Topik Utama KEMITRAAN STRATEGIS EKSPLORASI MIGAS DI KAWASAN TIMUR INDONESIA Imam B. Sosrowidjojo 1) dan Hermansyah 2) 1)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" 2) Sekretariat Badan Litbang ESDM
[email protected]
SARI Kegiatan Eksplorasi Migas Kawasan Timur Indonesia (KTI) akan dilakukan dengan konsep kemitraan strategis. Persiapan kegiatan ini dilakukan melalui beberapa tahap, seperti pemilihan calon mitra, pemilahan lokasi penelitian berdasarkan data kegeologian dan non kegeologian dan mendiskusikannya ke dalam Forum Focus Group Discussion sebanyak dua kali. Kegiatan kemitraan ini akan dimulai pada tahun anggaran 2014 dan diharapkan akan berakhir pada tahun 2019 (Seri-1) dengan pengharapan diketemukan cadangan hidrokarbon yang berskala komersial di KTI. Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan Seri-2 yang akan di mulai pada tahun 2015 dengan terlebih dahulu dilakukan pemilihan lokasi melalui forum FGD di tahun 2014. Kata kunci : eksplorasi, kemitraan strategis, kawasan timur indonesia migas.
1. LATAR BELAKANG Hidrokarbon konvensional diperkirakan masih merupakan komponen energi primer dalam memenuhi kebutuhan energi dunia sampai lima dekake ke depan (Zitha et al., 2011). Di Indonesia produksi minyak mentah menunjukkan tren penurunan yang signifikan, seperti terlihat dalam Gambar 1, produksi minyak mentah turun pada level 840k bph (barel per hari) di tahun 2012 lalu dan diperkirakan turun di bawah 835k bph tahun 2013 ini. Pemerintah Indonesia berupaya keras untuk menaikkan produksi minyak dan mempertahankannya pada kisaran di atas 1000k bph. Salah satu upaya pemerintah untuk mempertahankan produksi minyak mentah di atas 1000k bph sampai tahun 2030 adalah melalui inovasi pengetahuan dan teknologi. Selain itu untuk mengurangi ketergantungan minyak mentah sebagai energi utama, melalui PerPres 5/2006, pemerintah mengeluarkan
4
peraturan bauran energi dengan komposisi menurunkan konsumsi BBM dari 54% di tahun 2005 menjadi 20% di tahun 2025. Namun karena banyak hal yang berkembang sampai tahun 2010, diperkirakan amanat Perpres tersebut dianggap susah terwujud, maka Kementerian ESDM memperbarui proporsi bauran energi seperti terlihat pada Gambar 2. Dari gambar ini peranan minyak mentah yang saat ini dominan, diharapkan pada tahun 2030 secara kualitas akan menurun sampai 26%. Dari gambaran tersebut, jelaslah bahwa Indonesia bukan sebagai negara yang kaya akan sumber energi fosil. Klaim ini didukung oleh data dari OPEC bahwa cadangan migas Indonesia telah berada pada fase decline sejak 1995 dan saat ini posisi Indonesia saat ini menduduki ranking ke 29 dunia berdasarkan urutan negara (Gambar 3), masih di bawah Malaysia dan Vietnam yang berturut-turut bertengger pada posisi
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
2000
PEAK 1977
PEAK 1995
1683 1631 15891587
1624
1500
1539
1519
1506
1612 1624
1575
1574 1535
1557
1586 1537
1445 1407
1373 1336
1338
1305
1303
13021302 1264 1214
1327
1501
1499
1468 1462 1373
1366 1341
1364 1316 1267
1229
15001500
14981496 1460
1415
1397 1404
1387
1362
1288
1522
1500
1491
1408
1375
1252
1240
MBOEPD
1147 1096
1082
1056 966
889
977
1000 10101010 949 945 902
744
601 488
466
512
550 544
773
900 861
847
742
569
954
904
853
500
1062 1006
1000 797
830
Decline 3-5%
585
401
266 153 52
57
57
51
53
59
74
91
99 109
1966 1967 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
0
TAHUN *) Outlook per 29 Januari 2013
Minyak
Gas
Topik Utama ditemukannya cadangan migas. Lapangan migas dapat diproduksi umumnya merupakan penemuan hasil eksplorasi migas sekitar 5 - 10 tahun yang lalu. Dalam hal ini Balitbang ESDM harus mengambil peranan setral menjadi agen pemerintah dalam upayanya meningkatkan produksi minyak mentah nasional. Balitbang ESDM harus melakukan reorientasi kegiatan dari yang bersifat parsial menjadi suatu kegiatan yang terintegrasi melalui suatu kegiatan kolaborasi dengan KKKS baik dari BUMN maupun dari swasta nasional. Kemitraan strategis antara Balitbang ESDM dengan KKKS migas nasional dan institusi pelayanan jasa survei seismik harus dibangun dan ditumbuh kembangkan agar menjadi model kerjasama penelitian Balitbang ke depan yang berorientasi produk dan bersifat quick win untuk beberapa kegiatan.
