LAPORAN PENELITIAN
PENGEMBANGAN STANDAR KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI HILIR MINYAK DAN GAS BUMI MELALUI PEMETAAN KOMPETENSI INDUSTRI HILIR MINYAK DAN GAS BUMI BERDASARKAN FUNGSI – FUNGSI KERJA
Oleh : TIM PENYUSUN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINYAK DAN GAS BUMI PUSDIKLAT MIGAS Jalan Sorogo1 Cepu 58315 Kab. Blora – Jawa Tengah T. 0296 421888 F. 0296 421891 http://www.pusdiklatmigas.com e-mail:
[email protected]
2014
PRAKATA
Menyadari akan pentingnya kegiatan pelaksanaan diklat di Pusdiklat Migas, yang tidak terpisahkan yaitu Karya Tulis Ilmiah. Maka pada kesempatan ini, penulis membantu para stakeholder untuk memahami SKKNI khususnya pada industry hilir migas. Kepada para pembaca saya harapkan memaklumi akan segala kekurangan yang ada pada tulisan ini, dan dengan senang hati jika kiranya sumbang saran dari para pembaca dapat saya terima sebagai bahan untuk penyempuranaannya. Mudah-mudahan tulisan yang sederhana ini dapat memberikan manfaat dan dapat dikembangkan terutama oleh stakeholder yang ingin mempelajari bidang ini dan mengembangkan SKKNI
Cepu, Nopember 2014
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman Muka Kata Pengantar Kepala Pusdiklat Migas
i
Prakata
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Gambar
v
Daftar Tabel
viii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1.
Latar Belakang
1
1.2.
Batasan Permasalahan
3
1.3.
Tujuan Penulisan
3
1.4.
Metodologi Penelitian
4
1.5.
Sistematika Penulisan
4
BAB II Tinjauan Pustaka
5
2.1. Definisi Kompetensi dan Standar Kompetensi
5
2.2. Standar Kompetensi yang ada pada Industi Minyak dan Gas Bumi
7
2.2. Peta Kompetensi dalam kerangka sistem standardisasi
21
kompetensi BAB III HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
26
3.1.
Hasil penelitian
26
3.2.
Pembahasan
41
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
43
4.1.
Kesimpulan
43
4.2
Saran
43
Daftar Pustaka
44 iii
DAFTAR GAMBAR HAL Gambar 2-1 Skema kegiatan Industri minyak dan gas bumi
17
2.2 Model Pemetaan Kompetensi RMCS
25
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
HAL
Peta Fungsi Jabatan Di Industri Hilir Migas Pengolahan
v
31
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kebutuhan personil pemegang jabatan tenaga teknik khusus yang mempunyai kompetensi kerja standar di bidang industri, makin dirasakan karena sifat industri yang padat teknologi dan padat modal.Kompetensi kerja personil merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh pemegang jabatan tenaga teknik khusus (TTK) bidang industri; khususnya di Industri Hilir Migas
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) disusun dengan menggunakan RMCS (Regional Model Of Competency Standard) berdasarkan permintaan pasar (stakeholder) dalam industri migas.Prosedur perumusan SKKNI tersebut sesuai pedoman BNSP Nomor 101 dan nomor 102 tahun 2005. Pemerintah
menetapkan
mengeluarkan 252
SKKNI
standar
kompetensi
kerja
dengan
untuk berbagai sektor pekerjaan.
Peningkatan kualitas tenaga kerja harus dlakukan diseluruh wilayah agar tidak terjadi gap yang tinggi antar provinsi di Indonesia. Dalam jangka waktu yang tidak lama, Indonesia dan negara Asean lainnya akan memasuki komunitas masyarakat ekonomi ASEAN 2015. (ASEAN Economy Community). Sedangkan yang telah tersusun saat ini sebanyak lebih dari 250 SKKNI dari 9 sektor yaitu Sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan, sektor listrik, pertambangan dan energy, sektor industri manufactur, sektor perhubungan dan Telekomunikasi, sektor kebudayaan, pariwisata dan seni,
Sektor kesehatan, sektor
keuangan dan perbankan dan sektor kontruksi dan pertambangan.
1
Dengan adanya SKKNI maka diharapkan akan meningkatkan peluang tenaga kerja Indonesia untuk berkiprah di dunia kerja regional dan internasional, karena sertifikasi kompetensi yang dimiliki secara
profesional
dihargai
di
dalam
negeri
maupun
luar
negeri.Sistem SKKNI juga berfungsi sebagai media filter bagi masuknya tenaga kerja asing di Indonesia.
Industri minyak dan gas bumi (migas) merupakan industry yang padat modal, padat teknologi dan padat resiko.Tentunya dengan kegiatan yang sangat beresiko tinggi ini memerlukan tenaga yang mempunyai kompetensi yang diharapkan sesuai standar.Karena itu disadari betapa pentingnya upaya pengelolaan minyak dan gas bumi dengan optimal, efektif dan efisien serta mengacu pada kaidahkaidah
keteknikan
yang
baik dengan
keselamatan
migas
yang
mencakup
keselamatan
umum,
keselamatan
memperhatikan keselamatan
instalasi
dan
aspek pekerja,
keselamatan
lingkungan.Pengusahaan minyak dan gas bumi secara efektif dan efisien, diarahkan untuk peningkatan nilai tambah dengan tujuan untuk memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah dan sector pembangunan lainnya serta sekaligus mengembangkan penguasaan teknologi yang tepat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Semua kegiatan ini tidak dapat dipisahkan dari aspek keselamatan migas atau dengan kata lain seharusnya tidak ada dikotomi antara Keselamatan Migas dengan kegiatan operasi dan produksi itu sendiri. Kegiatan usaha minyak dan gas bumi banyak mengandung resiko-resiko
bahaya
terhadap
faktor
keselamatan
umum,
keselamatan pekerja, instalasi dan kondisi lingkungan (keselamatan migas).Pelaksanaan pembinaan terhadap aspek keselamatan migas selama ini terus diupayakan untuk ditingkatkan. Ciri-ciri khusus kegiatan usaha minyak dan gas bumi antara lain.
2
1. Daerah operasiya ditempat-tempat terpencil jauh dari sarana umum. 2. Kegiatannya
mengandung
resiko
tinggi
oleh
karena
mengoperasikan peralatan dan atau instalasi yang berkaitan dengan tekanan, temperatur, proses dan kondisi alam. 3. Menggunakan
teknologi
yang
canggih,
peralatan-peralatan
khusus dan investasi yang sangat besar.
Memerlukan
tenaga
kerja
yang
memiliki
kompetensi
khusus.Potensi resiko bahaya sebagaimana disebutkan di atas tidak terbatas pada kegiatan di Hulu, namun juga pada kegiatan hilir serta hasil olahan lainnya (Bahan Bakar Minyak dan Gas).Resiko bahaya itu dapat berupa bahaya kebakaran, ledakan, catastrophyc pada instalasi dan atau peralatan di kegiatan usaha migas dan dapat juga berupa pencemaran di lingkungan sekitar operasi kegiatan usaha migas yang pada akhirnya akan berdampak pada kerugian materiil dan immateriil.
1.2.
Batasan Permasalahan Penelitian ini dibatasi pada pemetaan kompetensi yang ada pada industry hilir minyak dan gas bumi (migas) yang disesuaikan dengan Undang undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan industry hilir migas dan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.
1.3.
Tujuan Penulisan 1. Menjelaskan kompetensi yang dibutuhkan dalam industri hilir minyak dan gas bumi
3
2. Mengidentifikasi SKKNI yang sudah ada berhubungan dengan industry hilir migas 3. Mengembangkan SKKNI berdasarkan fungsi – fungsi kerja yang ada pada industri hilir migas 1.4.
Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang dilakukan berupa kegiatan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini Adapun metodologi penelitian yang dilakukan adalah : a. Kajian pustaka Kajian Pustaka yang dilakukan adalah terhadap peraturan perundangan-undangan
yang
berhubungan
dengan
kompetensi tenaga kerja dan program peningkatan kompetensi b. Studi Lapangan Studi lapangan yang dilakukan adalah benchmarking kepada perusahaan yang bergerak dibidang industri hilir migas
1.5.
Sistematika Penulisan Penulisan karya ilmiah disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, mengemukakan tentang isi penelitian secara umum yang terdiri dari : latar belakang, tujuan, batasan permasalahan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan Bab II : Tinjauan Pustaka Bab III : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV : Kesimpulan dan saran
4
BAB II Tinjauan Pustaka
Memperhatikan aset dan potensi SDA yang luar biasa tersebut diperlukan pengelolaan yang profesional dan kredibel.Karena itu, untuk pengelolaan SDA diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten. Guna mendorong dan merealisasikan SDM yang kompeten tersebut harus dipersiapkan dan dirancang secara sistematis antara lain dalam hal sistem pendidikan dan pelatihan (diklat) serta perangkat-perangkat pendukungnya. Dengan demikian diharapkan akan dihasilkan SDM yang handal untuk mengelola kekayaan SDA secara profesional. Melalui penyiapan SDM yang memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan standar, maka bangsa Indonesia akansurvive dalam menghadapi era kompetisi dan perdagangan bebas. Menghadapi hal tersebut, semuanegara termasuk Indonesia, sedang dan telahberupaya meningkatkan kualitas sumber dayamanusianya melalui standardisasi dansertifikasi kompetensi di berbagai sektor. Untuk hal ini diperlukan kerjasama duniausaha/industri, pemerintah dan lembaga diklatbaik formal maupun non formal untukmerumuskan suatu standar kompetensi yangbersifat nasional khususnya pada SektorIndustri Minyak dan Gas Bumi.Mengingatkegiatan usaha minyak dan gas bumi yangbanyak mengandung resiko-resiko bahayaterhadap faktor keselamatan umum,keselamatan pekerja, instalasi
dan
migas,maka
kondisilingkungan
dibutuhkan
SDM
atau yang
disebut
keselamatan
memilikikompeten
pada
bidangnya. Industri minyak dan gas bumi (migas) merupakan industry yang padat modal, padat teknologi dan padat resiko.Tentunya dengan kegiatan yang sangat beresiko tinggi ini memerluakan tenaga yang
5
mempunyai kompetensi yang diharapkan sesuai standar. Karena itu disadari betapa pentingnya upaya pengelolaan minyak dan gas bumi dengan optimal, efektif dan efisien serta mengacu pada kaidahkaidah
keteknikan
yang
baik dengan
keselamatan
migas
yang
mencakup
keselamatan
umum,
keselamatan
memperhatikan keselamatan
instalasi
dan
aspek pekerja,
keselamatan
lingkungan. Pengusahaan minyak dan gas bumi secara efektif dan efisien, diarahkan untuk peningkatan nilai tambah dengan tujuan untuk memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah dan sector pembangunan lainnya serta sekaligus mengembangkan penguasaan teknologi yang tepat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Semua kegiatan ini tidak dapat dipisahkan dari aspek keselamatan migas atau dengan kata lain seharusnya tidak ada dikotomi antara Keselamatan Migas dengan kegiatan operasi dan produksi itu sendiri. Kegiatan usaha minyak dan gas bumi banyak mengandung resiko-resiko
bahaya
terhadap
faktor
keselamatan
umum,
keselamatan pekerja, instalasi dan kondisi lingkungan (keselamatan migas).Pelaksanaan pembinaan terhadap aspek keselamatan migas selama ini terus diupayakan untuk ditingkatkan. Ciri-ciri khusus kegiatan usaha minyak dan gas bumi antara lain. 1. Daerah operasiya ditempat-tempat terpencil jauh dari sarana umum. 2. Kegiatannya
mengandung
resiko
tinggi
oleh
karena
mengoperasikan peralatan dan atau instalasi yang berkaitan dengan tekanan, temperatur, proses dan kondisi alam. 3. Menggunakan teknologi yang canggih, peralatan-peralatan khusus dan investasi yang sangat besar. Memerlukan
tenaga
kerja
yang
memiliki
kompetensi
khusus.Potensi resiko bahaya sebagaimana disebutkan di atas tidak terbatas pada kegiatan di Hulu saja, namun juga pada
6
kegiatan hilir serta hasil olahan lainnya (Bahan Bakar Minyak dan Gas). Resiko bahaya itu dapat berupa bahaya kebakaran, ledakan, catastrophyc pada instalasi dan atau peralatan di kegiatan usaha migas dan dapat juga berupa pencemaran di lingkungan sekitar operasi kegiatan usaha migas yang pada akhirnya akan berdampak pada kerugian materiil dan immateriil. Kebutuhan personil pemegang jabatan tenaga teknik khusus yang mempunyai kompetensi kerja standar di bidang industri, makin dirasakan karena sifat industri yang padat teknologi dan padat modal.Kompetensi kerja personil merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh pemegang jabatan tenaga teknik khusus (TTK) bidang industri; khususnya di Industri Hilir Migas
2.1. Definisi Kompetensi dan Standar Kompetensi KOMPETENSI Pengertian kemampuan
Kompetensi yang
Kompetensi
dibutuhkan
untuk
diartikan melakukan
sebagai atau
melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja.Sedangkan dalam sistem dunia pendidikan di Indonesia, kompetensi merupakan seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Beberapa referensi yang berkaitan dengan definisi kompetensi antara lain: A competency refers to an individual’s demonstrated knowledge, skills or abilities (KSA’s) performed to a specific standard. Competencies are observable, behavioral acts that require a combination of KSA’s to execute. They are demonstrates in a job context and as such, are influenced by an organization’s culture and work environment. In other words, competencies consist of a combination of knowledge, skill, and abilities that are necessary in 7
order to perform a major task or function in the work setting. (JGN Consulting Denver, USA) Competency comprises knowledge and skills and the consistent application of that knowledge and skills to the standard of performance required in employment. (Competency Standards Body Canberra 1994) Competency models that identify the skills, knowledge, and characteristics needed to perform a job..... (A. D. Lucia & R. Lepsinger / Preface xiii)." Kompetensi adalah gabungan aspek pengetahuan, kemahiran, ciri-ciri peribadi dan perlakuan yang perlu dimiliki serta diamalkan oleh staf bagi melaksanakan suatu pekerjaan. (Penilaian Tahap Kecekapan, Jabatan Perkhidmatan Awam Malaysia) Kompetensi adalah kemampuan orang perseorangan untuk mengerjakan
suatu
tugas
dan
pekerjaan
sesuai
dengan
persyaratan yang dilandasi oleh pengetahuan, kecekatan, dan sikap kerja. (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional, LPJKN) Kompetensi adalah Karakteristik dasar yang tidak Nampak dan Nampak seperti motivasi, sifat, konsep diri, nilai – nilai, pengetahuandan keterampilan yang menghasilkan kinerja sesuai standar yang ditentukan sebelumnya ( Competency Management, R.Palan, Ph.D)
Dari
beberapa
definisi
di
atas dapat dirumuskan
bahwa
kompetensi diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Komponen Kompetensi Sebagai karakteristik individu yang melekat, kompetensi nampak pada cara berperilaku di tempat
8
kerja
seseorang.
