Topik Utama LEBIh INovATIF DI SAAT KRISIS Usman Pasarai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMiGaS"
[email protected] SARI Fluktuasi harga minyak yang memicu krisis merupakan pola berulang yang terjadi pada industri migas. Secara historis, banyak teknologi baru lahir saat industri ini ditimpa krisis. Sejumlah teknologi berhasil dikembangkan dan dikomersialkan pada masa sulit 1980-an. Revolusi minyak serpih serta kemampuan ekstraksi minyak dari laut dalam dan minyak berat yang mendorong produksi dan cadangan minyak dunia meningkat adalah buah dari keberhasilan pengembangan teknologi di masa krisis. Belajar dari krisis sebelumnya, maka kemerosotan harga minyak yang terjadi sekarang bukanlah sesuatu yang perlu disikapi dengan panik, tetapi justru harus direspons dengan tindakan inovatif. industri saat ini fokus mempercepat komersialisasi teknologi baru yang akan menjadi pendorong terjadinya efisiensi. Bagi industri migas nasional, situasi sekarang merupakan kesempatan yang baik untuk memperbarui fokus bagaimana memaksimalkan perolehan minyak dari lapangan-lapangan yang ada melalui berbagai terobosan inovasi teknologi dan proses bisnis serta kolaborasi. inisiatif ini dapat dimulai pada lapangan-lapangan yang masih memiliki cadangan dan minyak tertinggal relatif besar namun laju pengurasan masih rendah. Kata kunci: krisis harga minyak, inovasi, efisiensi biaya, peningkatan perolehan minyak
1. PENDAhULUAN Harga minyak dunia saat tulisan ini dibuat telah merosot hingga 60% sejak akhir 2014 lalu. Merosotnya harga ini disebabkan kelebihan pasokan minyak yang dimiliki negara-negara produsen utama, khususnya amerika. Produksi minyak amerika mulai meningkat tahun 2009 seiring dengan keberhasilan revolusi produksi minyak serpih (shale oil), dari 5,4 juta tahun 2009 menjadi 9,8 juta barel per hari akhir tahun 2015. Keberhasilan amerika meningkatkan produksi hampir dua kali lipat mendorong Kongres mengakhiri larangan ekspor minyak mentah bagi perusahaan-perusahaan amerika yang sudah berlangsung sejak tahun 1975 (Donnelly, Feb 2016). Ekspor perdana setelah 40 tahun dilakukan akhir Desember tahun 2015 dari Texas ke Eropa. Masuknya minyak mentah amerika ke pasar internasional se-
M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016
dikit banyak akan memberi tekanan terhadap pelemahan harga minyak. Di sisi lain, ekonomi Tiongkok, india, dan juga amerika yang melambat membuat tingkat permintaan minyak dunia pun berkurang. Tiongkok adalah negara kedua konsumen terbesar minyak, sedangkan india berada di urutan keempat. Kondisi ini menyebabkan minyak dunia mengalami kelebihan pasokan sehingga harga tidak terkendali dan menyentuh titik terendah dalam dua belas tahun terakhir. akankah kemerosotan harga minyak segera pulih? Sebelum Desember 2015, para analis masih optimis kemerosotan harga minyak akan pulih tahun ini (Rassenfoss, 2016). Konsensus saat itu harga minyak dunia diprediksi berada pada kisaran USD 50 per barel. Proyeksi neraca pasokan-permintaan saat itu menunjukkan permintaan akan meningkat mendekati pa-
35
Topik Utama
gambar 1. Profil konsumsi-produksi dan surplus-defisit minyak dunia
sokan (Gambar 1). Namun optimisme tersebut sirna ketika harga minyak terus menggelinding menyentuh USD 28 per barel pada pertengahan Januari 2016. Pelemahan harga minyak ini diprediksi akan berlangsung lebih lama karena iran mulai mengaktifkan kembali beberapa sumur yang ditutup sejak sanksi tahun 2013 dan 2014. Proyek laut dalam di Teluk Meksiko juga mulai produksi tahun ini. arab Saudi dan Rusia akan tetap mempertahankan tingkat produksi saat ini. atas dasar tersebut maka kelebihan pasokan masih akan terus berlanjut tahun ini. akibatnya aktivitas 2016 akan lebih rendah dibandingkan 2015 (Rassenfoss, 2016). Perusahaan-perusahaan besar terutama yang beroperasi pada lingkungan geologi biaya tinggi di laut dalam dan lapangan minyak serpih, dimana biaya produksi di atas USD 60 per barel telah mengumumkan pengurangan belanja secara siginifikan. Chevron dan ConocoPhillips akan mengurangi anggaran belanja 2016 sekitar 25% yang sebagian besar untuk anggaran eksplorasi dan produksi proyek-proyek internasional mereka. Sedangkan perusahaan besar lainnya seperti Total meyakini bahwa tahun 2016 akan jauh lebih sulit dibandingkan tahun 2015 (Donnelly, Jan 2016). Pemangkasan belanja modal eksplorasi dan produksi secara besar-besaran telah menyebabkan gelombang pemutusan hubungan kerja. Sejak tahun 2015,