2. KEGIATAN EKPLORASI MIGAS DI KAWASAN TIMUR INDONESIA Indonesia timur adalah sumber kekayaan minyak dan gas masa depan Indonesia. Namun kendala infrastruktur dan tingginya risiko menggarap kawasan ini membuat para investor masih enggan menggarap. Selain ketiadaan infrastruktur di Indonesia timur, wilayah laut dalam juga memperlambat pengembangan temuan eksplorasi. Pemerintah pun harus memiliki terobosan agar penanam modal melirik Indonesia timur di tengah keterbatasan infrastruktur. Berdasarkan data inventarisasi cadangan minyak dan gas bumi kontraktor asing dan nasional status 1 Januari 2012, terdapat 88 lapangan migas yang tersebar di tujuh cekungan (LEMIGAS, 2012). Gambar 4 menunjukkan luasnya kawasan Indonesia timur yang diwakili oleh 47 cekungan, masih banyak area yang
Gambar 4. Peta cekungan migas Kawasan Timur Indonesia
Kemitraan Strategis Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah
7
Topik Utama dapat dipelajari lebih mendalam. Selain itu, ternyata di KTI terdapat banyak rembesan migas atau oil/gas shows hasil pemboran sumur. Data tersebut mempunyai peran yang penting dalam kegiatan eksplorasi migas. Rembesan migas merupakan salah satu indikasi bahwa elemen petroleum system di daerah tersebut telah terpenuhi dan membentuk migas. Rembesan migas atau oil/gas shows pada hasil pemboran sumur ini dijumpai di kawasan Sulawesi, Timor dan Papua. Kegiatan eksplorasi migas di KTI dimulai pada akhir abad 18, dengan ditemukannya beberapa lapangan migas seperti Lapangan Beling pada tahun 1897, Lapangan Bula pada tahun 1918 (Cekungan Seram), Lapangan Klamono pada tahun 1939 (Cekungan Salawati), dan Lapangan Mogoi pada tahun 1941 (Cekungan Bintuni) (LEMIGAS, 1985). Selanjutnya eksplorasi dan eksploitasi cenderung dilakukan di ketiga cekungan tersebut. Baru pada tahun 1990 hingga sekarang usaha eksplorasi dan eksploitasi berkembang ke cekungan lainnya. Adanya penemuan migas di Lapangan Tiaka, Lapangan Sampi-sampi, Lapangan Walanga, Lapangan Bone, Lapangan Abadi yang terletak di Cekungan Timor dan Lapangan Ruby di Cekungan Makassar Selatan meningkatkan gairah kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di KTI. Peluang Indonesia untuk meningkatkan cadangan dan produksi di masa yang akan datang dititikberatkan pada kegiatan eksplorasi dan pengembangan di KTI. Sejak 2002 sampai 2012, setelah Lapangan Abadi ditemukan oleh Inpex Masela dengan pemboran sumur eksplorasi pertama pada 2001, telah dilakukan pemboran-dalam sebanyak 27 sumur eksplorasi dengan total biaya investasi sudah dikeluarkan oleh para investor adalah lebih dari USD 1,327 juta. Besaran biaya ini tidak dapat dikembalikan karena eksplorasi gagal dan wilayah kerjanya dikembalikan kepada pemerintah. Hanya sebanyak tiga sumur Lapangan Asap, Cekungan Bintuni yang terbukti menghasilkan gas sekitar 1 Tcfg dengan biaya sekitar USD 200 juta.
