Topik Utama MEMFOKUSKAN TARGET EKSPLORASI MIGAS DI KAWASAN TIMUR INDONESIA Rakhmat Fakhruddin, Suyono dan Tim Assesmen Geosains Migas Rakhmat Fakhruddin, Suyono dan Tim Assesmen Geosains Migas
[email protected]
SARI Kebijakan pemerintah dalam usaha percepatan penemuan cadangan migas baru telah menetapkan bahwa sumber daya migas Kawasan Timur Indonesia menjadi prioritas utama. Yang menjadi fokus dalam eksplorasi migas di KTI adalah batuan Pra Tersier, khususnya Sekuen Tipuma & Aiduna (Permian - Trias) dan Sekuen Kembelangan (Jura - Kapur). Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan batupasir Formasi Woniwogi dengan model sedimentasi fluvial - distributary channel - shoreface sand pada Sekuen Kembelangan memiliki potensi yang sangat baik untuk menjadi reservoir di daerah Papua Selatan. Unit batuan ini juga terbukti berproduksi di lapangan-lapangan northern Australian dan semua lapangan-lapangan foldbelt di Papua Nugini. Oleh sebab itu penyebaran dari Formasi Woniwogi menjadi target eksplorasi utama di KTI. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan memperbanyak kegiatan survei umum antara lain survei geologi dan geofisika terpadu, akuisisi data geofisika dan mengintegrasikan data permukaan dan bawah permukaan. Dengan meningkatnya peran pemerintah dalam kegiatan survei umum migas, maka resiko eksplorasi di KTI akan menjadi berkurang. Kata kunci : data geosains, focus area, integrasi data
1. PENDAHULUAN Saat ini sektor migas masih menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Tiap tahunnya telah menyumbang sekitar Rp. 300400 triliun sebagai penerimaan negara atau sekitar Rp. 1 triliun per hari. Penerimaan negara yang berasal dari kegiatan hulu minyak dan gas bumi sudah mencapai angka US$ 21,4 miliar. Seiring bertambahnya penduduk dan meningkatnya kegiatan ekonomi nasional, kebutuhan energi nasional selalu meningkat dari tahun ke tahun. Namun kebutuhan energi ini memiliki gambaran kurva yang terbalik dengan jumlah potensi energi terbukti di seluruh wilayah Indonesia. Penurunan potensi energi nasional tidak hanya disebabkan oleh makin menurunnya
44
produksi migas di lapangan - lapangan yang telah beroperasi, namun juga karena pengusahaan eksplorasi migas yang tidak optimal dan hanya berpusat pada sebagian kecil cekungan-cekungan yang ada di Indonesia. Penemuan "giant field" migas yang baru di Indonesia amat dibutuhkan. Kebijakan pemerintah dalam usaha penemuan cadangan migas baru telah menetapkan bahwa sumber daya migas KTI menjadi prioritas utama. Hal ini dikarenakan kegiatan eksplorasi di KTI masih sangat kurang. Dari 128 cekungan sedimen yang berpotensi memiliki keterdapatan kandungan minyak dan gas bumi, 71 cekungan di antaranya berada di KTI dan terdapat 43 cekungan yang belum pernah dilakukan pemboran.
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
Topik Utama Untuk mengenal potensi migas di KTI, khususnya Papua Selatan, kita dapat memulainya dengan mengikuti terminologi oleh Australian Geological Survey Organization. Terdapat tiga sistem petroleum yang hadir di Cekungan Bonaparte Australia, yaitu Larapintine, dengan batuan sumber fasies laut berupa serpih dan karbonat berumur Paleozoik Awal hingga Tengah, Gondwanan - dengan batuan sumber dominan fasies darat berumur Permian, dan Westralian, dengan batuan sumber endapan laut berumur Jura sebagai batuan induk.
