Topik Utama AKSELERASI KEGIATAN EKSPLORASI MIGAS INDONESIA TIMUR Rovicky Dwi Putrohari Ikatan Ahli Geologi Indonesia
[email protected]
SARI Menurunnya penemuan cadangan migas dalam dekade terakhir ini memaksa untuk dilakukannya akselerasi kegiatan eksplorasi untuk mempercepat proses penemuan migas. Kegiatan eksplorasi migas di Indonesia Timur yang sudah dimulai secara intensif pada tahun 2005 perlu mendapatkan perhatian sesuai dengan stadia eksplorasi yang sedang berjalan. Walaupun studi cekungan sering dianggap sebagai awal sebuah siklus kegiatan eksplorasi, namun studi cekungan ini sudah seharusnya direview dan diperbarui sesuai dengan penambahan data baru, perkembangan ilmu pengetahuan serta perkembangan teknologi eksplorasi. Semakin sering siklus ini diulang maka akan terjadi percepatan penemuan migas. Akselerasi pada stadia awal eksplorasi yang dilakukan oleh kontraktor pemegang Wilayah Kerja (WK) ini akan lebih bermanfaat apabila diberikan kemudahan dalam akses pada data baru yang sudah semestinya terbuka khususnya untuk kegiatan eksplorasi. Pada WK yang sedang melakukan operasi survei maupun pengeboran kendala tumpang tindih perizinan masih merupakan penghalang utama yang memerlukan koordinasi tingkat pemerintahan pusat hingga daerah. Dengan kemudahan akses penuh pada data baru, pemerintah perlu segera melakukan re-evaluasi "petroleum system" pada WK-WK yang baru dikembalikan, sehingga dapat ditawarkan lagi untuk mempercepat siklus eksplorasi. Kata kunci : akselerasi eksplorasi, Indonesia Timur, siklus eksplorasi
1. LATAR BELAKANG Menurunnya penemuan migas di Indonesia sudah terasa sejak tahun 2000, di mana penemuan migas di Indonesia rata-rata kurang dari 50 juta barel pertahun. Apabila produksi ratarata sejuta barel sehari penemuan ini hanya sepertujuh dari yang disyaratkan untuk konservasi produksi minyak di Indonesia. Disadari Kawasan Timur Indonesia (KTI) merupakan target eksplorasi yang paling menjanjikan. Kesadaran ini muncul dengan
24
dimulainya survei-survei umum (speculative survey) pada tahun 2005 yang dilakukan sebuah perusahaan seismik atas izin Ditjen Migas yang membuka potensi Paleozoikum Laut AruArafura. Sebelum itu, wilayah ini kosong dari cekungan sedimen, juga kosong dari jalur wilayah potensi migas atau pun petroleum system prospektif (dapat dilihat di peta-peta Nayoan et al., 1991; Howes dan Tisnawijaya, 1995; Hardy et al., 1997; Howes, 2000 - tak ada yang mencantumkan potensi migas atau satu cekungan pun di wilayah ini). Setelah dilakukan survei seismik, ternyata terdapat tumpukan
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
Topik Utama sedimen setebal 5 (lima) seconds berumur Paleozoikum (berdasarkan ikatan dengan cekungan korelatif dan sumur di wilayah perairan utara Australia) di wilayah Aru-Arafura ini. Sebuah potensi migas tentunya! Seismik-seismik di wilayah ini menunjukkan hadirnya sebuah cekungan besar dengan sedimen-sedimen Wessel Group (Proterozoikum Atas), Goulburn Group (Kambrium-Ordovisium), Arafura Group (Devon Akhir) dan Kulshill Group (Karbon-Perem). Wessel Group punya kapasitas sebagai batuan induk. Sedangkan Goulburn-Arafura-Kulshill Groups punya kapasitas batuan induk-reservoirpenyekat. Terkubur