8
Meski Indonesia timur memerlukan investasi biaya dan teknologi tinggi karena umumnya di laut dalam, pemerintah tetap berupaya mendorong investasi di sana karena sumber dayanya besar. Sebagai contoh, penemuan Lapangan Asap dengan cadangan 1 Tcfg, dengan recovery factor (RF) 70%, maka cadangan terambil sebesar 700 Bcfg. Apabila diasumsikan harga gas 1Tcfg sebesar USD 10 milyar, maka 700 Bcfg seharga USD 7 milyar (Satyana, 2013 komunikasi personal). Artinya penemuan tiga sumur gas dapat membayar kegagalan 24 sumur eksplorasi di kawasan Papua atau dengan satu Lapangan Abadi Inpex Masela secara porto folio dapat menutup biaya eksplorasi telah dilakukan selama 10-20 tahun di Indonesia timur (high risk, high return). Gambar 5 mengilustrasikan argumentasi di atas. Dengan perkataan lain, kecuali Cekungan Salawati, penemuan di lempeng Australia memiliki ukuran lapangan besar. Lebih lanjut, Satyana et al (2012) memaparkan perbandingan antara capaian eksplorasi di Kawasan Barat Indonesia dan KTI (Gambar 5), di mana di KTI walau intensitas eksplorasinya sedikit, tapi bila terjadi penemuan umumnya cukup besar. Seperti terlihat pada Gambar 5, sebagian besar penemuan di KTI berupa gas. Gambar ini menjelaskan besaran penemuan di masing-masing cekungan di Indonesia. Meskipun penemuan hidrokarbon di KTI hampir bersamaan dengan tetangganya di kawasan barat (pada era penjajahan), secara kuantitas terlihat dalam gambar tersebut bahwa jumlah penemuan di KTI sangat sedikit dengan total 30 penemuan dibandingkan dengan wilayah barat sebanyak 258 penemuan. Lambatnya perkembangan eksplorasi migas di KTI disebabkan beberapa hal antara lain: beberapa hasil eksplorasi di kawasan tersebut mempunyai reservoir tight, letak geografis cekungan KTI sebagian besar berada di laut dalam, kurangnya data bawah permukaan (subsurface), infrastruktur yang terbatas, dan insentif yang kurang menarik. Untuk itu, penambahan
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
Topik Utama
Gambar 5. Ukuran lapangan yang diketemukan dari kawasan barat sampai timur Indonesia (1996-2009)
data bawah permukaan mutlak diperbanyak untuk mendukung studi G&G yang komprehensif. Untuk dapat mempercepat penambahan cadangan migas baru khususnya di KTI, semua pemangku kepentingan baik dari unsur pemerintah, industri, maupun akademisi dan praktisi perlu berkolaborasi menentukan lokasi-lokasi yang paling prospektif untuk ditindak lanjuti dengan kegiatan eksplorasi yang terintegrasi.
3. PEMILIHAN LOKASI KEGIATAN EKSPLORASI Pemilihan lokasi kegiatan dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain pemilihan lokasi berdasarkan pemilahan secara geologi dan keekonomian. Hasil pemilahan diambil urutan teratas setelah digugurkan beberapa cekungan yang sudah berproduksi untuk digunakan sebagai bahan Focus Group
Discussion (FGD). Hasil pemilahan yang dibahas dan didiskusikan dalam FGD ini, secara rinci diulas dalam artikel tersendiri dalam edisi ini. FGD dilakukan dalam bentuk Diskusi Terbuka dan terarah, Narasumber dari seluruh pemangku kepentingan subsektor migas diberikan kesempatan pertama untuk menyampaikan tanggapan dan masukan serta saran terhadap hasil pemilahan ini. FGD ini telah dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali. FGD ke-1 mendiskusikan metode pemilihan lokasi penelitian (screening dan ranking), sedangkan FGD ke-2 untuk mendiskusikan usulan lokasi penelitian yang telah disusun oleh Tim Teknis Badan Litbang ESDM dalam proposal ini dan masukan dari FGD ke-1. Metode pemilihan dan lokasi penelitian tersebut tidak terbatas hanya pada bahan yang telah disiapkan. Narasumber dan Peserta FGD dapat memberikan masukan terhadap metode seleksi dan lokasi terbaik sesuai dengan knowledge dan data yang dimiliki.
