LAPORAN TERMIN I KAJIAN PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI PUPUK KALIUM MENDUKUNG PERTANIAN SAYURAN ORGANIK DI PROVINSI JAMBI
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
PENELITI UTAMA: RIMA PURNAMAYANI, SP, M.Si FOKUS: KETAHANAN PANGAN
PRODUK TARGET: 1.01 TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN-LAHAN SUB-OPTIMAL
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Jl. Samarinda Paal Lima Kotabaru, Kode Pos 3600 Telphon : 0741-7053525, Faksimile : 0741-40413 e-mail :
[email protected]
Mei 2012
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Meningkatnya kesadaran konsumen terhadap keamanan pangan, issue pelestarian lingkungan dan maraknya klaim produk organik di pasar, menggiring pemerintah bersama pemangku kepentingan lainnya saling bahu-membahu melakukan berbagai upaya agar lebih konsisten mengembangan pertanian organik di Indonesia. Pertanian organik tidak menimbulkan pencemaran maupun lingklungan secara berkelanjutan serta tidak memerlukan input yang mahal seperti pupuk dan pestisida kimia sintetis. Kebutuhan bahan input tersebut dipenuhi dari bahan organik lokal yang tersedia di sekitar lahan pertanian (kearifan lokal) sehingga biaya produksi menjadi lebih murah, petani tidak tergantung terhadap bahan input dari luar (Bachruddin, 2011). Pertanian organik merupakan harapan pertanian masa depan, dan akan sangat menguntungkan dari segi ekonomi, lingkungan dan social.
Provinsi Jambi telah
mencanangkan Jambi Emas Go Organik 2015 pada pertengahan tahun 2011 yang lalu. Pertanian organik adalah sistem pertanian dalam hal bercocok tanam yang tidak menggunakan bahan kimia tetapi menggunakan bahan organik, ramah lingkungan, tidak mencemarkan dan merusak lingkungan hidup.
Jenis pupuk organik yang
digunakan adalah pupuk kandang, kompos, pupuk hijau dan limbah pertanian. Kelebihan system pertanian organik adalah tidak menggunakan pupuk maupun pestisida
kimia
sehingga
tidak
menimbulkan
pencemaran
lingkungan,
baik
pencemaran tanah, air dan udara serta produknya tidak mengandung racun, tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dan umumnya produk tanaman organik lebih mahal. Prinsip pertanian organik adalah lahan bebas cemaran bahan agrokimia, membangun kesuburan tanah secara biologi dengan memanfaatkan keragaman mikroorganisme tanah sebagai agen pengendali kesuburan tanah, meningkatkan kesuburan tanah dengan memanfaatkan pupuk organik dan atau pupuk hayati, pengelolaan tanaman dengan melakukan rotasi dan tumpangsari antara tanaman yang sinergis agar saling menguntungkan dan melakukan pencegahan terhadap hama dan penyakit secara hayati/nabati. (Bahar, 2011). Luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi yang semakin meningkat sejak tahun 1995, menyebabkan semakin tingginya potensi limbah sawit yang belum termanfaatkan menjadi komoditas yang mempunyai nilai ekonomis. Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Potensi limbah tersebut mempunyai nilai 2
ekonomi yang tidak sedikit, salah satunya adalah dapat dimanfaatkan sebagai unsur hara yang mampu menggantikan pupuk buatan. Limbah TKKS merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar, yaitu sekitar 6 juta ton, namun pemanfaatannya masih terbatas. Limbah tersebut selama ini dibakar dan sebagian ditebarkan di lapangan sebagai mulsa (Ditjen PPHP, 2006). Saat ini TKKS berpotensi sebagai pupuk kompos, pulp dan kertas, karbon dan media tumbuh. Selama ini tankos dibiarkan melapuk di lahan kebun sawit. Hal ini sebenarnya mengganggu pertumbuhan sawit yang akan ditanam selanjutnya karena tankos membutuhkan waktu yang lama untuk terurai, kemungkinan bisa sampai 6 bulan jika tanpa bantuan dekomposer.
