Topik Utama ATLAS SIDIKJARI MINYAK BUMI INDONESIA Imam B. Sosrowidjojo*), Hermansyah**), F.X. Widiarto*), dan Desi Yensusnimar*) *)
Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" **) Sekretariat Badan Litbang ESDM
[email protected]
SARI Badan Litbang ESDM seringkali diminta masukan sebagai narasumber bagi pemecahan permasalahan industri minyak dan gas di Indonesia. Mulai dari permasalahan eksplorasi, produksi sampai dengan permasalahan kriminal (pencurian dan lingkungan). Seiring dengan perkembangan teknologi, permasalahan yang ditimbulkan menjadi semakin besar, bervariasi dan lebih kompleks. Ketersediaan database yang lengkap, kredibel dan mudah di akses sangat dibutuhkan untuk memperoleh kesimpulan yang benar dan akurat dalam waktu yang relatif singkat. Pengembangan atlas ini dimulai dengan pemetaan kegiatan industri minyak di setiap cekungan hidrokarbon di wilayah Indonesia kemudian mengumpulkan sampel minyak yang mewakili geografi dan reservoar dari setiap cekungan di Indonesia. Sebanyak 934 sampel minyak bumi diambil dari kepala sumur dan tiga sampel minyak rembesan dari Cekungan Waipoga, dikumpulkan sejak tahun 2009 sampai tahun 2011. Setelah analisis geokimia (GC dan GCMS-MS) data tersebut dimasukkan ke dalam aplikasi. Atlas sidikjari minyak bumi dalam platform sistem informasi geografi membukukan karakteristik biomarker minyak bumi dari berbagai reservoar seluruh cekungan minyak di Indonesia yang dikemas dalam struktur database. Tersedianya database atlas sidikjari (fingerprints) minyak bumi dapat membantu pemecahan permasalahan dan pengambilan keputusan secara cepat dan akurat terhadap beberapa masalah seperti eksplorasi, alokasi produksi pada sumuran dengan reservoar lebih dari satu lapisan dan permasalahan-permasalahan lain yang muncul dari aktifitas migas. Disamping permasalahan perminyakan, atlas ini juga akan sangat bermanfaat bagi pemecahan kasus-kasus kriminal meliputi pencurian minyak bumi dan permasalahan lingkungan khususnya untuk kasus tumpahan minyak di perairan Indonesia di mana dengan melakukan analisis sampel minyak hasil kriminal, lalu membandingkannya dengan data pustaka yang sudah ada akan sangat mudah dan cepat dibuat kesimpulan dan keputusan mengenai problem yang ada. Kata kunci : atlas, database, petroleum system, pencemaran lingkungan, kriminal, sidikjari
1. PENDAHULUAN Semakin berkembangnya teknologi pada industri minyak dan gas di Indonesia, juga memicu berkembangnya permasalahanpermasalahan baru di dunia perminyakan. Mulai
dari permasalahan eksplorasi, alokasi produksimaupun permasalahan kriminal seperti pencurian minyak bumi dan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh akitivitas dari industri migas tersebut. Badan Litbang ESDM sering dijadikan rujukan untuk mengatasi
Atlas Sidikjari Minyak Bumi Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah, FX Widiarto, Desi Y.
17
Topik Utama literatur mengenai cakupan wilayah yang akan dilakukan pengambilan sampel termasuk jumlah blok produksi, jumlah sumur, dan reservoar yang terdapat di tiap cekungan. 2.2. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel yang dilakukan mencakup seluruh cekungan yang terdapat di wilayah Indonesia. Pengambilan sampel minyak didasarkan pada penyebaran geografis sumur yang terdapat pada suatu lapangan produksi, mewakili setiap layer reservoar pada lapangan minyak, dan diprioritaskan untuk mengambil sampel dari single well (sumur).Setelah dilakukan pemilihan sumur berdasarkan kriteria tersebut diatas, pengambilan sampel langsung dilakukan pada kepala sumur (Gambar 2). Untuk pengambilan sampel minyak dari area lepas pantai (offshore) dilakukan pada setiap stasiun pengumpul maupun dari data processing unit yang terdapat di lapangan tersebut. Selain itu, sebanyak tiga sampel rembesan dari Cekungan Waipoga juga diambil untuk melengkapi sampel yang berada di Cekungan tersebut, mengingat cekungan tersebut masuk dalam katagori belum matang. Pada tahap pengambilan sampel, sekaligus juga direkam berbagai informasi terkait sampel tersebut, seperti koordinat sumur, layer reservoar, nama lapangan dan nama sumur. Data tersebut juga untuk dimasukkan kedalam database sebagai atribut pada atlas sidik jari.
