LEMBAR PENGESAHAN JURNAL
KEEFEKTIFAN TRAINING THE PRESENTER PADA PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI DI PT. K-LINK INDONESIA STOCKIST CENTER GORONTALO
Oleh: MEYTI PAKAYA NIM: 121 406 057
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Abd Hamid Isa, M.Pd NIP. 19600512 198703 1 001
Drs. Yakob Napu, M.Pd NIP. 19600727 198703 1 003
Mengetahui : Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
Dr. Hj. Misran Rahman, M.Pd NIP. 19620516 199203 2 001
KEEFEKTIFAN TRAINING THE PRESENTER PADA PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI DI PT. K-LINK INDONESIA STOCKIST CENTER GORONTALO
Meyti Pakaya, Abd. Hamid Isa, Yakob Napu
ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian evaluatif dengan mendeskripsikan, menggambarkan dan menginterpretasi obyek sesuai dengan apa adanya yang berorientasi keefektifan training the presenter pada program pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo berdasarkan konsep Kirkpatrick yang merupakan konsep evaluasi pelaksanaan pelatihan yang dilakukan secara sistematis. Evaluasi dilakukan terhadap 4 level yaitu level reaksi, level belajar, level perilaku dan level hasil. Penerapan konsep evaluasi Kirkpatrick dilakukan pada evaluasi level reaksi dilakukan dengan mengukur reaksi peserta pelatihan terhadap pelatihan yang dilaksanakan dan evaluasi level belajar mengukur kemampuan peserta pelatihan memahami materi yang diberikan. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, diperoleh kesimpulan penilaian atas reaksi peserta terhadap pelaksanaan training the presenter pada program pengembangan diri yang diselenggarakan di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo dikatakan efektif, yang terlihat dari hasil penilaian peserta pada komponenkomponen yang dinilai yaitu materi, kualitas trainer, fasilitas pendukung, media yang digunakan, manfaat training, sebagian besar memberikan penilaian pada kategori baik. Penilaian atas hasil belajar peserta training the presenter pada aspek penampilan, kepercayaan diri, bahasa tubuh, kontak mata, teknik verbal, penyajian materi, penguasaan materi, menjalin interaksi dengan audien, dan penggunaan bahasa dikatakan efektif karena rata-rata peserta memperoleh nilai 75-89 atau kategori baik. Disimpulkan bahwa keefektifan training the presenter pada program pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo adalah tergolong efektif. PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo disarankan untuk menambah durasi waktu pelatihan. PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo disarankan lebih banyak memasukkan unsur pelatihan yang menekankan pada pembentukan perilaku. Untuk mengetahui keefektifan training the presenter pasca training PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo perlu melakukan penilaian performansi secara berkala untuk setiap peserta sebagai umpan balik keberhasilan dan perbaikan program Kata Kunci: Keefektifan, Training the presenter, Pengembangan diri.1 1
Meyti Pakaya, Mahasiswa Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Abd. Hamid Isa, M.Pd dan Drs. Yakob Napu, M.Pd selaku Dosen Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo
Banyaknya pengangguran yang terjadi sekarang ini mendorong masyarakat untuk mempunyai usaha atau bisnis sendiri. Tetapi untuk membuka usaha baru tentu bukan hal yang mudah. Selain membutuhkan modal yang besar, resiko yang dihadapi pun besar, karena untuk kondisi saat ini lebih banyak ditentukan oleh faktor luar yang sulit dikendalikan. Namun sekarang telah ditawarkan suatu bisnis yang tidak mengandung resiko dan hanya memerlukan sedikit modal. Untuk bergabung dalam bisnis inipun tidak diperlukan kualifikasi pendidikan dan pengalaman tertentu. Adapun bentuk bisnis tersebut adalah Multi Level Marketing (MLM). Keunggulan bisnis ini adalah modal yang relatif kecil dengan peluang yang besar, tidak ada resiko kredit macet, dan tidak memiliki jam kerja tertentu. MLM merupakan suatu metode penjualan barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh distributor secara berantai dan berjenjang. Menjalankan bisnis MLM adalah suatu profesi yang menjanjikan dan memiliki peluang besar untuk dapat sukses. Sehingga MLM merupakan suatu peluang bisnis bagi masyarakat
untuk mengatasi
pengangguran seperti yang terjadi pada saat sekarang ini. Sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu MLM memiliki satu orientasi yang merupakan landasan utama mereka untuk masuk ke dalamnya, yaitu untuk menghasilkan keuntungan bersama dari suatu kelompok manusia yang menjalankan bisnis yang sama. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya komunikasi yang berkualitas di antara anggota kelompok, sebab dengan komunikasi yang efektif di dalam kelompok dapat menyatukan semua kekuatan yang ada pada masing-masing anggota serta saling mendukung/memotivasi untuk sukses secara bersama-sama. MLM saat ini merupakan salah satu usaha yang banyak digeluti orang untuk meraih kesuksesan dengan modal sedikit. Cukup hanya dengan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, setiap orang dapat meraih kesuksesan
di bisnis ini. Ini
dibutuhkan bukan hanya untuk meyakinkan calon pembeli terhadap kualitas produk yang ditawarkan, tetapi juga untuk meyakinkan calon anggota terhadap prospek yang
dijanjikan perusahaan jika bergabung dalam bisnis tersebut.
Kemampuan
berkomunikasi yang baik itu, tidak diperoleh dengan segera oleh setiap anggota. Mereka belajar untuk mengasah keahlian itu melalui berinteraksi dengan kelompoknya, berdiskusi dan saling bertukar informasi untuk mengatasi masalah sampai pada belajar meniru apa yang dilakukan kelompoknya untuk meningkatkan penjualanan dan merekrut orang. Maraknya bisnis MLM di Indonesia dan seiring dengan perkembangan teknologi informasi, perusahaan MLM berlomba-lomba menawarkan konsep bisnis dengan sistem yang mudah dijalankan. Perusahaan MLM yang masih menggunakan cara lama dan tidak mengikuti perkembangan teknologi informasi perlahan namun pasti mulai ditinggalkan para membernya.
Di antara beberapa bisnis MLM yang
sedang berkembang sekarang ini adalah PT. K-Link Indonesia. Secara etimologi kata K-Link, “K” adalah knowledge yang artinya pengetahuan, sementara “Link” berarti jaringan. Jadi dari kata tersebut dapat dipahami bahwa K-Link adalah pengetahuan jaringan. Artinya K-Link adalah sebuah jaringan kerja (network) yang merupakan suatu sistem kerja dengan menggunakan jaringan kerja berupa sekumpulan banyak orang. Kegiatan perekrutan atau pembangunan jaringan kerja adalah ciri khas dari sistem K-Link. PT. K- Link Indonesia ini merupakan salah satu perusahaan yang berasal dari Malaysia. Produk
Universe Induced Energy (UIE)
adalah produk-produk yang
dipasarkan oleh PT. K- Link Indonesia yang masuk ke Indonesia pada tahun 2000 dan bergerak dalam pemasaran produk-produk kesehatan. PT. K- Link dibangun berdasarkan konsep kemitraan sehingga sistem PT. K-LINK baru dapat berjalan apabila terdapat jaringan kerja. Pengembangan jaringan tersebut selanjutnya akan membentuk satuan networking. Sistem kerja PT. K-LINK meliputi sistem pelatihan (support system) berupa pengajaran materi serta motivasi yang bertujuan untuk memudahkan setiap orang dalam menjalani sistem jaringan. Menurut Andrias (2008: 194)
pelatihan
biasanya
dilakukan
oleh
pembangun
jaringan
builder/achiever) yang telah berhasil mencetak prestasi tertentu.