36
jumlahnya di seluruh dunia ditaksir mencapai 250.000 dan diprediksi akan terus bertambah. Tawaran kerja bagi lulusan tenaga perminyakan saat ini berada pada level terendah. Rig pemboran dan truk pompa bertekanan untuk perekahan hidraulik sebagian besar dikandangkan. Beberapa perusahaan migas amerika skala kecil sudah mengajukan kebangkrutan (Rassenfoss, 2016). akankah kesuraman tersebut terus berlanjut? Reaksi perusahaan-perusahaan besar atas pelemahan harga minyak dengan mengurangi proyek akan mengeliminasi kelebihan pasokan minyak dunia beberapa tahun ke depan. Pembatalan atau penundaan keputusan investasi sejumlah 150 proyek sepanjang tahun 2015 yang diestimasi dapat menghasilkan 25 miliar barel ekuivalen minyak akan menyebabkan kekurangan pasokan beberapa tahun mendatang apabila pertumbuhan konsumsi minyak dunia seperti sekarang (Donnelly, 2016). Pengurangan investasi eksplorasi dan produksi akan menyebabkan penurunan produksi minyak dari lapangan-lapangan tua di afrika. Suplai minyak dari Laut Utara juga akan berkurang. Produksi minyak amerika saat ini sudah turun menjadi sekitar 9,1 juta barel per hari. Disisi permintaan, pertumbuhan populasi dan peningkatan standar hidup membutuhkan tambahan pasokan energi, di mana sumber energi
M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016
Topik Utama terbesar masih akan didominasi oleh minyak bumi sebesar 32% (ExxonMobil, 2015). Situasi ini pada akhirnya mendorong harga kembali naik. OPEC memperkirakan harga minyak rata-rata USD 70 per barel pada tahun 2020. Beberapa analis mengharapkan pemulihan bisa terjadi lebih cepat karena pemotongan biaya besar-besaran. Pandangan optimis meramalkan pasar akan pulih akhir 2017 (Rassenfoss, 2016). Uraian di atas menggambarkan sebuah siklus. Berawal dari kelebihan pasokan menyebabkan harga merosot, biaya investasi dipangkas, aktivitas berkurang dan terjadi gelombang pemutusan hubungan kerja, tingkat produksi turun, pasokan berkurang sehingga mendorong harga kembali naik dan menghasilkan keseimbangan baru antara pasokan dan permintaan minyak serta barang dan jasa pendukung. Karena sifat siklus industri migas, maka peran para pelaku dalam industri ini adalah bagaimana menyesuaikan operasi bisnis yang dijalankan terhadap perkembangan harga. Kemerosotan harga yang terjadi sekarang bukanlah sesuatu yang perlu disikapi dengan panik, tetapi justru harus direspon dengan tindakan inovatif. Situasi sulit ini adalah kesempatan besar untuk menata kembali cara menjalankan bisnis melalui inovasi dan kolaborasi. inovasi dan
kolaborasi fokus menemukan cara bagaimana mengurangi biaya produksi per barel minyak. inovasi terbukti telah menjadi solusi keluar dari krisis harga minyak yang terjadi berulang di masa lalu. 2. SIKLUS hARgA mINyAK Fluktuasi harga minyak berupa melemah atau menguatnya harga secara tajam merupakan sebuah siklus yang telah terjadi berkali-kali pada industri migas dan menimbulkan krisis bagi perusahaan-perusahaan migas. Merosotnya harga kali ini telah menyebabkan pendapatan perusahaan berkurang hampir dua per tiga. Sedangkan lonjakan harga yang terjadi dekade terakhir menyebabkan belanja modal naik 400% sementara produksi hanya naik 15%. (Rassenfoss dan Henni, 2016). Eskalasi biaya adalah masalah utama industri hulu migas pada setiap krisis. Namun, dalam setiap periode krisis tersebut perusahaan dipaksa menjadi lebih inovatif dan lebih efisien. Secara historis, krisis melahirkan banyak peluang. Hasilnya dapat dilihat pada krisis kali ini. Walaupun pengurangan belanja besar-besaran tahun lalu oleh produsen minyak dalam menyikapi anjloknya harga, namun tingkat produksi relatif stabil. Hal ini bukti bahwa ke-
Inflation Adjusted Monthly Average CRUDE OIL PRICE (1946-Present) in December 2015 Dollars
Inf. Adj. Oil Price Nominal Oil Price Ave. Since 2000 Ave. Since 1980 Ave. Since 1946
gambar 2. Siklus harga minyak dunia sejak tahun 1946
M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016
37
JUMLAH RIG RELATIF, FRAKSI
Topik Utama 1.6 1.4 1.2 1981-1986 1998-2001 2001-2008 2008-2012 2014-PEB 2016
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
BULAN SEJAK KRISIS MULAI gambar 3. Pola aktivitas rig selama periode krisis harga minyak sejak 1981