sampai kedalaman maksimal 6 seconds di atas kerak benua tentu hal kematangan batuan induk bukan sesuatu yang perlu diragukan. Data seismik juga menunjukkan keberadaan perangkap yang besar (antiklin dan drape folds pada horst blocks). Studi regional petroleum system oleh para eksplorasionis Australia (misalnya Bradshaw et al., 1997 atau Struckmeyer et al., 2006) menunjukkan bahwa Laut Aru-Arafura memiliki supersystem (petroleum system group) bernama Larapintine L1 berumur Kambrium. Supersystem Larapintine telah terbukti menggenerasikan dan memerangkap hidrokarbon di beberapa cekungan daratan Australia (bagian tengah-baratlaut Australia), yaitu Cekungan Amadeus dan Canning. Keberadaan petroleum system Kambrium di wilayah ini dibuktikan dengan sangat ringannya isotop karbon-13 baik untuk fraksi saturat maupun aromat (-31 s.d. -32 per mil). Kegiatan eksplorasi di Indonesia Timur (Blok Amborip VI dan Arafura Sea) masing-masing berakhir dengan pengeboran satu sumur eksplorasi, Aru-1 di Amborip VI dan Mutiara Putih1 di Arafura Sea Block, ternyata belum menghasilkan penemuan migas. Kini kedua wilayah kerja ini telah dikembalikan ke Pemerintah (Arafura Sea Block dalam proses). Sumur Aru-1 menembus batuan sampai Middle Ordovician. Dari sumur ini diketahui bahwa batuan Paleozoic di sini pernah terkubur sangat
tenggelam lalu terangkat sangat tinggi, sehingga problem tight reservoir dan overmaturity menjadi problem utama. Sumur Mutiara Putih-1 juga menembus sampai Late Ordovician, menemukan beberapa jejak hidrokarbon, minyak/bitumen yang terbiodegradasi di batupasir Permian, dan indikasi gas tinggi mungkin berhubungan dengan gas atau kondensat di batugamping teretakkan Late Ordovician. Porositas batuan di area Mutiara Putih-1 masih tergolong cukup. Sehingga secara umum boleh dikatakan bahwa prospektivitas Arafura Sea Block lebih bagus daripada Amborip VI. Namun, meskipun ada hal-hal positif dari pengeboran Mutiara Putih, ConocoPhillips dan Total sepakat mengembalikan wilayah kerja Arafura Sea Block ke Pemerintah, yang saat ini sedang diproses. Demikian dua wilayah kerja pioner di Indonesia untuk target Upper- dan Lower-Paleozoic, kini keduanya telah dikembalikan ke Pemerintah. Tantangannya masih besar, maka kita tak bisa menerapkan manajemen eksplorasi seperti di area yang mature untuk wilayah ini. Walaupun sulit, ahliahli eksplorasi tidak boleh mudah menyerah! Di daerah utara Banda Arc, HESS mengerjakan eksplorasi di WK Semai V dan Murphy Oil di Semai II, masing-masing melakukan pengeboran 2 sumur eksplorasi. Walaupun belum mendapatkan hasil tetapi sumur-sumur ini merupakan data kunci baru dalam kegiatan eksplorasi di daerah ini. Keberhasilan dalam melakukan pengeboran dan pengambilan data geologi dan geofisika pada sumur-sumur termahal di Indonesia selama ini harus tetap di apresiasi. Data perolehan baru ini harus menjadi data point utama dalam merevisi pemahaman geologi di Banda Arc. Jangan mudah menyerah dengan sumur-sumur pertama dan kedua. Siapa tahu sumur eksplorasi ke-3, atau ke-4, atau ke-5 justru yang merupakan sumur penemunya. Ketika menyerah di sumur eksplorasi pertama, hilanglah peluang untuk menemukan hidrokarbon di Indonesia Timur selamanya.