2.3. Analisis Minyak Bumi Setelah didapatkan sampel minyak bumi yang mewakili tiap cekungan, tiap blok, dan tiap lapangan produksi, maka dilakukan analisis minyak bumi itu tersebut dengan menggunakan whole oil Gas Chromatography (GC), high resolution Gas Chromatography Mass Spectroschopy (GCMS). Analisis sidikjari whole oil sampel menggunakan Agilent 6890N GC yang dipasangkan dengan flame ionization detector (FID). Sedangkan untuk analisis menggunakan GC-MS memakai GC Agilent 6890 yang dipasangkan dengan Mass Selective Detector (MSD) Agilent 5973. Interpretasi sidikjari didasarkan pada pristane dan phytane dari kromatogram whole oil dan sterana serta triterpanas dari GC-MS. Hasil analisis minyak bumi kemudian divalidasi apakah hasilnya dapat diteruskan pada tahap selanjutnya atau proses harus diulang. Data sidikjari yang telah divalidasi, kemudian dilakukan Key-in untuk meng-upload data tersebut ke dalam aplikasi yang telah dibangun. 2.4. Analisis Karakter Biomarker Data hasil analisis dengan GC, GCMS di interpretasi dengan meggunakan dasar-dasar interpretasi biomarker dari data pustaka dan juga dengan metoda multivariasi statistik. Analisis yang dilakukan sebanyak 15 variabel termasuk rasio Pr/Ph dan 14 rasio biomarker. Kemudian
Gambar 2. Pengambilan sampel minyak dari kepala sumur
Atlas Sidikjari Minyak Bumi Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah, FX Widiarto, Desi Y.
19
Topik Utama tersebut sudah baik atau perlu diulang kembali. Hasil dari interpretasi inilah yang kemudian dijadikan dasar untuk membangun katalog minyak bumi pada aplikasi atlas sidikjari minyak bumi Indonesia. 2.5. Pembangunan Aplikasi dan Database Pembangunan aplikasi dan database ini dilakukan secara paralel dengan pelaksanaan pengambilan sampel dan analisis dan interpretasi sampel minyak bumi. Aplikasi dan database user friendly menggunakan sistem informasi geografi berbasis web, web server Apache dengan didukung Map Server untuk menjelajah (browsing) peta melalui intranet atau internet, dan memuat semua hasil analisis sampel minyak bumi berupa data kromatogram dan data lainnya dari hasil pengambilan sampel dan hasil interpretasi sampel. 3. ATLAS SIDIKJARI Aplikasi Atlas Sidikjari (Fingerprints) ini merupakan aplikasi web-GIS berisi peta dasar (base map), Peta Regional, Peta Oil and Gas, dan Peta Basin dan menyimpan data karakteristik biomarker minyak bumi yang tersebar di berbagai reservoar di seluruh Indo-
nesia. Upaya ini penting manakala terjadi kebocoran/tumpahan minyak dan sulit untuk ditelusuri sumber minyak tersebut. Dengan adanya Atlas sidikjari diharapkan masalah tersebut dapat teratasi, yaitu dengan cara membandingkan karakteristik dari tumpahan minyak tersebut dengan karakteristik yang ada dalam sistem/aplikasi. Saat ini database tersebut baru memuat data geokimia sebanyak 934 sampel minyak bumi dengan rincian 400 sampel dari tahun 2009, 348 sampel pada tahun 2010 dari kawasan