majuan teknologi sebagai buah dari inovasi telah diterapkan untuk meningkatkan produksi migas sehingga produsen mencapai level produksi yang sama dengan biaya lebih sedikit. Gambar 2 menunjukkan fluktuasi harga minyak dari tahun 1946 hingga awal 2016 (InflationData.com., 2016). Dalam gambar juga ditampilkan harga berdasarkan inflasi USD tahun 2015. Puncak-puncak utama tercatat pada Desember 1979 di level USD 116,98, Oktober 1990 diharga USD 61,36, dan Juni 2008 dilevel 136,31 per barel. Semua berdasarkan inflasi USD tahun 2015. Hal menarik adalah harga rata-rata naik. Rata-rata selama periode 1946 hingga sekarang USD 41,70 tetapi rata-rata sejak 1980 adalah USD 53,24 dan rata-rata sejak tahun 2000 adalah USD 64,52 per barel. Kenaikan ini diduga akibat harga yang harus dibayar atas penggunaan teknologi yang semakin canggih. Harga minyak mentah tertinggi tercatat pada Juni 2008 dengan harga rata-rata bulanan yang disesuaikan inflasi 2015 adalah USD 136,31 per barel. Kemerosotan harga secara nominal dari USD 126,33 pada bulan Juni 2008 menjadi USD 31,04 di Februari 2009, tetapi kembali naik ke USD 61,46 di bulan Juni tahun yang sama dan april 2011 harga bertengger
38
di USD 102,15 per barel. Kemerosotan harga periode 2008 - 2009 yang berlangsung hanya 6 bulan tercatat sebagai penurunan paling tajam sepanjang sejarah. Sebagai pembanding, persentase penurunan yang sama tercatat dari titik tertinggi tahun 1979 hingga 1986, atau berlangsung selama 7 tahun. Penurunan harga yang tajam kembali terulang pada akhir tahun 2014. Harga rata-rata sebelas bulan pertama tahun 2014 tercatat USD 89,08, kemudian penurunan tajam yang terjadi pada bulan Desember melemahkan harga rata-rata tahunan menjadi USD 85,60 per barel. Tahun lalu, harga nominal rata-rata sudah turun ke level USD 41,85 per barel. Geliat industri migas selama periode siklus krisis harga minyak dirangkum dalam Gambar 3. Data diperoleh dari Baker Huges yang mencatat aktivitas rig sejak 1940-an. Gambar tersebut menunjukkan jumlah rig yang beroperasi di seluruh dunia selama periode krisis yang dinyatakan dalam persen terhadap jumlah rig yang beroperasi pada awal krisis. Terlihat bahwa ketiga krisis sebelumnya relatif singkat. aktivitas rig kembali pada kondisi sebelum krisis dalam waktu 24 - 36 bulan. Bagaimana dengan krisis kali ini? akankan pulih secepat ketiga krisis sebelumnya atau akan seperti krisis era 1980-an, di mana jumlah rig
M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016
Topik Utama yang beroperasi berkurang dari angka tertinggi sekitar 6.200 di bulan November 1981 menjadi sekitar 2.300 di bulan Juli 1986. Jumlah ini merupakan keseimbangan baru pada kondisi normal dan bertahan hingga 2008. Jumlah rig mulai meningkat sekitar 3.600 sejak tahun 2009 ketika revolusi produksi minyak serpih di amerika Serikat muncul. 3. INovASI DI mASA SULIT Penurunan harga minyak memaksa perusahaan-perusahaan mencari cara baru untuk memangkas biaya. Ketika harga minyak tinggi, investasi dalam bidang pengembangan teknologi yang memiliki risiko tinggi cenderung dihindari karena ada ketakutan akan gagal sehingga mengurangi pendapatan. Namun, ketika keuntungan anjlok ada keinginan kuat untuk mencoba sesuatu yang baru terutama jika dapat menurunkan biaya. Hal inilah yang terjadi pada masa krisis 1980-an. inovasi yang dihasilkan dalam masa sulit tersebut membuat industri semakin efisien. Keseimbangan baru aktivitas rig akhir era 1980-an mengindikasikan bahwa rig yang diperlukan semakin sedikit untuk menghasilkan minyak pada tingkat produksi yang sama. Beberapa teknologi yang berhasil dikembangkan dan dikomersialkan pada masa sulit 1980-an adalah sumur horizontal modern, sumur-sumur multilateral, perekahan hidrolik slickwater, measurement-while-drilling, logging-while-drilling, dan multistage perekahan hidraulik di sumur horizontal. Sebagian besar dari teknologi tersebut kemudian digunakan untuk mengembangkan reservoir laut dalam dan minyak serpih yang saat ini produksinya membanjiri pasar. Teknik steam-assisted gravity drainage yang sudah dipahami secara konseptual diuji dan terbukti berhasil pada krisis era 1980-an. Berkat teknologi ini, akumulasi minyak berat di Kanada dan Venezuela menjadi komersial. Cadangan minyak dunia pun meningkat. Geostatistik dan geomekanik muncul menjadi teknik yang sangat spesifik untuk mendeskripsikan reservoir dan menjadi komponen rutin yang digunakan dalam rencana pengembangan lapangan. Revolusi komputasi
