Skripsi yang Berjudul: Pengaruh Pengajaran Remedial terhadap Ketuntasan Belajar Siswa pada Materi Kubus dan Balok Kelas IV SDN 3 Telaga Kabupaten Gorontalo LEMBAR PENGESAHAN JURNAL
Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Pendidikan
Oleh Ilyas Irawan Aday
Pembimbing I
Dr. Hj. Asni Ilham, S.Pd,M.Si NIP. 195904071987032001
Pembimbing II
Dra. Hj Salma Halidu, S.Pd,M.Pd NIP. 196003081087032002
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
Dr. Hj. Rusmin Husain, S.Pd., M.Pd NIP. 196004141987032001
PENGARUH PENGAJARAN REMEDIAL TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS IV SDN 3 TELAGA KABUPATEN GORONTALO )
ILYAS IRAWAN ADAY1
, ASNI ILHAM2), SALMA HALIDU3)
ILYAS IRAWAN ADAY JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Dr. Hj. ASNI ILHAM, S.Pd,M.Si Dra. Hj. SALMA HALIDU, S.Pd,M.Pd
ABSTRAK Ilyas Irawan Aday, NIM. 151 411 133. “Pengaruh Pengajaran Remedial terhadap Ketuntasan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SDN 03 Telaga Kabupaten Gorontalo”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Asni Ilham, S.Pd,M.Si dan Pembimbing II Dra. Hj. Salma Halidu, S.Pd,M.Pd. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Terdapat Pengaruh Pengajaran Remedial terhadap Ketuntasan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Materi Bangun Ruang Kubus dan Balok Kelas IV SDN 3 Telaga Kabupaten Gorontalo. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Variabel dalam penelitian ini terbagi atas dua yakni variabel X adalah pengajaran remedial dan variabel Y adalah ketuntasan belajar, desain penelitian One Group. Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan uji t-independent. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah siswa sebanyak 43 yang terdiri dari jumlah siswa kelas IV A sebanyak 21 orang dan kelas IV B sebanyak 22 Orang. sample dalam penelitian ini adalah jumlah siswa sebanyak 21 orang. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pengajaran remedial dapat memberikan pengaruh positif terhadap ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang kubus dan balok. Hal ini dapat di lihat pada data penelitian tentang pengajaran remedial diperoleh skor rata-rata nilai siswa kelas IV adalah 77,78 melalui evaluasi kedua sedangkan skor rata-rata nilai siswa sebelum pengajaran remedial adalah 63,27 diperoleh melalui evaluasi awal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengajaran remedial dapat memberikan pengaruh positif terhadap ketuntasan belajar siswa. Kata Kunci : Pengajaran Remedial, Ketuntasan Belajar
I. PENDAHULUAN
Dalam pelaksanaan obervasi di SDN 3 Telaga Kabupaten Gorontalo peneliti menjumpai seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran matematika materi bangun ruang kubus dan balok di Kelas 4 yang siswanya berjumlah 21 orang. Dari cara guru mengajar kelihatanya memang sudah baik. Namun pada saat mengajar guru cenderung lebih memperhatikan materi yang dijelaskan tanpa mengetahui permasalahanpermasalahan yang dialami oleh siswa. Saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung terlihat pula ada beberapa orang siswa yang sering keluar masuk kelas. karena mereka merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut kurang menimbulkan minat belajar, bahkan diantaranya ada yang hanya bercerita didalam kelas. Saat selesai memberikan penjelasan materi kepada siswa guru memberikan evaluasi . Dengan mengacu pada nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) matematika adalah 65, dari hasil evaluasi ditemukan masih ada 14 orang siswa yang masih belum mencapai ketuntasan. Masalah tersebut apabila tidak diatasi dihawatirkan akan berdampak kepada siswa itu sendiri. Karena jika hasil belajar siswa tidak dapat mencapai KKM maka siswa tersebut dinyatakan tidak tuntas pada mata pelajaran itu. Bahkan lebih parahnya lagi siswa tidak akan naik tingkat (kelas). disamping itu pula materi bangun ruang kubus dan balok merupakan materi yang akan tetap akan di pelajari di kelas di kelas V, VI bahkan sampai ke tingkat sekolah lanjutan. Belum lagi guru sangat jarang meluangkan waktu untuk melakukan remedial hal ini sesuai dengan yang di jelaskan oleh Ibu Ratna Pakaya selaku wali kelas IVA dalam kegiatan wawancara dengan peneliti ia menerangkan bahwa kurangnya guru mengadakan remedial diakibatkan oleh banyaknya tugas tambahan dari sekolah selain tugas utama mengajar. Kadang guru tinggal memberikan tugas kepada siswa
