Topik Utama PERCEPATAN EKSPLORASI MIGAS KAWASAN TIMUR INDONESIA Tri Muji Susantoro dan Herru Lastiadi Setiawan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
[email protected]
SARI Kegiatan percepatan eksplorasi migas Kawasan Timur Indonesia (KTI) merupakan kegiatan kemitraan yang dilakukan untuk memacu gairah eksplorasi di kawasan tersebut. Kegiatan ini telah dilakukan mulai tahun 2013 dengan melakukan kajian screening dan ranking, pemetaan sumber daya migas, koordinasi dan diskusi untuk mendapatkan rekomendasi lokasi yang mempunyai potensi migas. Kegiatan kajian awal telah dilakukan pemetaan geologi permukaan menggunakan data penginderaan jauh Landsat TM dan Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) yang menghasilkan peta struktur dan unit batuan lokasi kajian serta rekomendasi lokasi survei lapangan. Kemudian telah dilakukan survei lapangan di Kasonaweja dan sekitarnya Kabupaten Mamberamo Raya. Selanjutnya, hasil kajian ini akan dievaluasi secara menyeluruh, sehingga dapat menjadi acuan untuk kegiatan lanjutan percepatan eksplorasi di lokasi tersebut. Kata kunci : eksplorasi, KTI, lesson learn, percepatan
1. PENDAHULUAN KTI secara umum mempunyai geologi yang komplek. Hal ini menyebabkan kegiatan eksplorasi berjalan relatif lambat dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI). Hal ini terlihat jelas dengan perbandingan jumlah cekungan produksi, di mana pada KBI terdapat 11 cekungan, sedangkan di KTI hanya terdapat 5 cekungan. Demikian pula untuk jumlah wilayah kerja migas di KBI lebih banyak dibandingkan dengan KTI. Oleh karena itu, diperlukan strategi dari pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk meningkatkan eksplorasi KTI. Strategi ini berupa percepatan eksplorasi migas KTI. Kegiatan eksplorasi migas KTI merupakan program kemitraan strategis yang dijalankan oleh Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral. Program kemitraan melalui proses kolaborasi diperkirakan dapat menghemat waktu
2 hingga 3 tahun waktu eksplorasi. Harapannya melalui kemitraan strategis ini dapat terlaksana dan dibangun bersama-sama dan dapat bermanfaat dan dirasakan langsung eksplorasi migas yang lebih cepat murah dan lebih efektif (Sosrowidjojo, dkk, 2013). Program percepatan eksplorasi KTI mulai dilakukan pada tahun 2013 dengan menentukan lokasi melalui metode screening dan ranking sehingga dapat memberikan gambaran peringkat cekungan yang siap dieskplorasi. Penentuan ranking ini menggunakan parameter indikasi migas, sistem petroleum, intensitas tektonik, ketebalan sedimen, tipe cekungan, umur sedimen, jenis lempeng, data kegiatan eksplorasi, seismic lines spacing, dimensi cekungan, wilayah terbuka dan lokasi (onshore/ offshore). Hasil dari kajian ini diharapkan dapat memudahkan memilih lokasi yang akan menjadi program percepatan eksplorasi migas (Susantoro, dkk, 2013).
Percepatan Eksplorasi Migas Kawasan Timur Indonesia ; Tri Muji Susantoro dan Herru Lastiadi Setiawan
15
Topik Utama Kegiatan lain yang dilakukan untuk mendukung program ini adalah pemetaan sumberdaya spekulatif KTI. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran besaran sumberdaya yang belum ditemukan yang terkandung dalam suatu play yang sudah terkonfirmasi (confirmed play) atau yang belum terkonfirmasi (unconfirmed play). Besarnya sumber daya ini diharapkan dapat mendukung pemilihan lokasi studi (Susantoro, 2013).