(network
Menurut Siagian (2010: 24) keefektifan menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkannya. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Sedangkan menurut Gibson dalam Hikmat (2009: 65) keefektifan menunjukkan kemampuan suatu organisasi dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara tepat. Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu organisasi tersebut tersebut telah memperhatikan efektivitas operasionalnya. Menurut Sagala (2007: 66) keefektifan seringkali diartikan sebagai kuantitas dan kualitas keluaran (output) barang atau jasa. Misalnya bagi ilmuwan bidang riset, keefektifan dijabarkan dengan sejumlah paten, penemuan, atau produk baru. Keefektifan bagi organisasi sekolah adalah kemampuan mengelola sumber daya secara optimal, yaitu menunjukan sejauhmana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya secara baik dan benar untuk mencapai tujuan. Memang, harus dipahami bahwa tidak ada satupun definisi keefektifan organisasi yang baku karena keefektifan merupakan suatu konsep yang luas. Keefektifan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi yang memiliki arti begitu penting bagi keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai
tingkat produktivitas yang tinggi dan juga
berkualitas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketika keefektifan diaplikasikan terhadap program pelatihan kemasyarakatan, maka keefektifan tersebut mengacu pada tingkat kebermaknaan program pelatihan tersebut atau keefektifan dapat ditunjukan sebagai peralihan input yang berarti proses yang membuahkan output dan outcome yang berkualitas. Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak yang dikemukakan oleh Siagian (2010: 77) yaitu:
(1) kejelasan
tujuan yang hendak dicapai; (2) kejelasan strategi pencapaian tujuan; (3) proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan; (4) perencanaan yang matang; (5) penyusunan program yang tepat; (6) tersedianya sarana prasarana kerja; (6) adanya sistem pengawasan dan pengendalian yang baik.
Dari ketiga pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa tingkat keefektifan dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai, maka hal itu dikatakan tidak efektif. Untuk mengukur keefektifan program, misalnya dalam program training menurut Sihotang (2007: 171) dapat dilihat dari kriteria yang dapat diperoleh dari lima tingkatan yaitu sebagai berikut: (1) reaksi, yang dimaksud adalah seberapa baik reaksi peserta terhadap program itu; (2) learning, sejauhmana para peserta dapat mempelajari fakta: fakta, prinsip: prinsip, dan pendekatan: pendekatan program itu; (3) behaviors, sejauhmana etos kerja para peserta dapat berubah karena ada program itu; (4) organizational result, sejauhmana peningkatan produktivitas akibat program itu; (5) cost efectivity, apakah program itu sudah merupakan metode yang paling mudah untuk menyelesaikan permasalahan. METODE PENELITIAN Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini mengambil objek penelitian di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo yang bertempat di Ballroom Hotel Maharani berlokasi di Jalan Ahmad Yani Kota Gorontalo. Penelitian ini dilakukan berdasarkan rencana penelitian yang ditetapkan peneliti yaitu + 3 bulan yaitu dari bulan Pebruari 2014 s/d April 2014, dengan tahapan penelitian meliputi: (1) observasi awal, (2) Pengumpulan data, (3) Analisis data, (4) Penyusunan dan penulisan skripsi. Penelitian
ini
dikategorikan
sebagai
penelitian
evaluatif
dengan
mendeskripsikan, menggambarkan dan menginterpretasi obyek sesuai dengan apa adanya yang berorientasi keefektifan training the presenter pada program pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini digunakan karena adanya pengukuran disertai analisis secara statistik deskriptif.