yang tidak tuntas untuk mengerjakan tugas rumah atau PR. Ketuntasan belajar matematika terkait dengan penguasaan materi matematika oleh siswa. Materi-materi pembelajaran matematika pada umumnya tersusun secara hirarkis, materi yang satu merupakan prasyarat untuk materi berikutnya. Akibatnya, apabila seorang siswa tidak menguasai prasyarat yang diperlukan, siswa tersebut dimungkinkan tidak dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik. Menurut Gagne (dalam Hidayat,2004:24) penguasaan suatu pengetahuan atau suatu kemampuan pada umumnya membutuhkan penguasaan terhadap pengetahuan atau kemampuan prasyarat. Siswa yang tidak menguasai materi prasyarat dengan baik dan tidak mendapat perhatian pada proses. pembelajaran, siswa tersebut tidak dapat mencapai ketuntasan belajar. Oleh karena itu model pembelajaran yang diterapkan guru, hendaknya dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan penguasan materi prasyarat rendah, sedang, dan tinggi untuk mencapai ketuntasan belajar.
Pada dasarnya setiap guru menyadari bahwa dalam proses belajar mengajar selalu ada siswanya yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa tidak mampu mencapai ketuntasan belajar. Kesadaran tersebut belum sepenuhnya ditindaklanjuti oleh guru untuk mengupayakan solusinya. Olehnya melalui realita ini peneliti mengambil satu alternatif yang dapat mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pengajaran remedial. Pengajaran remedial adalah salah satu bentuk pengajaran yang bertujuan untuk membetulkan suatu proses belajar mengajar (KBM) menjadi baik. Menurut Arikunto, (1986) Remedial adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa-siswa yang belum menguasai bahan pelajaran yang ada diberikan oleh guru, dengan maksud mempertinggi tingkat penguasaan terhadap bahan pelajaran tersebut. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika
Ketuntasan
Belajar
A. Belajar dan Mengajar Matematika Menurut Bruner (dalam Hidayat,2004:8) belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Sedang menurut Gagne (dalam Dahar, 1989:11) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Menurut Gagne (dalam Hidayat,2004:18) fase-fase kegiatan belajar terdiri atas empat fase yang terjadi secara berurutan, yaitu: 1. Fase aprehensi (apprehention phase) Pada fase ini siswa menyadari adanya stimulus yang berkaitan dengan kegiatan belajar yang akan ia lakukan. 2. Fase akuisisi (acquisiton phase) Pada fase ini siswa melakukan akuisisi (pemerolehan, penyerapan, atau internalisasi) terhadap berbagai fakta, ketrampilan, konsep atau prinsip yang menjadi sasaran dalam kegiatan belajar tersebut. 3. Fase penyimpanan (storage phase) Pada fase ini siswa menyimpan hasil belajar yang ia peroleh dalam ingatan jangka pendek (short term memory) atau ingatan jangka panjang (long term memory). 4. Fase pemanggilan (retrieval phase) Pada fase ini siswa berusaha memanggil kembali hasil-hasil kegiatan belajar yang telah ia peroleh dan disimpan dalam ingatan, baik yang menyangkut fakta, ketrampilan, konsep maupun prinsip.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan Belajar Matematika Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar matematika meliputi faktor yang berasal dari dalam siswa dan faktor yang berasal dari luar siswa. Menurut Tim Pengembangan MKDK (1989) faktor-faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar adalah: 1. Faktor dari dalam siswa, meliputi: a. Kondisi fisiologis b. Kondisi psikologis, meliputi:1) Kecerdasan, 2) bakat, 3) minat, 4) motivasi, 5) emosi, dan 6) kemampuan kognitif. . Faktor dari luar siswa, meliputi: a. Faktor lingkungan, meliputi: 1) lingkungan alami dan 2) lingkungan sosial.