2. INTEGRASI DATA PERMUKAAN DAN DATA BAWAH PERMUKAAN Sejak tahun 2010, tim dari Badan Geologi telah melakukan survei geologi untuk memahami tatanan stratigrafi daerah Papua. Tatanan stratigrafi yang paling lengkap dapat dijumpai di lintasan Timika - Tembagapura. Pada lintasan tersebut tersingkap batuan tertua yaitu Formasi Otomuna yang berumur Kambrium hingga singkapan termuda berupa endapan glasial yang berumur Kuarter. Dari hasil pengamatan lapangan sepanjang lintasan Timika - Tembagapura, batuan yang berpotensi menjadi source hidrokarbon dengan pelamparan yang luas adalah Lacustrine Deposit dari Formasi Aiduna. Formasi tersebut memiliki nilai TOC dengan kisaran 0,8% - 6,5%. Permasalahan utama dari sistem petroleum di daerah Papua Selatan adalah keberadaan batuan reservoir. Berdasarkan pengamatan di lapangan, batuan yang paling berpotensi menjadi reservoir adalah batupasir Formasi Woniwogi Kelompok Kembelangan yang berumur Jura Tengah dengan kisaran porositas 10%-15%. Batupasir Formasi Woniwogi ini menjadi unit batuan yang memiliki karakteristik yang bagus dan memiliki pelamparan yang luas untuk menjadi reservoir di daerah Papua Selatan.
Di kawasan Teluk Bintuni, Formasi Woniwogi didominasi oleh batupasir kuarsa, berukuran pasir sedang hingga batupasir kasar dan di sebagian tempat bersifat konglomeratik, terdapat struktur sedimen cross bedding dan terdapat sisipan batulanau dan batulempung. Interpretasi model sedimentasi dari singkapan batupasir Formasi Woniwogi di kawasan Teluk Bintuni adalah fluvial - distributary channel shoreface sand (Gambar 1). Model ini dapat ditemukan juga di daerah Tembagapura dengan ketebalan ± 500m (Gambar 2). Namun tidak ditemukan di lintasan Wasior (Lengguru Fold Belt) dan lintasan Enarotali. Batupasir berumur Jura Tengah tersebut sudah terbukti sebagai batuan reservoir di beberapa tempat, yaitu; pada Cekungan Bonaparte dan Lapangan Abadi, di Australia bagian utara batupasir ini dikenal dengan nama Formasi Plover. Di daerah Papua New Guinea batupasir ini dikenal dengan nama Formasi Toro dan pada Cekungan Bintuni batupasir ini dikenal dengan nama Formasi Roabiba. Adanya perbedaan proses sedimentasi Formasi Woniwogi antara satu lokasi dengan lokasi lain, membuat pencarian model fluvial to shoreface sand menjadi perhatian utama. Dari data survei lapangan, sumur dan seismik yang dimiliki pemerintah saat ini, akan diolah dan diintegrasikan satu sama lain untuk merekonstruksi paleogeografi-nya (Gambar 3), sehingga penyebaran dari Formasi Woniwogi dapat diketahui dengan lebih baik. Integrasi data pengamatan lapangan dan bawah permukaan juga penting dilakukan, mengingat sangat minimnya data sumur yang dimiliki dan informasi yang didapat saat ini, maka dengan analogi dari batuan yang tersingkap dan diintegrasikan dengan data bawah permukaan dapat memberikan pemahaman yang lebih mengenai penyebaran dan proses pengendapan suatu unit batuan (Gambar 4).
Memfokuskan Target Eksplorasi Migas ..................; Rakhmat F, Suyono, Tim Assesmen Geosains Migas
45
Topik Utama
Gambar 1. Model sedimentasi formasi Woniwogi di kawasan Teluk Bintuni.
Gambar 2. Singkapan batupasir formasi Woniwogi dengan ketebalan mencapai 500 m, yang terdapat di daerah Tembagapura.
46
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
Gambar 3. Penyebaran formasi Woniwogi di utara Australia, Indonesia dan Papua New Guinea dari hasil analisa sumur dan lintasan lapangan.
Topik Utama
Memfokuskan Target Eksplorasi Migas ..................; Rakhmat F, Suyono, Tim Assesmen Geosains Migas
47
Topik Utama
Gambar 4. Penyebaran sekuen Kembelangan di utara Australia, Indonesia dan Papua New Guinea dari integrasi hasil analisa sumur, lintasan seismik dan lintasan lapangan.