Kemitraan Strategis Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah
9
Topik Utama 4. KEMITRAAN STRATEGIS Makna sesungguhnya terhadap sebuah kemitraan strategis adalah aliansi formal antara dua institusi komersial (perusahaan), biasanya diformalkan oleh satu atau lebih kontrak bisnis dalam bentuk kemitraan hukum atau, badan, atau hubungan afiliasi perusahaan. Umumnya dua perusahaan akan membentuk kemitraan strategis ketika masing-masing memiliki satu atau lebih aset bisnis yang akan/ dapat membantu yang lain, namun masing-masing pihak tidak ingin mengembangkannya secara internal. Sebagai contoh dalam suatu kemitraan strategis umum melibatkan satu perusahaan sebagai penyedia rekayasa, manufaktur atau jasa pengembangan produk, bermitra dengan perusahaan yang lebih kecil, atau institusi khusus sebagai inventor atau penemu untuk menciptakan produk baru. Biasanya, perusahaan yang lebih besar akan menyediakan modal, dan memiliki kemampuan mengembangkan produk yang diperlukan, pemasaran, manufaktur, dan pendistribusian hasil produk, sedangkan peran perusahaan kecil memiliki keahlian teknis khusus atau kreatif yang dapat menunjang kelangsungan bisnis pengusaha besar tersebut. Bentuk kerjasama lain yang umum terjadi dalam suatu kemitraan strategis adalah melibatkan pemasok/produsen dengan distributor atau grosir. Kemitraan ini dibangun daripada melakukan transaksi antara perusahaan yang mempunyai keterkaitan dalam produk atau layanan rantai pasokan, kedua perusahaan menjalin hubungan yang lebih dekat dan memformalkannya di mana mereka saling berpartisipasi dalam iklan, pemasaran, branding, pengembangan produk, dan fungsi bisnis lainnya. Sebagai contoh, produsen otomotif dapat membentuk kemitraan strategis dengan pemasok komponen, contoh lain antara distributor musik dengan label rekaman. Prinsip dari kemitraan ini, masing-masing perusahaan tidak mengembangkan apa yang menjadi bisnis mitranya.
10
Ada banyak keuntungan menjalin/ melakukan kemitraan strategis dalam menggapai tujuan bisnis. Seperti kata Hibah (2008), untuk strategi lengkap, sebagai lawan dari proyek-proyek individu, menciptakan nilai opsi berarti memposisikan perusahaan seperti menyediakan peluang yang beragam. Dengan kemitraan strategis, perusahaan dapat mengambil keuntungan dengan memanfaatkan kekuatan perusahaan lain untuk membuat kedua perusahaan lebih kuat dalam jangka panjang. Kemitraan strategis dapat/sering mempertanyakan kepada perusahaan mitranya tentang hak untuk peluang bisnis yang dihasilkan dalam proses kemitraan dan kepemilikan kekayaan intelektual lainnya, transfer teknologi, eksklusivitas, kompetisi, mempekerjakan diri karyawan, pemisahan keuntungan dan biaya, durasi dan pemutusan hubungan, dan banyak isu-isu bisnis lainnya. Hubungan seringkali kompleks sebagai hasilnya, dan dapat dikenakan negosiasi yang berkepanjangan. Salah satu kesalahan terbesar yang dibuat pemilik usaha adalah mencoba untuk melakukan segalanya sendiri. Untuk mengatasi kesalahan ini, pemilik bisnis harus mempekerjakan dan melatih karyawan yang tepat. Selain itu, mereka harus memanfaatkan mitra strategis juga, karena tidak ada satu proyekpun yang secara efisien dapat dilakukan secara mandiri. Jadi apa yang merupakan mitra strategis? Sebuah mitra strategis bisnis adalah sebuah perusahaan melakukan perjanjian dengan pihak lain yang bertujuan untuk saling membantu mencapai sukses yang lebih besar. Memilih mitra strategis harus disesuaikan dengan kebutuhan bisnisnya. Kemitraan yang secara inheren/tidak selaras, pada umumnya menemui kegagalan, dan harus dibatalkan. Kekhawatiran akan terjadinya kegagalan atau kehilangan kontrol, pemimpin perusahaan menunda mitra potensial dinamis dan dengan demikian tidak dapat memanfaatkan kesempatan yang langka/ penting. Untuk menghindari atau
