MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS III SDN 14 PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Pendidikan
Oleh
Hastuti Datau NIM. 151 410 379
Pembimbing I
Dra. Martianty Nalole, M.Pd NIP. 19590305 198303 2 002
Pembimbing II
Dra. Samsiar RivaI, S.Pd, M.pd NIP. 19590218 198603 2 001
MENGETAHUI Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si NIP.19580712 198403 2 001
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS III SDN 14 PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO Hastuti Datau ¹, Martianty Nalole͜ ², Samsiar RivaI ³ ¹Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo email :
[email protected] ²Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo email :
[email protected] ³Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo email :
[email protected]
Abstrak Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan menghitung keliling bangun datar pada Siswa Kelas III SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Sehingga perlu ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung keliling bangun datar melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) pada siswa kelas III SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan 4 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi analisis dan refleksi. Hasil penelitian pada siklus I menunjukan bahwa dari 25 siswa yang dikenai tindakan 16 siswa mampu menghitung keliling bangun datar atau 64% siswa memperoleh nilai 70 ke atas, dan 9 siswa belum mampu menghitung keliling bangun datar atau 36% siswa memperoleh nilai di bawah 70, sehingga belum mencapai indikator dan dilanjutkan kesiklus II. Pada siklus II meningkat menjadi 23 siswa mampu menghitung keliling bangun datar atau 91% siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas, dan 2 siswa belum mampu menghitung keliling bangun datar atau 8% memperoleh nilai di bawah 70. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), kemampuan menghitung keliling bangun datar pada siswa kelas III SDN 14 Paguyaman kabupaten Boalemo meningkat Kata Kunci : kemampuan, keliling, bangun datar, dan think pair share (TPS) Abstract The problem in this research is the ability to calculate low flat wake in third Grade at SDN 14 Paguyaman. So that needs to be improved through cooperative learning model Think Pair Share (TPS). This study aims to improve the ability of the circumference flat wake through cooperative learning model Think Pair Share (TPS) in the third grade students of SDN 14 Paguyaman district was. The method used in this study is a research methods class action (PTK). Analysis of the data used is descriptive analysis. This study consist of two cycles with 4 stages: preparation, implementation, monitoring, evaluation, analysis and reflection. The results of the study in the first cycle shows that of the 25 students who are subjected to the action of 16 students were able to calculate the circumference wake flat or 64% of students received grades of 70 upwards, and 9 students have not been able to calculate the circumference of a flat wake or 36% of students received grades below 70, so has not reached indicators and continued kesiklus II. In the second cycle increased to 23 students are able to calculate the circumference of a flat wake or 91% of students who earn a score of 70 to the top, and two students have not been able to calculate the circumference of a flat wake or 8% gain value under 70. Based on the results of the study concluded that through a cooperative learning
model type think pair share (TPS), the ability to calculate the circumference of a flat wake in third grade students of SDN 14 districts Boalemo Paguyaman increased Keywords : Ability, Around, Planes, Think Pair Share (TPS)
1.