M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016
juga muncul dalam era krisis ini. Perusahaan migas telah menyikapi krisis era 1980-an sebagai kesempatan besar memperkuat basis perusahaan melalui berbagai inovasi. Perusahaan menjadi lebih efisien, lebih andal, dan beroperasi lebih aman dibandingkan dengan dekade-dekade sebelumnya. Berbagai keberhasilan inovasi yang dikembangkan pada masa sulit 1980-an membuat industri migas mampu menyediakan pasokan energi untuk memenuhi kebutuhan dunia yang terus meningkat. Bahkan saat ini terjadi kelebihan pasokan sehingga menyebabkan penurunan harga minyak yang tajam. akibatnya, industri migas kembali masuk dalam situasi krisis. Belajar dari krisis era 1980-an, Panelis pada forum International Petroleum Technology Conference (iPTC) yang dilaksanakan di Kuala Lumpur Desember 2015 sepakat menjaga inovasi terus berlanjut dan mempertahankan para pegawai terampil dalam menghadapi krisis kemerosotan harga yang terjadi sekarang (Rassenfoss dan Henni, 2016). Konsensus di antara Panelis adalah memanfaatkan situasi sekarang untuk mendorong inovasi, meningkatkan efisiensi, dan mempersiapkan diri memenuhi kebutuhan energi dunia jangka panjang. Situasi sekarang merupakan momentum bagi industri untuk bekerja lebih baik dan menata kembali cara menjalankan bisnis. Pengembangan teknologi baru yang mungkin akan menambah biaya tetap diperlukan sebagai pendorong terjadinya efisiensi. inovasi yang dibutuhkan industri migas hulu sekarang adalah yang berdampak terhadap efisiensi biaya eksplorasi dan produksi ditengah harga minyak yang rendah. Sistem kontrol untuk menghidupkan dan mematikan pompa sumur produksi minyak mulai berkembang. Dengan menggunakan variabel kecepatan dan sistem komputasi, konsumsi bahan bakar pompa yang selama ini beroperasi 24 jam dapat dikurangi hingga 20%. Dengan pompa tidak lagi beroperasi terus-menerus, biaya perbaikan dan pemeliharaan juga dapat dikurangi sehingga secara keseluruhan biaya produksi
39
Topik Utama dapat dipangkas USD 3 per barel (Koppang, 2015). Digitalisasi pengelolaan lapangan minyak dengan menerapkan konsep internet of things, yaitu memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus juga sedang mengalami evolusi. Digitalisasi pemantauan anjungan pengeboran minyak dan pompa-pompa elektrik yang beroperasi pada berbagai kecepatan dihubungkan ke cloud sehingga dapat dianalisis dari ruang kontrol berjarak ratusan mil dari lokasi. Data tekanan, temperatur, serta laju alir produksi real time dikumpulkan melalui sensor, dikirim ke para insinyur untuk dianalisis. Otomatisasi ini juga membantu deteksi dini terhadap masalah performa peralatan. analisis real time yang diterapkan pada teknologi peningkatan pengurasan tahap lanjut (enhanced oil recovery, EOR) telah membantu memaksimalkan produksi lapangan-lapangan minyak tua (Wishart, 2015). Konektivitas melalui internet of things memungkinkan 80% upaya yang dikeluarkan dalam menangani data dihabiskan untuk menganalisis dan mendefinisikan peluang baru, sisanya untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan data. Dampaknya, data yang selama ini lebih banyak menyajikan informasi historis suatu lapangan berubah menjadi alat navigasi bagaimana lapangan tersebut akan dikembangkan ke depan. Teknologi lain yang berasal dari luar industri migas yang sudah diadopsi selain teknologi informasi dan telekomunikasi adalah teknologi ruang angkasa, pertahanan, dan otomotif. Teknologi ini memiliki kesamaan karakteristik dengan industri migas, yaitu memerlukan peralatan yang dapat menahan tekanan tinggi dan kondisi iklim ekstrim. Pesawat tanpa awak (drone) yang dikendalikan oleh remote control dan dilengkapi kamera resolusi tinggi telah dimodifikasi untuk mengurangi waktu inspeksi pada daerah yang dianggap berbahaya seperti separator dan anjungan lepas pantai. Era penggunaan robot-robot untuk eksplorasi minyak bawah laut dengan biaya lebih murah dibandingkan sumur eksplorasi konvensional yang sangat mahal dalam waktu dekat akan
40