Melakukan evaluasi haruslah memilih model evaluasi yang tepat sesuai dengan apa yang akan dievaluasi, salah satunya adalah model 4 level evaluasi pelatihan yang dikembangkan oleh Donald L. Kirkpatrick (1988) yang sering dikenal
dengan
Evaluating Training Programs: The Four
Levels
atau
Kirkpatrick’s evaluation model. Menurut Kirkpatrick untuk dapat menganalisis keefektifan pelatihan maka tidak dapat dilakukan evaluasi terhadap hasil saja melainkan perlu melakukan evaluasi terhadap reaksi peserta yang akan menunjukkan hasil pembelajaran yang diperoleh. Kaitannya dengan model evaluasi Kirkpatrick yang akan digunakan pada penelitian ini terhadap beberapa aspek: (1) Level 1: evaluasi reaksi (Reaction Evaluation), merupakan tahap awal evaluasi, bertujuan untuk mengukur reaksi peserta pelatihan terhadap program pelatihan yang dialami. Diasumsikan bila program pelatihan direspon dengan baik, maka akan terjadi proses pembelajaran. Reaksi diukur dengan mengumpulkan data dari para peserta pelatihan dengan mengisi lembar evaluasi pada akhir pelatihan. Lembar evaluasi tersebut mengukur seberapa baik menurut mereka pelatihan telah dilaksanakan. (2) Level 2: evaluasi belajar (Learning Evaluation), pengukuran tingkat pembelajaran yang muncul sebagai hasil dari pelatihan. Pembelajaran khususnya mengenai kemahiran dalam menghadapi fakta, prosedur, teknik, dan informasi lain yang biasanya dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap dari peserta setelah mengikuti pelatihan. Setelah data diperoleh maka selanjutnya data tersebut diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data sebagai berikut. 1. Editing Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para responden. Jadi setelah kuesioner diisi oleh responden dan dikembalikan kepada peneliti, kemudian peneliti segera memeriksa satu persatu kuesioner yang dikembalikan dari nomor satu sampai nomor terakhir. 2. Coding (Pengkodean)
Tahap pengkodean meliputi kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan hasil isian kuesioner yang diserahkan kepada responden dengan menggunakan skala likert yaitu dari skala 4 sampai skala 1 sebagai berikut. Jawaban A diberi skor 4 Jawaban B diberi skor 3 Jawaban C diberi skor 3 Jawaban D diberi skor 1 3. Tabulating Tabulating (menyusun data dalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan dalam proses editing, lewat tabulasi ini data lapangan akan tampak ringkas dan tersusun dalam suatu tabel yang baik, sehingga dapat dipahami dengan mudah. 4. Skoring (Penilaian) Pada tahap skoring ini peneliti memberi nilai pada data sesuai dengan skor yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh responden. Data yang terkumpul melalui kuesioner dianalisa secara kuantitatif melalui distribusi frekuensi dengan persentase menurut Sugiyono (2008:107) dengan formulasi rumus sebagai berikut. P=
F x 100 % N
Keterangan : P
= Prosentase yang dicari
F
= Frekuensi yang dicari
N
= Jumlah seluruh peserta
100 % = Angka konstan (%)
Setelah kuesioner diolah menjadi angka, hasil kuesioner dimasukan dalam tabulasi, kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung tingkat keefektifan
training the presenter pada program pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo. Sesuai dengan model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model evaluasi Kirkpatrick, maka komponen keefektifan training the presenter pada program pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo yang dievaluasi adalah level 1: evaluasi reaksi (Reaction Evaluation) dan level 2: evaluasi belajar (Learning Evaluation) dari training the presenter pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist
pada program
Center Gorontalo dengan
pemberian skor pada masing-masing indikator yang dinilai dengan skor sebagai berikut. Skor 1: satu deskriptor yang tampak Skor 2: dua deskriptor yang tampak Skor 3: tiga deskriptor yang tampak Skor 4: empat deskriptor yang tampak Skor-skor yang diperoleh dari setiap peserta berdasarkan indikator yang dinilai kemudian dijumlah untuk dihitung nilai rata-rata yang dicapai setiap peserta. PEMBAHASAN Sama seperti program lainnya program pengembangan diri melalui Training The Presenter
yang diselenggarakan oleh PT. K-Link Indonesia Stockist Center
Gorontalo perlu dievaluasi atau dinilai keefektifannya, untuk mengetahui tingkat keefektifan dari program tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu model evaluasi yang sering dipakai adalah model 4 level evaluasi pelatihan yang dikembangkan oleh Donald L. Kirkpatrick (1988) yang sering dikenal
dengan
Evaluating Training Programs: The Four
Levels
atau
Kirkpatrick’s evaluation model. Menurut Kirkpatrick untuk dapat menganalisis keefektifan pelatihan maka tidak dapat dilakukan evaluasi terhadap hasil saja melainkan perlu melakukan evaluasi terhadap reaksi peserta yang akan menunjukkan hasil pembelajaran yang diperoleh. Hasil pembelajaran tersebut kemudian diwujudkan dalam tindakan sehingga mampu mengubah perilaku. Apabila diurutkan
secara terbalik, hasil yang baik diakibatkan oleh perilaku pekerja yang memuaskan. Perilaku yang baik tersebut diperoleh melalui materi yang diberikan selama pelatihan. Materi dapat diterima dengan baik apabila orang tersebut tertarik terhadap materi yang diberikan. Konsep Kirkpatrick tersebut dalam mengevaluasi pelatihan sangat intuitif dan dapat diaplikasikan secara luas pada program sumber daya manusia dimana program-program tersebut ditujukan untuk menciptakan perubahan dalam organisasi melalui individu-individu
di dalamnya.