Indonesia Barat dari 185 sampel Kawasan Indonesia Timur pada tahun 2011. Untuk mengakses data, pengguna terlebih dahulu memasukkan (log in) kata kuncinya. Menu log-in dengan level security tertentu disiapkanuntuk memfilter para pengguna, sehingga keamanan data lebih terjamin. Aplikasi Atlas sidikjari berjalan diatas web server Apache dengan didukung Map Server untuk menjelajah peta pada sebuah browser. Sehingga dibutuhkan sebuah browser seperti Internet Explorer yang direkomendasikan untuk membuka Atlas sidikjari, penggunaan Browser lain tidak direkomendasikan. Gambar 3 memperlihatkan tampilan awal Atlas sidikjari. Pada halaman ini terdapat menu login, pengguna diminta untuk login terlebih dahulu
Gambar 3. Halaman utama aplikasi Atlas Sidikjari
20
M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012
Topik Utama dilakukan validasi, apakah hasil interpretasi dengan memasukkan Personal ID, User Name dan Password. Semua aktifitas pengguna di dalamnya direkam dalam sebuah log file, sehingga apabila terdapat kesalahan atau penambahan atau pengurangan data dapat ditelusuri dengan mudah, dan dapat dipertanggungjawabkan. Terdapat 3 level akses untuk masuk, yaitu : LEVEL
AKSES
Level 1
Pengguna hanya dapat melihat tanpa dapat mencetak data. Pengguna dapat melihat dan mencetak tapi tidak dapat merubah data Pengguna memiliki akses penuh, termasuk memberi ijin seorang pengguna memiliki akses tertentu.
Level 2 Admini strator
Setelah pengguna memasukan Personal ID, User Name dan Password, tampilan berikutnya memperlihatkan peta Indonesia dan beberapa tombol menu navigasi. Peta dasar meliputi Pulau, Jalan, sungai, batas provinsi, batas kabupaten seluruh Indonesia ini dibuat sedemikian interaktif sehingga dapat digunakan untuk menjelajah data geologi seperti data
cekungan migas, seismik, litologi, struktur, formasi dan sebagainya. Aplikasi ini juga dapat digunakan untuk menjelajah sumur-sumur atau lapangan-lapangan migas disamping terdapat data lain yang berkenaan dengan data eksplorasi dan eksploitasi hidrokarbon. Aplikasi ini menyediakan fasilitas untuk memperbesar, memperkecil, menggeser kanan, kiri, atas atau bawah Peta yang ada. Aplikasi ini dilengkapi dengan menu navigasi seperti Map Size untuk merubah ukuran peta, Organize Layer yang digunakan untuk menampilkan layer tertentu pada peta, Print dan Report Generator untuk mencetak, Adm Console untuk menyunting data pengguna, data minyak, kromatogram, diagram dan sebagainya. Gambar 4. memperlihatkan halaman utama Atlas Sidikjari. 3.1. Input Atribut dan Kromatogram Sampel Minyak Sampel minyak dikumpulkan dari berbagai sumur di lapangan minyak yang tersebar di seluruh indonesia. Atribut sampel tersebut juga dikumpulkan, seperti asal sumur, reservoar, struktur, formasi dan bahkan perusahaan
Gambar 4. Halaman dalam Atlas Sidikjari
Atlas Sidikjari Minyak Bumi Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah, FX Widiarto, Desi Y.