PENDAHULUAN Dalam pembelajaran matematika Hudoyo (1990) berpendapat bahwa salah satu aspek penting dalam pengajaran matematika adalah agar siswa mampu mengaplikasikan konsep-konsep matematika dalam berbagai keterampilan serta mampu menggunakan strategi untuk memecahkan masalah. Di samping itu perkembangan kognitif operasianal konkret, menurut Piaget (dalam Karim 1997:89) mengemukakan bahwa siswa sekolah dasar (SD) masih dalam taraf berpikir konkret sehingga mereka sulit mempelajari matematika yang objek penelaah hanya abstrak. Di samping itu dalam rambu-rambu garis besar program pengajaran disebutkan bahwa pengajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan kekhasan pokokbahasan dan perkembangan berpikir siswa, pengajaran dimulai dari hal yang konkret dilanjutkan pada hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Mata pelajaran matematika di sekolah dasar (SD) menurut Iskandar (2011) bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan untuk menghitung dan mengaplikasikan masalah yang berkaitan dengan bilangan guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi di kemudian hari dalam proses pembelajaran di kelas guru berkewajiban menerapkan konsep-konsep matematika secara mendasar agar siswa dapat menyelesaikan masalah atau soal-soal yang di hadapi. realita yang ada guru hanya terfokus pada soal-soal yang latihan dan siswa tidak mengalami langsung masalah yang dihadapi sehingga hal ini kurang memberi ruang kepada siswa untuk mengembangkan idenya dalam melatih kemampuanya memecahkan masalah yang ada pada soal matematika. Rendahnya kemampuan menghitung keliling bangun datar merupakan perwujudan dari pembelajaran guru yang kurang menyenangkan bagi siswa. Akibatnya prestasi belajar matematika siswa rendah hampir setiap tahun matematika dianggap sebagai
hambatan bagi kelulusan sebagian besar siswa. Ada beberapa gejala yang diperlihatkan siswa dalam belajar, yakni kurangnya kemampuan siswa dalam belajar menghitung keliling bangun datar, kurangnya kemampuan tersebut diidentifikasi salah satu diantaranya adalah kemampuan menghitung keliling bangun datar mereka masih kurang, kemampuan menghitung keliling tersebut terutama berkaitan dengan bangun datar sehingga perlu bimbingan kepada siswa sekolah dasar, agar mereka mampu dalam belajar menghitung keliling bangun datar. Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan khususnya di kelas III SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo dari jumlah siswa 25 orang hanya 6 orang siswa, atau 24% yang mampu menghitung keliling bangun datar, sedangkan 19 orang siswa atau 76% belum mampu menghitung keliling bangun datar. Hal ini, disebabkan karena dalam pembelajaran belum menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan menghitung keliling bangun datar sehingga pembelajaran belum optimal yang ada guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga sehingga siswa kurang tertarik dalam pembelajaran karena penggunaan metode ini hanya guru saja yang aktif, yang masih rendah merupakan masalah yang serius dalam pembelajaran menghitung keliling bangun datar di sekolah dasar (SD) khususnya di kelas III SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo, kemampuan menghitung keliling bangun datar siswa yang rendah ini menunjukan kurangnya kompetensi dasar yang seharusnya di capai dalam proses pembelajaran materi menghitung keliling bangun datar, realita ini menunjukan bahwa tingkat kemampuan menghitung keliling bangun datar di kelas III SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo sangat rendah. Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti mengatasinya dengan menggunakan model (“TPS”) Think pair and share ( berpikir, berpasangan dan berbagi ) Model think pair and share ini merupakan model
yang memaksimalkan peran pasangan dengan cara berdiskusi secara terbatas dan fokus. Model yang di kembangkan pertama kali oleh Lyman (2009) ini memfokuskan pada pembahasan materi secara mandiri dalam bentuk pasangan, cara ini selain menggunakan pasangan sebagai berbagi (share) pandangan juga salah satu cara mengenal karakter teman sebangkunya. Penerapan Model think pair share Khususnya di kelas III SDN 14 Paguyaman disini siswa di latih dapat berpikir, berpasangan, dan berbagi dengan teman-temannya. Berdasarkan dari uraian tersebut maka diadakan penelitian guna mengkaji secara mendalam permasalahan yang dihadapi siswa serta memberikan solusi yang tepat sebagai penyelesaiannya, penelitian ini di formulasikan dengan Judul “Meningkatkan kemampuan menghitung keliling bangun datar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe think pair share (TPS) pada siswa kelas III SDN 14 Paguyaman. Kab,Boalemo.” Dari adanya permasalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kempuan menghitung keliling bangun datar pada siswa kelas III SDN 14 Paguyaman melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan menghitung keliling bangun datar pada siswa kelas III SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo maka penelitian ini dapat diterima. Sedangkan indikator dalam penelitian ini yaitu Minimal 80% dari seluruh siswa kelas III SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo yang dikenai tindakan memperoleh nilai KKM 70 ke atas. 2.