b. Faktor instrumental, meliputi: 1) kurikulum, 2) program, 3) sarana prasarana, dan 4) guru atau tenaga pengajar. Pembelajaran Remedial Matematika A. Pengertian Pembelajaran Remedial Pembelajaran menurut Corey, adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.Remedial berasal dari kata remedy (Bahasa Inggris) yang berarti obat, memperbaiki, atau menolong. Pembelajaran remedial merupakan suatu bentuk pembelajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan, atau membetulkan pembelajaran dan membuatnya lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik yang lamban maupun kesulitan dalam belajar untuk memperbaiki kekurangannya sehingga mereka berada kembali setingkat dengan teman lainnya. B. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Remedial Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, fungsi pembelajaran remedial diantaranya: fungsi korektif, fungsi pemahaman, fungsi pengayaan, fungsi penyesuaian, fungsi akselerasi, dan fungsi terapeutik. 1) Fungsi korektif 2) Fungsi pemahaman 3) Fungsi pengayaan 4) Fungsi penyesuaian 5) Fungsi akselerasi 6) Fungsi terapeutik C. Prosedur Pembelajaran Remedial Secara garis besar prosedur pembelajaran remedial dikelompokkan menjadi 4 tahap yaitu : 1) Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatankegiatan berikutnya dan menemukan kesulitan yang dihadapi (diagnosis). Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik yang meliputi : letak kesalahan menyelesaikan masalah, kesulitan
yang dihadapi, dan faktorfaktor penyebab timbulnya kesulitan tersebut. 2) Menentukan tindakan yang harus dilakukan (prognosis). Merupakan langkah untuk memperkirakan bantuan apa yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik mengatasi kesulitannya. 3) Treatment (pelaksanaan bantuan). Berdasarkan skala prioritas yang diberikan pada langkah prognosis, guru mencoba untuk memberikan bantuan dengan teknik atau cara bantuan yang paling efisien dan efektif. Bantuan yang efektif dan efisien adalah bantuan yang diperkirakan memberikan hasil paling tinggi, dengan waktu, biaya, dan peralatan yang paling hemat. 4) Melakukan evaluasi kembali sudah sejauh mana pengajaran remedial tersebut telah dapat meningkatkan prestasi mereka. Tujuan yang paling utama dari evaluasi ini adalah dipenuhinya criteria tingkat keberhasilan minimal yang diharapkan, misalnya 75 % atau 80 % (tergantung dari kebijakan dari masing-masing sekolah). Bila terenyata masih belum berhasil, hendaknya dilakukan kembali diagnosis, prognosis, dan pengajaran remedial berikutnya. Siklus yang sama akan terus berlanjut hingga kriteria minimal kelulusan telah terpenuhi. D. Metode dalam Pembelajaran Remedial Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain: 1) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.
2) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan. 3) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan. 4) Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab. 2.1.3 Kajian yang Relevan Penelitian mengenai pengajaran remedial sebelumnya sudah diteliti oleh Dwi Endaryati (2006) dengan judul “Pembelajaran Model Pelaksanaan Program Remedial Terhadap Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA SD Negeri Tegalrejo 04 Kecamatan Argomulyo Salatiga. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa program pembelajaran remedial memberi perlakuan terhadap ketuntasan hasil belajar siswa sebagai upaya perbaikan terhadap materi atau tes yang sudah diberikan sebelumnya, Keberhasilan ini terutama ditunjang oleh kekuatan pengajaran remedial dalam membantu siswa menyerap aspek pengetahuan yang diulas kembali namun lebih diarahkan pada titik yang menjadi masalah siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menguji cobakan pengaruh pengajaran remedial dalam mengatasi masalah belajar siswa di kelas 4 SDN 3 Telaga Kabupaten Gorontalo.