terwujud (Wishart, 2015). Eksplorasi lepas pantai juga akan semakin kompetitif dengan munculnya teknologi full-waveform seismic inversion (FWi) yang menggunakan data seismik tiga dimensi. Waktu yang dibutuhkan untuk pemodelan resolusi tinggi dengan FWi lebih singkat dibandingkan metode tradisional sehingga reservoir prospek dapat dilokalisir lebih baik dengan biaya lebih murah (Whitfield, 2016). Berbagai inovasi teknis dan proses bisnis juga sedang dikembangkan di lapangan-lapangan minyak serpih untuk mengurangi biaya produksi per barel minyak. Di antaranya adalah meningkatkan persentase sumur-sumur yang direkah ulang dalam portofolio pemboran dan komplesi sumur. Biaya produksi per barel minyak dari sumur-sumur yang direkah ulang jauh lebih murah dibandingkan pengeboran dan komplesi sumur-sumur delinasi dan pengembangan (Walser, 2016). Strategi lainnya adalah dengan merampingkan biaya operasi proses produksi pada suatu lapangan dengan membangun sistem jaringan produksi khusus untuk lapangan tersebut. Dengan sistem ini, biaya pengangkutan material dengan truk ke dan dari lokasi sumur serta biaya sosial dampak dari lalu lalang truk tersebut dapat berkurang secara signifikan (Koppang, 2015). Dengan inovasi dan perbaikan proses yang dilakukan, biaya impas mayoritas operator minyak serpih sudah berada pada kisaran USD 60 per barel. Biaya tersebut mengalami penurunan dari sekitar USD 75 per barel pada tahun lalu dan nampaknya akan terus turun dalam waktu dekat. Penelitian untuk mengembangkan terobosan teknologi tetap menjadi agenda utama sejumlah perusahaan. Fokusnya adalah mempercepat komersialisasi teknologi yang sedang dikembangkan. Statoil tengah menguji efektivitas penggunaan energized fluid menggantikan air dalam proses perekahan hidrolik dan penggunaan air berkarbonasi untuk EOR (Koppang, 2015). Total sedang merancang robot otomatis dengan tingkat keamanan operasi yang tinggi untuk digunakan pada lapangan-lapangan migas lepas pantai (Wishart, 2015). Saudi aramco mengembangkan teknologi smart wa-
M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016
Topik Utama terflooding dan metode diagnosa reservoir. Smart waterflooding adalah teknologi merekayasa salinitas atau ion-ion dalam air untuk mendapatkan proses pendesakan optimum. Metode diagnosa adalah teknik memahami detail perubahan sifat batuan dan fluida dalam pori antarsumur dari waktu ke waktu. Lembaga riset perminyakan Tiongkok RiPED sedang mengembangkan teknologi deskripsi reservoir untuk memaksimalkan perolehan metode EOR (Rassenfoss, 2014). Kegiatan penelitian oleh perusahaan-perusahaan tersebut dilakukan dengan perusahaan penyedia teknologi. Semangatnya adalah kolaborasi, kebersamaan, dan inovasi untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada. 4. KoNTEKS mIgAS NASIoNAL investasi inovasi dan pengembangan teknologi baru yang mampu mendorong terjadinya efisiensi oleh perusahaan migas nasional masih sangat rendah. Hampir semua teknologi eksplorasi dan produksi yang digunakan industri migas nasional disediakan oleh perusahaan penyediaan teknologi internasional. Badan Litbang ESDM melalui Puslitbangtek Migas “LEMiGaS” berupaya mengisi kekosongan ini dengan mengembangkan beberapa teknologi hulu migas yang dapat berdampak besar terhadap efisiensi biaya kegiatan hulu. Di antara teknologi tersebut adalah airgun mini dan rig CBM (Usman dkk., 2014). Teknologi airgun mini merupakan alat pembangkit gelombang seismik dengan memanfaatkan udara tekanan tinggi sebagai sumber ledakan. alat ini sebagai alternatif pengganti dinamit yang memerlukan biaya cukup mahal untuk pengadaan, pengamanan, mobilisasi dan demobilisasinya. Sebaliknya, airgun mini relatif lebih aman, murah, tidak menimbulkan suara yang keras dan sangat cocok digunakan pada daerah padat penduduk dan rawa-rawa yang sulit dijangkau.Tingkat komponen dalam negeri (TKDN) alat ini mencapai hampir 100%. Penggunaan airgun mini untuk survei 2D dan 3D dapat memangkas biaya hingga 50% di-
M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016
bandingkan dengan menggunakan dinamit. Teknologi rig CBM dirancang untuk pengeboran sumur CBM dan kerja ulang sumur migas, memiliki kemampuan memberikan beban tekan, tenaga kerja rig yang dibutuhkan lebih sedikit, dapat beroperasi pada lahan sempit, hemat biaya pengeboran, dan harga yang relatif murah. Penghematan biaya dari komponen waktu mobilisasi, rig up-rig down, waktu pengeboran, area lahan pengeboran, dan jumlah pekerja dapat mencapai 25%. Komersialisasi teknologi yang telah dikembangkan memerlukan tahapan validasi uji lapangan. Pada tahap ini, keterlibatan industri migas nasional menjadi sangat penting. Uji coba idealnya dilakukan pada lapangan yang khusus