Spencer
(1993:9-23)
mengemukakan
kompetensi dapat bersumber dari limakomponen kompetensi yang berbeda, yaitu: Motif Sesuatu yang secara konsisten menjadi dorongan, pikiran atau keinginan seseorang yang menyebabkan munculnya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi tindakan atau mewujudkan tujuan sehingga berbeda dari yang lain. Karakter (trait) dan unsur bawaan Karakter dan bawaan seseorang dapat mempengaruhi prestasi di tempat kerja.Karakter dan unsur bawaan ini dapat berupa bawaan fisik (seperti postur atletis, penglihatan yang baik), maupun bawaan sifat yang lebih kompleks yang dimiliki seseorang sebagai karakter, seperti kemampuan mengendalikan emosi, perhatian terhadap hal yang sangat detail, dan sebagainya. Konsep diri (self-concept) Konsep diri seseorang mencakupgambaran atas diri sendiri, sikap dan nilai-nilai yang diyakininya. Misalnya, seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi menggambarkan dirinya sendiri sebagai orang yang
dapat
mencapai
sesuatu
yang
diharapkan,
yang
menurutnya, baik dalam berbagai situasi, baik situasi sulit maupun mudah. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan mencerminkan informasi yang dimiliki seseorang pada area disiplin yang tertentu yang spesifik.Nilai akademis atau indeks prestasi akademis seringkali kurang bermanfaat untuk memprediksi performansi di tempat kerja, karena sulitnya mengukur kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang secara nyata
digunakan
dalam
pekerjaan.
Pengetahuan
dapat
9
memprediksikan apa yang mampu dilakukan seseorang, bukan apa yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan pengukuran tes pengetahuan lebih banyak menghafal, jika yang dipentingkan adalah kemampuan untuk mencari informasi.Ingatan mengenai fakta spesifik, tidak lebih penting daripada pengetahuan mengenai fakta yang relevan, terhadap masalah spesifik dan pengetahuan tentang
sumber
informasi
di
mana
mencarinya
ketika
diperlukan.Tes pengetahuan juga sangat tergantung situasi responden.Tes tersebut mengukur kemampuan memilih alternatif pilihan, yang merupakan respon yang benar, dan bukan untuk mengukur apakah seseorang dapat bereaksi sesuai dengan pengetahuan dasarnya. Mengetahui sesuatu yang benar tidaklah selalu menjamin akan melakukan sesuatu yang benar. Keterampilan (skills) Kemampuan
untuk
melakukan
aktivitas
fisik
dan
mental.Kompetensi keterampilan mental atau kognitif meliputi pemikiran
analitis
(memproses
pengetahuan
atau
data,
menentukan sebab dan pengaruh, mengorganisasi data dan rencana) serta pemikiran konseptual (pengenalan pola data yang kompleks). Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa apa yang dilakukan seseorang di tempat kerja, hasil kerja apa yang diperoleh seseorang, dan tingkat prestasi kerja apa yang dicapai seseorang dapat bersumber dari karakteristik individu, yang dipengaruhi oleh salah satu atau kombinasi dari lima tipe komponen
kompetensi yang berbeda. Dengan kata lain,
pendekatan
kompetensi ini meyakini bahwa perilaku efektif
seseorang di tempat kerja atau pada suatu situasi tertentu merupakan cerminan kompetensi seseorang.
Manfaat Kompetensi
10
Seseorang atau berkelompok yang telah mempunyai kompetensi kemudian dikaitkan dengan tugas pekerjaan tertentu sesuai dengan kompetensinya, maka akan dapat menghasilkan atau mewujudkan sasaran dan tujuan tugas pekerjaan(X), yang seharusnya dapat terukur dengan indikator sebagai berikut: mampu dan mau melakukan (X) sebanyak (Y) dengan kualitas (Z) selesai dalam tempo (T). Indikator ini berguna untuk memastikan kualitas Sumber Daya Manusia secara jelas dan terukur, serta untuk mengukur produktivitas tenaga kerja dikaitkan dengan perhitungan biaya pekerjaan yang dapat menentukan daya saing. STANDAR KOMPETENSI Pengertian Standar Kompetensi Berdasar pada arti bahasa, standar kompetensi terbentuk atas kata standar dan kompetensi. Standar diartikan sebagai “ukuran” yang disepakati, sedangkan kompetensi telah
didefinisikan
sebagai
terobservasi
kemampuan
seseorang
yang
dapat
mencakup atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar persyaratan yang ditetapkan. Dari berbagai referensi diperoleh beberapa definisi standar kompetensi, di antaranya: What are competency standards? Competency Standards are simply worded statements about the performance in workplace that describe in output terms: - What the employee is expected to do. - How well the employee is expected to perform. - How to tell when the employee’s performance is at the expected level (adopted from ANTA Australia) What are competency standards? Competency Standards define “competency” as;
11
“The necessary knowledge and skills to perform a particular work role to the standard required within industry”. (adopted from the Northern Territory Public Sector of Australia). What are Competency Standards? The concept of competency focuses on what is expected of an employee in the workplace (outcomes) rather than on the learning process. It takes into account all aspects of work performance, recognizing that task skills formonly one component of work performance. It also includes the ability to transfer and apply skills and knowledge to new situations. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa standar kompetensi merupakan kesepakatan-kesepakatan tentang kompetensi yang diperlukan pada suatu bidang pekerjaan oleh seluruh “stake holder” di bidangnya. Dengan
pernyataan
lain
yang
dimaksud
dengan
Standar
Kompetensi adalah perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.
Menurut Permenakertrans Nomor 8 Tahun 2012 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat
jabatan
yang
ditetapkan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
12
Manfaat Standar Kompetensi Dengan dikuasainya standar kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang bersangkutan akan mampu: a.Mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan. b.Mengorganisasikan agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan. c.Mengetahui apa yang harus dilakukan, bila terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula. d.Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan permasalahan atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dibutuhkan sebagai tolak ukur untuk menentukan kompetensi tenaga kerja sesuai dengan
jabatan
kerja
yang
dimilikinya.
SKKNI
disusun
berdasarkan analisis kompetensi setiap jabatan kerja yang melibatkan para pelaku atau pelaksana langsung di lapangan dan dengan mengacu pada format dan ketentuan yang diatur dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Kep.227/MEN/2003,
tanggal
31
Oktober
2003
tentang
CaraPenetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dan perubahannya No. KEP. 69/MEN/V/2004, tanggal 4 Mei 2004
Studi penyusunan standar kompetensiLiteratur yang digunakan dalam penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) mengacu pada beberapa sumber daridalam maupun luar negeri, antara lain: a.Malaysia, dengan model NOSS (National Occupational Skill Standard)
atau
SKPK
(Standar
Kemahiran
Pekerjaan
Kebangsaan). b.ILO (International Labor Organization) dengan MOSS (Model Occupational Skill Standard).
13
c.RMCS
(Regional
Model
Competency
Standard)
dengan
referensi utama dari ITABs (Industry Training Advisory Bodies) dan ANTA (Australia National Training Authority) Australia.
Menurut Permenakertrans Nomor 8 Tahun 2012 Regional Model Competency Standard, yang selanjutnya disingkat RMCS, adalah model
standar
menggunakan
kompetensi
pendekatan
yang
fungsi
dari
pengembangannya proses kerja
untuk
menghasilkan barang dan/atau jasa.