KAJIAN LITERATUR Menurut Nugroho (2010) langkahlangkah menghitung keliling bangun datar. biasannya dalam menghitung keliling bangun datar ini adalah hal paling sulit dilakukan oleh anak sekolah dasar, sebagai guru bagaimana membantu siswa untuk menghitung keliling bangun datar persegi dan persegi panjang. Langkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung keliling bangun datar dengan menjumlahkan sisinya
b. Menanyakan kepada siswa mengenai hal-hal yang belum dimengerti c. Menggunakan model yang sesuai untuk pembelajaran menghitung keliling bangun datar agar siswa lebih paham dengan pelajaran yang diberikan guru d. Mengerjakan perintah guru agar siswa lebih tau dan mencari sendiri jawaban dari soal yang diberikan. e. Bila suatu penyelesaian telah diperoleh, siswa dapat mengambil kesimpulan mengenai bahan ajar tersebut. Sedangkan model Think Pair Share (TPS) salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe Think-Pair-Share (TPS) ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2004). Arends (dalam komalasari,2010) mengemukakan bahwa: “Model pembelajaran think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair and Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu.” Fadholi (2009) mengemukakan 5 kelebihan model pembelajaran Think Pair and Share ( TPS ) sebagai berikut: a. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. b. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya. c. siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang. d. siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
e.
Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan. Sedangkan Fadholi (2009) mengemukakan 5 Kelemahan atau Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair and Share ( TPS ) sebagai berikut: a. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan. b. Jika ada perselisihan,tidak ada penengah. c. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak. d. Menggantungkan pada pasangan. e. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah. Slenajutnya ini penerapan model pembelajarn think pair share dalam menghitung keliling bangun datar yakni, guru menyampaikan materi pembelajaran dan menyiapkan materi yang akan diajarkan sesuai dengan silabus/kurikulum yang ada , disini menyiapkan RPP yang akan diajarkan sesuai dengan materi menghitung keliling bangun datar kemudian guru mengingatkan kembali pelajaran yang pernah diberikan melalui pertanyaan apersepsi, disini guru memperlihatkan pembelajaran lebih terarah dan guru membuat kaitan pelajaran yang hari ini dengan pelajaran yang telah berlalu, disini guru dapat melihat kemampuan siswa apakah pelajaran yang lalu masih diingat atau tidak, setelah itu guru membuat kaitan tentang materi yang akan dipelajari seperti pada minggu lalu kita telah belajar mengenai jenisjenis bangun datar serta luas bangun datar, nah sekarang kita akan pindah pada materi dengan belajar mencari keliling bangun datar. Kemudian guru menjelaskan materi mengenai bangun datar.yang ada hubungannya mencari keliling bangun datar berdasarkan rumus yang ada, dengan demikian siswa akan lebih mudah mencari jawaban dari soal yang akan diberikan guru. Sekarang kita akan mencari keliling bangun datar dengan menggunakan rumus misalnya
akan ibu berikan satu contoh mengenai bangun datar persegi. Perhatikan gambar di bawah ini: A
D 6 cm
B
C
hitunglah keliling bangun datar persegi dengan besar sisinya 6 cm? nah sekarang kita akan jawab sama-sama yang kita ketahui dari soal itu adalah panjang sisinya sama yakni 6 cm, mencari kelilingnya yakni dengan cara, hal pertama yang dilakukan yakni menulis rumus keliling persegi K = 4 x S, jadi 4 x 6 = 24 demikian dapat ditemukan jawabannya, keliling dari bangun datar persegi dengan besar sisinya adalah 6 cm adalah 24 cm. Sekarang ibu minta adik-adik mencari pasangan dengan teman yang ada di sebelah yakni membentuk kelompok 2 orang dan mengutarakan hasil pemikiran masingmasing, setelah itu ibu akan bentuk pleno kecil tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya. dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif think pair and share ini siswa lebih cepat mengerti dan mengerjakan soal yang akan di berikan oleh guru, setelah semuannya selesai guru memberikan evaluasi kepada siswa dan memberikan kesimpulan dan menutup pelajaran. 3.
METODE PENELITIAN Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo yang berjumlah 25 orang terdiri dari laki – laki 12 orang dan perempuan 13 orang. Prosedur penelitian mengacu pada rancangan penelitian oleh Kemmis dan Taggart yang pendekatan spiral (dalam Sukajati, 2008) sebagai berikut : a. Tahap Persiapan yaitu tahap perencanaan penelitian dimulai dengan melakukan komunikasi dengan pemimpin institusi sekolah sampai pembuatan rencana proses pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan yaitu melakukan proses pembelajaran menggunakan metode turnamen game tim pada Pelajaran Operasi Hitung yang
dimulai dari apersepsi sampai pada pelaksanaan latihan bagi siswa c. Tahap Pemantuan Evaluasi yaitu Guru mitra mengamati dan mengevaluasi siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, pengamatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data aktivitas pembelajaran siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode turnamen game tim
d. Tahap analisis refleksi Guru menentukan penggunaan pendekatan yang sesuai dengan penelitian tindakan kelas, mengklarifikasi ketuntasan hasil belajar peserta didik, dan apakah sudah terjadi komunikasi yang efektif. Hasil pengamatan dan tes refleksi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pelaksanaan siklus berikutnya.