2. PEMILIHAN LOKASI STUDI 2014 Pemilihan lokasi studi 2014 telah dilakukan secara mendalam melalui mekanisme Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan pakar migas dari ITB, Universitas Padjajaran, Universitas Trisakti, IAGI, SKK MIGAS, Kontraktor Migas dan lainnya. Selain itu dilaksanakan juga melalui diskusi internal Badan Litbang ESDM. Rapat koordinasi dimulai tanggal 19 Febuari 2013 di Puslitbangtek Migas "LEMIGAS" untuk membahas roadmap eksplorasi migas di cekungan frontier Timur Indonesia. Kegiatan selanjutnya koordinasi yang dilakukan di Puslitbang Geologi Kelautan, Bandung dengan mendiskusikan kriteria screening dan ranking dalam pemilihan cekungan di KTI. Tanggal 6 Maret 2013 dilakukan koordinasi dengan pemaparan cekungan marginal dan frontier KTI dan roadmap migas di cekungan frontier Timur Indonesia serta hasil screening dan ranking cekungan. Rapat koordinasi pematangan lokasi terus dilakukan untuk mendapatkan lokasi yang masih terbuka dan belum dilakukan joint study atau sedang ditenderkan oleh pemerintah (Ditjen Migas). Tanggal 19 Maret 2013 mulai dilakukan pemilihan lokasi cekungan dengan kandidat cekungan Makassar Selatan, Bone, Laut Timor dan Gorontalo. Keempat kandidat cekungan tersebut kemudian dikaji berdasarkan referensi dari penelitian yang telah dilakukan dan didiskusikan pada tanggal 24 - 26 Maret 2014 dan tanggal 2 April 2013. Tanggal 14 Mei 2013 dilakukan diskusi secara mendalam untuk mendapatkan masukan dari
16
para ahli migas dengan narasumber Prof.Dr. R.P Kusumadinata, Dr. Benyamin Safii, Dr. Budianto Toha, Ir. Rovicky Dri Putrohari, Dr. Andang Bachtiar, Ir. Arief Gunawan dan dengan mengundang Direktorat Jenderal Migas, SKK Migas, Pertamina, Pusdatin, Badan Geologi. Harapannya dapat menjaring informasi untuk mendapatkan lokasi eksplorasi migas Kawasan Timur Indonesia. Diskusi tersebut dilanjutkan tanggal 6 November 2013 dengan narasumber Rakhmat Fakhrudin (Badan Geologi), Rakhmadi Avianto (IAGI), Slamet Riadhy (Pertamina), Adi Suharto (Ditjen Migas), Indro Purwaman (SKK Migas) dan Prof. Sri Widiyantoro (HAGI) serta mengundang Direktorat Jenderal Migas, SKK Migas, Pertamina, Badan Geologi dan Perguruan Tinggi. Hasil pertemuan tersebut lokasi kajian mengerucut ke wilayah onshore punggungan Papua (karena telah ditemukan hidrokarbon di wilayah PNG) dan offshore Amborip area (Busur Banda). Adapun lokasi rencana kajian percepatan eksplorasi Kawasan Timur Indonesia hasil diskusi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Beberapa alasan yang menjadi dasar pemilihan lokasi eksplorasi di Onshore punggungan Papua adalah telah ditemukannya hidrokarbon di wilayah Papua Nugini yang mempunyai tipe cekungan yang sama dengan lokasi kajian; pada lokasi tersebut terdapat rembesan minyak dan gas; adanya daerah yang terbuka yang masih luas memberikan harapan untuk penemuan migas baru di daerah tersebut. Sedangkan pemilihan lokasi eksplorasi di wilayah offshore Amborip (Busur Banda) diharapkan pada lokasi tersebut masih ditemukan tipikal reservoir yang mempunyai tipe yang sama dengan lapangan Abadi. Harapannya tipe reservoir tersebut berkembang juga ke arah Busur Banda. Koordinasi juga dilakukan dengan Pertamina untuk menindaklanjuti hasil kajian dalam rangka percepatan eksplorasi KTI. Tanggal 11 Desember 2013 dilakukan diskusi antara Badan Litbang ESDM dengan Pertamina dan dihadiri oleh narasumber dari SKK Migas, Ir. Awang Harun Satyana dan Universitas Trisakti, Dr. Agus Guntoro. Dari hasil koordinasi tersebut, rekomendasi lokasi kajian adalah di onshore
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama
Gambar 1. Lokasi awal rencana kegiatan percepatan eksplorasi Kawasan Timur Indonesia
"punggungan" Papua (Central Ridge). Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek geologi regional, tektonik serta potensi migas yang ada. Diskusi mengenai lokasi kajian tersebut didetailkan tanggal 20 Desember 2013 di SKK Migas dan tanggal 23 Desember 2014 di Pertamina. Adapun pilihan lokasi berdasarkan kajian dan diskusi dengan stakeholder dapat dilihat pada Gambar 2. Diskusi dan koordinasi terus dilakukan antara Tim Percepatan Eksplorasi KTI dengan berbagai pihak. Tanggal 10 Januari 2014 dilakukan diskusi dan koordinasi dengan Badan Geologi yang diwakili oleh Pusat Survei Geologi dengan agenda untuk mendapatkan masukan mengenai lokasi kajian. Pada kesempatan tersebut dilakukan kesepakatan untuk melakukan kemitraan strategis untuk menemukan cadangan migas di KTI dan Tim segera mempelajari data yang ada di Blok Jayapura dan menyiapkan rencana kerja.