didedikasikan untuk kegiatan riset atau land grant college yang bisa disediakan oleh perusahaan migas nasional. Kolaborasi ini akan mengurangi risiko investasi bagi perusahaan migas nasional. Situasi lesu saat ini juga menjadi momentum yang baik bagi para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas untuk memperbarui fokus bagaimana memaksimalkan perolehan minyak dari lapangan-lapangan yang ada. Sebaran akumulasi minyak yang masih tertinggal di dalam reservoir status 1 Januari 2015 diberikan dalam Gambar 4. Terlihat bahwa secara nasional, minyak yang bisa diambil dari keseluruhan minyak yang sudah ditemukan hanya sekitar 37%. artinya, masih terdapat sekitar 67% minyak yang tertinggal di dalam reservoir atau setara dengan 45,7 miliar barel. angka ini sangat besar dibandingkan cadangan terbukti minyak nasional saat ini termasuk kondensat yang hanya sebesar 3,6 miliar barel.Peningkatan produksi minyak pada lapangan-lapangan yang masih potensial ditingkatkan perolehannya merupakan pilihan yang paling terjangkau bagi KKKS saat ini dan akan berdampak langsung terhadap peningkatan produktivitas. Hal ini karena sekarang tersedia banyak personil berpengalaman untuk mengevaluasi, mendesain, dan mengeksekusi proyek, suatu kondisi yang sulit didapatkan ketika harga minyak tinggi di mana waktu para personil sebagian besar habis untuk eksekusi proyek.
41
Topik Utama NAD 881
512 114
1,472
745 69
Natuna
106 435 North Sumatera
Central Sumatera
East Kalimantan
76
18,517
maluku 32
12,695 1,473
5,572
3,896 337
3,403 7,207
5
31
2,233 339
457 522
7,233
Sulawesi
2,633
West Java
9
Papua 494 881 68
125
550
South Sumatera
130
Indonesia (in mmSTB)
East Java Cumulative Production Discovered, unrecoverable by current development (Potential for EoR) Proved Reserves
23,695 45,661
3,145
gambar 4. Sebaran minyak yang masih tertinggal dalam reservoir per 1 Januari 2015
Gambar 4 menunjukkan bahwa wilayah Sumatera bagian selatan dan Jawa bagian barat memiliki volume minyak yang masih tertinggal (remaining oil) dalam reservoir cukup besar, selain Sumatera bagian tengah di mana metode pengurasan minyak tingkat lanjut sudah diaplikasikan. Jika dipetakan lebih detail, terdapat sejumlah lapangan minyak di kedua wilayah tersebut yang memiliki cadangan (remaining reserves) besar, yaitu di atas 10 juta barel, namun laju pengurasan (withdrawal rate, WR) jauh di bawah rata-rata nasional 8% (Jayeng, 2015 dan Jayeng, 2014). Di wilayah Sumatera bagian selatan terdapat 14 lapangan dalam kategori ini, sedangkan di Jawa bagian barat 6 lapangan.Cadangan di kedua wilayah tersebut, masing-masing 0,3 dan 0,2 miliar barel. Sedangkan minyak tertinggal sebesar 2,5 dan 1,0 miliar barel. Gambar 5 menunjukkan volume masing-masing minyak di kedua wilayah tersebut. Volume cadangan menjadi target dari proyek-proyek optimasi produksi yang bersifat jangka pendek. Sedangkan
42
minyak tertinggal merupakan target jangka menengah untuk proyek-proyek peningkatan pengurasan tahap lanjut. Jika sebagian saja dari minyak tertinggal ini dapat diproduksi secara komersial, maka akan sangat berarti bagi peningkatan cadangan dan produksi minyak nasional. Beberapa cara yang telah terbukti dapat dilakukan untuk mengoptimalkan produksi dari cadangan yang ada dengan biaya kompetitif di antaranya monitoring sumur-sumur kunci agar perlakuan atas sumur dapat optimal. Metode ini telah diterapkan di beberapa perusahaan dan terbukti meningkatkan produksi hingga 30%. Metode lain adalah mengoptimalkan pengurasan setiap sumur dengan menambah perforasi ataupun stimulasi dan menguras sisa cadangan dengan pengeboran sidetrack. Sedangkan teknologi pengurasan tahap lanjut yang kompetitif pada harga minyak rendah di antaranya adalah custom biological EOR (Karicherla dkk., 2016), low-salinity water in-
M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016
Topik Utama 10,000
1
Isi Awal Minyak
Minyak tertinggal
Sumatera bagian selatan (14 Lapangan)
Isi Awal Minyak
Minyak tertinggal
244
1,495
Cadangan
1,038
10
286
2,545
100
3,906
Juta barel
1,000
Cadangan
Jawa bagian barat (6 Lapangan)
gambar 5. Target volume minyak dari lapangan-lapangan dengan sisa cadangan > 10 juta barel dan laju pengurasan < 8% yang potensial ditingkatkan produksinya. Sebagian dari minyak tertinggal merupakan target proyek pengurasan tahap lanjut. Volume cadangan merupakan target dari proyek optimasi produksi.