Pasal 8 Rancangan SKKNI yang akan ditetapkan sebagai SKKNI harus memenuhi prinsip: a. relevan dengan kebutuhan dunia usaha atau industri di masingmasing sektor atau lapangan usaha; b. valid terhadap acuan dan/atau pembanding yang sah; c. aseptabel oleh para pemangku kepentingan; d. fleksibel untuk diterapkan dan memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan; dan e. mampu telusur dan dapat dibandingkan dan/atau disetarakan dengan standar kompetensi lain, baik secara nasional maupun internasional. Pasal 9 Rancangan SKKNI yang sebagaimana
dimaksud
akan dalam
ditetapkan Pasal
8
sebagai harus
SKKNI
memenuhi
ketentuan: a.
berisi
rumusan
tentang
kompetensi
tugas,
kompetensi
manajemen tugas, kompetensi menghadapi keadaan darurat dan kompetensi menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja,
14
termasuk tanggung jawab dan bekerja sama dengan orang lain; b. mencerminkan pekerjaan yang realistik berlaku di tempat kerja secara umum di sektor atau lapangan usaha tertentu; c. dirumuskan dengan orientasi hasil kerja (outcomes); dan d. dirumuskan secara terukur dengan bahasa yang jelas, sederhana, dan mudah dipahami oleh pengguna SKKNI.
Pasal 10 (1) Penyusunan SKKNI di setiap sektor atau lapangan usaha mengacu pada peta kompetensi yang disusun dalam RIP SKKNI di sektor atau lapangan usaha yang bersangkutan. (2)Penyusunan SKKNI dan pemetaan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengacu pada RMCS.
Pasal 11 (1) Pemetaan SKKNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) disusun dalam susunan fungsi pekerjaan yang mencakupi: a. tujuan utama (main purpose); b. fungsi kunci (key function) dari tujuan utama (main purpose); c. fungsi utama (major function) dari fungsi kunci (key function); dan d. fungsi dasar (basic function) dari fungsi utama (major function), dari lapangan usaha pada klasifikasi kategori, golongan pokok, golongan atau sub golongan usaha tertentu. (2) Fungsi dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d diidentifikasi sebagai unit kompetensi.
15
Pasal 12 SKKNI pada setiap kategori, golongan pokok, atau golongan usaha tertentu dapat disusun dalam kemasan sebagai berikut: a. kualifikasi nasional, dengan mengacu pada jenjang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia; b. jabatan atau okupasi nasional, dengan mengacu pada tugas dan fungsi jabatan atau okupasi; c. klaster kompetensi, dengan mengacu pada kebutuhan khusus kompetensi tertentu sesuai kebutuhan industri atau organisasi. Pada Pasal 12 mengacu kepada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
2.2.
Standar Kompetensi yang ada pada Industi Minyak dan Gas Bumi
2.2.1. Industri hilir migas Undang – undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, ada di Pasal 5 : Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi terdiri atas: Kegiatan Usaha Hulu yang mencakup: a. Eksplorasi; b. Eksploitasi. 2. Kegiatan Usaha Hilir yang mencakup: a. Pengolahan; b. Pengangkutan; c. Penyimpanan; d. Niaga.
16
Hulu
Hilir
Impor/Ekspor
Produksi Crude
Distribusi
Kebutuhan BBM
Pengolahan
Penyaluran Retail
I mpor Produk
Kilang
E I k m s p p o o r r B C B rM u d e
Gambar 2.1. Skema Kegiatan Minyak dan Gas Bumi
a. kegitan usaha Pengolahan yang meliputi kegiatan memurnikan, memperoleh
bagian-bagian,
mempertinggi
mutu,
dan
mempertinggi nilai tambah Minyak dan Gas Bumi yang menghasilkan Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, Hasil Olahan,
LPG
dan/atau
LNG
tetapi
tidak
termasuk
meliputi
kegiatan
PengolahanLapangan; b.kegiatan
usaha
Pengangkutan
yang
pemindahan Minyak Bumi, Gas Bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, dan/atau Hasil Olahan baik melalui darat, air, dan/atau udara termasuk Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dari suatu tempat ke tempat lain untuk tujuan komersial; c.kegiatan
usaha
Penyimpanan
yang
meliputi
kegiatan
penerimaan, pengumpulan, penampungan dan pengeluaran Minyak Bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, dan/atau Hasil Olahan pada lokasi di atas dan/atau di bawah permukaan tanah dan/atau permukaan air untuk tujuan komersial;
17
d.kegiatan usaha Niaga yang meliputi kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor Minyak Bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas dan/atau Hasil Olahan, termasuk Gas Bumi melalui pipa.
Pasal 21 Dalam melaksanakan kegiatan usaha Pengolahan, Badan Usaha wajib
menjamin
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
dan
pengelolaan lingkungan hidup serta pengembangan masyarakat setempat, dan menjamin bahwa produk akhir yang dihasilkan memenuhi standar dan mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 22 Badan
Usaha
pemegang
Izin
Usaha
Pengolahan
wajib
menyampaikan laporan kepada Menteri dan Badan Pengatur mengenai
jadwal
rencana
tahunan,
realisasi
pelaksanaan
bulanan, dan penghentian operasi guna perawatan fasilitas dan sarana Pengolahan dalam rangka menjaga ketersediaan Bahan Bakar Minyak.
2.2.2. SKKNI yang sudah diterbitkan di Industri Migas Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) disusun dengan menggunakan RMCS (Regional Model Of Competency Standard) berdasarkan permintaan pasar (stakeholder) dalam industri migas.Prosedur perumusan SKKNI tersebut sesuai pedoman BNSP Nomor 101 dan nomor 102 tahun 2005. Pemerintah menetapkan mengeluarkan
252
standar kompetensi kerja SKKNI
untuk
berbagai
dengan sektor
18
pekerjaan.Peningkatan kualitas tenaga kerja harus dlakukan diseluruh wilayah agar tidak terjadi gap yang tinggi antar provinsi di Indonesia. Dalam jangka waktu yang tidak lama, Indonesia dan negara Asean lainnya akan memasuki komunitas masyarakat ekonomi ASEAN 2015. (ASEAN Economy Community). Dengan adanya SKKNI maka diharapkan akan meningkatkan peluang tenaga kerja Indonesia untuk berkiprah di dunia kerja regional dan internasional, karena sertifikasi kompetensi yang dimiliki secara profesional dihargai di dalam negeri maupun luar negeri.Sistem KKNI juga berfungsi sebagai media filter bagi masuknya tenaga kerja asing di Indonesia. Khusus sector Minyak dan gas bumi sudah menerbitkan 34 SKKNI, dan bagi industry hilir migas baru 8 SKKNI (CDU, VDU, Blending, PPT, Loading Master, Pemrosesan Gas Bumi, SPBU, SPPLPG,)
Berikut daftar SKKNI yang sudah ditetapkan oleh Menakertrans 10 SKKNI wajib menurut Permen ESDM Nomor 20 tahun 2008 di sector industry minyak dan gas bumi 1. KEP.241/MEN/V/2007 Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi
Serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi Hulu Bidang Pengeboran Sub Bidang Pengeboran Darat 2. KEP.242/MEN/V/2007 Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi
Serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi Hulu Hilir (Supporting) Bidang Laboratorium Pengujian 3. KEP.243/MEN/V/2007 Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi
Serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi Hulu Bidang Produksi Sub Bidang Perawatan Sumur 4. KEP.244/MEN/V/ 2007 Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi
Serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi Hulu Hilir (Supporting) Bidang Sistem Manajemen Lingkungan
19
5. KEP.245/MEN/V/2007 Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi
Serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi Hulu Hilir (Supporting) Bidang Operasi Pesawat Angkat, Angkut Dan Ikat Beban 6. KEP.246/MEN/V/2007 Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi
Serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi Hulu Hilir (Supporting) Bidang Aviasi 7. KEP. 248/MEN/V/2007 Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi
Serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi Hulu Hilir (Supporting) Bidang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 8. KEP.250/MEN/V/2007 Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi
Serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Hulu Bidang Produksi Sub Bidang Operasi Produksi 9. KEP.251/MEN/V/2007 Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi
Serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Hulu Bidang Eksplorasi Sub Bidang Penyelidikan Seismik 10. KEP.254/MEN/V/2007 Sektor Industri Minyak Dan Gas Bumi
Serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Hulu Hilir (Supporting) Bidang Boiler Sub Bidang Operasi Boiler
Dan 26 Standar kompetensi yang belum diberlakukan wajib namun sudah ada SKKNI nya adalah 1. Petugas Pengambil Contoh 2. Kalibrasi dan Instrumentasi 3. Penanganan Bahaya H2S Industri Migas 4. Scaffolding 5. Fluida Pemboran , Komplesi dan Kerja Ulang Sumur 6. Welding 7. Pemrosesan Gas Bumi 8. Pengolahan Minyak (CDU) 9. Pengatur katup Pengaman (Pressure Relieve Device).