Akselerasi Kegiatan Eksporasi Migas Indonesia Timur ; Rovicky Dwi Putrohari
25
Topik Utama 2. AKSELERASI EKSPLORASI KAWASAN TIMUR INDONESIA •
Studi cekungan tidak hanya sebagai awal riset kegeologian
Hampir semua eksplorationis mengerti bahwa kegiatan eksplorasi adalah sebuah riset yang diikuti kegiatan operasi pengeboran. Diawali dari studi secara regional dalam luasan yang tidak terbatas oleh batasan geografi maupun batasan wilayah kerja (WK). Untuk saat ini memang tidak dapat dikatakan tidak ada daerah yang belum dijamah, dan itu barangkali benar kalau dilihat secara geografis. Hampir semua cekungan pernah diambil datanya. Tetapi harus dimengerti bahwa dalam eksplorasi migas selain batas lateral geografis juga ada batas kedalaman yang dibatasi oleh kemampuan penginderaan alat. Banyak daerahdaerah yang memiliki data seismik maupun sumur, namun hanya sampai kedalaman tertentu, hanya ditargetkan pada umur sedimen tertentu. Di mana penyebaran data ini seringkali menimbulkan "mislead" (salah tafsir) ketika menganggap bahwa daerah itu sudah tersedia data. Harus dipahami bahwa representasi peta sebaran ketersediaan data tidak selalu menunjukkan tingkat pemahaman geologi suatu daerah. Selain perkembangan ilmu pengetahuan yang seringkali mengalami percepatan dengan semakin banyaknya data dan perkembangan pemahaman geologi umum serta perkembangan teknologi sering menumbuhkan pemikiran-pemikian baru dalam eksplorasi (Gambar 1). Dengan demikian Studi Cekungan (Basin Study) bukan sebuah kegiatan yang hanya dikerjakan sekali saja dalam satu periode kegiatan eksplorasi. Kegiatan studi cekungan juga merupakan kegiatan yang harus selalu di"recycle" dan secara terus-menerus diperbarui. Bagi pemerintah, sebagai host country, kegiatan ini harus dilakukan dan bahkan harus ada satu divisi/unit/satuan kerja yang khusus yang
26
menangani studi cekungan. Kegiatan studi cekungan dilakukan terus-menerus hanya karena keterbatasan jumlah tenaga ahli seringkali prioritasinya yang mungkin akan menentukan yang mana yang akan dilakukan terlebih dahulu. Andaikan jumlah tenaga ahli tidak terbatas, kegiatan ini dapat dilakukan secara paralel untuk banyak lokasi. Akselerasi Eksplorasi : Usaha percepatan bukanlah sebuah usaha yang dimulai dari nol. Namanya saja percepatan di mana sudah harus ada kecepatan yang berjalan. Akselerasi sudah semestinya mempercepat sebuah proses yang sudah atau sedang berjalan. Tidak dapat dipungkiri hampir semua kegiatan eksplorasi sumber daya alam selalu memanfaatkan penelitian sebelumnya, demikian juga dalam kegiatan eksplorasi migas. Oleh sebab itu, akselerasi harus disesuaikan dengan status atau tingkat kemajuan dari kegiatan eksplorasi migas. Tidak semua daerah dapat dipercepat dengan studi cekungan, juga tidak semua daerah dipercepat dengan percepatan perijinan. Percepatan harus dilakukan pada semua stadia eksplorasi. Indonesia Timur saat ini memiliki puluhan blok PSC yang sedang aktif melaksanakan kegiatan eksplorasi, namun dalam stadia yang berbedabeda. Ada beberapa wilayah kerja yang sedang melaksanakan Studi Bersama (Joint Study), ada yang sedang melakukan kegiatan survei seismik, ada yang sedang mempersiapkan pengeboran dan juga ada yang sedang mengevaluasi hasil pengeboran yang baru saja diselesaikan. • Akselerasi pada kegiatan wilayah joint study Daerah-daerah yang sedang dilakukan studi bersama perlu dibantu dengan memberikan pengarahan secara teknis kegeologian. Seringkali keterbatasan akses data pada daerah yang lebih luas menyebabkan pemahaman geologi suatu daerah menjadi kurang tepat. Batasan-batasan wilayah studi bersama tidak
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
Topik Utama
Gambar 1. Studi cekungan tidak dibatasi oleh batas teritorial. Pengetahuan eksplorasi di Timor dapat dikembangkan dengan pengetahuan geologi dan hasil eksplorasi di NW Australia (Putrohari, 2013). harus menjadi batasan akses data. Pemberian kemudahan akses data pada daerah-daerah lain yang mungkin sedang dioperasikan semestinya diberikan pada perusahaan-perusahaan yang sedang melakukan joint study ini. Daerah yang sedang dilakukan studi bersama ini nantinya diharapkan akan ditawarkan dalam "Direct Proposal Tender". Dengan demikian perusahaan yang melakukan studi bersama ini sudah memiliki data baru serta pemikiran baru dari daerah ini. Tentunya dalam kontrak WK dari hasil kegiatan ini sudah semestinya ada percepatan dibandingkan dengan WK yang ditawarkan melalui "regular tender". Misalnya, harus ada komitmen pasti melakukan pengeboran sumur.