Dari sisi pembelajaran orang dewasa, keefektifan suatu training dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu persepsi belajar (Perceived Learning) dan hasil belajar (Demonstrated Learning). Persepsi belajar yang dimaksudkan dalam penelitian berkaitan dengan apa yang dirasakan oleh peserta training the presenter pada program pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo, apa yang telah peserta pelajari dan bagaimana pelatihan telah dapat memenuhi harapan peserta. Untuk mengetahui persepsi peserta dilakukan dengan evaluasi pada akhir pelatihan yang dilakukan dengan mengedarkan kuesioner kepada peserta. Sedangkan evaluasi hasil belajar berkaitan dengan seberapa besar peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah diperoleh peserta setelah mengikuti training the presenter pada program pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo. Hasil belajar diperoleh dari hasil penilaian oleh trainer pada saat peserta melakukan presentasi pasca mengikuti training. Oleh karena itu, untuk keperluan penelitian ini peneliti hanya mengevaluasi pada level 1 yaitu untuk mengetahui reaksi atau persepsi peserta training
terkait pelaksanaan training the presenter pada
program pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo dan level 2 untuk mengetahui hasil belajar peserta yang dinilai dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah diperoleh peserta setelah mengikuti training the presenter pada program pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terkait dengan penarikan kesimpulan terhadap penilaian keefektifan training the presenter pada program
pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo, berikut ini akan dideskripsikan hasil penilaian tersebut berdasarkan konsep model evaluasi Kirkpatrick pada level 1 dan level 2 sebagai berikut. 1. Level 1: Evaluasi Reaksi (Reaction Evaluation) Pada level ini berisi pertanyaan apakah pelatihan dapat memenuhi harapan peserta, bagaimana pendapat peserta mengenai pelaksaanaan pelatihan,
bagaimana
penilaian peserta terhadap trainer pelatihan dan adakah kelemahan atau keterbatasan pelatihan yang mengurangi efektivitas pelatihan. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, evaluasi pada level ini dilakukan peneliti melalui kuesioner yang berisi penilaian terhadap komponen yang berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan training the presenter pada program pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo. Data yang diperoleh dilakukan analisis secara kualitatif dengan merangkum data hasil evaluasi akhir pelaksanaan pelatihan, kemudian dilakukan analisis deskriptif terhadap komponen pelatihan yang dievaluasi, yang meliputi: materi training, durasi waktu, sarana dan prasarana, media dan metode pembelajaran yang digunakan, kualitas trainer. Jika dicermati lebih lanjut, dari komponen yang dievaluasi, ada salah satu komponen yang mempunyai hasil penilaian paling rendah dibandingkan komponen yang lainnya, yaitu durasi pelatihan. Setelah dilakukan cek silang melalui evaluasi lisan pada akhir pelatihan, sebagian besar peserta berpendapat bahwa durasi pelatihan dirasakan terlalu singkat, padahal materi yag diberikan sangatlah penting, sehingga peserta mengusulkan untuk menambah durasi pelatihan. Pada evaluasi lisan yang diadakan pada akhir pelatihan, semua peserta menyatakan bahwa pelatihan ini sangat menarik, informatif dan akan berguna untuk bekal untuk menjadi presenter-presenter yang handal, terutama dalam berbicara di depan umum. Pelatihan ini membuka wawasan mereka dan merasa bahwa apa yang telah mereka lakukan pada saat berbicara di depan umum, banyak sekali yang perlu diperbaiki.