Direncanakan ada siklus ke-2 untuk melakukan percepatan eksplorasi KTI dengan penentuan lokasi kajian untuk tahun 2015 dan mulai dibahas tahun 2014. Ketiga akan dilakukan pertemuan rutin tim Kemitraan Strategis untuk Eksplorasi Migas KTI dilaksanakan 3 (tiga) bulan sekali. Pemilihan lokasi Blok Jayapura, tepatnya di kabupaten Memberamo Raya adalah pada wilayah tersebut berdasarkan data gravity regional mempunyai sedimen yang tebal. Hal ini dibuktikan dengan nilai gravity yang rendah. Adanya sedimen yang tebal ini dikuatkan oleh Pertamina - Unocal (1997) yang berkisar antara 4000 meter - 7000 meter. Hasil pemetaan heatflow regional juga menunjukkan pada sebelah Timur lokasi kajian mempunyai nilai Q HFU 2.0, sehingga berpotensi terjadinya pembentukan hidrokarbon. Adapun lokasi final untuk kajian percepatan eksplorasi kawasan Timur Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.
Percepatan Eksplorasi Migas Kawasan Timur Indonesia ; Tri Muji Susantoro dan Herru Lastiadi Setiawan
17
Topik Utama
Gambar 2. Lokasi kajian percepatan eksplorasi KTI
Gambar 3. Lokasi detail percepatan eksplorasi Kawasan Timur Indonesia
18
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama Rencana kerja untuk percepatan eksplorasi KTI dilakukan pada tanggal 27 Januari 2014 dengan hasil sebagai berikut: a. Berdasarkan kondisi morfologi dan peta topografi di bagian Utara dari Punggungan Papua, daerah yang paling baik sebagai lokasi kajian adalah di bagian Timur dari Cekungan Waipoga. Selain itu berdasarkan peta gravity regional pada lokasi tersebut terdapat rendahan yang selanjutnya diprediksi sebagai batuan sumber. b. Badan Geologi sudah mempunyai data gravity regional daerah studi. c. Pada lokasi penelitian tidak terdapat informasi data permukaan dan bawah permukaan, sehingga langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai berikut: – Melakukan kajian data penginderaan jauh untuk mengetahui kondisi permukaan dan kelurusan tektoniknya. – Melakukan penelitian geologi lapangan untuk mengetahui kondisi geologi permukaan daerah studi serta pengambilan sample batuan, rembesan oil/gas untuk dilakukan analisis di laboratorium Sedimentologi, Biostratigrafi dan Geokimia. – Melakukan pengambilan data, pemrosesan dan interpretasi data bawah permukaan dengan metode gaya berat, magnetik, magnetotellurik (MT) dan Controlled Source Audio Frequenct Magnetotelluric (CSAMT) untuk mengetahui gambaran bawah permukaan lokasi studi. – Akuisisi data seismik akan dilakukan pada tahun 2015 berdasarkan hasil yang telah dicapai pada tahun 2014, yaitu daerah yang mempunyai prospek hidrokarbon.