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
Topik Utama mengurangi terjadinya kejadian seperti di atas, dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan seperti berikut. Beberapa langkah untuk mengevaluasi dan menentukan Mitra Strategis dapat diuraikan di sini secara ringkas. Tahapan pemilihan mitra strategis disusun berdasarkan pengalaman Balitbang sebelumnya ketika bermitra dengan PT. Medco Energi dalam penelitian Pengembangan Gas Metana Batubara di wilayah kerja migas milik Medco di Lapangan Rambutan, Muaraenim. Karena Balitbang adalah institusi riset milik pemerintah, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan permodalan tidak ditinjau. Karena sumber dana kegiatan Balitbang berasal dari negara (APBN), maka pemilihan mitra diutamakan berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang energi. Pengalaman sebelumnya, BUMN ini menolak bekerjasama karena faktor internalnya, sehingga pemilihan jatuh kepada Perusahaan Swasta Nasional yang berorientasi selain profit juga kebangsaan. Pertama melakukan identifikasi calon mitra potensial. Ada beberapa BUMN yang bergerak dalam usaha energi yakni PT. Pertamina, PT. Gas Negara dan PT. Bukit Asam. Dari ketiga BUMN tersebut, pilihan diutamakan kepada PT. Pertamina yang memiliki bisnis utama eksplorasi migas. Dialog dilakukan untuk menyamakan persepsi untuk memudahkan pembahasan langkah berikutnya. Dalam dialog/ diskusi itu penekanan pembicaraan adalah mengenai apakah calon mitra (PT. Pertamina) berpotensi membawa keuntungan bagi Balitbang? dan apa kelemahannya bermitra dengan calon mitra tersebut. Kemudian menginjak kepada hal yang substantif yakni mengetahui apa saja kompetensi calon mitra diperlukan untuk keberhasilan kemitraan ini. Kemudian ditakar seberapa besar probabilitas sukses kemitraan yang akan dilakukan bila dibanding dengan kemitraan sebelumnya. Langkah lainnya yang harus dilakukan yakni melakukan penjajagan bisakah Mitra terpilih
dapat membantu Balitbang ESDM mencapai keuntungan strategis yang signifikan. Ini penting untuk menjamin sumber daya manusia Balitbang dapat belajar dan meningkatkan kompetensi intinya. Selain itu, apa kemitraan ini juga dapat membuka akses data dan ikut belajar manajemen eksplorasi migas dari calon mitra. Mengapa hal ini dijadikan persyaratan untuk melakukan kemitraaan, agar dikemudian hari Balitbang memiliki kemampuan manajemen eksplorasi untuk kepentingan usulan kebijakan eksplorasi di masa depan. Selain itu, kemitraan yang dibangun harus dapat memperkuat riset di bidang eksplorasi migas. Syarat lain yang harus didapatkan adalah jaminan yaitu apakah potensial mitra berkomitmen dan bersedia melakukan pemboran dari hasil kegiatan ini. Dengan melakukan pemboran diharapkan akan ditemukan cadangan hidrokarbon. Penemuan ini dapat diklaim sebagai hasil akhir/outcome Balitbang ESDM dalam melakukan tupoksinya dalam penambahan cadangan migas baru. Tentunya tidak semua hasil akan ditindak lanjuti dengan pemboran. Hasil yang akan ditindak lanjuti dengan aktivitas pemboran adalah jika kegitaan kemitraan ini menemukan sumber daya ≥ 6 Tcfg.