21
Topik Utama pengelola sumur tersebut juga ikut menjadi data atribut yang di masukan untuk melatarbelakangi keberadaan sampel. Atribut sampel tersebut dikumpulkan dan dimasukan kedalam database. Gambar 5.memperlihatkan titik-titik pada peta yang merepresentasikan sumur di wilayah Bunyu, Tarakan. Jika di klik salah satu titik tersebut akan memberikan informasi rinci
mengenai sumur yang bersangkutan. Pada Gambar 6 adalah formulir yang digunakan untuk memasukan data atribut sampel, sumur, perusahaan dan reservoar sebagai data atribut yang melengkapi informasi sampel. Keluaran hasil pengukuran sampel dengan GC dan GCMS-MS adalah sebuah file cromtab.csv
Gambar 5. Lokasi sumur dan informasi atribut, Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur
Gambar 6.Halaman penyuntingan database atribut sampel
22
M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012
Topik Utama yang menjadi input atau masukan Atlas sidikjari. Hasil pengukuran GC atas sampel menghasilkan kromatogram untuk whole oil (Gambar 7), sementara hasil pengukuran dengan GCMS-MS menghasilkan kromatogram untuk sterana dan triterpana. Data kromatogram dari setiap sampel minyak dimasukan ke dalam database pada Atlas
sidikjari. Apabila terdapat sampel minyak yang tidak memiliki atribut, Atlas sidikjari dapat mencari atribut yang telah tersedia dalam database dengan cara membandingkan kromatogram sampel yang tidak diketahui dengan kromatogram sampel yang ada didalam database secara otomatis. Gambar 8 memperlihatkan halaman yang digunakan untuk melakukan penyuntingan data kromatogram.
Gambar 7. Kromatogram minyak bumi
Gambar 8. Uploadfile DBF Kromatogram
Atlas Sidikjari Minyak Bumi Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah, FX Widiarto, Desi Y.
23
Topik Utama a. Atribut dan Referensi Cekungan Aplikasi Atlas sidikjari tidak hanya berisi atribut sampel dan kromatogram saja, tetapi juga dilengkapi dengan atribut lain yang berhubungan dengan lokasi sampel, seperti cekungan, petroleum system, general stratigraphy dan juga referensi yang tersedia pada cekungan tersebut (Gambar 9). Pengguna (user) juga dapat mengakses informasi lebih rinci tentang seluruh cekungan migas yang ada di Indonesia, seperti type, status, area, source rock dan sebagainya. Caranya dengan mengklik 'console petsys' pada 'Query Result' (Gambar 9) cekungan yang diinginkan pada peta.Gambar 10 memperlihatkan petroleum system cekungan Barito, sedangkan Gambar 11 memperlihatkan atribut yang ada pada cekungan dimaksud. Selain itu pada aplikasi ini (hanya disediakan
untuk administrator) dapat meng-update data petroleum system apabila dimiliki data baru. Aplikasi Atlas sidikjari menyediakan data Referensi, yaitu berupa tulisan atau makalah dari berbagai jurnal yang ada, hasil pengukuran atau data terkait pada setiap cekungan. Pengguna dapat mengakses dengan mengklik tombol 'References' pada 'Query Result' (Gambar 9). Gambar 12 memperlihatkan salah satu referensi yang ada pada Cekungan Barito. b. Data Statistik dan Diagram Aplikasi Atlas sidikjari dilengkapi dengan data statistik yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan secara obyektif, terutama untuk mengambil kesimpulan terhadap fakta dan data yang telah dimiliki dalam database.
Gambar 9. Atribut dari cekungan Barito yang didapat dengan cara meng-klik Cekungan Barito pada aplikasi Atlas sidikjari
24
M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012
Topik Utama
Gambar 10. Petroleum System Cekungan Barito
Gambar 11. Atribut cekungan secara detil yang ada dalam database
Atlas Sidikjari Minyak Bumi Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah, FX Widiarto, Desi Y.
25
Topik Utama
Gambar 12. Salah satu tampilan Referensi Cekungan Barito dalam bentuk PDF pada browser Internet Explorer Data statistik dapat ditampilkan sesuai dengan kebutuhan para pengguna. Saat inibaru tersedia beberapa diagram yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan seperti Dendrogram, Radar Diagram dan Ternary Diagram. Hasil dari perhitungan pada Gambar 13, akan menghasilkan radar diagram yang dapat dilihat pada Gambar 14.