2.1.4 Kerangka Berpikir Berdasarkan Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa ketuntasan siswa dalam belajar masih kurang. Hal ini terjadi karena siswa tidak menyukai dan tidak tertarik dalam proses belajar mengajar yang kurang memperhatikan kesulitan belajar mereka. Siswa beranggapan bahwa proses pembelajaran yang di dominasi oleh metode ceramah hanya menimbulkan perasaan jenuh. Belum lagi jika guru tidak memberikan umpan balik kepada siswa saat proses pengajaran berlangsung. Serta diakhir pembelajaran guru langsung memberikan tugas yang harus dikerjakan tanpa memperhatikan betul tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah diajarkan. Banyak hal yang menjadi penyebab kurangnya minat belajar siswa salah satu diantaranya adalah proses pembelajaran yang tidak melibatkan siswa secara aktif sementara guru lebih dominan yang biasa disebut dengan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).
1.2 Populasi dan Sampel Penelitian 1.2.1
Populasi
Jauhari (2010 : 41) populasi adalah jumlah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2012 : 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pendapat di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN 3 Telaga pada tahun ajaran 2014-2015 Distribusi jumlah siswa pada setiap kelas disajikan seperti pada tabel 6 berikut. Tabel 3.2 Distribusi Jumlah Siswa Kelas IV SDN 3 Telaga Kabupaten Gorontalo Jumlah Pria
Wanita
Jumlah Total
IV A
10
11
21
IV B
10
12
22
Kelas
1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1.1
Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 3 Telaga. Lokasi sekolah ini terletak di Kabupaten Gorontalo, tepatnya di Desa Mongolato. 1.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 10 minggu dengan rincian kegiatan seperti disajikan pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1. Waktu Yang Diperlukan Dalam Penelitian Waktu Yang No Jenis Kegiatan Diperlukan 1
Penyusunan instrumen
2 minggu
2
Perbaikan instrumen
2 minggu
3
Pengambilan data
3 minggu
4
Pengolahan data
2 minggu
5
Penyusunan hasil 1 minggu penelitian
(Sumber : Data Siswa SDN 3 Telaga Kabupaten Gorontalo) 3.2.2 Sampel Penelitian Menurut Jauhari (2010 : 41), sampel adalah bagian dari populasi atau disebut wakil populasi. Menurut Usman (2011 : 181), sampel adalah bagian dari anggota dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan menggunakan teknik cluster random sampling sehingga diperoleh 1 kelas yaitu kelas IVA yang diberikan perlakuan. Peneliti memilih menggunakan teknik cluster random sampling dengan asumsi bahwa populasi dianggap homogen karena dilihat dari guru, bahan ajar, kurikulum dan waktu yang digunakan dalam pembelajaran semuanya sama serta dilihat dari segi kemampuan siswa dianggap sama karena tidak ada kelas unggulan maupun kelas khusus. 1.3 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode true eksperiment
dengan rancangan Posttest Only Control Group Design. Desain penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Desain Penelitian Sumber : Sugiyono, 2012 : 112 Keterangan : E : Kelas IVA X : Pengajaran Remedial O1 : Evaluasi Pertama O2 : Evaluasi Kedua Dengan desain di atas, maka dalam penelitian ini terdapat kelas yang diberi perlakuan berupa pengajaran remedial yakni kelas IVA Implementasi dari pengajaran di atas diawali dengan pemberian materi pada kelas eksperimen setelah selesai pemberian materi diberikan evaluasi pertama. Dari hasil evaluasi ditemukan masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka diberikan perlakuan berupa pengajaran remedial. Setelah diberikan pengajaran remedial dilakukan evaluasi kedua, kegiatan akhir dari penelitian adalah mengukur perbedaan tingkat hasil belajar siswa. Aspek pembelajaran dikelas dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut. Tabel 3.4 Aspek pembelajaran pada kelas eksperimen. Kelas Aspek Eksperimen Waktu 2 jam pelajaran Pertemuan 2 x pertemuan Pengajaran Pengajaran Remedial Tanya jawab, diskusi dan Metode pembelajaran eksperimen 1.4 Variabel Penelitian Arikunto (2010 : 161) variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2012 : 60) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam eksperimen terdapat dua variabel yang perlu diperhatikan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel dalam penelitian ini adalah :