Tahapan dan prosedur dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1 : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber Sukajati, 2011) Setelah peneliti mengumpulkan semua data yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung dimulai dari observasi, maka data tersebut perlu dilakukan analisis yang bertujuan untuk mengetahui tuingkat perkembangan siswa dalam menyelesaikan operasi hitung ᴄampuran sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Adapun teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini dibuat standar penilaian untuk dijadikan dalam menentukan kriteria penilaian, yaitu jika siswa memperoleh nilai KKM70 keatas maka siswa dinyatakan tuntas, tapi jika siswa memperoleh nilai dibawah 70 maka siswa dinyatakan tidak
tuntas dalam menyelesaikan hitung ᴄampuran. 4. a.
operasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelakasanaan Tindakan Siklus 1 Kemampuan menghitung keliling bangun datar melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) pada tindakan siklus I masih kurang. Hal ini terlihat dari aspek penilaian masih ada beberapa siswa yang belum mampu dalam menghitung keliling bangun datar. Dari hasil pengamatan dari 25 siswa SDN 14 Paguyaman kabupaten Boalemo yang dilihat dari indikator kinerja menunjukan bahwa sejumlah siswa 25 orang siswa. Siswa yang mampu menghitung keliling bangun datar persegi 16 orang atau
64%, dan 9 orang siswa atau 36% yang tidak mampu, dan siswa yang mampu menghitung keliling bangun datar persegi panjang dari 25 orang siswa ada 16 orang siswa atau 64% dan siswa yang tidak mampu ada 9 orang siswa atau 36%. Berikut ini tabel hasil pengamatan kemampuan siswa.
observasi awal namun hal ini masih memerlukan perbaikan pada tindakan berikutnya yaitu siklus II untuk mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan sesuai indikator kinerja yakni 80% siswa mempunyai nilai KKM 70 ke atas. Dengan melihat pengamatan dan evaluasi pada siklus I hasilnya belum optimal dimana siswa kelas III yang berjumlah 25 orang siswa pada saat pelaksanaan tindakan ada sejumlah 9 orang siswa atau 36% yang tidak mampu menghitung keliling bangun datar melalui model pembelajaran think pair share (TPS). Berdasarkan hasil analisis refleksi yang dilakukan peneliti dan guru pengamat, maka disepakati untuk melakukan perbaikan atas kekurangan-kekurangan pada tindakan siklus I dengan cara melanjutkan pada siklus II.
Tabel 1. Hasil evaluasi kemampuan menghitung keliling bangun datar No 1
2
Aspek yang dinilai Mampu menghitung keliling bangun datar persegi Mampu menghitung keliling persegi panjang
Kategori
Jumlah
Persentase
M TM
16 9
64% 36%
M M
16 9
64% 36%
Keterangan : M = mampu TM = Tidak Mampu
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Kemampuan menghitung keliling bangun datar melalui model pembelajaran kooperatif think pair share pada tindakan siklus II melalui pengamatan sudah mengalami peningkatan dimana siswa sudah mampu dalam menyelesaikan soal-soal yang sudah diberikan guru. Dari indikator mampu memahami masalah dimana 25 orang siswa yang mampu menghitung keliling bangun datar persegi panjang ada 23 orang siswa atau 92%,dan yang tidak mampu ada 2 orang siswa atau 8%. Dan yang mampu menghitung keliling bangun datar persegi panjang ada 23 orang siswa atau 92%,dan yang tidak mampu ada 2 orang siswa atau 8%..berikut tabel hasil pengamatan kemampuan siswa. Tabel 3. Hasil evaluasi kemampuan menghitung keliling bangun datar siklus II.