Sumatera Utara. Contoh dari minyak-minyak tersebut diperlihatkan oleh kromatogram dari hasil analisis whole oil GC, biomarker sterana dan triterpana (Gambar 15 dan Gambar 16). Data biomarker yang terdapat dalam atlas sidikjari merupakan hasil dari pengambilan sampel yang dilakukan pada setiap cekungan yang terdapat di Indonesia. a. Akuatik Marine
3.2. Data Biomarker Data biomarker yang saat ini merupakan hasil analisis 934 sampel, dengan rincian sampel minyak bumi untuk Indonesia Barat 744 sampel dan Indonesia Timur sebanyak185 sampel dengan rincian seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Dari hasil interpretasi hasil analisis sebagian besar minyak bumi cekungan migas yang terdapat di Indonesia bagian barat termasuk ke dalam tipe minyak lakustrin dan terrestrial, dengan sebagian kecil terdapat tipikal marine seperti pada beberapa minyak di cekungan
26
Minyak jenis marine dapat dicirikan dengan tingginya jumlah perbandingan sterana dan hopane, tingginya kandungan C27 sterana serta pada beberapa kasus diindikasikan oleh kehadiran senyawa C30 sterana, dan rendahnya perbandingan senyawa pristan terhadap fitana (ten Haven & Schiefelbein, 1995). Beberapa minyak yang berasal dari cekungan Sumatera Utara termasuk ke dalam jenis minyak marine ini. Dominasi dari C27 sterana pada minyak juga merupakan indikasi bahwa minyak tersebut termasuk ke dalam kelompok ini.
M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012
Topik Utama
Gambar 13. Halaman yang digunakan untuk memasukan data untuk diagram radar
Gambar 14. Radar diagram sebagai hasil dari perhitungan data yang dimasukan
Atlas Sidikjari Minyak Bumi Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah, FX Widiarto, Desi Y.
27
Topik Utama Tabel 1. Jumlah sampel dari tiap cekungan No
JumlahSumur/ Sampel Minyak
Cekungan
Indonesia Barat 1 (2009) 1. Sumatra Utara 2. Sumatra Tengah 3. Sub-Cekungan Jambi 4. Sumatra Selatan 5. Sunda Indonesia Barat 2 (2010) 1. JawaTimur 2. Tarakan 3. Kutei 4. Barito 5. Natuna Barat Indonesia Timur (2011) 1. Banggai 2. Seram 3. Salawati 4. Waipoga Total
44 60 71 149 76 56 39 220 15 14 6 78 97 3 934
300 250 200 150 100 50 50
55
60
65
70
75
16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 50
55
60
65
70
75
Gambar 15. Sidikjari biomarker sterana minyak akuatik lakustrin(atas) dan delta (bawah)
28
M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012
Topik Utama 1650 1450 1250 1050 850 650 450 250 50 25
35
45
55
45
55
65
75
85
60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 25
35
65
75
85
Gambar 16. Sidikjari kromatogram triterpana minyak akuatik lakustrin (atas) dan delta (bawah)
b. Lakustrin Jenis minyak ini terdapat pada cekungan Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Sunda. Tipe minyak jenis ini dapat diketahui dari perbandingan antara C 26 -tricyclic terpanes dengan C24-tetracyclic terpanes lebih atau sama dengan 1. Munculnya puncak puncak C 28 , C 29 dan C 30 juga mengindikasikan tipikal minyak jenis ini. Gamacerane juga merupakan penanda minyak yang berasal dari lingkungan lakustrin, walaupun gamacerane tidak selalu terdapat pada kromatogram minyak lakustrin (Gambar 17). Pada minyak yang berasal dari lapangan Minas dan Duri pada Cekungan Sumatera Tengah terdapat isoprenoid botryococcane. Botryococcane merupakan senyawa yang
berasal dari alga botryococcusbraunii, sehingga menguatkan bahwa minyak yang berasal dari cekungan ini merupakan minyak berjenis lakustrin atau payau (brackish), dan berdasarkan pembagian yang dibuat oleh ten Haven dan Schiefelbein, 1995 minyak jenis ini merupakan minyak lakustrin Tipe A. Sebagian besar tipelakustrin A ini berasal dari minyak Sumatera Tengah tetapi juga sebagian terdapat pada cekungan Sunda dan beberapa di cekungan Sumatera Selatan. Walaupun ternyata menurut ten Haven, Tipe Lakustrin A pada cekungan Sunda tidak memiliki kesamaan yang besar dengan minyak yang berasal dari lapangan Minas. Minyak cekungan Sunda memiliki nilai isotopkerogen yang lebih besar dibandingkan dengan nilai isotopkerogen pada cekungan Sumatera Tengah.