1.4.1 Variabel Bebas (X) Sugiyono (2012 : 61) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menj E O1 X O2 adi peny ebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengajaran remedial. Dalam hal ini kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menerapkan pengajaran remedial. Yakni dengan indikatornya adalah hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes atau evaluasi pada matapelajaran matematika. 1.4.2 Variabel Terikat (Y) Sugiyono (2012 : 61) variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketuntasan belajar. 1.5 Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan tujuan dan data yang diperlukan dalam penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan wawancara. Tes dan wawancara digunakan untuk mengukur hasil ketuntasan belajar. 3.5.1 Tes Tes yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh infomasi hasil belajar mengacu pada tes yang digunakan oleh guru dalam memberikan evaluasi belajar. Rancangan tes dibuat berdasarkan indikator capaian dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan karakteristik siswa. 3.5.2 Wawancara Menurut Wirartha (2006:36) wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden). Wawancara dalam penelitian ini mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penerapan pengajaran remedial. Wawancara yang dilakukan menggunakan wawancara tidak tersetruktur karena hanya ingin mendapatkan informasi tambahan atau garis besar permasalahan dari responden yang telah mengisi kuisioner. Seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono (2012:140) wawancara tidak berstruktur adalah wawancara bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. 3.5.3 Observasi 3.6 Teknik Analisis Uji Coba Tes 3.6.1 Pengujian Validitas Instrumen Tes Menurut Widoyoko (2009 : 128), bahwa Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Data yang valid dihasilkan dari instrumen yang valid. Validasi isi, bahasa dan redaksi kalimat dilakukan oleh validator yaitu dosen ahli. Pada validitas item tes diukur dengan mengkorelasikan skor tiap item dengan jumlah skor total dengan menggunakan rumus korelasi produck moment sebagai berikut.
rxy
N XY ( X )( Y )
N X
2
( X ) 2
N Y
2
( Y ) 2
3.6.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen Tes Menurut Widoyoko (2009 : 144), reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang tetap atau ajek (konsisten) apabila diteskan berkali-kali. Pengujian reliabilitas tes ini digunakan rumus alpha Cronbach sebagai berikut.
2 k b r11 1 t2 k 1
2
X
2
X
2
N
N
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal b2 = jumlah varians butir (Arikunto : 171-172) t22010 = varians total
Keterangan : rxy = koefisien korelasi variabel X dan Y X = skor dari tes pertama (instrumen A) Y = skor total keseluruhan item XY = hasil kali skor X dengan Y untuk setiap responden X2 = kuadrat skor instrumen A Y2 = kuadrat skor total keseluruhan item N = Banyaknya responden Dalam penelitian ini item tes dikatakan valid jika koefisien korelasi variabel X dan Y yaitu rxy dan item tes dinyatakan tidak valid apabila koefisien korelasi variabel X dan Y yaitu rxy , dengan db = n dan taraf kepercayaan 95%. Arikunto (2010 : 375376) Berdasarkan hasil uji coba instrumen terhadap 25 soal tes hasil belajar menggunakan rumus korelasi produck moment, diperoleh soal yang valid sebanyak 21 soal. (Perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 1).
X = skor total Setelah diperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan angka tersebut dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut. Tabel 3.5. Interpretasi Nilai r Dari hasil perhitungan pada lampiran 1 diperoleh nilai reliabilitas tes hasil belajar adalah 0.887 dengan tingkat reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tes hasil belajar reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data pada Nilai r
Keterangan
0,00-0,199
Sangat Rendah
0,20-0,399
Rendah
0,40-0,599
Cukup
0,60-0,799
Tinggi
0,80-1,000
Sangat Tinggi
penelitian ini.