• Akselerasi pada kegiatan WK KKKS yang sedang berjalan Untuk wilayah kerja yang sudah menjadi wilayah kerja PSC, akselerasi kegiatan sudah seharusnya disesuaikan dengan stadia ini. Pemerintah melalui SKKMIGAS perlu dan telah melakukan usaha-usaha percepatan ini terutama untuk pemenuhan komitmen pasti. Khususnya dalam hal pengeboran dan akuisisi data sesimik. Khususnya untuk proses perizinan, kebutuhan akselerasi ini, harus disosialisasikan ke instansiinstansi terkait. Hambatan tumpang tindih perizinan masih sering menjadi alasan dan menjadi penghambat operasi yang memundurkan kegiatan pemenuhan komitmen pasti yang telah disepakati dalam kontrak.
Akselerasi Kegiatan Eksporasi Migas Indonesia Timur ; Rovicky Dwi Putrohari
27
Topik Utama • Revisit dan re-evaluasi WK yg telah dikembalikan Satu kali siklus kegiatan eksplorasi dalam kontrak PSC adalah 2 X 3 tahun hingga maksimum 10 tahun (Gambar 2). Eksplorasi intensif di Indonesia Timur dimulai 2005 ketika survei umum (Speculative survey) dilakukan. Berdasarkan pengalaman Indonesia yang dimulai eksplorasi sekitar awal abad 19 dan penemuan besar diperoleh tahun 1940, maka lama kegiatan eksplorasi membuahkan hasil adalah 40 tahun. Penemuan besar Indonesia Timur (Tangguh Field) dimulai dari kegiatan eksplorasi di daerah ini setelah kesuksesan eksplorasi North Shelf Australia, diperkirakan memerlukan waktu 15 tahun. Artinya kegiatan eksplorasi memerlukan waktu lebih dari satu siklus eksplorasi. Apabila pengalaman ini akan diulang, maka diperlukan review serta recycle kegiatan eksplorasi dengan segera. Dengan data baru yang diperoleh sejak tahun 2005 ini diperlukan sebuah kegiatan review secara menyeluruh dengan studi cekungan yang komprehensif.
Dengan masih terkendalanya keterbatasan akses terhadap data dan hasil studi yang dilakukan kontraktor oleh para pelaku eksplorasi, maka Pemerintahlah yang paling memungkinkan untuk melakukan kegiatan ini. Pemanfaatan data terbaru (pasca 2005) ini mutlak harus dilakukan segera, sehingga siklus eksplorasi ini akan terus berjalan tanpa harus menunggu waktu pengembalian WK yang belum berhasil (Gambar 2). Sehingga WK-WK yang dikembalikan ini dapat ditawarkan ulang dengan sebuah pandangan baru yang lebih menarik. • Evaluasi ulang New Play, New Concept Ada beberapa WK yang telah melakukan kegiatan eksplorasi hingga tahap pengeboran. Penambahan data point ini harus mampu memberikan informasi tambahan untuk pengembangan-pengembangan play baru (new play concept), atau merevisi play-play yang belum berhasil. Dengan merevisi dan menemukan play baru hasil dari pengeboran dan akuisisi seismik oleh WK-WK yang dioperasikan sejak 2005 ini, semestinya penawaran WK-WK selanjutnya harus menyertakan informasi ini. Data paket yang ditawarkan sudah seharusnya mencantumkan informasi-informasi terbaru.
Gambar 2. Siklus eksplorasi.