Sebenarnya, perlakuan TKKS yang
diaplikasikan di perkebunan, selain menambah unsur hara juga akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah, sehingga struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air akan bertambah baik. Disamping itu pemberian TKKS juga untuk mencegah pencucian hara (Lasmayadi, 2008). Pada saat ini, kelangkaan dan mahalnya harga pupuk terutama pupuk Kalium menjadi masalah bagi petani dan perkebunan-perkebunan besar. Selain itu, permintaan pupuk kompos sebagai salah satu bentuk hara organik bagi tanaman telah semakin meningkat dewasa ini. Model pertanian organik pun telah semakin diminati oleh pelaku agribisnis dewasa ini. Pengolahan TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) menjadi pupuk organik K menjadi salah satu alternatif pemanfaatan limbah TKKS yang menumpuk dan secara ekonomis sebagai suplai unsur hara organik bagi tanaman. Persentase TKKS terhadap TBS sekitar 20% dan tiap ton tankos mengandung unsur hara 1,5% N, 0,5% P,7,3% K dan 0,9% Mg. Berdasarkan kandungan unsur hara tankos yang dijelaskan diatas, berarti setiap ton TKKS memiliki kandungan N, P, K dan Mg berturut-turut setara dengan 3 kg Urea, 0.6 kg CIRP, 12 kg MOP dan 2 kg kieserit (Ditjend PPHP, 2006). Sementara menurut kajian Teja (1991), kandungan unsur hara yang terdapat dalam TKKS adalah 2,13% K; 0,18% Ca dan 0,17% Mg, 0,59% Fe dan 0,50% Na.
Kandungan K yang cukup tinggi pada TKKS ini berpotensi untuk
mensubstitusi Kalium dari pupuk anorganik yang sulit diperoleh dan mahal harganya. Pemakaian pupuk organik untuk pertanian memberikan keuntungan-keuntungan ekologis maupun ekonomis. Bahan organik dalam pupuk berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah sehingga dapat menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah, serta mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik/kimia. Struktur dan kesuburan tanah dapat diperbaiki dengan penggunaan pupuk kompos. (Sulistyawati dan Nugraha, 2011).
3
Aplikasi pupuk organik pada sayuran dapat meningkatkan kesuburan tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman sayuran. Hal ini karena pupuk organik bukan hanya memperbaiki tanah dari segi kimia saja, akan tetapi juga memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah. Tanaman sayuran yang dikelola secara organik memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Beberapa sistem pertanian organik untuk budidaya sayuran organik yaitu budidaya organik, LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) dan budidaya non pestisida. Kajian ini ingin mengetahui seberapa banyak kompos hasil dekomposisi TKKS dapat menggantikan pupuk Kalium dalam budidaya sayuran.
Hal ini berarti
kajian menggunakan system LEISA karena masih mentolerir bahan anorganik dalam jumlah yang seminimal mungkin namun sudah didominasi oleh penggunaaan bahan organik serta menggunakan bahan kimia secara benar, tepat waktu , tepat dosis dan tepat cara (Bahar, 2011). Tujuan dari kegiatan ini adalah : 1. Melihat seberapa besar peranan kompos tandan kosong kelapa sawit sebagai substitusi pupuk kalium 2. Mendapatkan kombinasi takaran pupuk organik (TKKS), pupuk KCl an organik dan pupuk kandang pada usahatani sayuran. 3. Mengetahui tingkat pendapatan usahatani sayuran dengan menggunakan kompos TKKS. Sedangkan keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah : 1. Diperolehnya kompos tandan kosong kelapa sawit sebagai substitusi sumber kalium tanaman sayuran. 2. Diperolehnya paket teknologi takaran kombinasi antara TKKS, pupuk KCl an organik, dan pupuk kandang untuk usahatani sayuran. 3. Takaran pupuk yang secara ekonomis memberikan keuntungan pada usahatani sayuran organik. 1.2.