20
10. Perawatan Mekanik Industri Migas 11. Operasi SPBU 12. Teknik Listrik Industri Migas 13. Petugas Pengukur Isi Tangki 14. Inspektur Rig 15. Stasiun Pengisian dan Pendistribusian LPG (SPPLPG) 16. Operator Unit Blending 17. Vacuum Distillating Unit 18. Loading Master 19. Welding Underwater 20. Wellsite Geologi 21. Inspektur Pipa Penyalur 22. Inspektur Bahan Peledak 23. Inspektur Bejana Tekan 24. Inspektur Tangki Timbun 25. Inspektur Pesawat Angkat 26. Distribusi Gas Alam dan Buatan 2.3.
Peta Kompetensi dalam kerangka sistem standardisasi kompetensi Merupakan gambaran komprehensif tentang kompetensi dari setiap
fungsi
dipergunakan
dalam
suatu
sebagai
acuan
lapangan
usaha
dalam
yang
menyusun
akan
standar
kompetensi. Peta kompetensi dikembangkan melalui riset analisa fungsi berdasarkan fungsi bisnis/organisasi yang mencakupi fungsi kunci, fungsi utama dan fungsi dasar. Paling tidak terdapat dua model pemetaan kompetensi, yakni berbasis okupasi yang kita kenal dengan MOSS (Model Occupational Skill Standards), dan berbasis kompetensi yang kita kenal
dengan
RMCS
(Regional
Model
Competency
Standard).Pada MOSS pemetaan diawali dengan okupasi/ job titles yang di identifikasi job and tasknya selanjut diidentifikasi
21
kompetensi
yang
dibutuhkan,
sedangkan
RMCS
memulai
pemetaan dari fungsi- fungsi kerja industri secara riil untuk menghasilkan produk/ jasa. Secara makro, bagi negara-negara yang mempunyai variasi bisnis yang besar, seperti Indonesia, dengan variasi bisnis dari yang sangat besar (giant corporation) hingga yang sangat kecil (mikro), dapat mengalami kesuliatan untuk menetapkan klaster okupasi secara seragam. Melalui regulasi teknisnya, secara nasional Indonesia memilih berbasis kompetensi, sehingga tulisan ini akan membahas peta untuk model RMCS. Walau demikian keduanya dapat diharmonisasikan. Manfaat peta kompetensi? Bagi Industri, pekerja dan diklat, dengan adanya peta kompetensi dapat digunakan sebagai: Menjelaskan fungsi-fungsi yang mampu telusur dalam industri, Mendesain pendidikan dan pelatihan vokasi, dan asesmen untuk semua jenis pekerjaan, Melakukan audit kinerja pada industri ataupun organisasi lainnya, Restrukturisasi bisnis atau industri dalam pengembangan produk atau jasa baru, dan Perencanaan multi-skilling tenaga kerja. Peningkatan pengakuan di berbagai bidang, negara dan kawasan.
Peta kompetensi digunakan sebagai persyaratan langkah awal dalam penyusunan standar kompetensi di industri atau SKKNI di setiap sektor atau lapangan usaha yang mengacu pada petakompetensi yang disusun dalam RIP SKKNI di sektor atau lapangan usaha yang bersangkutan.
22
Bagaimana kita mengembagkan Peta kompetensi? 1. Menginterpretasi persyaratan dan riset area kompetensi Menetapkan ruang lingkup, tujuan, sistem dan prosedur pemetaan kompetensi. Menetapkan
metode
analisis
fungsi
kerja
untuk
mengidentifikasi area kerja kritis dan spesifik, cakupan aktivitas kerja atau tugas dalam lingkup area kerja, ketrampilan teknis dan generik, pengetahuan dan atribut sesuai dengan unjuk kerja hasil identifikasi dari tugas / kegiatan. 2.
Mengidentifikasi fungsi bisnis dari industri/organisasi. Pada level industri/organisasi, fungsi bisnis diidentifikasi sebagai bisnis utama suatu industri/ usaha/ organisasi. Pada tingkat makro umtuk tujuan pengembangan standar kompetensi nasional, fungsi bisnis dapat diidentifikasi dari fungsi sector/ subsector/ bidang. Mengidentifikasi ketelusuran dan tingkat ekivalensinya dengan
pemetaan
bisnis
nasional,
seperti
KBLUI
(Kelompok Baku Lapangan Usaha Indonesia), dan lain-lain.
3. Memetakan fungsi kunci dalam fungsi bisnis industri. Fungsi kunci (key function) merupakan fungsi-fungsi suatu kesisteman dengan disiplin ilmu spesifik yang dihimpun untuk menjadi fungsi bisnis, contoh fungsi kunci: fungsi produksi, pemasaran, engineering, HRD dan lain-lain yang spesifik dengan fungsi bisnis/ organisasi. Mengidentifikasi ketelusuran dan tingkat ekivalensinya dengan sistem/ disiplin dalam standard dan regulasi teknis.
23
Dalam industri, biasanya diidentifikasi dalam divisi-divisi, sedangkan pada lembaga pelayanan publik bisanya diidnetifikasi dalam direktorat-direktorat. 4. Memetakan fungsi utama (major functions) Fungsi utama (major function) merupakan subsistem atau sub disiplin dari fungsi kunci. Mengidentifikasi ketelusuran dan tingkat ekivalensinya dengan sub-sistem/ sub-disiplin dalam standard dan regulasi teknis. Dalam industri, biasanya diidentifikasi dalam
bagian-
pelayanan
publik
bagian,
sedangkan
bisanya
pada
diidnetifikasi
lembaga
dalam
sub-
direktorat. 5. Memetakan fungsi dasar (basic functions) Fungsi dasar (basic function) merupakan fungsi dasar terkecil dalam industri/organisasi untuk menghasilkan produk atau jasa kepada klien external maupun klien unit mandiri internal lainnya.
Mengidentifikasi ketelusuran dan tingkat ekivalensinya dengan fungsi-fungsi dasar dalam standar dan regulasi teknis. Dalam industri, biasanya diidentifikasi dalam jasajasa/produk-produk yang ditawarkan, dan jasa-jasa antar unit mandiri dalam organisasi.