Atlas Sidikjari Minyak Bumi Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah, FX Widiarto, Desi Y.
29
Topik Utama Response_ Signal: SWB-878.D\FID1A.CH 2600000 View Mode: Integration 2400000 2200000 2000000 1800000 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
Time
Response_ Signal: 758W.D\FID1A.CH
1000000 900000 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
Time
Gambar 17. Sidikjari kromatogram gas minyak marin deltaik (atas) dan marin karbonat (bawah) c. Minyak Terestrial Resinitik Minyak resinitik mengindikasikan adanya kelimpahan resin damar yang berasal dari pohon-pohon famili Dipterocarpus yang terdapat di dalam minyak tersebut. Adanya struktur bicadinane pada minyak jenis ini dapat diketahui dari interpretasi pada kromatogram triterpana. Bicadinane ini merupakan salah satu penciri minyak yang berasal dari Asia Tenggara, dan di Indonesia minyak dengan kandungan bicadinane tinggi ini sebagian besar terdapat di cekungan Sumatera Selatan selain tentunya beberapa terdapat di cekungan Sumatera Tengah. Bicadinane pertama kali ditemukan oleh Grantham et al. (1983) di dalam minyak yang berasal dari Timur Jauh, dan diberi
30
penanda sebagai "W", "T" dan "R" yang kemudian pada perkembangannya dikenal sebagai bicadinane triterpana group. Dan pada tahun 1990, van Aarsen et al. menggunakan NMR untuk mengetahui kandungan dari "T" yaitu trans-trans-transbicadinane dan "W" yaitu cis-cis-transbicadinane (Peters dan Moldowan, 1986). d. Minyak Kandungan Oleanana Tinggi Minyak yang memiliki kandungan oleanana yang tinggi diketahui berasal dari tumbuhan berfamili Angiosperma yang dimulai pada umur Kapur Akhir. Minyak jenis ini ditemukan terutama selain pada Cekungan Sumatera Tengah dan Cekungan Sunda-Asri.
M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012
Topik Utama Gambar 18 menunjukkan pengelompokan minyak bumi dari wilayah Indonesia berdasarkan data yang diperoleh dari analisis kromatografi gas, disamping biomarker terpilih seperti bisiklik alkana, sterana dan triterpana (Gambar 19) serta diagram segitiga dengan contoh data biomarker sterana (Gambar 20).
produksi masing-masing lapangan dapat ditentukan komposisinya dengan cara mencampur kedua sumber minyak dalam beberapa komposisi di dalam laboratorium. Masing-masing campuran sampel tersebut dianalisis dan diplot datanya sesuai dengan komposisinya. Maka data beberapa rasio kunci hasil analisis di plot ke dalam diagram XY dan garis yang menghubungkan data rasio tersebut merupakan tempat kedudukan komposisi kedua minyak hasil alokasi produksi baik dari produksi sumur comingle maupun pencampuran minyak hasil kedua lapangan yang dikirim ke pasar.
4. PENEMUAN SUMBER SAMPEL MINYAK UNKNOWN Atlas Sidikjari (database) mempunyai fleksibilitas yang besar untuk dikembangkan setiap saat guna memberikan akses kepada pemecahan permasalahan perminyakan seperti produksi sumur, alokasi produksi pada sumur dengan reservoar lebih dari satu lapisan dan permasalahan-permasalahan lain yang muncul dari aktivitas migas. Dalam hal penentuan alokasi produksi sumur comingle (produksi lebih dari satu zona reservoir) atau penentuan alokasi
Keunikan lain, adalah ketika eksplorasi menemukan minyak baik dari sumur maupun dari rembesan di lapangan, maka data karakter biomarker dari minyak bumi yang baru diketemukan tersebut dapat dirujuk ke dalam atlas sidikjari ini. Apabila diketemukan persamaan data karakter biomarker-nya dan posisi geografi kedua data tersebut secara geologi berhubungan, maka penemuan baru
Pristane/n-C 17
10.00
1.00
0.10
0.01 0.01
KUTAI BASIN
0.10
BARITO
WNATUNA
1.00 Phytane/n-C 18 TRK-BUNYU
NEJAVA
10.00
NSB
CSB
SSB
SERAM
SALAWATI
Gambar 18. Diagram Pr/nC17 terhadap Ph/nC18 menunjukkan pengelompokan minyak bumi dari beberapa cekungan di Indonesia
Atlas Sidikjari Minyak Bumi Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah, FX Widiarto, Desi Y.
