lokal. Pembauran budaya telah mengalami perkembangan, hal ini terjadi karena adanya interaksi sosial ekonomi. Interaksi ini telah melahirkan kerja sama dalam rangaka untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan materi pada khususnya. Demikian halnya keberadaan suku sangir yang mendiami beberapa desa yang berada di kecamatan pinogaluman khusus orang-orang sanger itu sendiri. Masyarakat lokal yang terdiri dari beberapa suku /etnis, namun dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada hubungan sosial masyarakat sanger dan
masyarakat lokal dimana terjadinya pembauran budaya dan mengakibatkan terjadinya suatu komunitas yang tergabung menjadi suatu kesatuan walaupun pada dasarnya berbeda latar belakang budayanya.Adapun etnis yang hidup dalam satu kesatuan wilayah di Kecamatan Pinogaluman tersebut adalah suku Bugis, dan Gorontalo merupakan suku pendatang, sedangkan keberadaan suku Sanger merupakan suku asing (pendatang), dalam wilayah Pinogaluman, dalam hasil wawancara masyarakat sangir. Menurut Karel Ulundeda (wawancara 13 April 2013), Kami merasa bahwa keberadaan kami sampai di daerah Kabupaten Bolaang Mongondow utara dan tepatnya di wilayah kecamatan Pinogaluman, yaitu ketika gunung karangetang di pulau siau meletus pada tahun 1943 dan menimbulkan banyak korban dan kerusakan. Dahulu di kenal dengan kolonisasi yang sekarang di kenal dengan transmigrasi, akibat meletusnya gunung karengetang tersebut sehingga kolonisasi suku sangir terjadi. Kolonisasi di daerah pinogaluman sebenarnya tujuannya ke marisa di desa londoun popayato. Karena perjalanan mereka waktu itu lewat laut, dulu yang mereka gunakan bukan kapal mesin yang sekarang yang di kenal kapal motor, mereka berlayar dari pulau siau hanya menggunakan kapal layar. Dari pulau siau berlayar karena perjalanan cukup jauh maka mereka singgah untuk beristirahat di daerah pinogaluman, Raja pontoh atau raja kaidipang masi ada hubunganya dengan sangir mendapat kabar bahwa orang sangir berada di daerah pinogaluman maka di berikanlah lokasih tempat tinggal untuk orang-orang sangir. Selanjutnya dari kejadian tersebut kami orang-orang sanger melanjutkan hidup di daerah yang di berikan oleh raja pontoh tepatnya di Kecamatan Pinogaluman. Selanjutnya untuk masyarakat lokal merupakan penduduk asli dari wilayah tersebut yang telah berbaur dengan etnis lain, dan awal keberadaan kami di kabupaten ini sampai dengan saat ini adalah orang mongondow.
Dari pernyataan diatas dapatlah kita mengetahui bahwa komunitas masyarakat sanger dan lokal terbentuk oleh hubungan dan perpaduan satu kelompok dengan kelompok lain, yang pada umumnya adalah masyarakat sanger, jika dilihat dari latar belakang sejarahnya sebagai suku asing dan dikatakan sebagai pendatang, dan penduduk asli adalah masyarakat Lokal yang merupakan penduduk setempat. Maka terjadilah proses pembauran dalam berbagai aspek kehidupan seperti: Aspek sosial, dan Aspek Budaya. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penilitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya , maka ada beberapa hal yang perlu di simpulkan 1) Pembauran budaya masyarakat sanger dan masyarakat Lokal relative baik hal ini di tandai dengan adanya toleransi serta hubungan antara kelompok dan individu hidup berbaur dalam satu komunitas masyarakat. 2) Pembauran budaya masyarakat relevensinya pada perwujudan kesatuan etnis bukan hanya menyatu secara ideologis dan geografis namun juga secara totalitas. Fakta keaneka ragaman sosial tidaklah menjadi alasan untuk tidak melakukan proses pemabauran budaya masyarakat. 3) Dengan adanya pembauran budaya masyarakat sanger dan masyarakat lokal dapat diarahkan untuk keseimbangan dengan tujuan menggalakan solidaritas sosial. 4) Adapun masyarakat sanger yang hidup dalam satu kesatuan wilayah di katakana sebagai etnis asing karena dilihat dari latar belakang sejarahny, sedangkan lokal yang merupakan penduduk asli daerah tersebut. 5) Proses pembauran budaya masyarakat sanger dan lokal di Kecamatan Pinogaluman tercermin dalam berbagai aspek yaitu aspek sosial, dan aspek budaya.
6) Adapun yang menjadi faktor utama terjalinnya hubungan sosial yang baik kedua etnis tersebut
adalah faktor ekonomi namun terjalinnya rasa
persaudaraan yang tinggi antara masyarakat sanger dan masyarakat Lokal.
B. Saran Dari beberapa kesimpulan tentang proses pembauran budaya masyarakat sanger dan lokal di Kecamatan Pinogaluman maka dapatlah dikemukakan saransaran sebagai berikut: 1) Diharapkan kepada seluruh masyarakat Indonesia, spesifikasinya pada masyarakat sanger dan masyarakat lokal khususnya di Kecamatan pinogaluman, jangan menjadikan kemajemukan merupakan pemicu konflik yang berakibat terganggunya hubungan sosial kemasyarakatan, namun
jadikanlah
keragaman
merupakan
potensi
dalam
usaha
pembangunan bangsa Indonesia, dalam segala bidang khususnya bidang sosial budaya. 2) Mengingat bahwa pentingnya hubungan antara kelompok masyarakat di Kecamatan Pinogaluman, maka diharapkan kepada seluruh masyarakat Pinogaluman khususnya etnis sanger dan Lokal untuk mempertahankan hubungan yang baik tersebut. 3) Diharapkan dengan sangat khususnya kepada seluruh pihak di Kecamatan Pinogaluman dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara pada umumnya agar kebudayaan yang dimiliki dapat di jaga dan dilestarikan sebaikbaiknya dan terus dipertahankan, untuk itu masyarakat perlu mengalang persatuan dan kesatuan yang lebih erat lagi agar dapat menetralisir pengaruh negatif yang dapat menimbulkan perpecahan antara satu dengan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Syani. 1995,Sosiologi dan Perubahan Masyarakat,Bandar Lampung Pustaka Rafael Raga Maran. 2007,Manusia dan Kebudayaan Dalam Persfektif Ilmu Budaya Dasar,Jakarta:Rineka Cipta Harsojo, 1966.Pengantar Antropologi,Bandung Ahmad Abu, 1986. Antropologi Budaya, Surabaya : Pelangi. Soerjono Soekanto. 2006, Sosiologi Suatu Pengantar,Jakarta:Grafindo Persada Mudji Sutrisno & Hendar Putranto. 2005,Teori-teori Kebudayaan,Yogyakarta Sugiono. 2009,Metodologi Penelitian Kualitatif dan R&D,Bandung : Alafabeta Koentjaranigrat. 2009, Pengantarilmuantropologi, Rineka Cipta Harsojo. 1999, Pengantar Antropologi,Penerbit Putra A Bardin Ludisyono Slamet Santosa. 2006,Sosiologi 2 Acarya Media Utama.