24
KUK
ELEMEN KUK
FUNGSI DASAR (basicfunction)
ELEMEN
ELEMEN TUJUAN BISNIS (Bisnisn
Purpose)
AREA FUNGSI KUNCI (key function area)
HI LI R
FUNGSI UTAMA (major functions)
ELEMEN
FUNGSI DASAR (basicfunction)
181,6 Juta Bbl
ELEMEN
181,3 Juta
ELEMEN
77 Juta
Bbl
Bbl
377,1 Juta Bbl
Gambar 2.2 Model Pemetaan Kompetensi RMCS PEMETAAN FUNGSI BISNIS Diskusi awal dengan para pemangku kepentingan utama seperti,
personil
di
industri
(HRD),
ahli/spesialis
dilapangan,wakil organisasi. Lakukan kajian dan pemetaan dari para profesional, dan praktisi dengan ketelusuran terhadap standar dan regulasi teknis dibidang /sektornya. Validasi peta kompetensi Proses konsultasi yang komprehensif (peer review,workshop) antar bidang dalam industri/organiasasi dirancang untuk menelaah dan memvalidasi peta kompetensi. Pada pemetaan nasional, biasanya dilakukan melalui konvensi yang
merupakan
bagian
dari
pengembangan
Standard
Kompetensi Nasional, di Indonesia kita kenalSKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia).
25
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1.
Hasil penelitian Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam yang sangat strategis bagi bangsa Indonesia, nukan hanya sebagai pemasok dalam negeri namun juga penghasil devisa. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan energy maka dibutuhkan pasokan pemenuhan energy yang optimal (security supply), di bidang hilir untuk
memenuhi
kebutuhan
bahan
bakar
dalam
negeri,
dibutuhkan beberapa tambahan infrastruktur seperti kilang, tangki penyimpanan BBM, pipa transmisi dan distribusi gas bumi serta moda transportasi lainnya. Menurut Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, industry hilir migas adalah a. Pengolahan; b. Pengangkutan; c. Penyimpanan; d. Niaga. Dimana pengertian dan definisi nya adalah sebagai berikut: a. kegitan usaha Pengolahan yang meliputi kegiatan memurnikan, memperoleh
bagian-bagian,
mempertinggi
mutu,
dan
mempertinggi nilai tambah Minyak dan Gas Bumi yang menghasilkan Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, Hasil Olahan, LPG dan/atau LNG tetapi tidak termasuk Pengolahan Lapangan; b.
kegiatan
usaha
Pengangkutan
yang
meliputi
kegiatan
pemindahan Minyak Bumi, Gas Bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, dan/atau Hasil Olahan baik melalui darat, air, dan/atau udara termasuk Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dari suatu tempat ke tempat lain untuk tujuan komersial; 26
c.kegiatan
usaha
Penyimpanan
yang
meliputi
kegiatan
penerimaan, pengumpulan, penampungan dan pengeluaran Minyak Bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, dan/atau Hasil Olahan pada lokasi di atas dan/atau di bawah permukaan tanah dan/atau permukaan air untuk tujuan komersial; d. kegiatan usaha Niaga yang meliputi kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor Minyak Bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas dan/atau Hasil Olahan, termasuk Gas Bumi melalui pipa.
Sedangkat bila disandingkan menurut Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI) Industri Hilir Migas terdapat beberapa macam industri seperti dibawah ini
19211 INDUSTRI PEMURNIAN DAN PENGILANGAN MINYAK BUMI (Kelompok ini mencakup usaha pemurnian dan pengilangan minyak bumi yang menghasilkan gas atau LPG, Naphtha, Avigas, Avtur, Gasoline, Minyak Tanah atau Kerosin, Minyak Solar, Minyak
Diesel,
Minyak
Bakar
atau
Bensin,
Residu,
Solvent/Pelarut, Wax, Lubricant dan Aspal)
19212 INDUSTRI PEMURNIAN DAN PENGOLAHAN GAS ALAM (Kelompok ini mencakup usaha pemurnian dan pengolahan gas alam menjadi Liquified Natural Gas (LNG) dan Liquified Petroleum Gas (LPG).)
19213 INDUSTRI PEMBUATAN MINYAK PELUMAS
27
(Kelompok ini mencakup usaha pembuatan minyak pelumas, oli dan gemuk yang berbahan dasar minyak)
19214 INDUSTRI PENGOLAHAN KEMBALI MINYAK PELUMAS BEKAS (Kelompok ini mencakup usaha pengolahan kembali minyak pelumas bekas untuk dapat digunakan sebagai minyak pelumas)
52109 JASA PERGUDANGAN LAINNYA (penyimpanan migas) Golongan ini mencakup pengusahaan fasilitas penyimpanan dan penggudangan untuk semua jenis barang, seperti gudang tertutup tempat penyimpan butir-butiran makanan ternak, gudang barang dagangan umum, gudang pendingin, tangki penyimpanan (minyak, air dan lain-lain).
49300 ANGKUTAN MELALUI SALURAN PIPA Kelompok ini mencakup usaha pengangkutan minyak, gas dan air dari
tempat
pembuatan
(produsen)
ke
tempat
pemakai
(konsumen) dengan saluran pipa atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak.Termasuk kegiatan stasiun pompa. 49432 ANGKUTAN BERMOTOR UNTUK BARANG KHUSUS Kelompok ini mencakup usaha pengangkutan barang dengan menggunakan kendaraan bermotor untuk barang yang secara khusus mengangkut satu jenis barang, seperti angkutan bahan bakar minyak (BBM), angkutan barang berbahaya dan angkutan barang alat-alat berat.
35201 PENGADAAN GAS ALAM DAN BUATAN Kelompok ini mencakup usaha penyediaan bahan bakar gas yang dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai bahan bakar dengan cara pembelian gas alam (termasuk LPG) pembuatannya
28
disertai usaha peningkatan mutu gas, seperti pemurnian,dan atau industri bahan bakar gas di mana pencampuran dan proses lainnya yang dihasilkan dari gas alam, bahan bakar minyak, karbonasi batu bara, biogas, sampah/limbah atau bahan hidrokarbon lainnya
35202 DISTRIBUSI GAS ALAM DAN BUATAN Kelompok ini mencakup usaha penyaluran gas melalui jaringan yang bertekanan ekstra tinggi (lebih dari 10 bar); yang bertekanan tinggi (antara 4 bar s.d. 10 bar); dan yang bertekanan menengah ke bawah (di bawah 4 bar) baik berasal dari produksi sendiri maupun produksi pihak lain sampai ke konsumen atau pelanggan
46610 PERDAGANGAN BESAR BAHAN BAKAR PADAT, CAIR DAN GAS DAN PRODUK YBDI Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar bahan bakar gas, cair, dan padat serta produk sejenisnya, seperti minyak bumi mentah, minyak mentah, bahan bakar diesel, gasoline, bahan bakar oli, kerosin, premium, solar, minyak tanah, batu bara, arang, batu bara, ampas arang batu, bahan bakar kayu, nafta dan bahan bakar lainnya termasuk pula bahan bakar gas, seperti LPG, gas butana dan propana dan minyak semir, minyak pelumas dan produk minyak bumi yang telah dimurnikan
Menurut Permenakertrans Nomor 8 Tahun 2012, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
29
Dalam Pasal 11 Permenakertrans Nomor 8 Tahun 2012 (1) Pemetaan SKKNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) disusun dalam susunan fungsi pekerjaan yang mencakupi: a. tujuan utama (main purpose); b. fungsi kunci (key function) dari tujuan utama (main purpose); c. fungsi utama (major function) dari fungsi kunci (key function); dan d. fungsi dasar (basic function) dari fungsi utama (major function),
dari lapangan usaha pada klasifikasi kategori,
golongan pokok, golongan atau sub golongan usaha tertentu. (2) Fungsi dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d diidentifikasi sebagai unit kompetensi.
Pasal 12 SKKNI pada setiap kategori, golongan pokok, atau golongan usaha tertentu dapat disusun dalam kemasan sebagai berikut: a. kualifikasi nasional, dengan mengacu pada jenjang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia; b. jabatan atau okupasi nasional, dengan mengacu pada tugas dan fungsi jabatan atau okupasi; c. klaster kompetensi, dengan mengacu pada kebutuhan khusus kompetensi tertentu sesuai kebutuhan industri atau organisasi.