Peserta juga
berpendapat bahwa trainer telah secara konsisten dapat menerapkan apa yang diajarkan terkait dengan keberhasilan dalam melakukan presentasi. Keunggulan dari program pengembangan diri yang dilakukan oleh PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo melalui training the presenter adalah peserta setelah mengikuti kegiatan ini kemampuannya melakukan presentasi dalam hal penampilan, kepercayaan diri, bahasa tubuh, kontak mata, teknik verbal, penyajian materi, penguasaan materi, menjalin interaksi dengan audien, dan penggunaan bahasa, meningkat secara signifikan rata-rata 78,44% peserta memperoleh nilai 75-89 atau kategori baik. Kelemahan dari program ini adalah durasi waktu pelatihan yang dirasakan oleh peserta terlalu singkat, tidak sebanding dengan materi yang diberikan. Sehingga usaha yang perlu dilakukan adalah dengan menambah durasi waktu pelaksanaan training, karena materi yang diberikan sangatlah penting dalam membekalinya menjadi presenter-presenter yang handal dan memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara di depan umum. Meskipun demikian program ini telah memenuhi kriteria keefektifan dalam mengembangkan diri peserta karena telah mampu memperbaiki kekurangan yang dimiliki peserta dalam melakukan presentasi atau berbicara di depan umum dari tidak tahu menjadi tahu, dan kurang terampil menjadi terampil, serta dari kurang percaya diri menjadi percaya diri dan memperoleh keyakinan diri dalam melakukan presentasi atau berbicara di depan umum. Sehingga eksistensi program ini ke depan diharapkan dapat terus berlanjut karena program ini sangat informatif dan berguna untuk bekal untuk menjadi presenter-presenter yang handal, terutama dalam berbicara di depan umum. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis, maka dapat disimpulkan bahwa keefektifan training the presenter pada program pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo adalah tergolong efektif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh dapat disimpulkan sebagai berikut. 1.
Penilaian atas reaksi peserta terhadap pelaksanaan training the presenter pada program pengembangan diri yang diselenggarakan di PT. K-Link Indonesia
Stockist Center Gorontalo dikatakan efektif dengan rata-rata skor perolehan 88,19, yang terlihat dari hasil penilaian peserta pada komponen-komponen yang dinilai yaitu materi, kualitas trainer, fasilitas pendukung, media yang digunakan, manfaat training, sebagian besar memberikan penilaian pada kategori baik. Meskipun pada komponen durasi waktu pelaksanaan training tersebut dirasakan terlalu singkat. 2.
Penilaian atas hasil belajar peserta training the presenter pada program pengembangan diri yang dilakukan oleh PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo pada aspek penampilan, kepercayaan diri, bahasa tubuh, kontak mata, teknik verbal, penyajian materi, penguasaan materi, menjalin interaksi dengan audien, dan penggunaan bahasa dikatakan efektif karena rata-rata peserta yang memperoleh nilai 75-89 atau kategori baik sebesar 78,44%.
SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti dapat memberikan beberapa saran untuk peningkatan keefektifan training the presenter pada program pengembangan diri di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo yaitu sebagai berikut. 1.