Perumusan Masalah
Bahan/pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik
kualitas
maupun
kuantitas,
mengurangi
pencemaran
lingkungan,
dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan
4
karakteristik fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Limbah TKKS merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar, namun pemanfaatannya masih terbatas. Persentase TKKS terhadap TBS sekitar 20% dan tiap ton tankos mengandung unsur hara Kalium 7,3% K. Kelangkaan dan mahalnya harga pupuk terutama pupuk Kalium menjadi masalah bagi petani dan perkebunanperkebunan besar. Oleh karena itu pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai pupuk organik terutama pupuk K merupakan salah satu pemecahan masalah tersebut. Aplikasi kompos hasil dekomposisi TKKS ke sayuran diharapkan dapat mengurangi penggunakan pupuk Kalium sekaligus dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. 1.3.
Metologi Pelaksanaan
Lokus Kegiatan Pengkajian ini dilaksanakan pada bulan Februari – September 2012 di Desa Sinar Gading Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.
Fokus Kegiatan Kegiatan ini difokuskan pada : 1. Dekomposisi TKKS untuk menghasilkan kompos dengan kandungan K yang cukup tinggi, 2. Aplikasi kompos TKKS untuk mensubtitusi pupuk anorganik KCl dan pupuk organik lain pada demplot tanaman sayuran, 3. Analisa financial aplikasi kompos TKKS tersebut pada demplot tanaman sayuran.
Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan berupa pengkajian yang menggunakan demplot tanaman sayuran
untuk aplikasi kompos TKKS yang telah didekomposisikan sebelumnya.
Kegiatan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor yaitu factor pupuk organik , terdiri dari : Pupuk kandang 5 t/ha, Kompos TKKS 5 t/ha dan Pupuk kandang 2,5 t/ha + Kompos TKKS 2,5 t/ha, serta factor taraf KCL yaitu Tanpa KCl, KCl dosis rendah, KCl dosis sedang dan KCl dosis tinggi. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sebagai kelompok. Tanaman yang ditanam yaitu tanaman sayuran buah, yang disesuaikan dengan lokasi dan permintaan petani.
5
1.4.
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Tahapan pelaksanaan kegiatan terdiri dari :
1. Penentuan lokasi dilakukan pada daerah pengembangan sayuran yang berdekatan dengan pabrik kelapa sawit sehingga mudah memperoleh TKKS. 2. Penentuan petani kooperator adalah petani yang aktif berusaha tani setiap musim tanam, mempunyai semangat yang tinggi dalam berusahatani, aktif mencari dan mudah menerima inovasi teknologi baru, secara partisipatif bersedia melaksanakan seluruh petunjuk-petunjuk teknis yang dianjurkan, dan bersifat kooperatif mendukung seluruh tahapan pelaksanaan penelitian. 3. Kegiatan lapangan/budidaya terdiri atas dekomposisi TKKS dan demplot tanaman sayuran. 3.1.Dekomposisi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) a. Pencacahan, bertujuan untuk memperkecil ukuran TKKS dan memperluas luas permukaan area TKKS.
Sebagian TKKS dihaluskan dengan
menggunakan mesin pencacah, sebagian pencacahan ini dilakukan secara manual. b. Inokulasi dengan dekomposer: Paling bawah disusun tandan kosong kelapa sawit sebanyak 200 kg, kemudian disiram dengan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS), lalu ditambahkan dengan 60 kg pupuk kandang dan ditaburi 10 kg dolomit. Lalu disemprot dengan dekomposer.