Pada Pasal 12 mengacu kepada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
Sehingga penyusunan SKKNI menurut Permenakertrans Nomor 8 tahun 2012 harus mengacu pada KBLUI
Dari hasil penelitian di salah satu badan usaha di bidang industri hilir migas yaitu PT. Pertamina (Persero), diperoleh data yaitu ada fungsi – fungsi :
30
-
Pengolahyan Minyak
-
Pengolahan Gas
-
Niaga
-
Suplai dan Distribusi
Berikut adalah Peta Fungsi nya :
Tabel 3-1 Peta Fungsi Jabatan Di Industri Hilir MigasPengolahan KEY FUNCTION AREA (FUNGSI KUNCI)
19211 INDUSTRI PEMURNIAN DAN PENGILANGAN MINYAK BUMI (Kelompok ini
MAJOR FUNCTION (FUNGSI UTAMA)
Separasi Process Unit
BASIC FUNCTION (FUNGSI DASAR)
- Menyiapkan bahan baku dan tangki penampung - Menyiapkan sistim perpipaan - Mengoperasikan/Menghentikan Panel - Mengoperasikan/Menghentikan Pompa
mencakup usaha
- Mengoperasikan/Menghentikan HE
pemurnian dan
- Mengoperasikan/Menghentikan
pengilangan minyak bumi yang menghasilkan gas atau LPG, Naphtha, Avigas, Avtur, Gasoline, Minyak Tanah atau Kerosin, Minyak Solar, Minyak Diesel,
Kolom - Mengoperasikan/Menghentikan Dapur - Mengoperasikan/Menghentikan Condensor dan cooler - Mengoperasikan/Menghentikan bahan kimia - Mengoperasikan/Menghentikan Pompa Vakum - Memeriksa Soft Test
31
Minyak Bakar atau Conversion Bensin, Residu,
- Menyiapkan bahan baku dan tangki
Process Unit
penampung
Solvent/Pelarut,
- Menyiapkan sistim perpipaan
Wax, Lubricant
- Mengoperasikan/Menghentikan
dan Aspal)
Panel - Mengoperasikan/Menghentikan Pompa - Mengoperasikan/Menghentikan HE - Mengoperasikan/Menghentikan Kolom - Mengoperasikan/Menghentikan Dapur - Mengoperasikan/Menghentikan Condensor dan cooler - Mengoperasikan/Menghentikan bahan kimia - Mengoperasikan/Menghentikan Reaktor - Mengoperasikan/Menghentikan katalis regenerasi - Mengoperasikan/Menghentikan Kompresor - Memeriksa Soft Test Treating
-
process Unit
Menyiapkan bahan baku dan tangki penampung
-
Menyiapkan sistim perpipaan
-
Mengoperasikan/Menghentikan Panel
-
Mengoperasikan/Menghentikan Pompa
-
Mengoperasikan/Menghentikan HE
-
Mengoperasikan/Menghentikan Kolom
32
-
Mengoperasikan/Menghentikan Dapur
-
Mengoperasikan/Menghentikan Condensor dan cooler
-
Mengoperasikan/Menghentikan bahan kimia
-
Mengoperasikan/Menghentikan Reaktor
-
Mengoperasikan/Menghentikan Kompresor
Blending
-
Memeriksa Soft Test
-
Menyiapkan bahan baku dan tangki
process
penampung -
Menyiapkan sistim perpipaan Menyiapkan dan mengendalikan bahan kimia
-
Mengoperasikan/Menghentikan Panel
-
Mengoperasikan/Menghentikan Pompa
-
Mengoperasikan/Menghentikan mixer
-
Mengoperasikan/Menghentikan Kompressor
-
Memeriksa Soft Test
33
KEY FUNCTION AREA (FUNGSI KUNCI)
MAJOR FUNCTION (FUNGSI UTAMA)
BASIC FUNCTION (FUNGSI DASAR)
19212 INDUSTRI
Menyiapkan bahan baku dan tangki penampung
PEMURNIAN
-
Menyiapkan sistim perpipaan
DAN
-
Mengoperasikan/Menghentikan
PENGOLAHAN
Panel
GAS ALAM
-
(Kelompok ini mencakup usaha
Mengoperasikan/Menghentikan Pompa
Gas Treating
pemurnian dan
-
Mengoperasikan/Menghentikan HE
-
Mengoperasikan/Menghentikan
pengolahan gas
Kolom
alam menjadi
-
Liquified Natural
Mengoperasikan/Menghentikan Condensor dan cooler
Gas (LNG) dan
-
Mengoperasikan Reboiler
Liquified
-
Mengoperasikan Kompressor
Petroleum Gas
-
Memeriksa Soft Test
(LPG).)
-
Menyiapkan bahan baku dan tangki penampung
-
Menyiapkan sistim perpipaan
-
Mengoperasikan/Menghentikan Panel
Gas
-
Dehydration
Mengoperasikan/Menghentikan Pompa
-
Mengoperasikan/Menghentikan HE
-
Mengoperasikan/Menghentikan Kolom
-
Mengoperasikan/Menghentikan Condensor dan cooler
34
-
Gas
Mengoperasikan Reboiler
-
Mengoperasikan Kompressor
-
Memeriksa Soft Test
-
Menyiapkan bahan baku dan
Fractionation
tangki penampung -
Menyiapkan sistim perpipaan
-
Mengoperasikan/Menghentikan Panel
-
Mengoperasikan/Menghentikan Pompa
-
Mengoperasikan/Menghentikan HE
-
Mengoperasikan/Menghentikan Kolom
-
Mengoperasikan/Menghentikan Condensor dan cooler
-
Gas
Mengoperasikan Reboiler
-
Mengoperasikan Kompressor
-
Memeriksa Soft Test
-
Menyiapkan bahan baku dan
Liquefaction
tangki penampung -
Menyiapkan sistim perpipaan
-
Mengoperasikan/Menghentikan Panel
-
Mengoperasikan Refrigerant
-
Mengoperasikan HE
-
Mengoperasikan Kompressor
35
KEY FUNCTION AREA (FUNGSI
MAJOR FUNCTION
BASIC FUNCTION (FUNGSI
(FUNGSI
DASAR)
KUNCI) 19213
UTAMA) Separation Unit
INDUSTRI
- Menyiapkan bahan baku dan tangki penampung
PEMBUATAN
- Menyiapkan sistim perpipaan
MINYAK
- Mengoperasikan/Menghentikan
PELUMAS
Panel
(Kelompok ini
- Mengoperasikan/Menghentikan
mencakup usaha
Pompa
pembuatan
- Mengoperasikan/Menghentikan HE
minyak pelumas,
- Mengoperasikan/Menghentikan
oli dan gemuk
Kolom
yang berbahan
- Mengoperasikan/Menghentikan
dasar minyak)
Dapur - Mengoperasikan/Menghentikan Condensor dan cooler - Mengoperasikan/Menghentikan bahan kimia - Mengoperasikan/Menghentikan rotary drum - Memeriksa Soft Test Vacuum Distilling Unit
- Menyiapkan bahan baku dan tangki penampung - Menyiapkan sistim perpipaan - Mengoperasikan/Menghentikan Panel - Mengoperasikan/Menghentikan Pompa - Mengoperasikan/Menghentikan HE - Mengoperasikan/Menghentikan Kolom
36
- Mengoperasikan/Menghentikan Dapur - Mengoperasikan/Menghentikan Condensor dan cooler - Mengoperasikan/Menghentikan Pompa Vakum - Memeriksa Soft Test Extraction Plant
- Menyiapkan bahan baku dan tangki penampung - Menyiapkan sistim perpipaan - Mengoperasikan/Menghentikan Panel - Mengoperasikan/Menghentikan Pompa - Mengoperasikan/Menghentikan HE - Mengoperasikan/Menghentikan Kontaktor - Mengoperasikan/Menghentikan Dapur - Mengoperasikan/Menghentikan Condensor dan cooler - Mengoperasikan/Menghentikan bahan kimia - Mengoperasikan/Menghentikan Pompa Vakum - Memeriksa Soft Test