Adapun hasil evaluasi akhir kemampuan siswa kelas III SDN paguyaman kabupaten Boalemo dalam menghitung keliling bangun datar melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) pada siklus I dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 2. Nilai evaluasi pada tindakan siklus I Jumlah Nilai siswa 9 40 9 70 7 100 Jumlah Persentase
Tuntas 16 64%
Kategori Tidak Tuntas 9 36%
Sumber : Hasil Evaluasi. Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai yang dicapai siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I dari 25 siswa kelas III SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo. 16 orang siswa yang sudah mencapai nilai tuntas atau 64% dengan nilai 70 keatas dan 9 orang siswa belum mencapai nilai tuntas atau 36% dengan nilai dibawah 70. Dari hasil pengamatan dan evaluasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengamat kemampuan siswa dalam menghitung keliling bangun datar melalui model pembelajaran koopertif tipe think pair share (TPS) mengalami peningkatan dari hasil
NO 1
2
Aspek yang diamati Mampu menghitung keliling bangun datar persegi Mampu menghitung keliling datar persegi panjang
Kategori
Jumlah
Persentase
M TM
23 2
92% 8%
M TM
23 2
92% 8%
Keterangan : M = Mampu TM = Tidak Mampu Adapun hasil evaluasi akhir kemampuan siswa kelas III SDN 14 Paguyaman dalam menghitung keliling
bangun datar melalui model pembelajaran kooperatif think pair share.pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Nilai evaluasi pada tindakan siklus II Jumlah siswa
Nilai
2 4 19
40 70 100
Jumlah Persentase
Kategori Tuntas Tidak Tuntas 23 2 92% 8%
Sumber : Hasil Evaluasi Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai yang dicapai siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II dari 25 orang siswa kelas III SDN 14 paguyaman kabupaten Boalemo mneingkat menjadi 23 orang siswa yang sudah mencapai nilai tuntas atau 92% dengan nilai 70 ke atas dan 2 orang siswa atau 8% dengan nilai di bawah 70. Dari hasil pengamatan dan evaluasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengamat kemampuan siswa dalam menghitung keliling bangun datar melalui model think pair share mengalami peningkatan dari hasil presentase siklus I, sehingga hal ini tidak memerlukan perbaikan lagi pada tindakan berikutnya dan telah melebihi standar ketuntasan yang telah ditetapkan. c.
Analisis Peningkatan Hasil Capaian Siswa menghitung Keliling Bangun Datar Berdasarkan data hasil observasi awal yang telah dilakukan bahwa kemampuan menghitung keliling bangun datar hanya mencapai sejumlah 6 orang yang mampu atau 24% siswa yang memperoleh nilai 70 keatas dan yang tidak mampu sejumlah 19 orang atau 76% siswa yang memperoleh nilai 70 kebawah, hal ini disebabkan karena penggunaan metode pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa yakni guru hanya menerapkan metode ceramah dan penugasan sehingga dalam pembelajaran hanya guru yang aktif sehingga menimbulkan kebosanan bagi siswa. Dari hasil observasi awal tersebut disimpulkan bahwa dalam pembelajaran dengan metode ceramah dan penugasan tidak
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung keliling bangun datar oleh karena itu peneliti memilih model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung keliling bangun datar yakni model pembelajaran think pair share karena di sini siswa dilatih dalam berpikir, berpasangan dengan teman dan siswa tersebut merasa tertarik dengan pelajaran. Mengingat penerapan model pembelajaran think pair share, maka guru menerapkan model pembelajaran tersebut. Pada pelaksanaan tindakan kelas setelah dilakukan tindakan siklus I menunjukkan adanya peningkatan yakni dari beberapa aspek yang telah dinilai bagi guru pengamat dan melalui hasil evaluasi yang telah guru berikan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat pada capaian kemampuan menghitung keliling bangun datar meningkat menjadi sejumlah 16 orang siswa atau 64% siswa yang mampu memperoleh nilai 70 ke atas dan 9 orang siswa tidak mampu menghitung keliling bangun datar atau 36 % siswa memperoleh nilai dibawah 70 sehingga hal ini memerlukan perbaikan pada tindakan siklus II karena belum memenuhi indikator yang dicapai. Perbaikan tindakan pada siklus II, hasil penelitian dari tindakan siklus II menunjukan peningkatan baik dari beberapa aspek yang dinilai bagi guru pengamat maupun dari hasil evaluasi yang guru berikan kepada siswa disaat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat pada capaian kemampuan menghitung keliling bangun datar meningkat menjadi sejumlah 23 orang siswa atau 92% siswa memperoleh nilai 70 ke atas dan 2 orang siswa atau 8% siswa tidak mampu menghitung keliling bangun datar. Siswa memperoleh nilai di bawah 70, 2 orang siswa yang tidak mampu tersebut setelah pembelajaran dibimbing secara khusus sehingga mampu menghitung keliling bangun datar. Dari data hasil tindakan siklus II menunjukkan bahwa kemampuan menghitung keliling bangun datar pada siswa kelas III SDN 14 Paguyaman kabupaten Boalemo meningkat melebihi target indikator kinerja yang ditetapkan dengan demikian pemberian model pembelajaran think pair share meningkatkan kemampuan menghitung keliling bangun datar pada siswa kelas III SDN 14 Paguyaman kabupaten Boalemo.