48
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
Topik Utama 3. TANTANGAN DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENEMUAN CADANGAN MIGAS Data merupakan komponen yang penting dalam melakukan pengembangan konsep geosains. Tantangan yang dihadapi saat ini adalah pengelolaan dan penyimpanan data yang tidak terpusat. Dengan pengelolaan data seperti saat ini, menyebabkan tersebarnya data migas di masing - masing instansi dan perusahaan. Imbasnya adalah kurang terintegrasinya konsep geologi antara satu lapangan dengan lapangan lainnya. Hal ini menyebabkan tingginya resiko eksplorasi di KTI, dikarenakan minimnya informasi konsep geologi dari data yang tersedia. Pengelolaan dan penyimpanan data geosains harus terpusat pada satu lembaga pengelola data pemerintah di bawah Kementerian ESDM. Badan Geologi berusaha keras untuk mendapatkan data migas di KTI, baik yang telah dimiliki oleh pemerintah, maupun sektor swasta, praktisi dan akademisi.
Karena dengan adanya penambahan data baru, dapat memunculkan pemahaman baru mengenai model sedimentasi dari Formasi Woniwogi. Jika penyebaran model sedimentasi Middle Jurassic Fluvial - distributary channel - shoreface sand ini berhasil dipetakan, selanjutnya adalah menentukan focus area untuk dilakukan kajian lebih dalam. Kajian tersebut bertujuan untuk mencari cebakan-cebakan yang memungkinkan terakumulasinya hidrokarbon yang ekonomis. Cebakan - cebakan itulah yang nantinya akan menjadi prospek yang sangat tinggi mengandung hidrokarbon. Upaya lain yang dilakukan pemerintah dalam program percepatan penemuan cadangan migas ini adalah dengan memperbanyak kegiatan survei umum migas (Gambar 5). Survei umum yang dilakukan antara lain survei geologi dan geofisika terpadu, akuisisi data geofisika dan mengintegrasikan data permukaan dan bawah permukaan. Kegiatan eksplorasi dan survei
Gambar 5. Kegiatan survei umum pemerintah di Kawasan Timur Indonesia
Memfokuskan Target Eksplorasi Migas ..................; Rakhmat F, Suyono, Tim Assesmen Geosains Migas
49
Topik Utama umum ini dilakukan berulang-ulang, bertujuan untuk menambah data dan penggunaan teknologi terbaru untuk meninjau kelemahan konsep lama dan melahirkan konsep baru untuk efektivitas kegiatan eksplorasi. Dengan meningkatnya peran pemerintah dalam kegiatan survei umum migas, maka resiko eksplorasi di Kawasan Timur Indonesia akan menjadi berkurang.
d. Pemerintah akan memperbanyak kegiatan survei umum migas dan kerjasama penelitian G & G yang melibatkan pelaku industri migas, pemerintah, dan universitas di wilayah-wilayah terbuka (frontier basin/ green basin) dengan tujuan memperoleh data geologi dan konsep petroleum system; dan wilayah-wilayah mature/ brown basin dengan tujuan untuk meninjau kelemahan konsep lama dan melahirkan konsep baru untuk efektivitas kegiatan eksplorasi.
4. KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
a. Fokus Target Eksplorasi Migas di KTI adalah untuk mencari penyebaran target reservoir Formasi Woniwogi dengan model sedimentasi fluvial - distributary channel shoreface sand.
Barber, Peter, et al,. 2003, Paleozoic And Mesozoic Petroleum Systems In The Timor And Arafura Seas Eastern Indonesia, IPA, Proceeding Indonesia Petroleum Association 29th Annual Convention & Exhibition, Jakarta.
b. Pengelolaan dan penyimpanan data geosains harus terpusat pada satu lembaga pengelola data pemerintah di bawah Kementerian ESDM. Akuisisi data di daerah frontier/ green basin seharusnya dilakukan oleh pemerintah, bukan oleh pihak swasta. Pihak swasta yang pernah melakukan akuisisi data harus menyerahkan data yang didapat kepada Kementerian ESDM. c. Akses data geosains yang dibuka seluasluasnya, transparan dan tidak berbelit-belit, dapat dimanfaatkan lebih efektif untuk mendukung riset dan pengembangan konsep-konsep geosains untuk eksplorasi migas dan mengurangi resiko eksplorasi minyak dan gas bumi di Indonesia.
50
Meizarwin, 2013, A Brief Description of Tangguh Giant Gas Fields, Bintuni Basin, Papua Indonesia, British Petroleum, Seminar Peran Geosains untuk Penemuan Cadangan Migas Baru, Jakarta. PT. Freeport Indonesia, 2006, Sedimentary Stratigraphy Road Acces Km 72 to Km 110, Road Mapping Program Geology Interpretation Map, PT. Freeport Indonesia, Papua.
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013