Blending Additive
-
Menyiapkan bahan baku dan tangki penampung
-
Menyiapkan sistim perpipaan
-
Mengoperasikan/Menghentikan Panel
-
Mengoperasikan/Menghentikan Pompa
37
-
Mengoperasikan/Menghentikan Mixer
-
Mengoperasikan/Menghentikan bahan Additive
-
KEY FUNCTION AREA (FUNGSI KUNCI) 19214 INDUSTRI
MAJOR FUNCTION (FUNGSI UTAMA) Separation Unit
PENGOLAHAN
Memeriksa Soft Test
BASIC FUNCTION (FUNGSI DASAR) - Menyiapkan bahan baku dan tangki penampung
KEMBALI
- Menyiapkan sistim perpipaan
MINYAK
- Mengoperasikan/Menghentikan
PELUMAS
Panel
BEKAS
- Mengoperasikan/Menghentikan
(Kelompok ini
Pompa
mencakup usaha
- Mengoperasikan/Menghentikan HE
pengolahan
- Mengoperasikan/Menghentikan
kembali minyak
Kolom
pelumas bekas
- Mengoperasikan/Menghentikan
untuk dapat
Dapur
digunakan
- Mengoperasikan/Menghentikan
sebagai minyak
Condensor dan cooler
pelumas)
- Mengoperasikan/Menghentikan bahan kimia - Mengoperasikan/Menghentikan rotary drum - Memeriksa Soft Test Vacuum Distilling Unit
- Menyiapkan bahan baku dan tangki penampung - Menyiapkan sistim perpipaan - Mengoperasikan/Menghentikan
38
Panel - Mengoperasikan/Menghentikan Pompa - Mengoperasikan/Menghentikan HE - Mengoperasikan/Menghentikan Kolom - Mengoperasikan/Menghentikan Dapur - Mengoperasikan/Menghentikan Condensor dan cooler - Mengoperasikan/Menghentikan Pompa Vakum - Memeriksa Soft Test Hydrocracking
- Menyiapkan bahan baku dan tangki penampung - Menyiapkan sistim perpipaan - Mengoperasikan/Menghentikan Panel - Mengoperasikan/Menghentikan Pompa - Mengoperasikan/Menghentikan HE - Mengoperasikan/Menghentikan Kolom - Mengoperasikan/Menghentikan Dapur - Mengoperasikan/Menghentikan Condensor dan cooler - Mengoperasikan Reaktor - Mengoperasikan Kompresor - Memeriksa Soft Test
Blending
-
Additive
Menyiapkan bahan baku dan tangki penampung
-
Menyiapkan sistim perpipaan
39
-
Mengoperasikan/Menghentikan Panel
-
Mengoperasikan/Menghentikan Pompa
-
Mengoperasikan/Menghentikan Mixer
-
Mengoperasikan/Menghentikan bahan Additive
-
KEY FUNCTION AREA (FUNGSI KUNCI) PENYIMPANAN/ PENGANGKUTAN dan NIAGA
Memeriksa Soft Test
MAJOR FUNCTION (FUNGSI UTAMA)
Mengoperasikan Fasilitas penyimpanan
BASIC FUNCTION (FUNGSI DASAR)
Mengelola Tank-Farming Mengelola Storage, Loading dan Perpindahan produk Mengelola operasi Ship Loading/Unloading Menyimpan dan Pemindahan Produk Curah
Mengawasi dan Mengendalikan Mutu
Menyiapkan standar sample Mengumpulkan standar sample Menerbitkan uji short testQualitative dan Quantitative Mengoperasikan peralatan uji short test
Mengoperasikan sarana
Mengoperasikan dan
40
penunjang penunjang
memonitor Prime Movers Mengoperasikan dan memonitor Pumping Systems dan peralatannya Mengoperasikan dan memonitor Valve Systems Mengoperasikan dan memonitor serta merawat Pipeline Facilities dan peralatannya
3.2.
Pembahasan Menurut Permenakertrans Nomor 8 Tahun 2012,
Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat SKKNI pada pasal 10, ayat (1) Penyusunan SKKNI di setiap sektor atau lapangan usaha mengacu pada peta kompetensi yang disusun dalam RIP SKKNI di sektor atau lapangan usaha yang bersangkutan. Dan ayat (2)Penyusunan SKKNI dan pemetaan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengacu pada RMCS. RIP
adalah
Rencana
Induk
Pengembangan
yang
sudah
ditetapkan oleh pihak yang berwenang dan disepakati oleh stakeholder, namun sampai dengan tulisan ini diturunkan RIP SKKNI sector migas belum ada dalam negara kita ini.
SKKNI yang sudah ada pada industri hilir migas 1. Pemrosesan Gas Bumi 2. Pengolahan Minyak (CDU) 3. Operasi SPBU 4. Petugas Pengukur Isi Tangki
41
5. Stasiun Pengisian dan Pendistribusian LPG (SPPLPG) 6. Operator Unit Blending 7. Vacuum Distillating Unit 8. Loading Master 9. Distribusi Gas Alam dan Buatan
Dari beberapa SKKNI yang sudah ada pada industry hilir migas di atas yang sudah mengacu pada Permenakertrans Nomor 8 Tahun 2012 adalah : 1. Vacuum Distillating Unit 2. Loading Master 3. Distribusi Gas Alam dan Buatan
Oleh karena itu, perlu dilakukan kaji ulang terhadap SKKNI yang tidak sesuai pembuatannya berdasarkan Permenakertrans Nomor 8 Tahun 2012.
42
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1. Kesimpulan 1. Penyusunan SKKNI sub sector minyak dan gas bumi seharusnya mengikuti Rencana Induk Pengembangan (RIP) yang sudah ditetapkan oleh pihak yang berwenang dan disepakati oleh stakeholder. 2. Kompetensi yang dibutuhkan oleh industry hilir migas harus tertuang dalam RIP SKKNI. 3. Jumlah SKKNI yang sudah ada dan berhubungan dengan industry hilir migas adalah 9 buah, dengan 3 buah sudah sesuai Permenakertrans Nomor 8 tahun 2012. 4. Pengembangan SKKNI berdasarkan fungsi – fungsi kerja yang ada pada industri hilir migas masih terbuka peluangnya.
IV.2. Saran 1. Perlu adanya pertemuan dengan stakeholder sekaligus untuk penyusunan RIP SKKNI sub sector/ lapangan usaha migas. 2. Kaji ulang terhadap SKKNI yang sudah dibuat namun tidak sesuai dengan Permenakertrans nomor 8 tahun 2012.
43
Daftar Pustaka 1. Anonim, Undang –Undang Nomor 22 Tahun 2001, Minyak dan Gas Bumi 2. Anonim, Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Migas 3. Anonim, Peraturan Menakertrans Nomor 8 Tahun 2012, tentang Penyusunan SKKNI 4. Anonim, Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI). 5. KESDM, Potensi dan Peluang Investasi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral, KESDM, Jakarta, 2014 6. Palan, R., Ph. D, Competency Management, Penerbit PPM, Jakarta, 2008
44