31
Topik Utama Bisiklik alkana
diasterana
Sterana
homodriman
C29 C27
driman
C28 Rearranged
C30
Triterpana C29
Trisiklik terpana C23 C24 C24Te C20
C25
Ts Tm
C26
C19
oleanan
C21
C28 C29
HM
C31 C32
C33 C34 C35
Gambar 19. Biomarker terpilih untuk mengetahui karakteristik minyak bumi dari kandungan senyawa-senyawa bisiklik alkana (m/z 123), sterana (m/z 217) dan triterpana (m/z 191). C28 environment open marine lacustrine estuarine bay terrestrial
phytoplankton
zooplankton
higher plant
C29
C27 SERAM
SALAWATI
BANGGAI
WJAVA
SSB
OMBILIN
NE. JAWA
CSB
NSB
JSB
Gambar 20. Diagram segitiga menampilkan Biomarker terpilih untuk mengetahui karakteristik minyak bumi dari kandungan senyawa-senyawa bisiklik alkana (m/z 123), sterana (m/z 217) dan triterpana (m/z 191).
32
M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012
Topik Utama tersebut berasal dari famili minyak bumi yang sudah diketahui. Sebaliknya apabila kondisi yang sama baik secara geografis maupun geologinya namun sampel minyak tersebut memiliki karakter biomarker yang berbeda dengan famili minyak bumi yang sudah diketahui, maka dapat diindikasikan bahwa diketemukan famili baru minyak bumi di sekitar penemuan. Dengan perkataan lain diketemukan Petroleum System baru. Penemuan ini akan berimplikasi besar terhadap eksplorasi minyak bumi ke depan di sekitar penemuan minyak bumi tadi.
minyak pencemar tersebut berasal dari lapangan produksi sekitarnya atau minyak tersebut berasal dari tempat lain yang tertransportasikan melalui arus laut ke tempat lain. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam kasus pencemaran lingkungan yang terjadi tersebut, ternyata berasal dari sumber yang bermacam-macam, antara lain berasal dari pembuangan (cleaning) kapal tanker atau dari lapangan produksi lainnya/ rembesan minyak yang tertransportasikan ke lokasi pencemaran. Produksi lapangan minyak di sekitar
Salah satu keunggulan aplikasi ini adalah pemecahan permasalahan kriminal seperti pencurian minyak bumi dan pencemaran lingkungan seperti tumpahan minyak di perairan Indonesia. Sebagai contoh kasus pencurian minyak menggunakan kapal tanker yang tertangkap tangan baru-baru ini dapat diketahui minyak hasil curian tersebut berasal dari mana saja. Bahkan ketika pencurian tersebut dilakukan dari berbagai lokasi dan dimasukkan ke dalam satu kapal tangker yang sama mampu dilacak sumbernya. Kapal tanker yang penuh dengan minyak bumi tersebut diambil sampelnya secara grid baik vertikal maupun horisontal, kemudian sampel tersebut dianalisis dan dibandingkan dengan data yang terdapat dalam atlas sidikjari. Data sidikjari yang berbeda-beda dari sampel minyak dalam kapal tanker tersebut menunjukkan bahwa kapal tanker tersebut berisi minyak bumi yang diambil dari beberapa sumber (lapangan minyak). Umumnya minyak bumi memiliki viskositas yang berbeda, sehingga apabila dimasukkan ke dalam suatu tempat (dalam hal ini ke dalam kapal tanker) tanpa diaduk dengan baik, maka keberadaan minyak buminya akan tetap terpisah-pisah. Dengan pengambilan sampel melalui sistem grid akan dapat diketahui masing-masing sidikjari minyak buminya, sehingga dapat disimpulkan dari mana asal minyak bumi tersebut. Kondisi ini hanya akan dapat terlacak apabila, sampel minyak yang dicuri tersebut datanya ada dalam atlas sidikjari.