Dengan demikian maka hipotesis tindakan yang berbunyi “Jika melalui model pembelajaran koopertif think pair share maka kemampuan menghitung keliling bangun datar pada siswa kelas III SDN 14 Paguyaman kabupaten boalemo akan meningkat “ dapat di terima dan terbukti. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian Ini maka peneliti memiliki kesamaan dengan peneliti sebelumnya bahwa penggunaan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang di temukan dalam pembelajaran matematika khususnya dalam menghitung keliling bangun datar sedangkan perbedaan dari peneliti dengan peneliti yang lain adalah pelaksanaan tindakan berada pada lokasi yang berbeda. Widyasari (Dalam Sri Muti,2010) mengemukakan bahwa guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan bantuan jika di perlukan. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas tetapi lebih sering berkeliling melihat lebih dekat proses belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga dapat membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi. Meskipun guru tidak di depan kelas kondisi kelas tidak gaduh karena semua siswa secara berpasangan mengerjakan soal latihan. guru berkeliling dari satu meja kemeja yang lain juga mendorong siswa yang tidak pernah bertanya karena takut menjadi mau bertanya. Hal ini juga memudahkan guru membantu siswa yang kesulitan memahami cara menghitung keliling bangun datar persegi dan persegi panjang. Hasil pengisian soal latihan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakn oleh guru menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa bahwa guru telah melaksanakkan tugas dengan baik, menggunakan model pembelajaran yang sesuai, dan kemampuan guru dalam memberikan pelajaran baik. 5.
KESIMPULAN Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) akan meningkatkan Kemampuan siswa menghitung keliling bangun datar di kelas III
SDN 14 paguyaman Kabupaten Boalemo dapat diterima dengan baik. Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan kepada yaitu : 1. Siswa diharapkan dapat bermanfaat guna perkembangan pengetahuan 2. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran yang tepat aagar pembelajaran dapat dapat meningkatkan kemmpuan siswa. 3. Sekolah harus memperhatikan mutu yang dihasilkansehingga sekolah dapat bersaing menyongsong era globalisasi 4. Peneliti lainya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 5. 6. REFERENSI Fadholi.2009. Matheducations. blogspot.com/ 2011/II/ Model pembelajaran kooperatif think (online) 125. htmlcom Fitriya, Abu bakar, 2010. Cara asyik belajar Matematika. CV chyyas putra semarang Gunter.1999. Tujuan model think pair share (online).blogspot.com. Iskandar,2011.Aritmatika untuk PGSD. Jakarta.Bestari Komalasari.2010.model pembelajaran think pair share. (online).blogspot. Lie Gunarti Ratna. 2011. peningkatan pemahaman konsep pecahan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS(think pair share.(online).http.co.id Robbin, 2000. Pengertian kemampuan. (online). elib. unicom.ac.id Roji,1997.pengertian bangun datar.(online). unicom.ac.id Srimuti, 2010. Setofschoolwork.Blog spot.com/ 2014/ 05/ Penerapan metode kooperatif model think.html. Sukajati. 2008. Penelitian Tindalcan Kelas di SD. Y ogyakarta: PPPPTK. Matematika Widyasari-press.com/index= php?option.com.