jection, LWSI (Robin dkk., 2011 dan Yousef dkk., 2012) dan air berkarbonasi (angraeni dkk., 2014). Pada biological EOR, air terproduksi setelah melewati proses pengolahan diinjeksikan bersama nutrisi tertentu. Fungsi nutrisi ini adalah mengaktivasi mikroba dalam reservoir. Mikroba yang teraktivasi akan meningkatkan mobilitas minyak dan menyebabkan peningkatan produksi. Pada LWSi, salinitas dan kandungan ion air injeksi dari air laut dimodifikasi sehingga dapat mengubah sifat kebasahan batuan menjadi lebih suka air (more water-wet). Pada injeksi air berkarbonasi, CO2 dilarutkan dalam air yang lemudian diinjeksikan ke dalam reservoir. Karena CO2 lebih mudah larut dalam minyak dibandingkan dalam air, maka akan terjadi transfer masa dari CO2 di dalam air ke dalam minyak. Dengan larutnya CO2 ke dalam minyak akan membuat viskositas minyak menjadi berkurang, menjadikan rasio mobilitas antara minyak dan air menjadi lebih baik di daerah zone kontak, dan volume minyak membesar (swelling effect) sehingga me-
M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016
naikkan permeabilitas relatif minyak. Hal ini mengakibatkan kenaikan perolehan minyak dengan injeksi air berkarbonasi. Karena proses tersebut dapat terjadi pada tekanan relatif rendah dibandingkan injeksi gas CO2, maka biaya proses ini relatif lebih murah. Eksekusi proyek-proyek tersebut akan lebih efisien bila ada pemanfaatan data dan fasilitas bersama antar KKKS yang berdekatan. 5. KESImPULAN Kemerosotan harga minyak yang terjadi saat ini dipicu oleh melimpahnya pasokan minyak dunia seiring keberhasilan produksi minyak dari laut dalam dan revolusi minyak serpih. Disisi lain, tingkat permintaan berkurang karena ekonomi dunia melambat. Situasi ini memicu terjadinya krisis yang memaksa perusahaan-perusahaan migas melakukan pemotongan anggaran eksplorasi dan produksi besar-besaran. Dampaknya, industri mengalami kelesuan. Jumlah rig yang beroperasi di seluruh dunia menurun tajam. Krisis yang
43
Topik Utama dipicu oleh harga minyak merupakan pola berulang yang terjadi pada industri migas. Secara historis, krisis telah melahirkan banyak peluang. Sejumlah teknologi berhasil dikembangkan dan dikomersialkan pada masa sulit 1980-an. Revolusi minyak serpih serta ekstraksi minyak dari laut dalam dan minyak berat secara ekonomis yang menghasilkan peningkatan produksi dan cadangan minyak dunia adalah buah dari keberhasilan pengembangan teknologi tersebut. Belajar dari krisis era 1980-an, industri migas menyikapi situasi sulit sekarang sebagai momentum meningkatkan inovasi dan kolaborasi untuk mempersiapkan industri migas memenuhi kebutuhan energi dunia jangka panjang. Mempercepat komersialisasi teknologi baru yang akan menjadi pendorong terjadinya efisiensi menjadi fokus utama perusahaan migas. Di antara inovasi dan teknologi terobosan yang sedang berevolusi adalah pengelolaan lapangan dengan konsep internet of things, pemanfaatan drone untuk monitoring dan eksplorasi, serta smart waterflooding. Bagi industri migas nasional, situasi sekarang merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan kemitraan strategis untuk mendorong hilirisasi teknologi yang berdampak besar terhadap efisiensi biaya. Situasi sekarang menjadi momentum yang baik untuk memperbarui fokus bagaimana memaksimalkan perolehan minyak dari lapangan-lapangan yang ada. Sejumlah teknologi yang telah terbukti kompetitif pada harga minyak sekarang dapat diterapkan untuk meningkatkan pengurasan lapangan-lapangan yang masih memiliki cadangan dan minyak tertinggal relatif besar namun laju pengurasan masih rendah.