Meskipun
kualitas
pengembangan diri
pelaksanaan
training
the
presenter
pada
program
di PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo sudah
tergolong baik, namun disarankan untuk menambah durasi waktu pelatihan. 72 terlalu singkat, padahal materi yag Durasi pelatihan dirasakan oleh peserta diberikan sangatlah penting, menarik, informatif dalam membekali peserta menjadi presenter-presenter yang handal dan memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara di depan umum. 2.
PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo disarankan lebih banyak memasukkan unsur pelatihan yang menekankan pada pembentukan perilaku. Untuk mengetahui keefektifan training the presenter pasca training PT. K-Link Indonesia Stockist Center Gorontalo perlu melakukan penilaian performansi secara berkala untuk setiap peserta sebagai umpan balik keberhasilan dan perbaikan program.
DAFTAR RUJUKAN
Andrias, Harefa. 2007. Menapaki Jalan DS-MLM. Yogyakarta: Gradien Books. Arikunto, Suharsimi & Cepi Safrudin Abdul Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoritis bagi Praktisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Asmah, Siti. 2005. Metode & Teknik Pembelajaran Orang Dewasa. Malang: Elang Mas. David, Zulkarnaen. 2009. Pengembangan Diri. (http://iyah2008.wordpress.com/ 2009/03/18/pengembangan-diri/). Diakses: 4 Pebruari 2014. Djoko, Komara. 2010. Foundation Pack (Paket Membangun Pondasi Jaringan Usaha Yang Kokoh). Jakarta: PT. K-System Indonesia. Gary, Dessler. 2006. Manajemen Sumber Daya Alam Manusia. Jakarta: Indeks. Hamalik, Oemar. 2005. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta: Bumi Aksara. Handoko, T. Hani. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yokyakarta: BPFE. Hendri, Rikianto. 2013. Passion for Freedom (Sebuah Inspirasi yang Akan Mengantar Anda Pada Kebebasan Finansial). Jakarta: Lumbung Kencana Makmur. Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Irwan, Sapari. 2007. The Secret Book of MLM. Surabaya: MIC Publishing. Jabbar, Ibrahim. 2009. MLM Bikin Saya Kaya Raya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Komara, Djoko. 2007. Buku Kerja Foundation Pack (Paket Membangun Jaringan Usaha yang Kokoh). Jakarta: PT. K-System Indonesia. Mahmudi, 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPPAMP YKPN. Mangkunegara, Anwar, Prabu. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama. Manulang, Marihot AMH. 2006. Manajemen Personalia. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nuralawiyah, Huda. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Luar Sekolah. (http:// hudanuralawiyah.wordpress.com/2012/01/02/makalah-dasar-dasar74 pendidikan-luar-sekolah/). Diakses: 4 Pebruari 2014. Ozie, Zhaxi. 2013. Pengembangan Kepribadian. (http://zhaxiojie20.wordpress. com/2013/04/11/peran-manfaat-dan-tujuan-pengembangan-kepribadian/). Diakses: 4 Pebruari 2014. Pramudyo, Chrisogonus. D. 2007. Cara Pinter Jadi Trainer. Jakarta: Percetakan Galang Press. Rae, Laslie. 2005. Using Presentations in Training and Development (Menggunakan Teknik Presentasi dalam Pelatihan dan Pengembangan). Jakarta: Gramedia.
Robert, T. Kiyosaki. 2009. Business School for People Who Like Helping People (Delapan Nilai Tersembunyi dari Bisnis Pemasaran Jaringan Selain Memperoleh Uang). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Nimas Multima. Sedarmayanti. 2009. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Jakarta: Mandar Maju. Sihotang, A. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pranadya Paramita. Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press. Summer, Watson. 2008. Agar Hidup Selalu Beruntung. Bandung: Jabal. Supriyanto. 2003. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya: Universitas Airlangga. William, N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Wirawan, MSL. 2011. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi (Contoh Aplikasi Evaluasi Program: Pengembangan Sumber daya manusia, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, Kurikulum, Perpustakaan, dan Buku Teks). Jakarta: Raja Grafindo Persada.