kelurusan tektoniknya. Pada kajian ini dilakukan pengolahan data penginderaan jauh berupa Landsat TM dan Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) yang berupa mosaik, koreksi geometrik dan merging antara Landsat TM dan SRTM. Adapun kedua data tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Kemudian dilanjutkan dengan interpretasi geologi permukaan dan strukturnya. Hasil dari kajian ini juga berupa rekomendasi lokasi survei lapangan. b. Survei lapangan reconnaissance untuk mengkaji kondisi lokasi kajian yang sebenarnya di lapangan. Survei ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama sosialisasi terhadap Pemda setempat dan tahap kedua melakukan survei lapangan untuk pengamatan geologi di daerah Kasonaweja dan sekitarnya. c. Kajian regional melalui studi referensi dan tinjauan ilmiah dari para narasumber. Adapun kajian yang belum dapat dilakukan karena adanya kendala dan direncanakan akan dilakukan tahun 2015. Berdasarkan data Landsat TM dan SRTM (Gambar 4) ada 4 satuan fisiografi lokasi penelitian, yaitu unit dataran alluvial, unit dataran pantai, unit perbukitan lipatan, dan unit pegunungan struktural. Satuan dataran alluvial berkembang di tengah lokasi penelitian melampar berarah Timur-Barat. Pada satuan fisiografi ini dijumpai anak sungai Memberamo yang mengalir kearah Timur. Unit dataran pantai dijumpai di sisi Barat Laut lokasi penelitian, dengan arah Barat Barat Daya - Timur Timur Laut. Unit perbukitan lipatan berkembang disebelah Utara anak sungai Memberamo, melampar dengan arah Barat - Timur. Unit Pergunungan struktural berkembang di Selatan anak Memberamo, berarah Barat - Timur.
3. PELAKSANAAN KAJIAN 2014 Kegiatan percepatan eksplorasi KTI yang dapat dilaksanakan pada tahun 2014 adalah kegiatan sebagai berikut: a. Kajian data penginderaan jauh untuk mengetahui kondisi geologi permukaan dan
Struktur sesar dan kekar pada lokasi kajian dapat dilihat pada sisi Utara maupun sisi Selatan lokasi kajian. Arah kelurusan beragam, yaitu Barat Timur, Barat Daya - Tenggara, dan Timur Laut Barat Daya. Struktur kekar tersebut dijumpai pada umur pra-Tersier hingga Tersier. Kondisi
Percepatan Eksplorasi Migas Kawasan Timur Indonesia ; Tri Muji Susantoro dan Herru Lastiadi Setiawan
19
Topik Utama
a. Landsat TM
b. Shuttle Radar Topographic Mission Gambar 4. Data penginderaan jauh (Landsat TM dan SRTM) yang digunakan untuk kajian percepatan eksplorasi KTI
20
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama geologi Papua dipengaruhi oleh dua elemen tektonik besar yang saling bertumbukan serentak aktif. Pada saat ini, Lempeng Samudra Pasifik Caroline bergerak ke Barat-Barat Daya dengan kecepatan 7,55 cm/th, sedangkan Lempeng Benua Indo-Australia bergerak ke Utara dengan kecepatan 10,5 cm/th. Tumbukan ini sudah aktif sejak Eosen membentuk suatu tatanan struktur kompleks terhadap Papua Barat (Papua) yang sebagian besar dilandasi kerak Benua IndoAustralia (Fikri Yunus, 2010).
4. PERKIRAAN KEBERADAAN HIDROKARBON DI LOKASI KAJIAN Adanya hidrokarbon di lokasi kajian pertama dilaporkan sekitar tahun 1916 ketika survei eksplorasi menemukan adanya rembesan minyak yang mengalir di sepanjang sungai Teer. Rembesan tersebut membentuk kolam dangkal dengan lebar 10 feet dan mempunyai API gravity sekitar 38?. Selain itu terdapat pula gas yang berdasarkan analisis sebagian besar merupakan metana dan beberapa hidrokarbon yang lebih berat. Sejak tahun 1950 telah dilakukan pemboran 12 sumur eksplorasi di cekungan Papua Utara, termasuk 1 sumur stratigraphic test. Berdasarkan data pemboran tersebut dihasilkan 4 sumur yang kering (dry), 2 sumur dengan penemuan gas dan 1 sumur dengan penemuan gas dan minyak. Dan 4 sumur abandone karena terjadi overpressure (Pertamina - PPPTMGB LEMIGAS, 2008). Berdasarkan stratigrafi regional lokasi kajian batuan sumber di lokasi kajian diperkiraan berumur Miocene Tengah - Atas, yaitu pada formasi Makat dan pada Pliocene awal yaitu pada formasi Hollandia atau Mamberamo B. Batuan reservoir yang ada dilokasi kajian adalah formasi Memberamo C dan Memberamo D yang berumur Pliocene Atas. Tudung (Seal) diperkirakan terdiri dari formasi Makat dan Memberamo E (Indonesia Basin Summary dalam Pertamina - PPPTMGB LEMIGAS, 2008). Adapun stratigraphic lokasi kajian dapat dilihat pada Gambar 5.