3.7 Teknis Analisis Data 3.7.1 Pengujian Normalitas Data Kenormalan data merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam analisis statistik. Pengujian normalitas data ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan software statistik yaitu SPSS berdasarkan pada statistik uji Lilifor. Hipotesis yang diuji adalah : H0 = data tes ketuntasan belajar siswa untuk kelas eksperimen berdistribusi normal H1 = data tes ketuntasan belajar siswa untuk kelas eksperimen tidak berdistribusi normal Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika , dalam keadaan lain tolak Ho pada taraf signifikansi = 5%. 3.7.2 Pengujian Hipotesis Sugiyono (2012:147) menyebutkan bahwa teknik analisis data pada penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Hipotesis yang diuji adalah : H0: Tidak ada pengaruh pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa H1: Ada pengaruh pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa Dengan kriteria pengujiannya adalah Terima jika thitung < ttabel dimana ttabel didapat dari daftar distribusi t dengan dk = n1 + n2 – 2 dengan dalam keadaan lain Ho ditolak Dalam penelitian ini analisis data akan menggunakan teknik eksperimen kuantitatif diuji dengan menggunakan statistik uji t. Rumus statistiknya adalah sebagai berikut:
t
d SD _ d / n
Keterangan: d = Rata-rata deviasi (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah) SD_d = Standar deviasi dari d (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah) n = banyaknya sampel
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Hasil penelitian yang didapatkan adalah berupa nilai hasil belajar siswa yang diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar yang
terdiri dari 21 butir soal. Sebelum dan setelah diberikan perlakuan, maka pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Kelas IVA Data Nilai Siswa Sebelum dan Sesudah Pengajaran Remedial Nilai Siswa No Resp Sebelum Sesudah 1 19 76 2 43 76 3 81 81 4 38 81 5 81 81 6 71 71 7 86 86 8 52 86 9 81 81 10 67 67 11 57 76 12 81 81 13 86 86 14 52 76 15 67 67 16 67 67 17 52 86 18 43 67 19 76 76 20 67 67 21 62 100 Jumlah 1329 1633 Rata-rata 63,27 77,78 Dari diagram diatas dapat dijelaskan bahwa tampak perbedaan rata-rata ketuntasan nilai siswa sebelum dan sesudah pengajaran remedial pada mata pelajaran matematika yang diperoleh melaui evaluasi. Sebelum pengajaran remedial rata-rata nilai siswa diperoleh 63,27. Nilai tersebut apabila distandarisasikan ke dalam KKM matematika yakni 65 maka sangatlah jelas nilai tersebut belum mencapai KKM. Namun setelah dilakukan pengajaran remedial rata-rata nilai siswa yang diperoleh menjadi 77,78 atau ratarata nilai tersebut berada di atas KKM maka dapat dikatakan bahwa rata-rata nilai siswa tuntas setelah dilakukan pengajaran remedial.