5. RENCANA KEGIATAN EKSPLORASI Kegiatan kemitraan ini merupakan hasil dari refocusing kegiatan Balitbang ESDM ke depan. Sejak tahun 2013, secara terseleksi dilakukan penajaman beberapa kegiatan yang berdampak dapat mentriger kegiatan industri untuk lebih cepat. Sebagai contoh, kegiatan eksplorasi di KTI ini. Telah disadari bahwa eksplorasi KTI sangat beresiko dan beberapa kegiatan eksplorasi hidrokarbon kurang memuaskan hasilnya. Post mortem analisis menunujukan bahwa problem tidak diketemukannya cadangan hidrokarbon secara komersial dikarenakan kondisi reservoirnya yang sangat "tight". Oleh karena itu, pemerintah melalui Balitbang berusaha mendorong agar kegiatan eksplorasi migas di KTI dapat bergairah kembali.
Kemitraan Strategis Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah
11
Perencanaan Thn. 2014-2019 • FGD: Penentuan • Checking lokasi Lokasi Penelitian • Akusisi Seismik, • Persiapan Basin Processing dan 1 Interpretasi
PIC: Balitbang Peneliti Migas Profesional Migas Akademisi Praktis
ESDM (PIC: Balitbang) PERTAMINA SKK MIGAS PT. Elnusa
Evaluasi Studi G&G: • Resource Assessment • P/L ranking
ESDM (PIC: Balitbang) PERTAMINA SKK MIGAS
Evaluasi • Direct Proposal • WK Award
ESDM (PIC: Migas) PERTAMINA SKK MIGAS
Discovery? • Drilling • Testing
Penambahan Cadangan
Perencanaan Thn. 2020-2024
PIC: PERTAMINA PIC: PERTAMINA PIC: Balitbang SKK MIGAS Balitbang Balitbang SKK MIGAS
Penetapan kriteria mitra • FGD: Penentuan • Checking lokasi Lokasi Penelitian • Akusisi Seismik, • Persiapan Basin Processing dan 2 / Lokasi Lain. Interpretasi
PIC: Balitbang Peneliti Migas Profesional Migas Akademisi Praktis
ESDM (PIC: Balitbang) PERTAMINA SKK MIGAS PT. Elnusa
Studi G&G: • Resource Assessment • P/L ranking
ESDM (PIC: Balitbang) PERTAMINA SKK MIGAS
• Direct Proposal • WK Award
ESDM (PIC: Migas) PERTAMINA SKK MIGAS
Discovery? • Drilling • Testing
Penambahan Cadangan
PIC: PERTAMINA PIC: PERTAMINA Balitbang SKK MIGAS SKK MIGAS Balitbang
Topik Utama –
–
–
Tahun 2016 menyerahkan hasil penelitian kepada Direktorat Jenderal Migas untuk ditindak lanjuti dengan menyiapkan dokumen untuk penawaran Wilayah Kerja Migas melalui mekanisme yang berlaku. Tentunya jika Pertamina ingin melakukan melalui mekanisme penawaran langsung, maka Pertamina harus mengganti sebagian biaya yang dikeluarkan Balitbang ESDM. Tahun 2017 diharapkan dapat ditentukan lokasi pemboran serta mempersiapkan dokumen dan lahan pemboran. Domain Pertamina untuk melaksanakannya. Untuk Seri-2, seperti Seri-1 di tahun sebelumnya, hasil penelitian tersebut diserahkan kepada Direktorat Jendral Migas untuk ditindak lanjuti. Tahun 2018 dan 2019 setelah semua persyaratan teknis dapat terpenuhi, diharapkan segera dilakukan pemboran dan testing. Pada kondisi krusial ini, apabila ditemukan cadangan hidrokarbon yang ekonomis, maka penemuan ini bisa diklaim penemuan oleh tim Balitbang bekerjasama dengan Pertamina dan outcome dari kegiatan ini dapat memenuhi target menemukan tambahan cadangan migas baru. Untuk Seri-2 melakukan apa yang dilakukan pada tahun sebelumnya dan seterusnya.