Bahan ini disusun
berlapis-lapis Agar aktivator bisa merata ke seluruh permukaan TKKS perlu dilakukan pembalikan. Selain itu bertujuan untuk menurunkan suhu kompos dan memberikan aerasi pada kompos. c. Inkubasi : tumpukan tankos ditutup dengan menggunakan terpal yang cukup tebal dan kuat serta tahan UV. Tutup terpal berfungsi untuk menjaga kelembaban dan suhu agar optimal untuk proses dekomposisi tankos. Proses dekomposisi akan dilakukan selama 3 bulan. d. Pemanenan kompos : kompos yang sudah matang segera dipanen, diangkut ke lokasi pengemasan. Ciri-ciri kompos yang sudah matang yaitu : warna menjadi coklat kehitaman, suhu sudah turun mendekati suhu awal proses pengomposan, jika diremas TKKS mudah putus serat-seratnya.
6
3.2.
Aplikasi Kompos TKKS pada Tanaman Sayuran a. Persiapan lahan, Lahan terlebih dahulu diolah dengan cangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Bedengan sebaiknya dibuat dengan ukuran lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm. b. Aplikasi perlakuan/pemupukan. Tiga hari sebelum tanam diapllikasikan pemupukan sesuai perlakuan (kompos TKKS, pupuk kandang dan KCl) c. Penanaman. Benih sebelumnya disemai dan bibit umur 2-3 minggu setelah semai atau telah berdaun 3-4 helai, dipindahkan pada lubang tanam yang telah disediakan dengan jarak tanam 20x20 cm atau sistem baris dengan jarak 15x10-15 cm. Jika ada yang tidak tumbuh lakukan penyulaman, yaitu tindakan penggantian tanaman
dengan tanaman
baru. d. Pemeliharaan, Pada musim kemarau atau di lahan kurang air perlu penyiraman tanaman. Penyiraman ini dilakukan dari awal sampai panen. Penyiangan dilakukan 2 kali atau disesuaikan dengan kondisi gulma, bila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. e. Panen. Panen dilakukan sesuai dengan umur tiap tanaman sayuran yang digunakan sebagai tanaman indikator yang diperlakukan pemupukan. 3.3.
Analisis Finansial Analisis Usahatani budidaya sayuran ini
dilakukan dengan menghitung
Penerimaan, Pendapatan, dan Nisbah Penerimaan – Biaya produksi, dan Nisbah Pendapatan – Biaya yang diukur dengan model matematis sederhana.
4. Pelaporan terdiri atas tabulasi dan analisis data, penyusunan laporan hasil penelitian, dan seminar hasil penelitian.
7
II.
2.1.
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Pengelolaan Administrasi Manajerial Dari dana termin 1 yang dikeluarkan, direncanaan penggunaan anggaran
sebagai berikut : 1. Belanja Gaji Upah : Rp. 38.072.500 2. Belanja Bahan
: Rp. 9.952.000
3. Belanja Perjalanan : Rp. 11.475.000 4. Belanja non operasional : Rp. 500.000 Jumlah : Rp. 60.000.000 Pengelolaan anggaran dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat yaitu : 1. Belanja Gaji Upah : Rp. 38.072.500 2. Belanja Bahan
: Rp. 9.952.000
3. Belanja Perjalanan : Rp. 11.475.000 4. Belanja non operasional : Rp. 500.000 Rancangan pengelolaan asset dihibahkan kepada lembaga penerima karena merupakan asset yang tidak berwujud.
2.2.
Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Kerangka metode-proses pencapaian target kinerja adalah :
1.
Koordinasi
2.
Penentuan lokasi dan petani
3.
Dekomposisi TKKS
4.
Aplikasi kompos TKKS pada demplot tanaman sayuran
5.
Menghitung analisis financial
6.
Pelaporan Indikator keberhasilkan pencapaian target kinerja adalah :
1.
Terlaksananya koordinasi dengan instansi terkait
2.
Ditentukan lokasi dan petani kooperator
3.
Diperolehnya kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang dapat mensubtitusi kebutuhan kalium pada tanaman sayuran (40%)
8
4.