28
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
Topik Utama • Akuisisi Data Baru Ketersediaan data harus dilihat dan dipahami dan disesuaikan dengan stadia eksplorasi yang ada (Gambar 3). Penambahan data tidak hanya didorong oleh ketiadaan data. Bukan hanya mengisi area yang belum memiliki data secara geografis, tetapi akuisisi data baru semestinya ditargetkan mematangkan potensi yang sudah ada. Disinilah perlu dipikirkan untuk akuisisi data baru khususnya untuk prospek-prospek yang sebelumnya sudah terindentifikasi, tetapi belum dilakukan uji pengeboran namun masih memiliki peluang untuk berhasil. Program penambahan data yang selama ini masih banyak berupa data seismik 2D (Gambar 4) misalnya, daerah yang sudah diketahui "proven petroleum system" dapat ditambahkan data seismik 3D untuk menambah ketepatan pemilihan lokasi sumur. Atau daerah yang sudah
memiliki potensi jebakan tetapi masih diragukan "petroleum system"nya dapat ditambahkan data "drop core/oil seapage". Sehingga daerah ini akan jauh lebih menarik untuk dilakukan uji pengeboran. • Perlu Revisi/Revisit Peta Tektonik Peta tektonik Indonesia Timur yang terakhir dipublikasikan adalah peta tahun 2008 (Gambar 5). Peta ini belum memperhitungkan atau belum menggunakan data hasil seismik dan sumur terbaru. Perlu dilakukan revisi untuk membuat peta tektonik khususnya di Kawasan Timur Indonesia. Sebagai contoh tambahan data baru (Gambar 6) adalah Peta Batimetri Indonesia Timur yang dikeluarkan oleh NASA yang memberikan gambaran pola struktur geologi permukaan untuk merevisi peta tektonik Indonesia Timur.
Gambar 4. Peta sebaran data seismik 2D di Indonesia. Data-data baru dan masih dioperasikan oleh KKKS masih belum termasuk dalam peta ini.
Akselerasi Kegiatan Eksporasi Migas Indonesia Timur ; Rovicky Dwi Putrohari
29
Topik Utama
Gambar 5. Peta Tektonik Indonesia terbaru tahun 2008.
Gambar 6. Peta batimetri baru yang dikeluarkan oleh NASA yang menggambarkan pola struktur geologi permukaan.
30
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
Topik Utama 3. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Untuk memberikan percepatan kegiatan eksplorasi, program akselerasi kegiatan eksplorasi migas di Indonesia Timur perlu memperhitungkan stadia WK eksplorasi daerah yang sedang dikerjakan, review dan revisit daerah yang dikembalikan, evaluasi ulang new play concept, revisi Peta Tektonik Indonesia, khususnya dengan menggunakan data baru hasil akuisisi sejak tahun 2005.
Bradshaw, M., Edwards, D., Bradshaw, J., Foster, C., Loutit, T., McConachie, B., Moore, A., Murray, A., Summons, R., 1997. Australian and Indonesian Petroleum Systems. In: Proceedings of Petroleum System of SE Asia and Australasia Conference, IPA, May 1997, IPA97-OR-11, pp. 141-153.
Dengan bertambahnya data sejak dikerjakannya eksplorasi intensif di Kawasan Timur Indonesia, termasuk di dalamnya data seismik, data sumur, serta data penunjang lainnya (Multibeam Bathymetry, Dropcore dan lainnya) studi ulang cekungan perlu dilakukan, termasuk di dalamnya yang mendesak untuk dikerjakan oleh pemerintah melalui Dirjen Migas yang memiliki dan mempunyai autoritas akses pada seluruh data tersebut kepada Badan Litbang ESDM.
Howes, J.V.C., Tisnawijaya, S., 1995. Indonesian Petroleum Systems, Reserves Additions And Exploration Efficiency. In: Proceedings of Indonesian Petroleum Association 24th Annual Convention, October 1995, IPA95-1.0-040, pp. 1-17. Putrohari, Rovicky, 2013. Slide Presentasi Akselerasi Eksplorasi Indonesia Timur. Seminar Lemigas. (tidak dipublikasikan) Satyana, Awang, 2013. Mailist IAGI-net, "Badai
Laut Aru" (Eksplorasi Migas Paleozoic Play)", Date: 2013/4/1, https://www.mail-
archive.com/
[email protected]/ msg39975.html.
Akselerasi Kegiatan Eksporasi Migas Indonesia Timur ; Rovicky Dwi Putrohari
31