Dijelaskan oleh Nations Petroleum (2008) sekuen stratigrafi lokasi kajian terdiri dari Tersier akhir dan Kuarter. Kedalaman sedimen 3.500 meter terdiri dari Pleistosen sampai ke sedimen Recent (Resen). Hal ini menunjukkan bahwa cekungan tersebut telah terjadi pengisian sedimen yang begitu cepat. Cekungan ini berisi sedimen klastik regresif yang terdiri dari batu lempung berselingan tipis dengan greywacke batu pasir. Data dari offset mengindikasikan bahwa cekungan tersebut mempunyai heatflow yang rendah antara 1.15 -1.5 degreesF/100 Feet. Dari analisa sumur Niengo-1 yang dibor oleh NV Netherlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) pada tahun 1958 menghasilkan 4,6 MMSCFD gas kering (99% metana). Gas tersebut diinterpretasikan sebagai gas yang merupakan gas biogenik. Mamengko, dkk. (2014) telah melakukan analisis sampel rembesan minyak di Sungai Teer. Berdasarkan analisis tersebut karakteristik minyak merupakan produk dari batuan sumber yang berumur Kenosoikum dengan lingkungan pengendapan bay atau estuarine. Material organik berasal dari tumbuhan tingkat tinggi/ angiosperm dengan kondisi reduksi. Tipe batuan sumber tersebut diperkirakan batuan yang kaya akan material organik seperti serpih, serpih karbonan atau batubara. Berdasarkan hasil tersebut, maka kemungkinan besar batuan sumber berasal dari Formasi Makats atau Memberamo "B".
5. PERENCANAAN KEGIATAN 2015 Evaluasi secara menyeluruh dari hasil kegiatan tahun 2014 akan dilakukan untuk menghasilkan rekomendasi lanjutan kegiatan tahun 2015. Evaluasi tersebut berupa hasil pemetaan geologi permukaan dari data penginderaan jauh Landsat TM dan SRTM serta hasil survei lapangan awal. Harapannya kegiatan pada Tahun 2015 dapat direncanakan dengan baik sebagai kelanjutan dari kegiatan 2014 untuk percepatan eksplorasi KTI. Adapun rencana kegiatan tersebut, yaitu:
Percepatan Eksplorasi Migas Kawasan Timur Indonesia ; Tri Muji Susantoro dan Herru Lastiadi Setiawan
21
Topik Utama
Gambar 5. Stratigrafi regional lokasi kajian Sumber : Indonesia Basin Summary (2006) dalam Pertamina PPPTMGB LEMIGAS, (2008)
22
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama –
–
–
Penelitian geologi lapangan detil untuk mengetahui kondisi geologi permukaan daerah studi serta pengambilan sample batuan, rembesan oil/gas untuk dilakukan analisis di laboratorium Sedimentologi, Biostratigrafi dan Geokimia. Melakukan pengambilan data, pemrosesan dan interpretasi data bawah permukaan dengan metode gaya berat, magnetik, magnetotellurik (MT) dan Controlled Source Audio Frequenct Magnetotelluric (CSAMT) untuk mengetahui gambaran bawah permukaan lokasi studi. Akuisisi data seismik akan dilakukan pada tahun 2015 berdasarkan hasil yang telah dicapai pada tahun 2014 tentang daerah yang mempunyai prospek hidrokarbon.
Kegiatan ini direncanakan untuk dapat memetakan secara lengkap baik melalui survei lapangan dan data geofisika sehingga dapat mengidentifikasi potensi hidrokarbon di lokasi kajian. Harapannya kegiatan tersebut nantinya dapat memetakan sumberdaya yang ada di lokasi kajian dan pada akhirnya dapat menjadi bagian dari wilayah kerja aktif dan dapat menemukan cadangan migas baru sehingga tujuan dari kegiatan percepatan eksplorasi KTI yang dilakukan oleh Badan Litbang ESDM tercapai. Selain itu direncanakan pula kajian untuk wilayah lain masih dalam rangka percepatan eksplorasi KTI Tahap 2. Lokasi rencana kegiatan untuk tahap 2 alternatifnya akan dilakukan di onshore Timur Barat, Nusa Tenggara Timur, onshore Bone atau di cekungan Lariang.