44
DAFTAR PUSTAKA angraeni, S., Romli, M., dan Tobing, E., 2014. Kajian Eksperimen Metode injeksi air Berkarbon untuk Peningkatan Produksi Minyak dan Pemanfaatan Emisi CO2, Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi, Volume 48 (2), pp. 103-110, Jakarta. Baker Huges, 2016: “Worldwide Rig Counts – Current & Historical Data”, http://phx.corporate-ir.net/phoenix.zhtml?c=79687&p=irol-rigcountsintl. Donnelly, J., 2016: “Long vs. Short Term”, Journal of Petroleum Technology, Volume 68 (3), pp. 12. Donnelly, J., 2016: “Ending the US Export Ban”, Journal of Petroleum Technology, Volume 68 (2), pp. 14. Donnelly, J., 2016: “Trying to Get Balance”, Journal of Petroleum Technology, Volume 68 (1), pp. 12. ExxonMobil, 2015: “The Outlook for Energy: a View to 2040”, USa. InflationData.com., 2016: “Oil Prices in Inflation adjusted Terms”, http://inflationdata. com/inflation/inflation_Rate/Historical_ Oil_Prices_Chart.asp. Jayeng, J. W., 2015. “Evaluasi Produksi Lapangan Eksisting dan inventarisasi Data Cadangan Minyak dan Gas Bumi indonesia, 01 Januari 2015”, Laporan Penelitian PPPTMGB “LEMiGaS” Tahun 2015, Jakarta.
M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016
Topik Utama Jayeng, J. W., 2014. “Evaluasi Produksi Lapangan Eksisting dan inventarisasi Data Cadangan Minyak dan Gas Bumi indonesia, 01 Januari 2014”, Laporan Penelitian PPPTMGB “LEMiGaS” Tahun 2014, Jakarta.
Usman, P., Purba, H., Wahyudi, P., indharto, R., dan Sismartono, D., 2014.“Terobosan Pengembangan Teknologi untuk Mendukung Kemandirian Pengelolaan Migas Nasional”, Majalah Mineral & Energi, Volume 12 (3), pp 25-38, Jakarta.
Karicherla, P., Clement, B.G., Kizicki, K.M., Samuel, M.B., and Mling, T., 2016. “Custom Biological Produced Water Treatment Yields Fast Oil Recovery Boost in Waterflood”, Journal of Petroleum Technology, Volume 68 (2), pp. 24-27.
Walser, D., 2016: “Leveraging Subsurface insight, Screening, and Diversion Technolgy in Refracturing”, Journal of Petroleum Technology, Volume 68 (1), pp. 25-27.
Koppang, 2015: “Fighting Low Oil Prices with innovation”, http://bakken.com/news/ id/239332/fighting-low-oil-prices-withinnovation/, Energy Media Group. Rassenfoss, S., 2016: “Lingering Global Oil Will Lead to Bust Lasting Changes”, Journal of Petroleum Technology, Volume 68 (2), pp. 32-43. Rassenfoss, S. and Henni a., 2016: “Low Oil Prices Make innovation a Priority”, http:// www.spe.org/jpt/article/8214-low-oil-prices-make-innovation-a-priority/, Journal of Petroleum Technolgy. Rassenfoss, S., 2014: “Tech Leaders: Falling Prices Encourage Experimentation”, http://www.spe.org/news/article/tech-leaders-falling-prices-encourage-experimentation, Journal of Petroleum Technolgy. Robin, G.P., Griffin,S.Jr., Lu,H., Thomas, W.W., Mauro, L.C., Jane, J., Chad, R.H., 2011. "Enhanced Waterflood for Middle East Carbonate Cores - impact of injection Water Composition", the SPE Middle East oil and Gas Show and Conference, Manama, Bahrain.
M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016
Whitfield, S., 2016: “OTC Asia ExploresTechnology’s Effects on Region”, http:// www.spe.org/news/article/otc-asia-explores-technologys-effects-on-region. Wishart, J., 2015: “Energy Sector must Overcome Low Oil Price Challange to Maintain innovation and Technology Development”, http://www.muscatdaily.com/archive/ Busi-ness/Energy-sector-must-overcome-low-oil-price-challenge-to-maintain-innovation-and-technology-deployment-4ebs. Yousef, a.a., al-Saleh, S., al-Kaabi, a., al-Jawfi, M., 2011. “Laboratory Investigation of the impact of injection-Water Salinity and ionic Content on Oil Recovery from Carbonate Reservoirs”, Reservoir Evaluasi and Engineering, October 2011, pp. 578-59. Zhang, Y. and Sarma H., 2012. “improving Waterflood Recovery Efficiency in Carbonate Resrvoirs through Salinity Variations and ionic Exchanges: a Promising Low-Cost “Smart Waterflood” Approach”, SPE Abu Dhabi internationa Petroleum Exhibition & Confeence, abu Dhabi, UEa.
45