pencemaran disimpulkan juga memiliki andil dalam pencemaran tersebut. Bahkan, ketika Atlas Sidikjari memiliki contoh sampel yang komplit, atlas mampu menemukan sumber pencemarnya sampai kepada sumur tertentu. Kesimpulan ini memastikan bahwa sumur/ lapangan yang ditunjuk tersebut, memang pada waktu tertentu telah diperbaiki karena terjadi kebocoran salah satu pipa yang menyalurkan ke stasiun pengumpul.
Selain itu, dalam kasus pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak pada suatu area di perairan Indonesia, dapat ditentukan apakah
Prinsip kerja dari atlas sidikjari tersebut menyediakan data karakter minyak bumi se Indonesia yang diwakili oleh beberapa sentra produksi minyak bumi di seluruh Indonesia. Dengan data yang ada dalam atlas tersebut, hasil analisis data minyak bumi hasil kriminal diupload ke dalam aplikasi, kemudian dengan menggunakan mesin pencarian, maka sistem secara otomatis akan menampilkan hasil pattern recognation antara unkown sampel dengan database yang dimiliki dalam aplikasi. Tingkat kesamaan yang sangat tinggi mengindikasikan bahwa sampel minyak bumi hasil kriminal tersebut berkorelasi dengan beberapa data yang ada di dalam atlas sidikjari. Korelasi positif dapat disimpulkan dengan cara rekonstruksi dengan bantuan data lain seperti letak geografis sampel minyak unknown dan data minyak reference (dalam atlas) atau data pola arus dan lain sebagainya termasuk data kapal tanker. Gambar 21 mendemonstrasikan kerja sistem dengan cara membandingkan data minyak hasil kriminal dengan data yang sudah ada dalam database atlas sidikjari sehingga dengan mudah dan cepat dapat ditelusuri dari
Atlas Sidikjari Minyak Bumi Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah, FX Widiarto, Desi Y.
33
Topik Utama
Gambar 21. Metode pencarian unknown sampel
34
M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012
Topik Utama mana minyak tersebut berasal serta perusahan yang mengoperasikannya. Jadi sesuai dengan tujuan pembuatannya, atlas sidikjari ini salah satunya akan sangat bermanfaat bagi pemecahan permasalahan kriminal seperti kasus pencurian minyak bumi dan pencemaran lingkungan. 5. PENUTUP Tersedianya database atlas sidikjari (fingerprints) minyak bumi diharapkan dapat membantu pengambilan keputusan secara cepat dan akurat terhadap beberapa masalah yang terjadi dalam industri perminyakan secara efektif maupun permasalahan-permasalahan kriminal yang terjadi di wilayah Indonesia. Aplikasi ini menyediakan data geokimia minyak bumi yang lengkap dan kredibel dari seluruh wilayah Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA LEMIGAS, 2010, Pengembangan Atlas Sidikjari Minyak Bumi Indonesia Bagian Barat, Kementrian ESDM, Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS", Jakarta, Desember 2010, tidak dipublikasikan LEMIGAS, 2011, Pengembangan Atlas Sidikjari Minyak Bumi Kawasan Indonesia Timur, Kementrian ESDM, Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM Mineral, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS", Jakarta, Desember 2011, tidak dipublikasikan Peters K. E. and Moldowan, J. M., 1993, The Biomarker Guide, Interpreting Molecular Fossils in Petroleum and Ancient Sediments. Prentice Hall, Englewood Ten Haven, H.L. and Schiefelbein, C., 1995, The Petroleum System of Indonesia, 24th Annual Convention Indonesian Petroleum Association Proceedings.
Atlas Sidikjari Minyak Bumi Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah, FX Widiarto, Desi Y.
35