6. LESSON LEARNED PELAKSANAAN KEGIATAN 2014 Pelaksanaan kegiatan survei gravity dan magnetik melalui pihak ketiga semula direncanakan tahun 2014 diundur dan direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2015. Pemunduran ini dilakukan dengan pertimbangan pekerjaan tersebut berpeluang
tidak tepat waktu sesuai jadwal karena adanya kendala sosial, antara lain perizinan dan pendekatan ke masyarakat adat setempat, kondisi lokasi yang remote sehingga ketersampaian ke lokasi menjadi kendala, serta terbatasnya jumlah penyedia jasa survei sehingga mengalami gagal lelang karena belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut dan untuk mencegah terjadinya hal yang serupa, maka diperlukan perbaikan-perbaikan sebagai berikut: a. Perbaiki perencanaan, termasuk penyusunan Prosedur Operasi Standar dalam kegiatan jasa survei sehingga pelaksanaan dapat diminimalisir kegagalannya. b. Pelaksanaan pelelangan sebaiknya dilakukan secepatnya, apabila diperlukan proses pengadaan dimulai pada bulan Desember. Hal ini bisa dilakukan dengan berdasarkan peraturan pengadaan (Perpres Nomor 70 Tahun 2012 yang merupakan perubahan kedua Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa). Di mana pada pengadaan barang/jasa pemerintah dibolehkan melakukan pelelangan di Kementerian dengan mendahului penetapan tahun anggaran asal anggaran sudah disetujui oleh DPR. c. Perketat kontrol pada saat pelaksanaan pekerjaan. Hal ini merupakan poin penting sehingga apabila ada tanda-tanda keterlambatan dapat diatasi dengan cepat. d. Melakukan diskusi dengan pihak-pihak lain yang telah melakukan kegiatan di daerah Papua, sehingga didapatkan informasi terkini tentang kondisi lokasi kajian. Hal ini dapat menjadi pertimbangan untuk kelancaran kegiatan eksplorasi.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada Tim Percepatan Eksplorasi KTI di PPPTMGB LEMIGAS, khususnya KPPP
Percepatan Eksplorasi Migas Kawasan Timur Indonesia ; Tri Muji Susantoro dan Herru Lastiadi Setiawan
23
Topik Utama Teknologi Eksplorasi dan umumnya Badan Litbang ESDM serta Badan Geologi yang telah memberikan informasi dan data mengenai kajian strategis eksplorasi di lokasi kajian.
DAFTAR PUSTAKA Mamengko, D. V., H. Susanto, J. T. Musu dan A. Yusriani, 2014, Potensi Hidrokarbon Cekungan Papua Utara Berdasarkan Karakteristik Rembesan Minyak Sungai Teer, Proceeding PIT IAGI Jakarta, 16 - 18 September 2014. Nations Petroleum, 2008, Prospect and Lead Inventory Rombebai Block, Nation Petroleum (Rombebai) BV. Pertamina - Unocal Indonesia Company, 1997, Total Sedimen Thickness Map of The Indonesia Region, Jakarta. Pertamina- PPPTMGB LEMIGAS, 2008, Basin Classification and Exploration Play Type Series (Petroleum System Elements of Eastern Indonesia Basins), Volume IV, Papua, EP Technology Center PT. Pertamina.
24
Sosrowidjojo, I. B. dan Hermansyah, 2013, Kemitraan Strategis Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia, Mineral & Energi. Vol. 11/No. 4- Desember 2013, ISSN: 1693-121, Badan Litbang ESDM. Susantoro, T.M. dan H. L. Setiawan, 2013, Pemetaan Sumberdaya kawasan Timur Indonesia, Mineral & Energi, Vol. 11/No. 4Desember 2013, ISSN: 1693-121. Badan Litbang ESDM. Susantoro, T.M. dan Suliantara, 2013, Metode Screening dan Ranking dalam Penentuan Lokasi Eksplorasi Migas Kawasan Timur Indonesia, Mineral & Energi, Vol. 11/No. 4Desember 2013, ISSN: 1693-121, Badan Litbang ESDM. http://glovis.usgs.gov/, 2014. Landsat TM 4-5 TM. h t t p : / / s r t m . c s i . c g i a r. o r g / S E L E C T I O N / inputCoord.asp, 2014, SRTM 90m DEM version 4. Yunus, Fikri, 2010, Geologi Daerah Sorong, Kota Sorong, Papua Barat, diunduh dari http:// digilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdlfikriyunus-22661-3-2010ta-2.pdf.
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014