Diperolehnya paket teknologi takaran kombinasi antara TKKS, pupuk KCl anorganik dan pupuk kandang untuk usahatani tanaman sayuran (40%)
5.
Diperolehnya tingkat pendapatan usahatani sayuraran dengan menggunakan kompos TKKS (20%) Sampai saat ini, perkembangan pencapaian target kinerja yang telah dicapai
adalah : koordinasi, penetapan lokasi dan petani serta dekomposisi TKKS yang baru berjalan 1 bulan. Hasil analisis awal TKKS disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis awal TKKS Karakteristik Kimia C-organik (%) N-total (%) C/N P (%) K (%) Ca (%) Mg (%) Asam humat (%) Asam fulvat (%)
Nilai 81,67 0,22 365,82 0,13 2,73 0,31 0,14 10,92 1,05
Sumber : Hasil analisis Laboratorium Terpadu Balai Penelitian Lingkungan
Dari hasil analisis tersebut, terlihat bahwa rasio C/N TKKS sangat tinggi (>100), hal ini karena TKKS tersebut masih segar baru keluar dari pengolahan pabrik dan bahan dasar TKKS tersebut banyak mengandung lignin. Lignin merupakan konstituen amat penting dari jaringan kayu dan mengandung bagian terbesar dari kadar metoksil kayu.
Lignin terhidrolisa menjadi produk-produk sederhana,
karbohidrat dan protein (Tan, 1994).
sebagaimana halnya
Nilai rasio C/N yang sangat tinggi tersebut
menunjukkan bahwa bahan ini sangat sulit terdekomposisi. Bahan organik organik yang mempunyai C/N yang masih tinggi berarti masih mentah. Jika diberikan langsung ke dalam tanah akan merugikan, karena akan terjadi immobilisasi/pengikatan unsur hara.
Akan tetapi immobilisasi ini dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Oleh karena itulah harus didekomposisi dahulu. Umumnya rasio C/N menurun seiring dengan berjalannya dekomposisi. Untuk mempercepat penurunan rasio C/N, dapat dibantu dengan penghalusan bahan TKKS (dicacah/digiling), menambah sumber N (pupuk kandang) serta memberikan activator untuk mempercepat dekomposisi. (limbah cair pabrik kelapa sawit). Dari hasil analisis kandungan hara dalam TKKS, Kalium merupakan unsur hara yang besar kandungannya dibandingkan dengan unsur lainnya yaitu N, P, Ca dan Mg. Oleh karena itu diharapkan agar TKKS dapat menjadi substitusi pupuk Kalium.
9
Asam humat dan asam fulvat merupakan fraksi terhumifikasi yang lebih dikenal dengan senyawa humat/humus.
Asam humat merupakan fraksi yang larut dalam
basa, sedangkan asam fulvat adalah fraksi yang larut dalam air. Bahan humat ini merpuakan komponen tanah yang sangat penting. Bersama dengan liat, bahan humat bertanggung jawab dalam reaksi kompleks dalam tanah dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung maupun tidak langsung (Tan, 1994). Analisis asam humat dan asam fulvat dilakukan untuk mengetahui sumbangan asam humat dan fulvat dalam dekomposisi TKKS tersebut.
2.3.
Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Kerangka sinergi koordinasi kelembagaan-program yaitu :
1. Koordinasi dengan pabrik kelapa sawit 2. Koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Merangin 3. Koordinasi dengan Badan Penyuluhan Pertanian Perkebunan Perikanan Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Merangin 4. Koordinasi dengan BP3K Kecamatan di lokasi pengkajian Strategi Pelaksanaan Koordinasi dg Kelembagaan-Program Terkait: 1.