4.1.2
Data Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Oleh Guru Dari hasil observasi keterlaksanaan pengajaran remedial pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4. 2 Persentase Keterlaksanaan Pengajaran Remedial Pertemuan
Kelas IVA (%)
1
100
Persentase keterlaksanaan pengajaran remedial dinilai berdasarkan jumlah aspek yang ada pada format pengamatan keterampilan mengajar guru. Baik sebelum maupun sesudah pengajaran remedial. 4.1.3 Data Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Sebelum dan Sesudah Pengajaran Remedial Tabel 4.3 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Sebelum Remedial dan Saat Pembelajaran Remedial Aktivitas Siswa pada Kelas IVA Pembelalajaran (%) Sebelum Remedial
53.85
Saat Remedial
92.3
4.1.4 Data Statistik 4.1.4.1 Pengujian Normalitas Data Pengujian normalitas data ini adalah syarat yang harus dipenuhi pada analisis statistik. Pengujian normalitas data ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian terdistribusi normal atau tidak. Output pengujian normalitas data kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 2 Berdasarkan output pengujian SPSS versi 16.0 pada tabel kolmogrov-smirnov diperoleh niali Lhitung = 0,154< Ltabel = 0,187dan nilai signifikansi 0,200 > nilai taraf signifikansi = 0,05 maka hipotesis H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya data berdistribusi normal. 4.1.4.2 Pengujian Hipotesis Langkah-langkah pengujian hipotesis penelitian: 1. Hipotesis H0 dan H1 dalam kalimat: H0: Tidak terdapat pengaruh pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran
matematika kelas IV SDN 03 Telaga Kabupaten Gorontalo H1: Terdapat pengaruh pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN 03 Telaga Kabupaten Gorontalo Hipotesis statistik: H0: H1: 2. Menentukan criteria pengujian. Terima jika thitung< ttabel atau nilai sig. > α = 0,05, dalam keadaan lain Ho ditolak Berdasarkan output pengujian SPSS versi 16.0 pada tabel paired samples test menunjukkan nilai thitung = 3,570> ttabel = 1,725 atau dapat juga dilihat pada nilai sig.=0,002<α=0,05 maka berdasarkan kriteria pengujian hipotesis Ho ditolak dan H1diterima yang artinya terdapat pengaruh pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN 03 Telaga Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil pengujian normalitas data didapatkan bahwa data terdistribusi normal dan homogen sehingga untuk pengujian hipotesis digunakan uji t dependent. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN 3 Telaga Kabupaten Gorontalo? Output pengujian hipotesis dapat dilihat pada lampiran 2 4.2 Pembahasan Pada saat pengajaran sebelum remedial guru menggunakan media gambar untuk menjelaskan materi sifat-sifat balok dan kubus. Dengan mengacu pada langkahlangkah pembelajaran yang ada pada RPP guru melaksanakan program pembelajaran secara klasikal. Selama mengajar guru dihadapkan dengan berbagai kondisi dan situasi dari diri siswa. Penggunaan media gambar terasa sangat abstrak oleh beberapa orang siswa, sehingganya ada beberapa orang diantara mereka yang mengalami kebingungan dengan materi yang dijelaskan oleh guru. Terutama dalam membedakan bentuk rusuk dan sisi pada balok ataupun kubus. Namun guru kurang menyadari hal tersebut. Disamping itu penggunaan kalimat yang diucapkan oleh guru masih terdapat beberapa
kata didalamnya yang kurang familiar terhadap siswa. Sehingganya siswa pun kesulitan mencerna maksud dari kalimat tersebut. Diakhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi sifat-sifat balok dan kubus. Evaluasi menggunakan tes objektif yang jawabannya terdiri dari A, B, C dan D dengan jumlah soal 21 butir. Setelah diperiksa hasil pekerjaan siswa didapati ada 9 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan. Sehingganya guru mengambil alternative untuk membantu siswa yang belum mencapai ketuntasan dengan memberikan pengajaran remedial. Pemberian pengajaran remedial terhadap siswa yang belum tuntas dimaksudkan agar siswa tersebut dapat menguasai materi tertentu atau nilainya bisa mencapai KKM. Langkah yang harus dilakukan adalah siswa tersebut perlu diberi pengajaran lagi dengan materi yang sama yang tujuannya untuk membantu siswa dalam memahami materi-materi yang belum ia kuasai. Pada pengajaran remedial ini guru menggunakan alat peraga kubus dan balok. Serta pada bagian-bagian RPP yang tidak Nampak pada pembelajaran sebelumnya mulai ditampilkan pada pengajaran remedial. Disamping itu guru banyak melakukan interaksi dengan siswa mengenai materi yang dijelaskan dengan maksud untuk mengamati secara langsung apakah materi yang dijelaskan sudah dapat diterima oleh siswa atau belum. Pada akhir pembelajaran guru melakukan evaluasi yang kedua. Dari hasil evaluasi nilai siswa mengalami peningkatan dari pada nilai sebelum remedial. Sehingga dapat diperjelas kembali bahwa terdapat perbedaan kualitas tingkat prosentase guru dalam melaksanakan proses pembelajaran baik sebelum remedial dan pada saat pengajaran remedial. Pada saat pengajaran remedial guru lebih didominasi dengan kegiatan interaksi Tanya jawab dengan siswa dengan menggunakan kalimat yang familiar bagi siswa. Sehingga proses komunikatif dan interaktif antara siswa dan guru berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Perbedaan prosentase keterlaksanaan pembelajaran oleh guru baik sebelum remedial dan saat remedial serta keaktifan siswa pada saat pembelajaran sebelum remedial dan saat pengajaran remedial dapat diamati pada Lampiran gambar 4.2 dan 4.3 berikut.