6. PENUTUP Jika Kegiatan Eksplorasi KTI melalui Kemitraan Strategis ini dapat terlaksana dan dibangun bersama-sama, maka manfaat langsung yang dapat dirasakan adalah Eksplorasi Migas menjadi lebih cepat, lebih murah, dan lebih efektif. Produk akhir yang diharapkan adalah adanya penemuan migas, selain merupakan outcome Balitbang ESDM, dapat dijadikan benchmarking untuk percepatan upaya eksplorasi migas di Indonesia. Untuk memberikan motivasi kepada semua pihak yang akan terlibat di dalam aliansi dan kolaborasi Ekplorasi Indonesia Timur ini, ada baiknya disampaikan kisah bagaimana dihasil-
kannya suatu inovasi baru dari sebuah kolaborasi dan hasil thinking out of the box. Kisah ini datang dari sebuah perusahaan emas Goldcorp Inc. di Canada. Terinspirasi oleh sebuah konferensi di Massachusetts Institute of Technology tentang kisah sukses proyek open source Linux, CEO Goldcorp, Rob McEwen, melakukan tindakan yang "tidak normal" dengan menyebarluaskan data geologi tambang emas Red Lake agar pihak-pihak yang kompeten dalam eksplorasi tambang emas di luar Goldcorp dapat memberikan masukan atas lahan tambangnya yang telah berusia 55 tahun dan tidak lagi ditemukan cadangan emas yang ekonomis. Sehubungan dengan itu, pada Maret 2000, McEwen meluncurkan proyek "open source", yang diberi nama Goldcorp Challenge, melalui website perusahaan tambang emas tersebut. Proyek ini menyediakan hadiah sebesar 575,000 US dollar bagi pihak yang dapat mengusulkan metode dan prospek yang terbaik atas lahan tambang emas Goldcorp di Red Lake, Ontario. Berbagai pihak, mulai dari konsultan, ilmuwan, militer, hingga mahasiswa pasca sarjana merespon sayembara tersebut. Goldcorp mensuplai data dan informasi sebesar 400 megabytes untuk keperluan evaluasi dan analisis para kontestan. Hasil yang diperoleh SUNGGUH MENAKJUBKAN, para kontestan mengidentifikasi 110 target pada lahan tambang emas Red Lake dan 50 % target tersebut belum pernah diidentifikasi oleh Goldcorp. Lebih dari 80 % target baru tersebut terbukti adanya cadangan emas dalam jumlah besar. Sekitar 8 juta ons emas berhasil ditemukan semenjak "proyek" Goldcorp Challenge diluncurkan. PROSES KOLABORASI tersebut diperkirakan MENGHEMAT 2 HINGGA 3 TAHUN WAKTU EKSPLORASI. Sejak itu Goldcorp menjadi perusahaan bernilai 9 milyar US dollar dari sebelumnya yang hanya bernilai 100 juta US dollar. Tidak hanya itu, kontestan memberikan alternatif teknologi yang dapat menurunkan biaya produksi Goldcorp hingga 600 % dalam 4 tahun. Di tahun 2006, Goldcorp merupakan produsen emas ketiga terbesar di Amerika Utara dan Red Lake menjadi lahan tambang terkaya di dunia.
Kemitraan Strategis Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah
13
Topik Utama DAFTAR PUSTAKA Peraturan Presiden No 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Zhita, P., Felder, R, Zornes, D, Brown, K., dan K. Mohanty, 2011, Increasing Hydrocarbon Recovery Factors: www.spe.org/tech/2011/ 07/incresing-hydrocarbon-recovery-factors/
14
Satyana, A.H., C. Armandita & J.A. Paju, 2012, Acceleration in Regional Exploration of Indonesia: Requirement for Survival. Proc. 36th Ann.Conv. Indon. Petrol. Assoc., Jakarta, IPA12-G-158, p. 1-14. Grant, R.M., 2008, Contemporary Strategy Analysis, 496 pp, Wiley & Son, ISBN13: 9781405163095
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013