Koordinasi dengan pabrik kelapa sawit untuk meminta bantuan tandan kosong kelapa sawit dan limbah cair kelapa sawit
2. Koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Merangin untuk memperoleh informasi sentra tanaman sayuran di Kabupaten Merangin 3. Koordinasi dengan Badan Penyuluhan Pertanian Perkebunan Perikanan Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Merangin untuk minta dukungan tenaga penyuluh dalam kegiatan di lapangan 4. Koordinasi dengan BP3K Kecamatan untuk memperoleh informasi tentang kelompok tani yang dapat bekerja sama dalam pengkajian ini Indikator keberhasilan sinergi koordinasi kelembagaan-program dapat terlihat dari: 1.
Dukungan Pabrik Kelapa Sawit dengan memberikan bantuan TKKS dan LCPKS secara Cuma-Cuma untuk kepentingan penelitian
2. Dukungan Dinas Pertanian Kabupaten Merangin untuk menyediakan lokasi pengkajian 3. Dukungan Badan Penyuluhan Pertanian Perkebunan Perikanan Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Merangin untuk memberikan bantuan pendamping lapangan dalam kegiatan ini
10
4. Dukungan BP3K Kecamatan untuk mencari kelompok tani yang dapat bekerja sama dalam pengkajian ini Perkembangan sinergi koordinasi kelembagaan-program yaitu : tercapainya semua indicator keberhasilkan sinergi koordinasi kelembagaan-program tersebut. Koordinasi bertujuan untuk mensinkronisasi program dan tujuan daerah/kabupaten dengan kegiatan ini, serta meminta dukungan dengan instansi terkait.
Penentuan
lokasi dan petani kooperator terdiri dari dua yaitu untuk lokasi dekomposisi TKKS dan demplot sayuran. Koordinasi dilakukan dengan Dinas Pertanian Kabupaten Merangin, Badan Penyuluhan
Pertanian,
Peternakan,
Perkebunan,
Perikanan
dan
Kehutanan
Kabupaten Merangin dan PT Sari Aditya Loka=1 yang merupakan perkebunan dengan Pabrik Kelapa Sawit. Hasil yang diperoleh dari koordinasi ini : Pemerintah Daerah Kabupaten Merangin melalui Dinas Pertanian dan BP4K menyambut baik dengan adanya kegiatan subsitusi pupuk kalium mendukung pertanian sayuran organik karena hal ini sesuai dengan kebutuhan teknologi di lapangan yaitu program pertanian sayuran organik BP4K akan mendukung melalui penyuluh pendamping di lokasi pengkajian PT Sari Aditya Loka-1 bersedia menyalurkan TKKS dan LCPKS nya untuk pengkajian BPTP Jambi dan memfasilitasi dengan alat pencacah TKKS. Oleh karena itu proses dekomposisi dilaksanakan di lokasi petani plasma yang berdekatan dengan pabrik tersebut. Dalam rangka penetapan lokasi dan petani kooperator, maka ditetapkan beberapa hal sebagai berikut : Penetapan lokasi pengkajian yaitu di Desa Sinar Gading Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin. Desa ini merupakan desa yang dominan lahan perkebunan kelapa sawit, tetapi terdapat banyak lahan pengembangan sayuran. Desa ini berdekatan dengan lokasi Pabrik Kelapa Sawit sehingga memudahkan aksesibilitas transportasi bahan TKKS. Dekomposisi
TKKS
dilaksanakan
di
lokasi
perkebunan
plasma
yang
berdekatan dengan Pabrik Kelapa Sawit sebagai sumber TKKS. Luas areal tanaman sayuran tidak begitu luas karena daerah ini merupakan sentra kelapa sawit. Akan tetapi potensi lahan yang ada cukup baik untuk menjadi pengembangan sayuran. Selain itu petani kooperator sangat respon dan menyambut baik kegiatan ini. Kelompok petani kooperator yaitu Kelompok Tani Sumber Rezeki.
11
2.4.
Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Kerangka pemanfaatn hasil litbangyasa adalah untuk Mendukung Industri Hilir,
Mendukung Pengembangan Potensi Unggulan Daerah, Mendukung Pengembangan Ilmu-Metode, Modul Pelatihan-Pemberdayaan Masyarakat Rancangan strategi pemanfaatan hasil : 1. Dari hasil kajian ini diharapkan kompos TKKS dapat menggantikan 50% pupuk kalium 2. Dari hasil kajian ini diharapkan kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi sayuran sebanyak 20%. 3. Kelompok tani dapat menjadi kelompok pembuatan kompos TKKS untuk dapat mensuplai kebutuhan pupuk Kalium di daerah sekitarnya Indikator keberhasilkan pemanfaatan hasil litbangyasa adalah : 1.
Petani dapat mendekomposisikan TKKS menjadi kompos yang dapat menggantikan pupuk KCl dan pupuk organik lain yang disuplai dari luar daerah
2.
Kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi sayuran sebesar 20%
Perkembangan pemanfaatan hasil litbangyasa sampai saat ini, kegiatan masih dalam tahap pelaksanaan dekomposisi TKKS. Dekomposisi TKKS sudah dilaksanakan selama
1
bulan.
Selama
proses
dekomposisi
sudah
dilakukan
pembalikan/pencampuran sebanyak dua kali dengan tujuan agar suhu dan kelembaban lebih merata dan stabil. Hasil pengamatan suhu selama sebulan disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengamatan suhu selama dekomposisi
12
Pada minggu ke-2, suhu pada TKKS halus lebih tinggi dibandingkan dengan TKKS cacah diduga akibat luas permukaan TKKS halus lebih kecil sehingga proses dekomposisi lebih cepat berjalan yang ditandai dengan peningkatan suhu. Akan tetapi pada minggu ke-4 suhu sudah berangsur turun, hal ini kontradiksi dengan referensi yang menyatakan bahwa peningkatan suhu terjadi sampai minggu ke-4 setelah dekomposisi. Diduga hal ini terjadi akibat kelembabannya menurun, sehingga sewaktu pembalikan kompos dilakukan penambahan air.
13
III.
RENCANA TINDAK LANJUT
Rencana pelaksanaan pencapaian target kinerja untuk bulan selanjutnya adalah : 1.
Melanjutkan dekomposisi TKKS
2. Analisis hara kompos yang dihasilkan 3. Pelatihan teknik budidaya tanaman sayuran 4. Pelaporan
Rencana koordinasi kelembagaan-program adalah tetap melanjutkan kerjasama dengan BP3K kecamatan tabir Selatan dan PT Sari Aditya Loka-1 untuk menginisiasi kerja sama antara mereka dan kelompok tani, sehingga bahan TKKS dapat diperoleh secara rutin dan berkelanjutan. Rencana pemanfaatan hasi litbangyasa adalah : 1. Melanjutkan dekomposisi TKKS 2. Persiapan lahan untuk demplot sayuran 3. Persemaian, penanaman dan pemeliharaan 4. Panen dan temu lapang Rencana pengembangan ke depan diharapkan pihak pabrik dapat mensuplai secara rutin bahan TKKS dan LCPKS kepada kelompok tani, sehingga kelompok tani dapat mengusahakan pembuatan kompos TKKS ini untuk mensubstitusi kebutuhan pupuk KCl dan pupuk organik lain yang hatrus didatangkan dari luar daerah.
14
IV. PENUTUP
Dari hasil pelaksanaan pengkajian sampai saat ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah : 3.
Lokasi pengkajian dilaksanakan di Desa Sinar Gading Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin, dengan 3 orang petani kooperator yang tergabung dalam Kelompok Tani Sumber Rezeki.
4.
Kandungan hara kalium dalam TKKS tertinggi dibandingkan dengan hara lainnya yaitu sebesar 2,73%, sehingga diharapkan dapat menjadi substitusi pupuk K.
5.
Peningkatan suhu terjadi sejak minggu ke-2 sampai ke-4 akibat adanya aktifitas dekomposisi yang berjalan.
15