Gambar
4.2
Prosentase Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru Sebelum dan Sesudah Remedial Berdasarkan Hasil dari Lembar Pengamatan.
Gambar 4.3 Persentase Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Sebelum dan Sesudah Pengajaran Remedial.
Berdasarkan output pengujian SPSS versi 16.0 pada tabel paired samples test menunjukkan nilai thitung = 3,570> ttabel = 1,725 atau dapat juga dilihat pada nilai sig.=0,002<α=0,05 maka berdasarkan kriteria pengujian hipotesis Ho ditolak dan H1diterima yang artinya terdapat pengaruh pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN 03 Telaga Kabupaten Gorontalo.
Dalam pembelajaran remedial hal-hal yang perlu diperhatikan guru adalah perencanaan yang tepat dalam mengambil langkah/membantu siswa untuk mencapai ketuntasan pada materi tertentu. Pembelajaran
remedial biasanya berisi tentang penyajian materi yang sama dengan materi sebelumnya atau materi yang belum di dikuasai oleh siswa yang dilihat dari hasil nilai siswa yang diperoleh melaui tes. Hal ini tentu perlu di tindaklanjuti dengan mengadakan program pengajaran remedial dengan cara yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah mendiagnosis letak permasalahan yang dialami oleh siswa pada materi dalam sub pokok bahasan tertentu. Teknik pengajaran yang harus di gunakan pun tentu harus berbeda dengan teknik pengajaran sebelumnya dalam arti harus lebih efektif dan praktis. Serta yang lebih penting dapat membantu dan dapat meningkatkan minat, motivasi belajar siswa. Penggunaan media harus bervariasi artinya media yang digunakan dalam pengajaran tentu harus terlihat menarik dan praktis untuk digunakan. Penguasaan kelas, hubungan komunikatif antara guru dan siswa serta pemberian penguatan dalam pembelajaran pula perlu ditingkatkan sehingga dengan demikian guru dapat mengukur melalui pengamatan langsung kondisi belajar siswa. 5.1
Kesimpulan
Pengajaran remedial diadakan oleh guru terhadap siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, hal ini dengan maksud membantu siswa dalam mencapai ketuntasan belajar pada materi-materi tententu. Tingkat keberhasilan belajar siswa pada pengajaran remedial dapat di lihat pada hasil ujian remedial siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa pada materi kubus dan balok kelas IV SDN 3 Telaga Kabupaten Gorontalo Dalam hal ini rata-rata Ketuntasan Belajar siswa setelah pengajaran remedial lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa sebelum remedial. 1. Allyn
REFERENSI
and Bacon. Lovitt, T.C.. 1988. Introduduction to Learning Dissabilities. Boston: Allyn and Bacon. Arikunto, Suharsini. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2002 Hidayat, Mohammad Asikin.2004. Teori Pembelajaran Matematika. Semarang: PPs UNNES. Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud. Jauhari, Heri. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori Dan Aplikasi. Bandung: Pustaka Setia Ischak S.W, Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar, Liberty, Jogjakarta. Kirk, Samuel K.. 1985. Educating Exeptional Children. Boston: Houghton Miffin Company Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2005 Rindiai, Desma Eka dkk. 2013. Statistik Parametrik. Statistika pendidikan.com Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : Alfabeta Suhaisimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, CV Rajawali, Jakarta, 1986 Usman, Usaini. 2011. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar